Kerangka Pemikiran TIJAUAN PUSTAKA

commit to user yang tertunggak. Dengan demikian agunan kredit menjadi milik atau aset bank dan utang debitur dinyatakan lunas. 7 Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur. Konversi kredit menjadi modal dalam perusahaan debitur merupakan salah bentuk restrukturisasi. Konversi kredit menjadi modal artinya sejumlah nilai kredit dikonversikan menjadi saham pada perusahaan debitur. Mengenai berapa besarnya nilai saham yang berasal dari konversi kredit tergantung hasil kesepakatan antara Kreditur dan Debitur. Dengan demikian Bank memiliki sejumlah saham pada perusahaan debitur dan utang debitur menjadi lunas Sutarno, 2004: 267-273. Bank dilarang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya untuk menghindari: 1 Penurunan penggolongan kualitas kredit. 2 Peningkatan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva PPPA. 3 Penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akrual http:id.wikipedia.orgwikiRestrukturisasi kredit. Upaya restrukturisasi ini sebagai upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan perekonomian Indonesia, Langkah ini mutlak diperlukan guna memfungsikan kembali perbankan sebagai lembaga perantara yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dibawah memberikan gambaran alur berpikir dari penulis. Dimana BANK TABUNGAN NEGARA sebagai salah satu bentuk dari bank yang menjalankan fungsinya sebagai lembaga perbankan yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat sesuai dengan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Dalam menyalurkan dana kemasyarakat, BANK TABUNGAN NEGARA memberikan kemudahan kepada masyarakat pada umumnya baik pribadi commit to user maupun badan usaha untuk mendapatkan kesempatan memperoleh dana yang mereka butuhkan lewat fasilitas kredit yang ada. Tentu saja pemberian kredit yang dilakukan tetap berdasarkan kepada prosedur yang ada. Hingga timbulah perjanjian kredit yang dalam hal ini memberikan hak dan kewajiban kepada para pihak baik debitur maupun kreditur. Seiring dengan berjalannya perjanjian kredit tersebut dimana para pihak melaksanakan hak dan kewajibannya yang ada maka kredit tersebut dapat dikatakan sebagai kredit lancar. Namun apabila salah satu dari pihak tersebut tidak menjalankan perjanjian atau melanggar ketentuan yang ada maka hal tersebut akan menyebabkan permasalahan. Pada kenyataannya, debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya seperti membayar hutangnya pada waktu yang telah ditentukan atau melanggar kesepakatan yang ada. Jelas hal ini dapat merugikan pihak bank selaku pemberi pinjaman. Dan situasi seperti ini disebut dengan kredit bermasalah yaitu ketidak mampuan pihak debitur untuk mengembalikan pinjamannya kepada pihak bank dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dan dalam penyelesaian kredit bermasalah tersebut, pihak bank memiliki beberapa penyelesaian antara lain yaitu dengan cara rescheduling, reconditioning atau restructuring restrukturisasi. Dari berbagai cara tersebut biasanya bank melakukan upaya restrukturisasi, hal ini dilakukan karena adanya pilihan atau alternatif didalamnya. Cara ini dilakukan agar pihak bank tidak menderita kerugian yang lebih besar dan juga membantu pihak debitur agar mampu untuk mengembalikan pinjamannya. Dalam pelaksanaan restrukturisasi yang dilakukan oleh PT BANK TABUNGAN NEGARA Persero Tbk, maka pada akhirnya akan muncul perjanjian kredit baru atau perjanjian kredit lama yang diperbaharui yang dapat membantu debitur untuk menjalankan kewajibannya kembali. Maka dalam hal ini akan muncul perjanjian kredit yang lama, dan akan ada perjanjian kredit yang baru setelah upaya restrukturisasi dilakukan. Namun commit to user dalam hal ini, munculnya perjanjian yang baru tetap harus menerapkan asas- asas perjanjian yang ada seperti perjanjian kredit sebelumnya. Akan tetapi dalam pelaksanaan penyelamatan kredit bermasalah dengan upaya restrukturisasi kredit ini tidak menutup kemungkinan akan munculnya hambatan atau masalah dalam pelaksanaannya. Sehingga ada baiknya kita mengetahui hambatan apa saja yang di hadapi oleh Bank Tabungan Negara dalam pelaksanaan upaya penyelamatan ini dan bagaimanakah Bank mengatasi hambatan tersebut. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka permasalahan yang ingin penulis ketahui jawabannya adalah bagaimana pelaksanaan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh PT. BANK TABUNGAN NEGARA Persero Tbk dan bagaimana penerapan asas-asas perjanjian dalam pelaksanaan restrukturisasi di PT BANK TABUNGAN NEGARA Persero Tbk. commit to user Gambar II. Kerangka Pemikiran PT. Bank Tabungan Negara Persero Menghimpun Dana Menyalurkan Dana Memberikan jasa- jasa perbankan lainnya Perjanjian Kredit Memberikan kredit Kredit Lancar Kredit bermasalah Upaya Penyelesaian Persyaratan Kembali Reconditioning Restrukturisasi Restrukturing Penjadwalan Kembali Rescheduling Pelaksanaan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Perjanjian Kredit Baru Asas-asas Hukum Perjanjian UU NO. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Problemaatika dalam pelaksanaan restrukturisasi commit to user

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk.

1. Deskripsi Singkat PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Pemerintah Hindia Belanda yang bertujuan untuk membidik masyarakat agar gemar menabung melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank yang kemudian terus hidup dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4 empat cabang yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar. Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat rush. Namun demikian keadaan keuangan Postspaarbank pulih kembali pada tahun 1941. Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pemerintah Jepang. Jepang membekukan kegiatan Postspaarbank dan mendirikan Tyokin Kyoku sebuah bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Kyoku hanya mendirikan satu cabang yaitu cabang Yogyakarta. Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah memberikan inspirasi kepada Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin Kyoku dari pemerintah Jepang ke pemerintah Indonesia dan terjadilah pergantian nama menjadi Kantor Tabungan Pos. Darmosoesanto ditetapkan oleh pemerintah Indonesia menjadi Direktur yang pertaman. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia ORI. Tetapi kegiatan Kantor Tabungan Pos adalah tidak berumur panjang, karena agresi Belanda pada Desember 1946, mengakibatkan didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos hingga tahun 1949. Saat Kantor Tabungan Pos dibuka kembali pada tahun 1949, nama