commit to user 33
penting  adalah  faktor  efisiensi.  Faktor  efisiensi  mutlak  menjadi  perhatian menimbang terbatasnya dana dan kemampuan pemerintah daerah sendiri.
G. Nilai Imbangan Manfaat Biaya
Imbangan  manfaat-biaya  merupakan  salah  satu  indikator  yang digunakan untuk menilai kelayakan dari suatu kegiatan industriusaha apakah
kegiatan  tersebut  layak  atau  tidak  layak  untuk  dikeloladiusahakan.  Nilai imbangan  ini  diperoleh  dengan  cara  membandingkan  manfaat  dan  biaya
industri  yang  telah  di  present  value  kan  setelah  ditambahkan nilai
eksternalitas    lingkungan.  Perhitungan  nilai  imbangan  dihitung  dengan menambahkan nilai eksternalitas sebagai biaya dan tanpa menambahkan nilai
eksternalitas. Hal ini dilakukan untuk membandingkan dan menguji pengaruh komponen eksternalitas terhadap kelayakan suatu industri atau usaha.
PV Manfaat Nilai Imbangan =
PV Biaya + Eksternalitas
Konsep imbangan
manfaat-biaya lingkungan
sesungguhnya merupakan  deviasi  dari  konsep  rasio  BC  konvensional  yang  selama  ini
banyak  digunakan  untuk  melihat  kelayakan  industri  atau  usaha.  Realita  di lapangan menyatakan kelayakan suatu kegiatan industri atau usaha tidak saja
ditentukan  oleh  kelayakan  teknis  finansial,  tetapi  juga  dipengaruhi  oleh kondisi  ekologis  dan  lingkungan  sekitarnya.  Memadukan  konsep  ekonomis
dan  ekologis  dalam  menilai  kelayakan  suatu  kegiatan  industriusaha,
commit to user 34
diharapkan paling tidak akan diperoleh nilai kelayakan yang lebih mendekati dan lebih komprehensif.
Imbangan manfaat-biaya
lingkungan adalah
besarnya nilai
perbandingan  antara  manfaat  dan  biaya  ekonomis-ekologi.  Menentukan besarnya  imbangan  manfaat-biaya  lingkungan,  disamping  dilakukan  valuasi
terhadap  manfaat  ekonomis  dan  ekologis,  juga  di  evaluasi  biaya  ekonomis dan  ekologis  industri  tersebut.  Apabila  imbangan  keduanya  menunjukkan
nilai  lebih  besar  atau  sama  dengan  1  satu,  maka  kegiatan  industri  tersebut dapat dikatakan layak secara ekonomi dan ekologi untuk dikelola.
H. Penelitian Terdahulu
Hasil  penelitian  Lukmiyatun  2010    menyebutkan  bahwa  dengan adanya  industri  tahu  di  kelurahan  Jomblang  memberikan  dampak  positif
dalam  hal  mengurangi  angka  pengangguran  dan  menambah  penghasilan masyarakat  sekitar  industri  tahu  yang  ikut  serta  memperdagangkan  produk
tahu dari industri tersebut. Dampak negatif yang dirasakan masyarakat yaitu: kondisi air bersih di sekitar industri tahu mengalami pencemaran, penurunan
kualitas udara  yang diidentifikasi dengan bau menyengat  akibat limbah tahu yang dibuang langsung  ke sungai dan suara bising  yang berasal dari operasi
mesin diesel yang mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar industri tahu. Setelah  dilakukan  penghitungan  rasio  benefit  cost  BC  R,  diperoleh  angka
BC  R  sebesar  1,1.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  industri  tahu  KSM  Mandiri
commit to user 35
Lestari  memberikan  keuntungan  pada  masyarakat  sebanyak  10  sehingga dinyatakan layak secara ekonomi bagi masyarakat Jomblang.
Penelitian  Gumilar  dkk  2002  menyebutkan  bahwa  secara keseluruhan  usaha  budidaya  perikanan  jaring  apung  di  Waduk  Saguling
masih  layak  dilakukan.  Berdasarkan  skala  usaha  unit  jaring,  terdapat kecenderungan  bahwa  semakin  meningkat  jumlah  jaring  yang  dioperasikan
dalam  1  satu  unit  kolam,  semakin  meningkat  kelayakan  usahanya  ditinjau dari  segi  aspek  ekonomi.  Jumlah  pakan  sisa  rata-rata  yang  terbuang  secara
bebas ke perairan waduk Saguling per unit jaring diperkirakan sekitar 0,78 kg per hari atau sekitar 280,8 kg per tahun. Berdasarkan actual market price nilai
valuasi  limbah  pakan  per  unit  jaring  diperkirakan  sekitar  Rp.  617.760  per tahun  atau  sekitar  Rp.  1.721  per  hari.  Dalam  skala  waduk,  nilai  valuasi
limbah pakan diperkirakan sebesar Rp. 2.733.984.000 per tahun atau sebesar Rp.  7.615.425  per  hari.  Imbangan  manfaat-biaya  antara  tanpa  eksternalitas
dan  dengan  eksternalitas  maisng-masing  sebesar  1,2  dan  1,10.  Hal  ini mengindikasikan  bahwa  komponen  eksternalitas  lingkungan  menyebabkan
nilai kelayakan usaha semakin rendah walaupun kegiatan usaha Kolam Jaring Apung  KJA  tersebut  masih  dalam  kategori  layak,  BC  R  masih  diatas  1
satu.  BC  R  usaha  budidaya  dengan  memperimbangkan  komponen eksternalitas hampir mendekati 1 satu, yaitu sebesar 1,08 per unit jaringnya.
Penelitian Sidarto 2010 menyatakan bahwa manfaat langsung dalam penelitiannya  adalah  total  pembayaran  yang  berasal  dari  masyarakat  yang
menjadi  anggota  kelompok  pembuangan  sampah.  Berdasarkan  survei
commit to user 36
langsung  di  lapangan  dari  293  Kepala  Keluarga  KK  dengan  biaya pembuangan  sampah  sebesar  Rp.  15.000  per  bulan.  Manfaat  tidak  langsung
meliputi penghasilan dari penjualan kompos dan hasil penjualan sampah yang dijual  tanpa  proses  kepada  pengepul.  Setiap  tempat  proses  dari  hasil
pengolahan  membutuhkan  hasil  pengumpulan  sampah  selama  15  kali. Pengumpulan sampah dilakukan 2 dua kali sehari, maka untuk setiap tempat
pemrosesan  mebutuhkan  hasil  pengumpulan  selama  1  satu  bulan.  Sampah menjadi  kompos  setiap  3  tiga  dan  setiap  tempat  pemrosesan  menghasilkan
kompos rata-rata sebanyak 150 pakbagor dengan harga Rp. 5.000 per bagor. Sedangkan  hasil  penjualan  sampah  tanpa  proses  rata-rata  per  bulan  sebesar
Rp.  50.000.  Biaya  yang  dimasukkan  dalam  pendekatan  ini  adalah  biaya operasional,  yang  terdiri  dari:  biaya  tenaga  kerja,  listrik  dan  lain-lain  pada
tahun pertama, kedua dan ketiga. Hasil  penelitian  Sidarto  2010  tersebut  menyebutkan  bahwa
membuka  usaha  proses  pengelolaan  sampah  rumah  tangga  ternyata  akan mendapatkan  keuntungan.  Hal  ini  dapat  dibuktikan  dengan  analisa  data
menggunakan  metode  NPV  yang  hasilnya  positif  Rp.  1.046.900  begitu  juga dengan menggunakan metode IRR yang hasilnya 17,4 serta dengan PI yang
hasilnya 1,05.
I. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan  uraian  dan  teori  yang  dikemukakan  di  atas  mengenai “Analisis  Manfaat  Biaya  pada  PT.  Pertamina  Persero  RU.  V  Balikpapan
commit to user 37
Aplikasi  Benefit  Cost  Ratio”  dapat  dibuat  kerangka  pemikiran  sebagai berikut:
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Pertamina
Eksternalitas  Biaya Sosial
Rasio Manfaat Biaya Nilai Imbangan Manfaat
Dampak Positif dan Negatif Terhadap Masyarakat – Kelayakan Ekonomis dan Lingkungan
Manfaat Langsung -
CSR -
Pendapatan karyawan -
Pendapatan penjualan perusahaan
Manfaat Tidak Langsung -
Pendapatan masyarakat multiplier effect
- Pendapatan Daerah
Biaya Langsung -
Biaya operasional -
Biaya produksi Biaya Tidak Langsung
- Biaya penanganan
pencemaran
commit to user 38
Kerangka pemikiran diatas diasumsikan bahwa kegiatan industrialisasi oleh  Pertamina  memiliki  pengaruh  yang  kuat  terhadap  masyarakat  yang
tercermin dari berbagai dampak yang muncul akibat kegiatan operasionalnya. Dampak tersebut adalah dampak positif dan negatif yang diklasifikasikan ke
dalam manfaat dan biaya lalu dihitung dengan menggunakan rasio net benefit cost  ratio  untuk  mengetahui  tingkat  kelayakan  ekonomisnya  dan  nilai
imbangan  manfaat  biaya  untuk  mengetahui  tingkat  kelayakan  ekologis  dari adanya industri pengolahan migas yang dikelola oleh PT. Pertamina Persero
RU. V Balikpapan.
J. Hipotesis Penelitian