ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT. V BALIKPAPAN (APLIKASI BENEFIT COST RATIO)

(1)

commit to user

ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO)

REFINERY UNIT. V BALIKPAPAN

(APLIKASI BENEFIT COST RATIO)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh : Risma Intan Pertiwi

F.1109022

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

(5)

commit to user

MOTTO

“Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami rubah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali”

(Qs. Yasin (36):67)

“Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah. Tetap jalani hidup ini tuk melakukan yang terbaik. Jangan menyerah.. Jangan menyerrah..!”

(D’masiv)

“Apapun masalah kita, jika kita membaikkan hati maka Tuhan akan membaikkan hidup kita”

(Mario Teguh)

“Jangan menunggu menjadi sempurna untuk menjadi seorang yang sukses, tapi lihatlah kesempatan dan peluang, maka kamu akan tahu bagaimana memutuskan

untuk menjadi orang yang sukses!” (Me)


(6)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

“Allah SWT yang Maha Penyayang, Maha Dahsyat, Maha Pemberi Kekuatan.

Tempatku Segala Bergantung”

“Baginda Rasulullah SAW, Panutan dan Kebanggaanku”

Karya ini kuhadiahkan untuk

:

“Ayahanda H. Sukriyani dan Ibunda Hj. Halimas yang Teramat Kucinta”

“Abang Odi, Kak Ina dan Kak QQ, Kak Adan yang Kusayangi”

“KETANGGUHAN DAN KESUKSESANKU : See How Miracle I am!”


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji dan sujud syukur terpanjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan (Aplikasi Benefit Cost Ratio)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik dari berbagai pihak tidak dapat mewujudkan skripsi ini, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Evi Gravitiani,S.E.,M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya dan menjadikan kehidupannya lebih baik.

2. Dr. Wisnu Untoro,M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Supriyono,M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Drs. Sutanto,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Non Reguler.


(8)

commit to user

5. Ibu Dwi Prasetyani,S.E,M.Si dan Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi.,M.Si selaku dosen pengampu di semester terakhir yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi dan studi di Fakultas Ekonomi.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

7. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

8. Bapak Wali Kota Balikpapan a/q Kepala Bappeda Kota Balikpapan, BPS Kota Balikpapan dan Dispenda Kota Balikpapan. Terima kasih yang tak terhingga atas bantuannya.

9. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan, Environmental HSE Section dan Financial Section RU. V Balikpapan. Terima kasih atas kerjasamanya dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

10. Ayahanda H. Sukriyani dan Ibunda Hj. Halimas.,Amd.Keb, inspirasiku dan belahan jiwaku. Terima kasih atas segala do’a yang tercurah, dukungan serta limpahan kasih sayang yang tiada terhenti untuk putri kecilnya.

11. Abangku Odi, Kak Yuli, Kak Ina, Kak QQ dan Kak Adan yang senantiasa mendukung dan mendoakan adik kecilnya ini, serta keponakan-keponakanku yang lucu-lucu. Kalian selalu kurindukan.

12. Ibu Nurjana yang telah membantu pengadaan data di Pemkot Balikpapan. 13. Teman-teman EP Non Reguler Angkatan 2009.

14. Hendra Widi Utomo yang selalu memberikan semangat dan menemani di saat senang dan susah. Every moment we past, that was very memoriable to me and


(9)

commit to user

you should know that you never away from this heart. Keep optimistic to face all problems and believe what heart says. J

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Surakarta, Juni 2011


(10)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

ABSTRAKSI... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B.Rumusan Masalah... 9

C.Tujuan Penelitian... 9

D.Manfaat Penelitian... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Sumber Daya Alam... 11

B.Pengertian Industri... 14

C.Pengertian Eksternalitas dan Biaya Sosial... 20

D.Analisis Manfaat Biaya... 26

E. Manfaat dan Biaya... 29

1. Manfaat... 29

2. Biaya... 30

F. Rasio Benefit Cost... 30


(11)

commit to user

H.Penelitian Terdahulu... 34

I. Kerangka Pemikiran... 36

J. Hipotesis Penelitian... 38

BAB III. METODE PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian... 39

B.Metode Pengumpulan Data... 41

C.Jenis dan Sumber Data... 42

D.Definisi Operasional Variabel... 43

1.Manfaat... 43

2.Biaya... 45

3.Tingkat Bunga... 45

E.Metode Analisis Penelitian... 45

1.Rasio Benefit Cost... 46

2.Nilai Imbangan Manfaat Biaya... 47

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA A.Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 48

1.Letak geografis dan Wilayah... 48

2.Penduduk dan Tenaga Kerja... 51

a. Penduduk... 51

b. Ketenagakerjaan... 53

3.Pendidikan... 54

4.Kesehatan... 55

5.Industri dan Pertambangan... 57

a. Industri... 57

b. Pertambangan... 57

6.Perdagangan... 57


(12)

commit to user

B.Deskripsi Lokasi Penelitian... 59

C.Profil PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan... 61

1.Sejarah Umum... 61

2.Sejarah Perusahaan... 63

3.Visi Misi... 70

4.Logo Pertamina... 71

5.Tata Niai Perusahaan... 71

D.Analisis Data... 73

1.Manfaat Langsung... 73

a. Corporate Social Responsibility... 73

b. Pendapatan Karyawan... 74

c. Pendapatan Penjualan Pertamina... 75

2.Manfaat Tidak Langsung... 76

a. Pendapatan Masyarakat (Multiplier Effect)... 76

b. Pendapatan Daerah... 77

3.Biaya Langsung... 79

a. Biaya Operasional... 79

b. Biaya Produksi... 80

4.Biaya Tidak Langsung... 81

a. Biaya Penanganan Pencemaran... 81

E.Rasio Benefit Cost... 83

F. Nilai Imbangan Manfaat Biaya... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 90

B.Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kegiatan Observasi Lapangan... 39

Tabel 2. Pertumbuhan Penduduk Kota Balikpapan 2005-2009... 52

Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga... 52

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan... 54

Tabel 5. Prevalensi Penyakit di Sekitar Pertamina RU. V Balikpapan 2009 & 2010... 56

Tabel 6. Perkembangan PDRB dengan Migas Kota Balikpapan 2001-2009.... 59

Tabel 7. Sejarah Pertamina RU. V Balikpapan... 63

Tabel 8. Perkembangan Kilang Pertamina RU.V Balikpapan... 64

Tabel 9. Perkembangan Pertamina RU. V Balikpapan... 66

Tabel 10. CSR PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan 2005-2009... 73

Tabel 11. Pendapatan Karyawan Pertamina 2005-2009... 74

Tabel 12. Pendapatan Penjualan Pertamina 2005-2009... 75

Tabel 13. Pendapatan Masyarakat sebagai Multiplier Effect... 77

Tabel 14. Kontribusi Pertamina kepada Daerah... 78

Tabel 15. Biaya Operasional Pertamina diluar Pendapatan Karyawan 2005-2009... 79

Tabel 16. Biaya Produksi Pertamina RU. V 2005-2009... 80

Tabel 17. Biaya Penanganan Pencemaran 2005-2009... 82

Tabel 18. Perhitungan Net B/C R Tahun 2005... 84


(14)

commit to user

Tabel 20. Perhitungan Nilai Imbangan Manfaat Biaya Tahun 2005 Tanpa

Eksternalitas... 87 Tabel 21. Perhitungan Nilai Imbangan Manfaat Biaya Tahun 2005 Dengan


(15)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan

Barang Sumber Daya Alam... 13

Gambar 2. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Negatif dan Efisiensi Harga, Manfaat, Biaya... 22

Gambar 3. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Positif dan Efisiensi Harga, Manfaat, Biaya... 23

Gambar 4. Situasi Program Pengurangan Polusi... 28

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran... 37

Gambar 6. Lokasi Kilang Pertamina di Seluruh Wilayah Indonesia... 60

Gambar 7. Denah Kilang PT. PERTAMINA RU. V Balikpapan... 69


(16)

commit to user Abstraksi

Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit. V Balikpapan (Aplikasi Benefit Cost Ratio)

RISMA INTAN PERTIWI F.1109022

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menilai tingkat kelayakan suatu kegiatan industri khususnya indusri pengolahan migas PT. Pertamina (Persero) RU.V yang ada di Kota Balikpapan baik secara ekonomi dan lingkungan. Kelayakan suatu industri dapat dinilai dari suau pendekatan benefit cost ratio, yaitu dengan membandingkan nilai manfaat dan biaya dari berlangsungnya kegiatan suatu industri. Kegiatan indsutrialisasi selain untuk memperoleh keuntungan, diharapkan juga dapat memajukan perekonomian suatu negara atau daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kelayakan ekonomi adalah bagaimana suatu industri dapat meningkatkan struktur masyarakat dan perekonomian. Peningkatan perekonomian suatu daerah yang ditunjang dengan adanya kegiatan industrialisasi dilihat dari pergeseran struktur ekonomi, dari berkembangnya sektor pertanian dan perdagangan dengan adanya industrialisasi maka sektor tersebut berubah menjadi kota industri yang maju akan teknologi dan sumber daya manusianya. Mengukur kelayakan ekonomi dan lingkungan suatu industri dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Net B/C R dan Nilai imbangan manfaat biaya. Nilai Net B/C R diperoleh dari total NPV1 dibagi NPV2; nilai imbangan manfaat diperoleh dari perbandingan total manfaat dan biaya ditambah dengan nilai valuasi lingkungan atau nilai eksternalitas. Nilai eksternalitas digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kelayakannya.

Sasaran penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomi dan lingkungannya sehingga dapat diketahui pula apa dampak positif dan negatif dari adanya industri pengolahan migas oleh Pertamina RU. V Balikpapan terhadap masyarakat dan daerah Kota Balikpapan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui nilai kelayakan ekonominya adalah sebesar 1,058. B/C Ratio > 1 yang artinya bahwa Pertamina layak secara ekonomi dan dapat meningkatkan perekonomian secara positif baik kepada masyarakat dan perekonomian daerah. Nilai imbangan manfaat biaya diketahui sebesar 1,657 dengan memasukkan komponen eksternalitas yaitu dari nilai valuasi lingkungan, sedangkan nilai imbangan manfaat biaya tanpa memasukkan komponen eksternalitas adalah sebesar 1,660. Rasio nilai imbangan tersebut >1 yang artinya secara lingkungan, kegiatan industri yang dikelola oleh Pertamina adalah layak.


(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam memiliki keuntungan yaitu kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya tanpa harus melakukan kegiatan import dari negara lain. Sumber daya alam dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan sebuah barang dan jasa sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat dengan tingkat value tertentu.

Pemanfaatan sumber daya alam berupa barang dan jasa dapat dilakukan melalui suatu proses pengolahan. Suatu proses pengolahan dikelola oleh sebuah industri/pabrik yang dihasilkan dari berbagai sektor. Misalnya sumber daya alam dari sektor pertanian seperti tanaman padi dapat diolah menjadi gabah, tembakau dapat diolah menjadi rokok oleh industri rokok, teh dapat diolah menjadi minuman teh dan lain sebagainya. Sektor lainnya yang memanfaatkan sumber daya alam adalah sektor pertambangan. Pemanfaatan sektor pertambangan dapat dilihat dari hasil olahannya, namun pemanfaatan tergantung pada potensi masing-masing daerah, karena ada daerah sebagai daerah penghasil tambang baik migas maupun non migas serta daerah pengolah yang ditinjau dari letak geografis daerah dan pertimbangan lainnya.

Sumber daya alam dari sektor pertambangan merupakan sumber daya yang tak terbaharukan (non renewable) serta memiliki efek yang sangat


(18)

commit to user

2 krusial terhadap lingkungan hidup sehingga pengolahannya membutuhkan keahlian khusus agar dalam menggunakannya tidak hanya dapat merusak lingkungan oleh proses pengerukkannya, tetapi juga keahlian dalam mengolah hasil limbah industrinya. Limbah hasil pengolahan minyak bumi memiliki efek yang sangat kuat terhadap kesehatan. Pada umumnya, limbah dibuang bebas dilepas pantai melalui proses pengilangan minyak dan sistem pengolahan limbah melalui Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Meskipun telah diolah melalui beberapa tahapan yang telah distandarisasikan, namun tak dapat dihindari hal ini dapat menurunkan kualitas lingkungan terutama terhadap masyarakat sekitar lokasi industri.

Industri merupakan suatu sektor kegiatan yang sering dikaitkan dengan kemajuan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara, serta pencemaran lingkungan. Namun kemajuan industri suatu negara tidak hanya ditunjukkan oleh banyaknya pabrik atau industri yang didirikan, tetapi juga oleh kesehatan pabriknya. Salah satu parameter kesehatan pabrik adalah dari seberapa banyak limbah yang dibuang. Pembangunan industri juga perlu mempertimbangkan tempat pembuangan limbah karena bagaimanapun bersihnya suatu kegiatan pasti akan membuang limbahnya. Peraturan tentang ambang batas limbah sering dikaitkan dengan badan penerima limbah, untuk limbah cari menggunakan sungai atau laut. Peraturan akan semakin longgar untuk badan penerima limbah yang mempunyai daya dukung makin besar dan peruntukan perairan yang makin rendah, sedangkan mengolah limbah yang baik membutuhkan biaya yang mahal (Sarto, 1996).


(19)

commit to user

3 Industri yang sangat krusial letak, pengolahan serta value nya adalah industri migas maupun industri pengolahan migas, meskipun industri pertanian adalah industri yang paling banyak dalam memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi proses pengolahannya tidak memiliki tingkat riskan yang sama dengan industri pertambangan dan migas ataupun pengolahan migas yang dapat mengurangi kualitas lingkungan.

Industri pengolahan migas tersebar di seluruh daerah di Indonesia khususnya daerah-daerah yang memiliki sektor unggulan dalam mengolah minyak mentah menjadi bahan bakar minyak maupun non bahan bakar minyak. PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan migas dan telah berdiri sejak banyak ditemukannya sumur-sumur minyak bumi dan gas alam di wilayah Indonesia yang kaya akan sumber daya alam migas. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan merupakan salah satu unit pengolahan dari beberapa unit pengolahan Pertamina yang ada di Indonesia. Unit pengolahan minyak dan gas bumi sangat berpotensi menimbulkan polutan, oleh karena itu PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan memiliki unit-unit untuk melindungi lingkungan dari pencemaran limbah yang dihasilkan. Unit-unit tersebut dapat berupa sarana untuk meminimalisasikan limbah yang telah dihasilkan. Tujuan lainnya agar limbah yang dihasilkan baik berupa cair, padat maupun gas memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga aman ketika dibuang ke lingkungan.


(20)

commit to user

4 Kilang minyak RU. V adalah salah satu dari tujuh kilang minyak PT. Pertamina (Persero) yang ada di Indonesia. Kilang RU. V Balikpapan berawal dari ditemukannya sumber minyak di Sanga-sanga pada tahun 1897, kemudian ditemukan sumber minyak di Tarakan (1899), Samboja (1911) dan Bunyu (1922). Kilang Balikpapan dibangun oleh Shell Transport & Trading Ltd pada tahun 1899 dan mengalami perbaikan guna meningkatkan kapasitas produksi. Perbaikan pertama dilakukan pada tahun 1922 guna meningkatkan kapasitas produksi dari 5.000 barrel/hari dan sebagai cikal bakal Kilang Balikpapan I.

Bertambahnya penemuan sumber-sumber minyak di Kalimantan Timur oleh Kontraktor Production Sharing (KPS) CHEVRON, VICO, dan TOTAL E&P dan meningkatnya kebutuhan BBM Dalam Negeri, pada tahun 1980 dibangun Kilang Balikpapan II berkapasitas produksi 200.000 barrel/hari yang resmi dioperasikan 1 November 1983. Pada tahun 1995 dilakukan pembaharuan dan peningkatan Kilang Balikpapan I berkapasitas produksi 60.000 barrel/hari yang mulai dioperasikan tahun 1997.

PT. Pertamina RU. V Balikpapan mempekerjakan lebih kurang sebanyak 1.166 orang dengan produk utama BBM tentu akan memberi dampak positif maupun negatif bagi daerah sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut beberapa survei Pertamina mengenai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, dampak positif yang diberikan dari adanya industri pengolahan migas meliputi dalam hal mengurangi angka pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat secara riil maupun


(21)

commit to user

5 multiplier effect, meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Balikpapan melalui program-program tanggung jawab sosial perusahaan. Dampak negatif yang mungkin diterima masyarakat dan lingkungan seperti kebisingan, debu, ketidaknyamanan suhu udara, penurunan kualitas udara dan kualitas perairan, terganggunya keseimbangan kehidupan, kekurangan debit air, kepadatan lalu lintas dan kesehatan.

Salah satu dampak negatif yang berpengaruh besar terhadap pola kehidupan masyarakat maupun lingkungan adalah pencemaran akibat adanya industri pengolahan migas. Pencemaran mengakibatkan dampak negatif terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, harta benda, atau dengan kata lain terhadap kehidupan bersama (sosial). Dampak pencemaran sosial ekonomi dapat diartikan dampak terhadap individu-individu dalam kehidupan bersama yang dinilai dengan satuan moneter (ekonomi). Suatu produk yang dihasilkan melalui proses produksi di suatu industri yang menimbulkan pencemaran dijual dengan harga yang relatif murah dibanding dengan harga produk yang sama dengan teknologi yang sama, tetapi tidak mencemari karena sudah memakai alat pengolah limbah (Brodjonegoro, 1996).

Pengolahan minyak dan gas alam ini menghasilkan limbah yang tidak sedikit. Air limbah yang dihasilkan dalam pengolahan minyak di PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan berupa limbah cair dan non cair. Beberapa jenis pengolahan air limbah oleh Pertamina, antara lain:


(22)

commit to user

6 1. Pengelolaan Air Limbah

RU. V melaksanakan pemantauan kualitas air limbah yang terdiri dari: air limbah proses, air limbah drainase dan air pendingin dan dari unit pengolahan melaporkan setiap bulan dan memastikan seluruh parameter di seluruh titik outlet kurang dari standar baku mutu air limbah (< BMAL). Upaya pengembangan dilakukan secara terus menerus baik dari metode, kehandalan peralatan maupun desain sistem sehingga persyaratan baku mutu terpenuhi.

2. Pengelolaan Limbah Emisi Udara

Limbah emisi udara dari seluruh cerobong dan flare stak dipantau dan dilaporkan secara periodik untuk memastikan seluruh parameter kurang dari baku mutu emisi (< BME).

3. Pengelolaan Limbah B3

Pengelolaan seluruh jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan RU. V dikendalikan secara kualitatif (dengan perijinan) dan kuantitatif (dengan neraca limbah). Kegiatan pengelolaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan pada ijin. Pengelolaan limbah B3 diarahkan kepada penerapan prinsip 3 R ( Reuse-Recycle-Recovery).

4. Flare Gas Recovery System

Tujuan proyek Flare Gas Recovery System adalah untuk memberikan kontribusi penggunaan energi yang lebih efisien dan mencegah polusi


(23)

commit to user

7 lingkungan atau lindungan lingkungan di Indonesia khususnya Kota Balikpapan. Manfaat proyek Flare Gas Recovery System adalah :

a. Mengurangi emisi CO2.

b. Penghematan energi hijau Fuel Gas yang berhasil direcovery.

c. Recovered Hydrocarbon Liquid (LPG komponen).

Suatu kebijakan lingkungan mengacu pada dasar undang-undang regulasi, yaitu diukur dalam UU No. 23 Tahun 1997 lalu pada tahun 2009 menjadi UU No. 32 Tahun 2009. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa setiap rencana kegiatan yang akan diperkirakan akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, wajib dilengkapi dengan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Undang-undang yang mengatur tentang lingkungan hidup khususnya untuk hal limbah adalah Permen Lingkungan Hidup (LH) No.19 Tahun 2010, sedangkan untuk hal emisi udara terdapat pada Permen LH No. 13 Tahun 2009. Limbah B3 pada PP RI No. 18 dan 85 Tahun 1999.

Seiring dengan berkembangnya peraturan di bidang pengelolaan lingkungan hidup, maka PT. Pertamina (Persero) juga telah melengkapi kegiatan kilang RU.V Balikpapan dengan berbagai dokumen (ANDAL, RKL, RPL, UKL & UPL) sebagai bukti kegiatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku. Selain itu PT. Pertamina (Persero) melengkapi Kilang RU. V Balikpapan dengan Sistem Manajemen Lingkungan – ISO 14001 yang dibentuk tahun 1997, mulai pra sertifikasi tahap I tahun 1998-2001 dan pra


(24)

commit to user

8 sertifikasi tahap II tahun 1999-2001, kemudian tahun 2002 dilanjutkan dengan audit (audit internal, consultant audit, preliminary audit dan certified

audit) dan memperoleh sertifikat ISO 14001 tahun 2002, kemudian

dilanjutkan dengan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Sehubungan dengan adanya peraturan dan perundangan tersebut diharapkan pembangunan sektor migas dapat terlaksana secara berwawasan lingkungan dan berkesinambungan.

Ilmu ekonomi mengenal suatu analisis yaitu analisis rasio manfaat dan biaya (B/C Ratio). Apabila rasio manfaat biaya industri pengolahan migas lebih besar atau sama dengan 1 (satu) maka kesejahteraan masyarakat lebih tinggi dan sebaliknya, jika kurang dari 1 (satu), maka kesejahteraan masyarakat menurun. Analisis manfaat biaya dikembangkan untuk memberi sebuah cara sistematik untuk membandingkan keuntungan serta kerugian ekonomi dari berbagai alternatif proyek. Pada umumnya, para penganalisa dan perencana hanya tertarik pada alternatif yang mempunyai rasio lebih dari 1 (satu). Dengan kata lain, agar ekonomi layak, sebuah proyek diharapkan dapat memberikan lebih banyak untung daripada rugi (Pareglio, 1996).

Berdasarkan dampak positif dan negatif yang timbul akibat industri pengolahan migas oleh Pertamina perlu dilakukan penghitungan tingkat keuntungan dan kerugian agar diketahui tingkat kelayakan keberadaan industri ini di kota Balikpapan. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini mengambil judul Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan (Aplikasi Benefit Cost Ratio).


(25)

commit to user

9 Penelitian lebih dikonsentrasikan pada dampak yang diterima oleh masyarakat pada khususnya dan Kota Balikpapan pada umumnya ditinjau dari aspek ekonomi dan lingkungan yang ditimbulkan oleh adanya industri pengolahan migas PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan ekonomi dari PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan dengan menggunakan pendekatan Benefit Cost Ratio?

2. Bagaimana nilai imbangan manfaat biaya dengan metode imbangan manfaat-biaya lingkungan dari PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui dampak positif dan negatif dengan rasio manfaat biaya yang diakibatkan oleh adanya industri pengolahan migas di PT. Pertamina (Persero) RU. V terhadap masyarakat dan perekonomian daerah kota Balikpapan.

2. Mengetahui nilai imbangan manfaat biaya di PT. Pertamina (Persero) RU. V terhadap masyarakat dan perekonomian daerah kota Balikpapan melalui pendekatan ekonomi lingkungan.


(26)

commit to user

10 D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana suatu kegiatan ekonomi di PT. Pertamina (Persero) RU. V berlangsung dengan memasukkan aspek lingkungan didalamnya, serta dampak-dampak baik itu dampak-dampak positif maupun negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan majunya perekonomian daerah.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan empiris tentang aspek lingkungan yang mempengaruhi jalannya kegiatan ekonomi suatu perusahaan melalui rasio manfaat dan biaya serta nilai valuasi lingkungan dan pengetahuan tentang kelayakan ekonomis suatu lingkungan dari adanya industri pengolahan migas secara ekonomi dan sosial.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan empiris dan dapat memberikan pengetahuan praktis tentang ekonomi sumber daya alam dan lingkungan, khususnya mengenai analisis manfaat biaya dari adanya industri pengolahan migas secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat dan perekonomian daerah Kota Balikpapan.


(27)

commit to user

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber daya alam merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan ekonomi dan industri. Sumber daya alam yang melimpah sangat menunjang majunya perekonomian suatu daerah namun dalam pemakaiannya memerlukan efisiensi agar penggunaan sumber daya tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan saja. Salah satu cabang ilmu ekonomi mengenal ekonomi sumber daya alam. Ekonomi sumber daya alam merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang mencoba menerapkan teori ekonomi, khususnya teori ekonomi mikro dalam pengelolaan sumber daya alam dan energi untuk memenuhi kebutuhan manusia secara efisien, efektif dan lestari.

Pertumbuhan ekonomi agregat sering diartikan sebagai kenaikan produksi nasional. Fungsi Produksi menunjukkan hubungan antara keluaran (output) dengan jumlah masukan (input). Fungsi produksi berikut sumberdaya alam dengan masukan (input) lainnya menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (L , K , R , T) Dimana:

Y = Jumlah produksi L = Jumlah tenaga kerja K = Kapital


(28)

commit to user

12 T = Teknologi

R = Jumlah barang sumberdaya alam

Sejarah menunjukkan masyarakat dapat mencapai kemakmuran karena berhasil memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Adam Smith dengan teori Absolute Comparative Advantage menyarankan agar setiap masyarakat berproduksi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki. Jadi masyarakat yang kaya akan sumber daya akan lebih banyak berproduksi.

Jumlah sumber daya alam yang terbatas sedangkan pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas seringkali membuat pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam tidak lagi bijaksana dan berpandangan jangka pendek. Isu lainnya mengenai pengelolaan sumber daya manusia yaitu belum adanya pertimbangan lingkungan. Semakin terbatasnya kondisi lingkungan global dan adanya pergeseran para pengguna dari yang semula memakai SDA yang renewable menjadi non renewable. Tujuan pengelolaan SDA untuk mencapai tingkat penggunaan yang optimal dan lestari dan tergantung pada pemanfaatan.

Sumber daya alam terbagi menjadi 2 (dua), yaitu sumber daya alam terbaharui dan tak terbaharui. Pemakaian sumber daya alam yang salah dapat menyebabkan beberapa hal yang merugikan pihak-pihak terutama pihak ketiga dari jalannya suatu kegiatan industri/usaha. Salah satunya yang dipermasalahkan adalah timbulnya biaya sosial dan eksternalitas. Bentuk eksternalitas yang berhubungan dengan penelitian ini adalah mengenai limbah. Limbah tersebut diolah sedemikian mungkin agar dapat


(29)

commit to user

13 meminimalisasikan dampak limbah terendah terhadap masyarakat sebagai penanggung dari eksternalitas negatif. Hal ini merupakan biaya eksternal perusahaan yang juga sebagai biaya sosial yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi. Pembangunan ekonomi yang cepat yang bersamaan dengan pembangunan pabrik akan meningkatkan pencemaran lingkungan.

Y (y1)

Y=f(R) Y0

0

R0 R1 R Sumber: Suparmoko dkk, 2011

Gambar 1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Barang Sumber Daya Alam

Berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak menyediakan barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa menuntut lebih banyak produksi barang SDA yang harus digali dan semakin menipisnya SDA dan pencemaran lingkungan semakin meningkat. Menurut teori biaya produksi, teori klasik (Ricardo) dan neo klasik (Jevons)


(30)

commit to user

14 menyatakan peningkatan biaya produksi berhubungan dengan semakin berkurangnya persediaan SDA. Penyebab SDA menjadi langka apabila: 1. Biaya riil per satuan output naik terus selama periode pengambilan.

2. Biaya komoditi yang diambil relatif lebih tinggi dari biaya produksi komoditi lain.

3. Harga komoditi yang diambil relatif lebih tinggi dari harga komoditi lain SDA dapat menjadi tidak langka disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1. Adanya barang substitusi, contoh: plastik mengganti kulit.

2. Adanya penemuan baru dengan metoda eksplorasi baru.

3. Adanya peningkatan dalam impor mineral dan metal dari negara lain. 4. Adanya peningkatan pengetahuan teknik .

5. Adanya pemakaian ulang (recycle).

Kelangkaan dapat dilihat dari harga barang SDA yang semakin naik maupun dilihat dari royalti atau rent. Rent adalah harga bayangan satu satuan barang SDA dalam persediaan. Bila seseorang tertarik pada kelangkaan maka rent lebih tepat, tetapi bila ingin mengetahui banyaknya pengorbanan dalam memperoleh barang SDA maka yang tepat adalah harga karena sudah mencakup biaya produksi dan sewa.

B. Pengertian Industri

Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya agar memperoleh nilai tambah (value


(31)

commit to user

15

added) dan keuntungan. Kegiatan industri menyangkut semua kegiatan

manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda, tetapi pada dasarnya pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu menurut tempat bahan baku, besar kecilnya modal, klasifikasi, jumlah tenaga kerja, pemilihan lokasi dan produktivitas perseorangan. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut. Semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya (Anonim, 2011). 1. Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku:

a. Industri ekstraktif. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh: pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain-lain.

b. Industri non ekstraktif. Industri non ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya didapat dari tempat lain selain alam sekitar.

c. Industri fasilitatif. Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh: Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.


(32)

commit to user

16 2. Jenis industri berdasarkan besar kecil modal:

a. Industri padat modal, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang

jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun

pembangunannya.

b. Industri padat karya, yaitu industri yang lebih dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

3. Jenis industri berdasarkan klasifikasi (SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986):

a. Industri kimia dasar. Contoh: industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk.

b. Industri mesin dan logam dasar. Contoh: industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil.

c. Industri kecil. Contoh: industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah.

d. Aneka industri. Contoh: industri pakaian, industri makanan dan minuman.

4. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja:

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 1-4 orang.

b. Industri kecil, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 5-19 orang.


(33)

commit to user

17 c. Industri sedang atau industri menengah, yaitu industri yang jumlah

tenaga kerjanya berjumlah antara 20-99 orang.

d. Industri besar, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 100 orang atau lebih.

5. Jenis industri berdasakan pemilihan lokasi:

a. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.

b. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (manpower oriented industry), yaitu industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja untuk lebih efektif dan efisien. c. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku

(supply oriented industry), yaitu jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

6. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan:

a. Industri primer, yaitu industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contoh: hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.


(34)

commit to user

18 b. Industri sekunder, yaitu industri yang mengolah bahan mentah

sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya pemintalan benang sutra, komponen elektronik, pengolahan migas dan sebagainya.

c. Industri tersier, yaitu industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh: telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.

Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara vertikal semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara horisontal semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.

Berbagai pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu


(35)

commit to user

19 dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri, akibatnya sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya dengan berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran atau periklanan dan sebagainya yang keseluruhan tersebut akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan daya beli masyarakat. Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan daya beli tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat. United Nations for Industrial

Development Organization (UNIDO) mengelompokkan negara-negara

sebagai berikut (Muhammad, 1992) :

a. Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang dari 10 persen.

b. Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.

c. Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbangan tersebut antara 20-30 persen.


(36)

commit to user

20 Perroux (1992) mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :

a. Suatu proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.

b. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainnya. c. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.

C. Pengertian Eksternalitas dan Biaya Sosial

Eksternalitas merupakan manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang tidak dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang atau jasa. Apabila ada eksternalitas, maka ada pihak ketiga di luar pembeli dan penjual yang terkena dampak dari produksi dan konsumsi. Manfaat atau biaya pihak


(37)

commit to user

21 ketiga tidak diperhitungkan baik oleh pembeli ataupun penjual barang yang diproduksi atau dikonsumsi sehingga menghasilkan eksternalitas. Harga pasar tidak secara tepat mencerminkan manfaat sosial marginal atau biaya sosial marginal yang diperdagangkan apabila terdapat eksternalitas.

Eksternalitas memunculkan situasi penyimpangan di dalam biaya dan manfaat marginal dari biaya atau manfaat sosial marginal. Penyimpangan tersebut memiliki arti bahwa produsen maupun konsumen tidak peduli apakah yang diproduksi atau dikonsumsi itu bermanfaat atau merugikan pihak ketiga. Hal ini menyebabkan inefisiensi terjadi di suatu kegiatan produksi. misalnya produsen memproduksi produk yang menghasilkan eksternalitas negatif. Produsen tidak peduli terhadap biaya yang ditanggung oleh pihak ketiga, begitu pula ketika terjadi eksternalitas positif, pembeli ataupun penjual tidak mempertimbangkan fakta bahwa konsumsi ataupun produksi mereka memiliki dampak positif terhadap pihak ketiga. Kenyataan terciptanya eksternalitas positif atau negatif ini tidak tercermin dalam penentuan harga barang dan jasa.

Eksternalitas negatif atau disebut biaya eksternal adalah biaya yang ditanggung pihak ketiga diluar pembeli dan penjual yang tidak tercermin dalam harga pasar. Sebagai contoh adalah kerusakan yang disebabkan oleh polusi industri terhadap masyarakat dan lingkungan. Dampak merugikan terhadap kesehatan ini tentu saja akan mengurangi nilai hak miliki pribadi seseorang.


(38)

commit to user

22 P

MPC+MEC=MSC

P3 c

MEC

P2 b S=MPC

P1 a

D=MSB

0 Q2 Q1 Q

Sumber : Amirullah, 2010

Gambar 2. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Negatif dan Efisiensi Harga, Manfaat, Biaya

Equilibrium pasar pada gambar 2 terjadi di titik A ketika output Q1 dan kondisi tersebut inefisien kareena MSC > MSB. Output efisien terjadi di tiik B, dimana output Q2 dan harga produk meningkat menjadi P2 bergerak menuju output yang efisien. Hal ini akan mengurangi biaya sosial marginal dari P3 menuju P2 dan diperoleh keseimbangan sebesar daerah ABG. Kondisi efisien tercapai apabila MPC + MEC = MSC karena MPC = MSB, maka MSC = MPC + MEC = MSB.


(39)

commit to user

23 Eksternalitas positif merupakan manfaat yang diperoleh pihak ketiga diluar penjual dan pembeli yang tidak tercermin dalam harga pasar. Penjual dan pembeli tidak pernah mempertimbangkan fakta bahwa setiap unit produksi menghasilkan manfaat terhadap yang lain. Sebagai contoh dari adanya eksternalitas positif adalah adanya alat pencegah kebakaran. Pembelian alat pencegah kebakaran seperti alarm asap atau material tahan bakar bermanfaat bagi pihak ketiga diluar penjual dan pembeli dengan mengurangi resiko menyebarnya kebakaran. Penjual dan pembeli tidak pernah mempertimbangkan fakta bahwa alat pencegah kebakaran menurunkan kemungkinan kerusakan property yang dimiliki oleh pihak ketiga.

P

P3 V S=MSC

P2 V

P1 U

P4 MPB+MEB = MSB

D=MPB

0 Q1 Q2 Q

Sumber : Amirullah, 2010

Gambar 3. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Positif dan Efisiensi Harga, Manfaat, Biaya


(40)

commit to user

24 Equilibrium pasar pada gambar 3 terjadi di titik U saat output yang dikonsumsi sebesar Q1, dimana MPB = MSC. Kondisi tersebut tidak efisien karena MSB > MSC. Kondisi efisien terjadi di titik V dimana output yang dikonsumsi sebesar Q2. Kondisi efisien terjadi ketika MPB + MEB = MSB, maka MPB + MEB = MSB = MSC.

Bentuk eksternalitas meliputi eksternalitas manfaat maupun eksternalitas biaya. Eksternalitas terjadi bila suatu kegiatan menimbulkan manfaat dan atau biaya bagi kegiatan atau pihak di luar pelaksana kegiatan tersebut. Eksternalitas dalam biaya inilah yang disebut pula sebagai biaya sosial. Permasalahan biaya sosial ini sesungguhnya berkaitan dengan masalah pencemaran lingkungan yang sebagai akibatnya adalah kerusakan lingkungan hidup yang dapat dianggap sebagai biaya pembangunan ekonomi (Suparmoko, 1989:237).

Masalah yang terjadi adalah siapa yang harus menanggung biaya sosial tersebut dan apakah biaya itu harus ditanggung oleh pihak yang menimbulkan korban atau biaya itu, ataukah pihak yang dirugikan atau pemerintah. Studi Coase (1989) mengambil contoh kegiatan usaha yang menimbulkan dampak yang merugikan bagi pihak lain, sebagai contoh pabrik yang menimbulkan asap yang mengotori dan menganggu lingkungan hidup sekitar pabrik tersebut. Pada umumnya, para ekonomi menyetujui agar pabrik yang menyebabkan polusi asap itulah yang harus dikenai kewajiban untuk mencegah pencemaran itu atau ia diwajibkan membayar pajak sebesar kerugian yang ditimbulkannya atau pabrik tersebut dipindahkan keluar daerah


(41)

commit to user

25 pemukiman. Namun Coase menyatakan bahwa upaya pemecahan masalah seperti tersebut diatas kurang tepat.

Sesungguhnya ada hubungan timbal balik dalam penciptaan dampak yang sifatnya merugikan itu. Apabila suatu perusahaan A menimbulkan pencemaran dan merugikan perusahaan B, maka biasanya masyarakat cenderung menginginkan agar perusahaan yang merugikan perusahaan lain itu (A) yang dikenai suatu beban atau semacam hukuman. Hal ini sebenarnya adalah keliru karena dengan mencegah terjadinya kerugian pada B, sesungguhnya masyarakat juga merugikan A. Permasalahannya adalah bagaimana agar kerugian tersebut tidak semakin serius, sebagai contoh apabila terdapat sebuah perusahaan kontraktor yang mendirikan bangunan untuk hotel, maka secara langsung kontraktor tersebut membuat kebisingan atau menimbulkan polusi suara. Hal ini akan mengganggu seorang dokter yang praktek didekat lokasi bangunan tersebut dalam memberikan pengobatan kepada pasiennya dan untuk mengurangi kerugian dokter tersebut, ia akan membebankan kerugian yang harus diderita kepada kontraktor.

Soemarwoto (1989) menyatakan bahwa dalam dunia ini tidak ada sesuatu yang gratis. Apabila seseorang ingin memperoleh sesuatu tanpa membayar, mungkin ada orang lain yang harus membayar biaya yang diperlukan untuk memperoleh sesuatu yang dianggap menguntungkan tadi. Apabila ada orang yang membuang limbah ke sungai, pada hakikatnya ia ingin menggunakan sungai itu untuk mengangkut limbah tersebut secara


(42)

commit to user

26 gratis, namun orang lain harus memikul biaya pengangkutan dalam bentuk penurunan hasil ikan atau biaya penjernihan air untuk minum yang lebih tinggi oleh Perusahaan Air Minum. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sektor pertanian, sektor pariwisata dan masyarakat umum seringkali harus menderita dan membayar biaya yang seharusnya dipikul oleh para industriawan dan para pengendara mobil atau motor. Hal ini disebut dengan biaya eksternal atau biaya sosial oleh para pakar ekonomi.

Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki biaya yang harus dibayar sendiri (internal cost) dan ternyata perusahaan juga menciptakan biaya yang harus dipikul orang lain (external cost) atau eksternalitas negatif. Oleh karena itu, biaya lingkungan itu adalah riil atau nyata dan harus diperhitungkan dalam kegiatan pembangunan.

D. Analisis Manfaat dan Biaya

Manfaat merupakan nilai barang dan jasa bagi konsumen sedangkan biaya merupakan manfaat yang tidak diambil atau lepas dan hilang

(opportunity cost). Menentukan manfaat serta biaya yang berhubungan

dengan aspek lingkungan seringkali mengalami kesulitan sehingga beberapa peneliti terdahulu telah mencoba untuk menentukan biaya pembuangan sampah atau limbah buangan perusahaan-perusahaan maupun rumah tangga. Biaya tersebut adalah biaya mencegah polusi dan biaya polusi.

Biaya pencegahan polusi adalah biaya yang dikeluarkan baik oleh perusahaan, perorangan atau pemerintah untuk mencegah sebagian atau


(43)

commit to user

27 keseluruhan polusi sebagai akibat kegiatan produksi dan konsumsi. Biaya polusi dibagi menjadi 2 (dua), antara lain:

1. Biaya yang dikeluarkan pemerintah atau swasta untuk menghindari kerusakan akibat polusi

2. Kerusakan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat polusi. Biaya pertama, yaitu biaya yang dikeluarkan pemerintah atau swasta untuk menghindari kerusakan akibat polusi relatif mudah untuk mengukurnya, akan tetapi biaya yang kedua sangatlah sulit untuk mengukurnya. Apabila analisis manfaat serta biaya diterapkan pada masalah lingkungan, khususnya untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, maka hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Analisis manfaat biaya pada hakikatnya merupakan penilaian sistematika terhadap keuntungan serta kerugian segala perubahan dalam produksi dan konsumsi masyarakat. Analisis diterapkan pada program penanggulangan atau pencegahan polusi. Manfaat program tersebut adalah pengurangan biaya polusi baik biaya menghindari kerusakan karena polusi maupun biaya merusak kesejahteraan akibat polusi.

Biaya program adalah segala pengeluaran pemerintah dan ini dapat diukur dengan nilai pemanfaatan lain sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan program. Asumsi yang diajukan untuk mempermudah analisis, yaitu:


(44)

commit to user

28 1. Setiap tambahan pengeluaran pada program ini menghasilkan

pengurangan dalam hasil polusi, yaitu sebagai akibat usaha pengurangan polusi.

2. Masyarakat biasanya menilai usaha-usaha permulaan pengurangan polusi itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penilaian usaha-usaha berikutnya. Apabila digambarkan maka asumsi tersebut menghasilkan situasi seperti terlihat pada gambar berikut.

Rp/Satuan R

Biaya sosial marjinal (MSC)

E* E

Manfaat sosial marjinal (MSB)

O P* P Satuan Hasil Polusi

Sumber : Suparmoko, 1989

Gambar 4. Situasi Program Pengurangan Polusi

Garis horisontal MSC menunjukkan bahwa setiap rupiah pengeluaran program menghasilkan pengurangan polusi dalam jumlah yang sama. Garis


(45)

commit to user

29 MSB menunjukkan manfaat bagi rumah tangga pada setiap satuan hasil polusi, jadi semakin banyak satuan hasil polusi maka semakin berkurang manfaat sosial marjinal.

Jika pemerintah mengetahui dimensi kuantitatif manfaat dan biaya per satuan, maka program pemerintah sangatlah baik untuk dilaksanakan bila manfaat total (daerah dibawah garis MSB) lebih besar daripada biaya total (daerah dibawah garis MSC). Tingkat hasil optimal adalah OP*, karena untuk tingkat hasil yang lebih kecil, tambahan manfaat per satuan hasil melebihi biaya tambahan per satuan dan untuk tingkat hasil yang lebih besar sumbangan biaya per satuan melebihi tambahan manfaat per satuan. Dengan demikian bila tingkat optimal pengurangan polusi OP* dipilih maka biaya-biaya adalah OP* EE* sedang keuntungan adalah OP* ER.

E. Manfaat dan Biaya 1. Manfaat

Manfaat (benefit) dalam penelitian ini bersifat evaluasi yang berarti menitikberatkan pada social benefit dan diukur dalam satuan rupiah. Penilaian benefit pada evaluasi ini menyangkut manfaat langsung yang diterima dan penilaian secara kualitatif terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan (multiplier effect). Besar kecilnya dampak proyek/kegiatan perusahaan terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan berkaitan dengan jumlah investasi yang ditanam dalam


(46)

commit to user

30 sebuah proyek/perusahaan. Manfaat terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek. Seperti naiknya hasil produksi barang atau jasa, perubahan bentuk, turunan biaya dan lain sebagainya (Harmoni, 2011). Kenaikan hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah produk dan kualitas dari produk akibat adanya kegiatan perusahaan. Manfaat langsung merupakan manfaat (keuntungan) yang dapat langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan ataupun pihak ketiga sebagai multiplier effect. Manfaat tidak langsung merupakan manfaat yang timbul sebagai dampak yang bersifat multiplier effect dari proyek yang dibangun terhadap kegiatan pembangunan lainnya.

2. Biaya

Biaya adalah pengeluaran dan pengorbanan yang dapat mengurangi pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya langsung merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan perusahaan. Biaya tidak langsung adalah biaya yang perlu diperhitungkan dalam menganalisis kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

F. Rasio Net Benefit Cost

Rasio Benefit Cost (B/C Ratio) merupakan perbandingan antara benefit yang telah di present value kan dengan biaya yang telah di present value kan. Semakin besar B/C Ratio, semakin besar perbandingan antara


(47)

commit to user

31 benefit dengan biaya, yang berarti proyek relatif semakin menguntungkan. Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila B/C Ratio < 1 maka usulan proyek akan ditolak. Berikut adalah rumus untuk menghitung B/C Ratio (Gray, 2005:76):

B/C =

Dimana :

B/C Ratio = Benefit-Cost Ratio

Bt = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.

Ct = Biaya sosial bruto proyek pada tahun t.

n = Umur ekonomis proyek.

i = Social discount rate.

t = Tahun bersangkutan.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila diperoleh Net B/C ≥ 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh Net B/C ≤ 1.

Rasio Benefit Cost (B/C R) disebut juga analisis manfaat dan biaya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan/kerugian dalam suatu proyek. Analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program.


(48)

commit to user

32 Perhitungan manfaat serta biaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan dengan makna tekstualnya yaitu benefit cost (manfaat-biaya), maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan dan kerugian suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan.

Penerapan rasio benefit cost (B/C R) jika dibandingkan penerapannya dalam bidang investasi telah banyak mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan analisis B/C R antara lain yaitu penerapannya dalam bidang pengembangan ekonomi daerah. Analisis ini umum digunakan pemerintah daerah untuk menentukan kelayakan pengembangan suatu proyek.

Relatif berbeda dengan penerapan B/C R di bidang investasi, penerapan B/C R dalam proses pemilihan suatu proyek terkait upaya pengembangan ekonomi daerah relatif lebih sulit. Hal ini dikarenakan aplikasi B/C R dalam sektor publik harus mempertimbangkan beberapa aspek terkait social benefit (social welfare function) dan lingkungan serta tak kalah


(49)

commit to user

33 penting adalah faktor efisiensi. Faktor efisiensi mutlak menjadi perhatian menimbang terbatasnya dana dan kemampuan pemerintah daerah sendiri.

G. Nilai Imbangan Manfaat Biaya

Imbangan manfaat-biaya merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai kelayakan dari suatu kegiatan industri/usaha apakah kegiatan tersebut layak atau tidak layak untuk dikelola/diusahakan. Nilai imbangan ini diperoleh dengan cara membandingkan manfaat dan biaya industri yang telah di present value kan setelah ditambahkan nilai eksternalitas lingkungan. Perhitungan nilai imbangan dihitung dengan menambahkan nilai eksternalitas sebagai biaya dan tanpa menambahkan nilai eksternalitas. Hal ini dilakukan untuk membandingkan dan menguji pengaruh komponen eksternalitas terhadap kelayakan suatu industri atau usaha.

PV Manfaat Nilai Imbangan =

PV Biaya (+ Eksternalitas)

Konsep imbangan manfaat-biaya lingkungan sesungguhnya merupakan deviasi dari konsep rasio B/C konvensional yang selama ini banyak digunakan untuk melihat kelayakan industri atau usaha. Realita di lapangan menyatakan kelayakan suatu kegiatan industri atau usaha tidak saja ditentukan oleh kelayakan teknis finansial, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan lingkungan sekitarnya. Memadukan konsep ekonomis dan ekologis dalam menilai kelayakan suatu kegiatan industri/usaha,


(50)

commit to user

34 diharapkan paling tidak akan diperoleh nilai kelayakan yang lebih mendekati dan lebih komprehensif.

Imbangan manfaat-biaya lingkungan adalah besarnya nilai perbandingan antara manfaat dan biaya ekonomis-ekologi. Menentukan besarnya imbangan manfaat-biaya lingkungan, disamping dilakukan valuasi terhadap manfaat ekonomis dan ekologis, juga di evaluasi biaya ekonomis dan ekologis industri tersebut. Apabila imbangan keduanya menunjukkan nilai lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka kegiatan industri tersebut dapat dikatakan layak secara ekonomi dan ekologi untuk dikelola.

H. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Lukmiyatun (2010) menyebutkan bahwa dengan adanya industri tahu di kelurahan Jomblang memberikan dampak positif dalam hal mengurangi angka pengangguran dan menambah penghasilan masyarakat sekitar industri tahu yang ikut serta memperdagangkan produk tahu dari industri tersebut. Dampak negatif yang dirasakan masyarakat yaitu: kondisi air bersih di sekitar industri tahu mengalami pencemaran, penurunan kualitas udara yang diidentifikasi dengan bau menyengat akibat limbah tahu yang dibuang langsung ke sungai dan suara bising yang berasal dari operasi mesin diesel yang mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar industri tahu. Setelah dilakukan penghitungan rasio benefit cost (B/C R), diperoleh angka B/C R sebesar 1,1. Hal ini menunjukkan bahwa industri tahu KSM Mandiri


(51)

commit to user

35 Lestari memberikan keuntungan pada masyarakat sebanyak 10% sehingga dinyatakan layak secara ekonomi bagi masyarakat Jomblang.

Penelitian Gumilar dkk (2002) menyebutkan bahwa secara keseluruhan usaha budidaya perikanan jaring apung di Waduk Saguling masih layak dilakukan. Berdasarkan skala usaha unit jaring, terdapat kecenderungan bahwa semakin meningkat jumlah jaring yang dioperasikan dalam 1 (satu) unit kolam, semakin meningkat kelayakan usahanya ditinjau dari segi aspek ekonomi. Jumlah pakan sisa rata-rata yang terbuang secara bebas ke perairan waduk Saguling per unit jaring diperkirakan sekitar 0,78 kg per hari atau sekitar 280,8 kg per tahun. Berdasarkan actual market price nilai valuasi limbah pakan per unit jaring diperkirakan sekitar Rp. 617.760 per tahun atau sekitar Rp. 1.721 per hari. Dalam skala waduk, nilai valuasi limbah pakan diperkirakan sebesar Rp. 2.733.984.000 per tahun atau sebesar Rp. 7.615.425 per hari. Imbangan manfaat-biaya antara tanpa eksternalitas dan dengan eksternalitas maisng-masing sebesar 1,2 dan 1,10. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen eksternalitas lingkungan menyebabkan nilai kelayakan usaha semakin rendah walaupun kegiatan usaha Kolam Jaring Apung (KJA) tersebut masih dalam kategori layak, B/C R masih diatas 1 (satu). B/C R usaha budidaya dengan memperimbangkan komponen eksternalitas hampir mendekati 1 (satu), yaitu sebesar 1,08 per unit jaringnya. Penelitian Sidarto (2010) menyatakan bahwa manfaat langsung dalam penelitiannya adalah total pembayaran yang berasal dari masyarakat yang menjadi anggota kelompok pembuangan sampah. Berdasarkan survei


(52)

commit to user

36 langsung di lapangan dari 293 Kepala Keluarga (KK) dengan biaya pembuangan sampah sebesar Rp. 15.000 per bulan. Manfaat tidak langsung meliputi penghasilan dari penjualan kompos dan hasil penjualan sampah yang dijual tanpa proses kepada pengepul. Setiap tempat proses dari hasil pengolahan membutuhkan hasil pengumpulan sampah selama 15 kali. Pengumpulan sampah dilakukan 2 (dua) kali sehari, maka untuk setiap tempat pemrosesan mebutuhkan hasil pengumpulan selama 1 (satu) bulan. Sampah menjadi kompos setiap 3 (tiga) dan setiap tempat pemrosesan menghasilkan kompos rata-rata sebanyak 150 pak/bagor dengan harga Rp. 5.000 per bagor. Sedangkan hasil penjualan sampah tanpa proses rata-rata per bulan sebesar Rp. 50.000. Biaya yang dimasukkan dalam pendekatan ini adalah biaya operasional, yang terdiri dari: biaya tenaga kerja, listrik dan lain-lain pada tahun pertama, kedua dan ketiga.

Hasil penelitian Sidarto (2010) tersebut menyebutkan bahwa membuka usaha proses pengelolaan sampah rumah tangga ternyata akan mendapatkan keuntungan. Hal ini dapat dibuktikan dengan analisa data menggunakan metode NPV yang hasilnya positif Rp. 1.046.900 begitu juga dengan menggunakan metode IRR yang hasilnya 17,4% serta dengan PI yang hasilnya 1,05.

I. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dan teori yang dikemukakan di atas mengenai “Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan


(53)

commit to user

37 (Aplikasi Benefit Cost Ratio)” dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Pertamina

Eksternalitas / Biaya Sosial

Rasio Manfaat Biaya Nilai Imbangan Manfaat

Dampak Positif dan Negatif Terhadap Masyarakat – Kelayakan Ekonomis dan Lingkungan

Manfaat Langsung

-CSR

-Pendapatan karyawan -Pendapatan penjualan

perusahaan

Manfaat Tidak Langsung -Pendapatan masyarakat

(multiplier effect) -Pendapatan Daerah

Biaya Langsung -Biaya operasional -Biaya produksi Biaya Tidak Langsung -Biaya penanganan


(54)

commit to user

38 Kerangka pemikiran diatas diasumsikan bahwa kegiatan industrialisasi oleh Pertamina memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat yang tercermin dari berbagai dampak yang muncul akibat kegiatan operasionalnya. Dampak tersebut adalah dampak positif dan negatif yang diklasifikasikan ke dalam manfaat dan biaya lalu dihitung dengan menggunakan rasio net benefit cost ratio untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomisnya dan nilai imbangan manfaat biaya untuk mengetahui tingkat kelayakan ekologis dari adanya industri pengolahan migas yang dikelola oleh PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan.

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teori yang dikemukakan di atas dan studi yang pernah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sementara untuk dijadikan hipotesis, yaitu:

1. Diduga bahwa adanya industri pengolahan migas yaitu PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan memberikan dampak ekonomi yaitu dampak positif dan dampak negatif yang diperoleh masyarakat dan memiliki kelayakan ekonomi atau tingkat keuntungan industri terhadap masyarakat dan perekonomian daerah Kota Balikpapan.

2. Diduga bahwa adanya industri pengolahan migas yaitu PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan memiliki tingkat keuntungan dan memiliki kelayakan lingkungan terhadap lingkungan dan masyarakat Kota Balikpapan.


(55)

commit to user

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara dan studi pustaka pada tanggal 16 Mei 2011 sampai dengan tanggal 6 Juni 2011 di BPS Kota Balikpapan, Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Balikpapan, Environmental Health Safety Environmental (HSE) Section RU. V dan Keuangan RU. V Balikpapan.

Tabel 1. Kegiatan Observasi Lapangan

No Hari dan Tanggal Kegiatan

1. Senin/ 16 Mei 2011 a. BPS Kota Balikpapan.

b. Data yang diperlukan meliputi - biaya produksi Pertamina - pendapatan masyarakat - jumlah penduduk

- pengeluaran rutin masyarakat per bulan menurut golongan

- PDRB Migas Kota Balikpapan. 2. Rabu-Kamis/

18-19 Mei 2011

a. Dispenda Kota Balikpapan.

b. Data yang diperlukan adalah pendapatan daerah.

3. Kamis-Jumat/ 19-20 Mei 2011

a. Kantor Besar PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan di Jalan Yos Sudarso (Jalan Minyak).

b. Divisi Hubungan Masyarakat (Hubmas) untuk menanyakan kelanjutan dari proposal penelitian.

c. Observasi lapangan dilakukan di Divisi Environmental HSE

5. Senin-Selasa / 23-24 Mei 2011

a. Kantor Security untuk membuat tanda pengenal perusahaan (badge).

b. Safety Induction.

6. Rabu/ 25 Mei 2011 Alat Pelindung Diri (Apedi) dari Pertamina: coverall, sepatu safety, helm safety dan sarung tangan.


(56)

commit to user

40 7. Kamis/ 26 Mei 2011 Penelitian di bagian Environmental HSE.

Supervisor yaitu Ibu Ika Yuliastuti. 8. Jum’at-Selasa/

27, 30, 31Mei 2011

Orientasi di divisi HSE. Orientasi pertama dilakukan di bagian Environmental, fire &

Insurance, Occupational Health.

11. Rabu/ 01 Juni 2011 a. Konsultasi dengan pembimbing lapangan, Bapak Kardiman Rahardjo.

b. Divisi Environmental dan Divisi Marine untuk memperoleh data:

- biaya penanganan pencemaran - nilai valuasi lingkungan - profil perusahaan, dan - data pengelolaan limbah.

c. Divisi keuangan untuk memperoleh data mengenai:

- pendapatan penjualan - pendapatan karyawan, dan - biaya operasional.

12. Kamis/ 02 Juni 2011 Menyusun, menganalisis dan membuat laporan penelitian untuk Pertamina.

13. Jum’at/ 03 Juni 2011 Konsultasi laporan penelitian dengan Bapak Kardiman Rahardjo.

14 Senin/ 06 Juni 2011 Menyerahkan laporan untuk ditandatangani oleh Pembimbing Bapak Kardiman, Kepala Divisi Bapak Judy Pudji dan Kepala Divisi Hubmas Ibu Fety.

Sumber: Data diolah, 2011

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 (tiga) cara, antara lain:

1. Wawancara

Metode wawancara adalah metode penelitian dengan melakukan interaksi langsung dengan narasumber di beberapa divisi khususnya divisi lingkungan dan keuangan yaitu Bapak Kardiman Rahardjo sebagai


(57)

commit to user

41 Pembimbing Lapangan dan Ibu Ika Yuliastuti (Environmental) serta Ibu Ika (Keuangan). Pertanyaan yang diajukan sebagai berikut:

a. Cara pengolahan limbah yang dilakukan Pertamina.

b. Teknologi yang digunakan Pertamina RU. V dalam mengelola limbah. c. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam mengolah limbah.

d. Tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan untuk masyarakat dan daerah.

e. Pertimbangan Pertamina untuk aspek ekonomi dan aspek lingkungan dalam pelaksanaan kegiatan perindustriannya.

f. Penyebab kelangkaan BBM di Kalimantan Timur, khususnya di Kota Balikpapan.

g. Kelanjutan usaha Pertamina agar menjadi perusahaan pengolahan migas kelas dunia sesuai dengan misi dan visinya.

2. Observasi

Metode observasi yaitu metode dengan melakukan pengamatan langsung pada lapangan yaitu divisi Environmental dan Keuangan di PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan.

3. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan mencari data dan referensi dari buku teks di BPS Kota Balikpapan, Dispenda Kota Balikpapan dan buku-buku keilmuan lainnya serta website yang berhubungan dengan teori-teori penelitian.


(58)

commit to user

42 C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2006). Sumber-sumber data tersebut antara lain:

1. BPS Kota Balikpapan

a. Biaya produksi PT. Pertamina (Persero) RU. V 2005-2009.

b. Biaya pengeluaran rutin masyarakat menurut golongan 2005-2009. c. Jumlah Penduduk 2005-2009.

d. PDRB dengan migas Kota Balikpapan 2001-2009.

2. Dispenda Kota Balikpapan: Kontribusi Pertamina kepada daerah Kota Balikpapan sebagai pendapatan daerah 2005-2009.

3. Divisi Keuangan Pertamina RU. V Balikpapan. a. Data pendapatan karyawan 2005-2009. b. Data pendapatan penjualan 2005-2009.

c. Data biaya operasional perusahaan 2005-2009. 4. Divisi Environmental HSE Pertamina RU. V Balikpapan.

a. Data tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan 2005-2009. b. Biaya penanganan pencemaran 2005-2009.

c. Profil perusahaan.

d. Data Pengelolaan limbah.


(59)

commit to user

43 D. Definisi Operasional Variabel

1. Manfaat (Benefit)

Manfaat langsung yang dirasakan masyarakat karena adanya industri Pertamina di kota Balikpapan antara lain:

a. Adanya program Corporate Social Responsibility (CSR) yang meliputi bantuan layanan kesehatan dengan didasarkan pada jenis penyakit yang diderita masyarakat sekitar kegiatan yang dimungkinkan akibat adanya operasional Perusahaan (perbandingan data seri dalam bulan/ tahun). Manfaat adanya CSR ini tidak hanya dari bidang kesehatan saja, namun juga pendidikan, kemandirian ekonomi, prasarana dan korban bencana, lingkungan dan keagamaan.

b. Pendapatan karyawan sebagai terbukanya peluang usaha. Dampak positif dengan keberadaan dan beroperasinya PT. Pertamina RU. V Balikpapan adalah adanya kesempatan bekerja pada perusahaan tersebut dan juga kesempatan berusaha sebagai bisnis turunan (derived business) dari kegiatan operasionalnya.

c. Pendapatan penjualan atas produksi RU. V Balikpapan, berupa BBM dan Non BBM yang diukur dalam satuan Rupiah dan dihitung keseluruhan dalam 1 (satu) tahun.

Manfaat tidak langsung yang didapat oleh masyarakat dari adanya industri Pertamina di kota Balikpapan antara lain:


(60)

commit to user

44 a. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan industri lainnya.

Keberadaan kegiatan produksi migas di Balikpapan telah memicu perkembangan Kota Balikpapan. Pembangunan sarana kilang dan sarana penunjang seperti perkantoran, perumahan, jalan dan sebagainya memberikan multiplier effect bagi pembangunan Kota Balikpapan. Disamping itu, adanya industri migas diikuti pula kehadiran tenaga kerja dari daerah sekitarnya maupun dari daerah lain. Begitu juga kegiatan industri jasa seperti perdagangan, transportasi, perbankan, perhotelan dan berbagai industri lainnya yang berkembang pesat seiring keberadaan industri migas. Parameter perhitungan pendapatan masyarakat sebagai multiplier effect ini berdasarkan pengeluaran masyarakat riil. Pengeluaran tersebut dihitung per tahun dikalikan jumlah penduduk serta berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional) Kota Balikpapan.

b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kontribusi Pertamina terhadap daerah Provinsi yang diberikan kepada daerah-daerah khususnya Kota Balikpapan dalam bentuk Dana Bagi Hasil. 2.Biaya (Cost)

Biaya langsung yang diperhitungkan dalam analisis ini meliputi biaya operasional diluar biaya tenaga kerja dan biaya produksi, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya penanganan pencemaran dan biaya eksternalitas (nilai valuasi lingkungan).


(61)

commit to user

45 3.Tingkat Bunga (Social Discount Rate)

Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang berlaku pada saat dilakukannya observasi lapangan, diukur dalam satuan persen (%). Berdasarkan suku bunga kredit pada 32 bank di Kota Balikpapan menggunakan suku bunga kredit sebesar 8%-12%, sedangkan BI rate pada April 2011 sebesar 6,75%. Tingkat bunga yang digunakan adalah sebesar 10% karena mengikuti suku bunga kredit yang berlaku di Kota Balikpapan. (www.bi.go.id diakses tanggal 19 Juni 2011).

E. Metode Analisis Penelitian

Proses analisis yang akan dilakukan terdiri dari rasio benefit cost dan penghitungan nilai imbangan manfaat

1. Rasio Benefit Cost

Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif. Rasio benefit cost digunakan untuk menilai kelayakan ekonomi dari industri ini serta untuk mengidentifikasi dampak positif dan negatif terhadap masyarakat Kota Balikpapan. Benefit dinilai dari dampak positif sedangkan cost dinilai dari dampak negatif.


(62)

commit to user

46 Net B/C =

Dimana :

B/C Ratio = Benefit-Cost Ratio

Bt = Manfaatsosial bruto proyek pada tahun t. Ct = Biaya sosial bruto proyek pada tahun t.

n = Umur ekonomis proyek.

i = Social discount rate.

t = Tahun bersangkutan.

2. Nilai Imbangan Manfaat-Biaya Lingkungan

Imbangan manfaat-biaya merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai kelayakan lingkungan dari suatu kegiatan industri/usaha apakah kegiatan tersebut layak atau tidak layak untuk dikelola/diusahakan. Nilai imbangan ini diperoleh dengan cara membandingkan total manfaat dan total biaya industri yang telah di present value kan setelah ditambahkan nilai eksternalitas lingkungan. Total manfaat dan total biaya memerlukan perhitungan nilai sekarang (present value), karena perhitungan total manfaat dan biaya dihitung dengan satuan uang, dimana uang memiliki nilai waktu yang pada saat pengambilan dan pemakaian nilainya dapat berbeda. Perhitungan nilai imbangan dihitung dengan menambahkan nilai eksternalitas sebagai


(63)

commit to user

47 biaya dan tanpa menambahkan nilai eksternalitas. Hal ini dilakukan untuk membandingkan dan menguji pengaruh komponen eksternalitas terhadap kelayakan suatu industri atau usaha.

PV Manfaat Nilai Imbangan =

PV Biaya (+ Eksternalitas)

Nilai valuasi lingkungan atau disebut sebagai nilai eksternalitas yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh dari perhitungan jumlah minyak mentah (crude oil) yang telah diolah dan menghasilkan sisa olahan dikalikan dengan harga aktual pasar.

Konsep imbangan manfaat-biaya lingkungan sesungguhnya merupakan deviasi dari konsep rasio B/C konvensional yang selama ini banyak digunakan untuk melihat kelayakan industri atau usaha. Realita di lapangan menyatakan kelayakan suatu kegiatan industri atau usaha tidak saja ditentukan oleh kelayakan teknis finansial, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan lingkungan sekitarnya. Memadukan konsep ekonomis dan ekologis dalam menilai kelayakan suatu kegiatan industri/usaha, diharapkan paling tidak akan diperoleh nilai kelayakan yang lebih mendekati dan lebih komprehensif.


(64)

commit to user

48 HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Letak Geografis dan Wilayah

Kota Balikpapan merupakan pusat kegiatan perekonomian di Kalimantan Timur yang memiliki sentra industri yang cukup besar di bidang industri pengolahan minyak bumi dan gas alam (migas). Kota Balikpapan secara geografis berada antara 1.0 LS – 1.5 LS dan 116,5 BT – 117,5 BT dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Batas Utara : Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara.

b. Batas Selatan : Selat Makasar. c. Batas Timur : Selat Makasar. d. Batas Barat : Teluk Balikpapan.

Kota Balikpapan memiliki luas wilayah daratan sebesar 503,3 km2

dan luas pengelolaan laut mencapai 160,10 km2. Kota Balikpapan terdiri

dari 5 kecamatan dan 27 kelurahan. 5 kecamatan tersebut adalah Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan Timur, Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Barat.

Topografi Kota Balikpapan sekitar 70% merupakan daerah yang berbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada di tepi laut. Perbukitan berada di daerah utara, Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Timur. Daerah ini menjadi daerah


(1)

commit to user

89 menjumlahkan PV Benefit dan PV Cost selama 5 (lima) tahun lalu membagi antara Total PV Benefit dengan Total PV Cost.


(2)

commit to user

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis manfaat biaya dengan metode rasio benefit

cost dan nilai imbangan manfaat biaya, maka dapat disimpulkan bahwa

tingkat kelayakan ekonomi dan lingkungan dari industri pengolahan migas oleh PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan adalah sebagai berikut: 1. Rasio net benefit cost menunjukkan hasil 1,058. Nilai Net B/C R >1 yang

artinya industri pengolahan migas oleh PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan layak secara aspek ekonomi kepada masyarakat dan daerah Kota Balikpapan. Nilai 1,058 tersebut juga menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp. 1,00,- menurut nilai sekarang akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0.058.

2. Nilai imbangan manfaat biaya dengan menambahkan nilai valuasi

lingkungan (eksternalitas) yang dihitung dari banyaknya jumlah minyak olahan yang terbuang dikalikan harga aktual pasar dan dengan tidak menambahkan sebagai bahan perbandingan adalah 1,657 dan 1,660. Selisih rasio tidak terlalu jauh, hal ini menandakan bahwa nilai eksternalitas menyebabkan nilai kelayakan usaha menjadi rendah, namun perbedaannya tidak terlalu banyak. Berdasarkan hasil perhitungan nilai imbangan ini menyatakan bahwa industri pengolahan migas oleh PT. Pertamina (Persero) adalah layak secara aspek lingkungan karena rasio >1.


(3)

commit to user

91 3. Dampak positif yang diperoleh masyarakat dan daerah adalah adanya

industri pengolahan migas oleh PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan antara lain:

a. Mengurangi angka pengangguran.

b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Balikpapan melalui

program-program tanggung jawab sosial perusahaan.

c. Meningkatkan pendapatan masyarakat secara riil maupun multiplier

effect.

d. Meningkatkan pendapatan daerah.

4. Dampak negatif yang dirasakan masyarakat yaitu:

a. Kondisi air laut di sekitar teluk Balikpapan yang mengalami pencemaran, sementara laut dan tepi laut di Balikpapan kerap dijadikan objek wisata maupun sumber penghidupan masyarakat yang tinggal di pesisir laut Balikpapan.

b. Penurunan kualitas udara bagi masyarakat yang tinggal di dalam daerah dampak utama dari Pertamina.

c. Bentuk kekhawatiran masyarakat, terjadinya ledakan dan kebakaran, penurunan debit air, terorisme/sabotase dan kebocoran pipa.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis manfaat biaya dengan metode rasio benefit


(4)

commit to user

92 Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan, maka penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Pertamina meningkatkan kinerjanya baik itu melalui aspek teknologi maupun ekonomi. Adanya Pertamina diharapkan terus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daerah setempat disamping beberapa dampak negatif yang mengganggu kehidupan masyarakat dan daerah. 2. Pertamina meningkatkan SDM agar produkstivitas dan teknologi yang

digunakan semakin maju dan lebih baik.

3. Pertamina meningkatkan program CSR karena sangat bermanfaat bagi masyarakat, misalnya bantuan sosial, kesempatan kerja yang terbuka lebar, kepedulian lingkungan, pendidikan dan kesehatan. Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa progarm tersebut bermanfaat dan perlu diteruskan dan dalam pelaksanaan selanjutnya memerlukan modifikasi. Program tersebut juga dapat meningkatkan citra baik Pertamina, dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap Pertamina dan mampu mengurangi potensi timbulnya masalah, selain membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat dan membantu program wilayah/desa setempat, Kegiatan industri jasa seperti perdagangan, transportasi, perbankan, perhotelan dan berbagai industri lainnya juga berkembang pesat seiring keberadaan industri migas. Perkembangan ini jelas memberikan kontribusi positif bagi Balikpapan yang semula bertumpu pada ekonomi agraris kemudian beralih pada ekonomi yang bertumpu pada industri dan perdagangan.


(5)

commit to user

93 Sehubungan dengan pemakaian jumlah barang sumber daya dalam industri pengolahan migas yang dikelola oleh Pertamina akan menghasilkan perubahan pada jumlah barang sumber daya dan dampak lingkungan dengan dampak ekonomi, maka beberapa saran untuk pemerintah sehubungan dengan masalah pengambilan sumber daya alam. Ada 3 (tiga) kemungkinan cara pemecahannya (Suparmoko, 1997:53):

1. Cara yang pertama adalah meningkatkan tersedianya sumber daya alam pada laju yang paling tidak sama dengan laju penggunaan sumber daya alam. Kebijakan yang sekarang ini ditempuh dalam kebanyakan negara industri diarahkan untuk meningkatkan tersedianya sumber daya alam seperti mengintensifkan penelitian sumber-sumber minyak dan gas baru. 2. Cara pemecahan yang kedua adalah meningkatkan efisiensi penggunaan

sumber daya alam yang sekarang ini telah diketahui dan dikuasai persediaannya, yaitu dengan menggunakan technical fix. Technical Fix

adalah pemecahan masalah yang secara teknis dan ekonomis layak atas dasar standar saat ini dan tidak memerlukan perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berarti, sebagai contoh diciptakannya mobil-mobil model baru yang hemat bahan bakar.

3. Cara pemecahan yang ketiga adalah berupa penekanan permintaan terhadap sumber daya alam. Contoh dari cara ini yaitu penggunaan kendaraan angkutan umum untuk menggantikan kendaraan-kendaraan pribadi. Cara yang ketiga ini menghendaki adanya perubahan cara hidup atau gaya hidup para pribadi dalam masyarakat.


(6)

commit to user

94 Masing-masing dari ketiga cara di atas tidak berarti harus saling meniadakan satu sama lain, melainkan ketiga cara tersebut dapat dipakai sama. Beberapa tindakan konservasi SDA dapat digunakan bersama-sama dengan tindakan untuk menemukan SDA baru guna menunjang pertumbuhan permintaan akan SDA. Permintaan terhadap sumber daya energi dan sumber daya lain meningkat terus dengan cepat dan semakin lama menunggu dilaksanakannya kebijakan konservasi maka akan semakin sulit usaha konservasi tersebut dapat dilaksanakan. Demikian pula semakin banyak teknologi yang dikaitkan dengan usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi, semakin sedikit macam teknologi tepat guna yang diarahkan untuk pertumbuhan ekonomi yang pantas (tidak terlalu cepat). Apabila sumber daya alam tidak terbaharui (minyak) itu habis, maka apapun cara pemecahan yang dipakai akan sulit untuk berhasil.