commit to user undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Akan
tetapi ketentuan ini telah dicabut menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dimana perempuan di anggap cakap menurut
hukum. Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah
batal demi hukum Pasal 1446 KUHperdata. 3 Suatu hal tertentu
Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan Jika tidak maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 KUHperdata
menentukan hanya barang-barang yang dapat di perdagangkan yang dapat menjadi obyek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334
KUHperdata barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang
secara tegas. 4 Suatu sebab yang halal.
Sebab yang tidak halal adalah yang berlawanan dengan undang- undang kesusilaan dan bertentangan dengan ketertiban umum. Pasal 1335
KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak
mempunyai kekuatan hukum.
c. Asas-Asas Umum Hukum Perjanjian
Menurut rumusan dan pengertian tentang perjanjian yang telah diuraikan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian dibuat dengan
pengetahuan dan kehendak bersama dari para pihak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menciptakan atau melahirkan kewajiban pada salah satu atau
kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dalam rangka menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang dimiliki oleh
para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat bagi para pihak, KUH Perdata memberikan beberapa asas umum yang
merupakan pedoman atau patokan serta menjadi batas atau rambu dalam
commit to user mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat hingga pada akhirnya
menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipaksakan pelaksanaanya Kartini Mulyadi, 2002 : 14.
Menurut Kartini Mulyadi di dalam bukunya yang berjudul “Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian” asas-asas umum yang diatur dalam
KUH Perdata adalah sebagai berikut : 1 Asas kebebasan berkontrak
Dasar hukum dari asas kebebasan berkontrak adalah didalam pasal 1338 KUH Perdata. Karena banyak perjanjian yang dilakukan di
dalam masyarakat, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengenai jual-beli barang dan jasa atau hutang-piutang dan sebagainya maka orang bebas
mengadakan perjanjian. Pada hakikatnya orang bebas mengadakan perjanjian apapun bentuknya, apapun isinya, asal tidak dilarang oleh
undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
Adanya asas kebebasan berkontrak ini, para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat
kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan perjanjian apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu
yang terlarang Kartini Muljadi,2002 : 14-47. 2 Asas Konsensualitas
Asas ini memperlihatkan bahwa suatu perjanjian yang dibuat antara dua orang atau lebih telah mengikat, dan karena telah melahirkan
kewajiban bagi salah satu pihak atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut, segera setelah orang-orang tersebut mencapai kesepakatan atau
consensus. Ini berarti pada prinsipnya perjanjian yang mengikat dan berlaku sebagai perikatan bagi para pihak yang berjanji tidak
memerlukan formalitas. Ketentuan yang mengatur tentang konsensualitas ini dapat kita
temui dalam rumusan Pasal 1320 KUH Perdata, yang berbunyi, “untuk
sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 empat syarat :
commit to user a kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
b kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c suatu hal tertentu;
d suatu sebab yang halal”. Dasar dari asas konsensualitas ada pada huruf a pada 4 empat
ketentuan diatas yaitu yang berbunyi sahnya suatu perjanjian apabila terdapat kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
3 Asas Personalia Asas ini dapat diatur dalam Pasal 1315 KUH Perdata yang
ber bunyi “pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas
nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri”. Rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perjanjian
yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subyek hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.
Dengan kata lain seorang tidak dapat mengikatkan dirinya untuk orang lain kecuali ada kuasa untuk itu, jadi suatu perjanjian hanya mengikat
bagi para pihak yang membuatnya bukan orang lain. 4 Kepastian Hukum Pacta Sunt Servanda
Asas ini diatur dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang menyatakan bahwa :
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang- Undang bagi mereka yang membuatnya”.
Dalam hal
salah satu
pihak dalam
perjanjian tidak
melaksanakansesuai ketentuan atau kesepakatan yang ada, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui
mekanisme dan jalur hukum yang berlaku Kartini Mulyadi, 2002 : 59. 5 Asas Itikad baik
Asas ini telah disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata. Yaitu kedua belah pihak harus berlaku terhadap yang lain
berdasarkan kepatutan diantara orang-orang yang sopan tanpatipu daya, tanpa muslihat, dan tanpa akal-akalan, tidak hanya melihat kepantingan
commit to user diri sendiri. Akan tetapi itikad baik disini bukan hanya sebatas segi
subyektif saja akan tetapi juga melihat dari segi obyektifnya. Maksudnya disini adalah sebagai sesuatu yang disepakati bersama, pelaksanaan
prestasi dari tiap perjanian harus dihormati sepenuhnya sesuai dengan kehendak dari para pihak dan juga menggunakannya sesuai dengan
ketentuan yang ada. Itikad baik dari segi obyektif ini dapat dilihat dari akal sehat, kepatutan, dan keadilan dalam membuat perjanjian Salim
H.S., 2003:12.
3. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit a. Pengertian Perjajian Kredit