Gambaran Umum PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk.

commit to user

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk.

1. Deskripsi Singkat PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Pemerintah Hindia Belanda yang bertujuan untuk membidik masyarakat agar gemar menabung melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank yang kemudian terus hidup dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4 empat cabang yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar. Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat rush. Namun demikian keadaan keuangan Postspaarbank pulih kembali pada tahun 1941. Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pemerintah Jepang. Jepang membekukan kegiatan Postspaarbank dan mendirikan Tyokin Kyoku sebuah bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Kyoku hanya mendirikan satu cabang yaitu cabang Yogyakarta. Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah memberikan inspirasi kepada Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin Kyoku dari pemerintah Jepang ke pemerintah Indonesia dan terjadilah pergantian nama menjadi Kantor Tabungan Pos. Darmosoesanto ditetapkan oleh pemerintah Indonesia menjadi Direktur yang pertaman. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia ORI. Tetapi kegiatan Kantor Tabungan Pos adalah tidak berumur panjang, karena agresi Belanda pada Desember 1946, mengakibatkan didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos hingga tahun 1949. Saat Kantor Tabungan Pos dibuka kembali pada tahun 1949, nama commit to user Kantor Tabungan Pos diubah menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia. Sejak kelahirannya dan sampai berubah nama Bank Tabungan Pos Republik Indonesia, lembaga ini bernanung di bawah Kementrian Perhubungan. Banyak kejadian sejarah yang bernilai sejak tahun 1950 tetapi yang substantif bagi sejarah bank ini adalah dikeluarkannya UU Darurat Nomor 9 tahun 1950 tanggal 9 Februari 1950 yang mengubah nama Postspaarbank In Indonesia berdasarkan staatblant No. 295 tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk kementrian dari Kementrian Perhubungan ke Kementrian Keuangan di bawah Menteri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU Darurat tersebut masih bernama Bank Tabungan Pos, tetapi tanggal 09 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal lahir Bank Tabungan Negra. Nama Bank Tabungan Negara didasarkan pada PERPU No. 4 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 Tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964. Penegasan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik Negara ditetapkan dengan UU No. 20 Tahun 196 tanggal 19 Desember 1968 yang sebelumnya Bank Tabungan Negaramenjadi BNI unit V. Jika tugas utama saat pendirian Postspaarbank sampai dengan Bank Tabungan Negara adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1976. Karena itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN. Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 29 April 1992 yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 tahun 1992 bentuk hukum BTN berubah menjadi Perusahaan Perseroan. Sejak itu nama BTN menjadi PT. Bank Tabungan Negara Persero dengan sebutan Bank BTN. berdasarkan kajian konsultan independen, Price Waterhouse Coopers, commit to user Pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat nomor S-544M- MBU2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank BTN sebagai Bank Umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi. 2. Sejarah berdirinya PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Cabang Solo Slamet Riyadi BTN Cabang Solo Slamet Riyadi yang diresmikan pada tahun 1990 dimana BTN ini merupakan pecahan dari BTN Yogyakarta. BTN Cabang Solo Slamet Riyadi beralamat di Jalan Slamet Riyadi Nomor 282 Surakarta. Dari tahun 1990 BTN sendiri telah mengalami perpindahan tempat sebanyak tiga kali. Pembukaan kantor Cabang BTN di Jalan Slamet Riyadi didasari alasan bahwa wilayah tersebut sangat strategis dan potensial bagi jasa perbankan. BTN Cabang Solo Slamet Riyadi mempunyai tujuan umum yang sama dengan BTN Pusat, yaitu menunjang program pembangunan ekonomi nasional dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi. 3. Struktur Organisasi PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Cabang Solo Slamet Riyadi Suatu badan usaha dalam menjalankan fungsinya jelas memiliki struktur organisasi, begitupula dengan BTN Cabang Solo Slamet Riyadi. Bank BTN di kantor cabang ini di pimpin oleh seorang Branch Manager. Dibawahnya terdapat empat sub bagian yaitu Accounting Control, Operation, Retail Serice, Spv. Colection Work Out. Dan dari setiap bagian- bagian tersebut memiliki bagian lainnya, yang untuk lebih lengkap akan dijelaskan di dalam bagan dibawah ini: commit to user Gambar III: Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta Retail Service, SH Operation, SH Acc. Control, SH Teller Service Customer Service Staff Personalia Logistik Staff Loan Adm. Staff Tans. Processing Staff Kliring Staff Reporting Staff Bookkeeping Legal Kolektif Staf Pembinaan KCP UNS KCP Sukoharj o KCP Klaten KCP Mojosongo KCP Palur Branch Manager Staff Loan Service Collection Work Out BCRO commit to user Setiap organ tersebut tentu memiliki fungsinya masing-masing. Berikut adalah fungsi dan tugas masing-masing organ pada PT. Bank Tabungan Negara Persero Kantor cabang Surakarta: a. Branch Manager Kepala Cabang Fungsi Branch Manager adalah: 1 Pengembangan Bisnis Cabang a Mengelola hubungan dengan nasabah b Menyiapkan rencana bisnis untuk cabang c Membimbing kampanye promosi dan upaya-upaya pemasaran 2 Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan a Menyusun kebijakan cabang sesuai petunjuk kantor pusat b Menetapakan strategi kinerja untuk seluruh unit cabang c Membuat perencanaan sumber daya manusia 3 Pengawasan dan Persetujuan Transaksi Bisnis Cabang Mengambil kepentingan bisnis: a Memberikan persetujuan terhadap transaksi yang tidak lazim b Memotivasi bawahan dan pekerjaan b. Accounting and Control Section Head 1 Staff Reporting a Bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan untuk pihak ekstern b Bertanggung jawab atas pemantauan laporan keuangan untuk pihak intern maupun ekstern c Bertanggung jawab atas berlangsungnya proses dan analisa laporan kinerja kantor cabang 2 Staff Bookkeeping Fungsi staff bookkeeping adalah: a Bertanggung jawab atas pemeriksaan kebenaran atas alur transaksi operasional bank telah sesuai dengan aturan yang berlaku commit to user b Bertanggung jawab dalam mengkoordinasi tindak lanjut hasil pemeriksaan ekstern maupun intern c Bertanggung jawab atas kebenaran data-data pada laporan keuangan d Melakukan BI checking terhadap data calon debitur guna analisis pemberian kredit c. Retail Service Section Head 1 Staff Loan Service Tugas dan tanggung jawab staff loan service adalah: a Memberikan pelayanan kredit kepada nasabah b Memproses permohonan kredit dan menerima kelengkapan dokumen dari calon debitur serta membuat DUP Daftar Usulan Pemohon c Melakukan wawancara kepada calon debitur d Menganalisis pemberian kredit e Membahas dan mengevaluasi DUP dalam Rapat Komite Kredit RKK f Menyelenggarakan realisasi kredit g Memproses pelunasan kredit perhitungan jumlah pelunasan kredit 2 Teller Service Tugas dan tanggung jawab teller service adalah: a Melayani setoran tunai angsur kredit pemilikan rumah cabang sendiri dan cabang lain b Melayani penarikan dan setoran tunai tabungan c Memelihara rekening giro d Melayani pembayaran dan setoran deposito e Melayani transaksi giro dan penjemputan uang tunai f Mengelola proses kas cabang g Melayani kebutuhan nasabah lainnya h Memastikan keaslian uang tuani yang diterima dari nasabah commit to user 3 Customer Service Tugas dan tanggung jawab customer service adalah: a Memberikan pelayanan yang baik dan prima kepada semua nasabah, baik melalui loket Bank BTN maupun melalui telepon b Memberikan pelayanan tabungan loket cabang dan tabungan kantor pos c Melayani proses pembukaan dan penutupan rekening rupiah dan valas d Melayani pembayaran bunga deposito e Membantu nasabah untuk melakukan transaksi dengan benar seperti menjelaskan mengenai persyaratan, prosedur transaksi, atau mengisi formulir f Melayani nasabah dalam pengajuan keluhan tau komplain dan mengupayakan penyelesaian terbaik g Administrasi transaksi loket d. Operation Section Head 1 Staf PersonaliaLogistik General Branch Administration Tugas dan tanggung jawab staf personalialogistik adalah: a Melakukan manajemen personalia dan administrasi pegawai b Memastikan cabang mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan c Memproses transaksi secara efisien dan akurat d Melakukan logistik, perawatan, dan perawatan gedung e Mengelola anggaran cabang f Kesekretariatan 2 Staff Loan Administration Tugas dang tanggung jawab staff loan administration a Melakukan survey dan OTS On The Spot kepada calon debitur b Apprise commit to user c Dokumentasi dan administrasi dalam proses kredit d Melakukan taksasi agunan e Memproses pelunasan kredit pengelolaan dokumen pokok 3 Staff Transaction Processing Tugas dan tanggung jawab staff processing a Bertanggung jawab atas seluruh aktifitas operasional Bank Office Operation b Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan mengenai operasional bank baik intern maupun ekstern c Melakukan perawatan software dan hardware d Pemrosesan pemindahbukuan e Memantau dan menjaga kelancaran operasional mesin ATM cabang 4 Staff Kliring Tugas dan tanggung jawab staf kliring adalah: a Melakukan proses kliring b Bertanggung jawab atas kesuksesan proses kliring di kantor cabang pembantu c Memproses transaksi angsuran KPR KREDIT PEMILIKAN RUMAH d Melakukan administrasi transaksi tabungan kantor pos e Melakukan pemrosesan transaksi pemindahbukuan e. Collection and Work Out CWO 1 Legal Tugas dan tanggung jawab bagian legal adalah melakukan restrukturisasi kredit yaitu: a Melakukan upaya hukum guna penyelamatan kredit mulai dari pemberkasan hingga lelang b Memastikan semua langkah penyelesaian kredit bermasalah sesuai dengan ketentuan bank dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku commit to user 2 Kolektif Tugas dan tanggung jawab bagian kolektif adalah: a Membuat surat konfirmasi atau surat tagihan dan melakukan penagihan kepada debitur kolektif b Melakukan monitoring terhadap pembayaran kredit kolektif c Memeriksa hasil entry posting transaksi kolektor yang dilakukan tellerback office d Melakukan monitoring dan administrasi data kolektif e Melakukan administrasi PPh dan fee kolektor f Melakukan koordinasi kepala seksi atau unit kerja yang terkait dengan pembayaran kolektif g Melakukan pembinaan terhadap kolektor bersama debitur kolektifnya 3 Staf Pembinaan Tugas dan tanggung jawab staf pembinaan adalah: a Membuat kronologis pembinaan berikut rekomendasi usulan penyediaan kredit kepada atasannya b Melakukan negosiasi akhir sebelum eksekusi pemasangan plengstiker berdasarkan keputusan rekomendasi c Memberikan usulan alternatif penyelamatan kredit ke bagian penyelamatan d Mengadministrasikan berkasdokumen yang terkait dengan pembinaan kredit e Membuat laporan proses pembinaan harianmingguanbulanan kepada atasan f Me-review efektifitas pembinaan wilayah binaannya untuk pembinaan selanjutnya g Melakukan monitor dan tindak lanjut debitur lunas jatuh tempo tetapi saldo belum nol commit to user 4. Jasa dan Layanan PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Cabang Solo Slamet Riyadi a Produk Dana 1 Deposito Berjangka Deposito pada Bank BTN Cabang Solo adalah Deposito Berjangka Rupiah dan Deposito Berjangka Valas, dimana terdapat pula Sertifikat Deposito yang dapat dipindah tangankan atau diperjual belikan. 2 Tabungan Tabungan yang terdapat di dalam Bank BTN Cabang Solo terdiri dari beberapa macam anatara lain yaitu Tabungan Batara, e-Batara Pos, Tabungan Haji Nawaitu, Batara Prima. 3 Giro Produk ini tersedia dalam 2 dua jenis yaitu Giro Rupiah dan Giro Valas. b Produk Kredit 1 Kredit Perorangan Kredit Perorangan ini terdiri dari beberapa macam antara lain yaitu KPR Bersubsidi, Kredit Griya Utama, KPR BTN Platinum, KPA, Kredit Griya Multi, Kredit Ringan Batara, Kredit Pemilikan Rumah Toko, Kredit Swa Griya, Kredit Swadana. 2 Kredit Umum Korporasi Terdiri dari Kredit Yasa Griya atau Kredit Konstruksi, Kredit Modal Kerja Kontraktor KMK-Kontraktor, Kredit Modal Kerja Industri Terkait dengan Perumahan, Kredit Investasi KI, Kredit Investasi KI Industri Terkait dengan Perumahan, Kredit Usaha Rakyat KUR. commit to user c Jasa dan Layanan Bank 1 ATM Batara Kartu ATM Batara merupakan fasilitas layanan kartu bagi nasabah Tabungan dan Giro Rp-Perorangan di Bank BTN yang memberikan kemudahan bagi nasabah dalam memenuhi berbagai macam kebutuhan transaksi melalui mesin ATM seperti tarik tunai, pembayaran tagihan, dan sebagainya 2 Kiriman Uang Fasilitas jasa pelayanan Bank BTN untuk pengiriman uang dalam bentuk rupiah maupun mata uang asing yang ditujukan kepada pihak lain di suatu tempat dalamluar negeri.. 3 Inkaso Merupakan jasa pelayanan Bank BTN untuk melakukan penagihan kepada pihak ketiga atas inkaso tanpa dokumen di tempat lain di dalam negeri. Warkat yang digunakan adalah cek dan bilyet giro. Jenis Warkat Inkaso: a Warkat Inkaso sendiri adalah warkat yang diterbitkan oleh Kantor Cabang Bank BTN yang wilayah kliringnya berbeda dengan wilayah kliring bank pengirim. b Warkat Inkaso Bank lain adalah warkat yang diterbitkan oleh Bank lain yang wilayah kliringnya berbeda dengan wilayah kliring bank pengirim. 4 Safe Deposit Box Sarana penyimpanan barangsurat-surat berharga yang aman dan terjaga dari resiko kebakaran, kejahatan dan bencana alam dsb. 5 Money Changer Adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang ingin menjual atau membeli mata uang asing tertentu, yang mempunyai catatan kurs pada Bank Indonesia . commit to user 6 Bank Garansi Merupakan pernyataan yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan nasabah untuk menjamin resiko tertentu yang timbul apabila nasabah tidak dapat menjalankan kewajibannya dengan baik kepada pihak yang menerima jaminan. 7 Payment Point Merupakan fasilitas layanan bagi nasabah untuk memudahkan dalam membayar tagihan rutin. 8 Real Time Gross Settlement RTGS System transfer dana on-line dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan per transaksi secara individual. 9 Batara Payroll Merupakan layanan Bank BTN bagi Pengguna Jasa Perusahaan, Perorangan, Lembaga dalam mengelola pembayaran gaji, THR dan Bonus serta kebutuhan finansial lainnya yang bersifat rutin bagi karyawan pengguna jasa 10 SPP Online Perguruan Tinggi SPP Online merupakan layanan Bank BTN bagi Perguruan TinggiSekolah dalam menyediakan delivery channel menerima Setoran Biaya-biaya Pendidikan secara online. 11 Western Union Adalah layanan Kiriman Uang Bank BTN bekerjasama dengan Western Union secara cepat real time on line yang dilakukan lintas negara atau dalam satu negara. 12 SMS Batara SMS Batara merupakan fasilitas layanan transaksi perbankan yang dapat diakses dari handphone. Cukup dengan mengetik SMS ke nomor 3555,nasabah dapat menikmati kemudahan melakukan transfer uang, pembayaran tagihan rutin, pembelian voucher isi ulang, serta transaksi lainnya. Selain menggunakan sms biasa, SMS commit to user Batara juga dapat digunakan melalui menu aplikasi Java yang dapat diinstall di handphone. B. Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Yang Dilakukan PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Cabang Solo Slamet Riyadi Sebagai suatu badan usaha, Bank senantiasa mengharapkan kredit yang disalurkan dapat kembali dengan lancar dan menghasilkan keuntungan yang optimal. Bank juga menyadari adanya resiko timbulnya kerugian dalam penyaluran kredit tersebut, yaitu apabila kreditnya bermasalah. Udo Broll, Thilo Pausch and Peter Welzel didalam jurnalnya yang berjudul “Credit Risk and Credit Derivatives in Banking” menyebutkan bahwa risiko kredit merupakan salah satu risiko yang paling tua dan penting yang dihadapi oleh bank sebagai lembaga keuangan. Risiko kegagalan dalam pinjaman pokok maupun bunga yang dapat membawa dampak menghancurkan pada modal bank sehingga menyebabkan kebangkrutan. “Credit risk is one of the oldest and most important forms of risk faced by banks as financial intermediaries. The risk of borrower default on interest andor principal carries the otential of wiping out enough of a bank’s capital to force it into bankruptcy.” Udo Broll, Thilo Pausch and Peter Welzel, 2002: 1. Dalam rangka meminimalkan resiko tersebut, bank dalam menyalurkan kreditnya memegang erat prinsip kehati- hatian. Salah satu penerapannya adalah bank mengamankan kredit yang disalurkan dengan meminta agunan dari pihak penerima kredit debitur. Namun dalam hal kredit bermasalah itu sendiri pihak bank tidak langsung memanfaatkan agunan dari debitur tersebut melainkan melakukan upaya penyelamatan dalam menyelesaikan kredit bermasalah tersebut. Upaya yang dilakukan oleh pihak bank dapat dalam berbagai cara tergantung kepada keadaan dari kredit tersebut. Hal ini dilakukan agar pihak bank tidak mengalami kerugian yang besar. Namun dalam setiap upaya yang dilakukan tetap melihat kepada itikad dari Debitur. Apabila Debitur memiliki itikad yang baik dan peluang usaha yang baik ke depannya maka bank dalam hal ini dapat melakukan salah satu upaya yaitu restukturisasi kredit. Dari beberapa alternatif commit to user yang ada tampaknya restrukturisasi kredit merupakan alternatif yang banyak ditempuh bank, termasuk bank yang direkapitalisasi. Dalam hubungan dengan hal tersebut langkah yang diambil BI untuk membantu proses restrukturisasi kredit adalah dengan menerbitkan SK Direksi BI No.31150KEPDIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit dan membentuk Satuan Tugas Satgas Restrukturisasi Kredit Wahyudi Santoso, 2008: 19. Pengaturan mengenai restukturisasi sendiri pada Bank Tabungan Negara Cabang Solo Slamet Riyadi terdapat di dalam Peraturan Direksi Bank BTN No. 19PDDRPK1200 tanggal 19 Desember 2000 tentang Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Perorangan dan dengan diikuti oleh Surat Edaran Direksi Bank BTN No. 04DIRDRPK2000 tanggal 19 Desember 2000 Perihal Petunjuk Pelaksanaan PD No. 19PDDRPK1200 tentang Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Perorangan. Dan didalam PD No. 19PDDRPK1200 tentang Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Perorangan ini disebutkan bahwa Restrukturisasi Kredit adalah upaya yang dilakukan Bank agar Debitur dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana dituangkan dalam Perjanjian Kredit. Maksud dan tujuan dari restrukturisasi ini sendiri seperti yang terdapat di dalam Pasal 2 adalah untuk meminimalisasi kerugian Bank akibat dari kredit yang telah diberikan dengan jalan mengupayakan penyelesaian masalah kredit yang dihadapi debitur sehingga pengembalian kewajiban debitur kepada Bank menjadi optimal. Penulis berpendapat bahwa dengan adanya upaya restrukturisasi maka pihak Debitur maupun pihak Bank akan terbantu. Karena dalam hal ini Debitur tidak dapat membayaran angsuran pokok serta bunga tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan adanya upaya ini maka Debitur akan terbantu untuk dapat membayar angsuran pokok serta bunga dan juga tunggakan yang ada serta membantu Debitur dengan usaha yang dilakukannya. Dan untuk pihak Bank, Bank akan terhindar dari kerugian yang akan timbul apabila Debitur menunggak sehingga perekonomian bangsa juga akan terhindar dari permasalahan. commit to user Pelaksanaan restrukturisasi kredit tidak dapat dilaksanakan dengan begitu saja. Akan tetapi harus mengikuti syarat-syarat yang ada wawancara dengan Bp. Fariudin pada tanggal 16 Juni 2011. Seperti yang terdapat di dalam Pasal 3 PD No. 19PDDRPK1200 tentang Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Perorangan bahwa syarat dari restrukturisasi kredit antara lain adalah: 1. Restrukturisasi dilakukan kepada Debitur yang mengalami kesulitan melakukan pembayaran angsuran tetapi masih memiliki kemauan yang baik serta didukung oleh agunan yang handal dan cukup. 2. Restrukturisasi kredit dilakukan kepada Debitur yang saat ini masih lancar, tetapi diperkirakan kedepannya akan mengalami kesulitan dimasa yang akan datang. 3. Pemberian restrukturisasi kredit dapat dilakukan maksimal 3 kali atau 3 pola untuk setiap fasilitas kredit yang bersangkutan. 4. Jika restrukturisasi kredit diberikan lebih dari 3 kali atau 3 pola maka kredit yang bersangkutan diupayakan untuk dilakukan penyelesaian kredit. Namun dalam hal ini pemberian kredit juga melihat kepada prospek usaha Debitur kedepannya. Debitur harus memiliki prospek usaha yang baik. Prospek usaha debitur antara lain dinilai dari : 1. Potensi perusahaan dalam menghasilkan cash flow yang positif. 2. Prospek produksi dan pasar dari produk atau jasa yang dihasilkan masih cukup baik kedepannya. 3. Peluang peningkatan efisiensi dan daya saing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Cabang Surakarta bahwa restrukturisasi yang dilakukan di bank ini berdasarkan kepada Peraturan Direksi Bank BTN No. 19PDDRPK1200 tanggal 19 Desember 2000 tentang Restrukturisasi dan Penyelesaia Kredit Perorangan dan dengan diikuti oleh Surat Edaran Direksi Bank BTN No. 04DIRDRPK2000 tanggal 19 Desember 2000 Perihal Petunjuk Pelaksanaan PD No. 19PDDRPK1200 tentang Restrukturisasi dan commit to user Penyelesaian Kredit Perorangan. Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan upaya restrukturisasi. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan upaya restrukturisasi kredit adalah: 1. Permohonan dari Debitur Permohonan dari debitur ini adalah menyangkut permohonan restrukturisasi dimana permohonan tersebut diajukan oleh debitur secara tertulis. Debitur mengajukan permohonan tersebut karena atas dasar kesadaran atau karena kemauannya sendiri disebabkan karena dia tidak dapat memenuhi kewajibannya beberapa waktu kedepan, sehingga debitur tersebut melakukan permohonan. Semua permohonan restrukturisasi kredit diajukan melalui Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu atau Kantor Kas sebagaimana yang disebutkan didalapm Pasal 22 ayat 1. Kantor Cabang disini maksudnya adalah Kantor Cabang Bank yaitu unit kerja yang melakukan fungsi dan tugas Bank di Kantor Cabang. Sedangkan Kantor Kas adalah unit kerja dibawah kantor cabang yang membantu fungsi dan tugas kantor cabang yang bersangkutan sebagai mata rantai pelayanan nasabah paling depan. Menurut Bapak Fariudin, selaku SPV Collection and Work Out Bank Tabugan Negara Cabang Surakarta bahwa memang dalam pelaksanaan restrukturisasi harus ada permohonan terlebih dahulu yang diajukan oleh Debitur. Debitur sendiri yang meminta kepada pihak bank untuk dilakukannya retrukturisasi kredit. Jadi bank hanya melakukan restrukturisasi apabila ada permohonan dari Debitur. Namun apabila kredit yang dialami oleh Debitur sudah dalam level dimana kredit tergolong bermasalah atau debitur telah menunggak selama berbulan-bulan dan tidak membayar angsuran pokok maupun bunga serta denda dala beberapa bulan maka dapat dikatakan bank dapat mengambil langkah retrukturisasi untuk menyelamatkan kredit tersebut. commit to user 2. Analisis Permohonan Debitur atau Verifikasi Permohonan Setelah ada permohonan yang diajukan oleh Debitur maka selanjutnya adalah dilakukannya verifikasi dan analisa. Dalam proses ini pihak bank yang lebih berperan didalamnya. Kredit yang akan direstrukturisasi harus dianalisis terlebih dahulu berdasarkan prospek usaha debitur dan kemampuan membayar debitur. Hal ini dilakukan guna meyakinkan pihak bank bahwa perlu dilakukan restrukturisasi kredit terhadap perjanjian kredit tersebut sesuai dengan analisis yang dilakukan yaitu melihat kemapuan membayar kembali debitur dan juga mengetahui mengenai perilaku debitur baik watak ataupun kepribadian dan juga perilaku usaha dari debitur. Analisis dan verifikasi sendiri dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi mengenai Debitur antara lain adalah: a Data laporan keuangan Debitur. b Data agunan dan yuridis. Harus diadakan evaluasi ulang status dan jumlah nilai jaminan yang diserahkan kepda bank.. Dimana lokasi barang jaminan, terutama dalam hal jaminan bergerak, harus diteliti kembali, serta kondisi fisik dari barang jaminan dan juga status dan keabsahan dokumen kepemilikan barang diteliti kembali. c Rencan usah antara lain prospek dan kapasitas dari usaha tersebut. d Informasi mengenai manajemen serta organisasi debitur apabila memang ada. Maka dari data-data tersebut dilakukan analisa terhadap perjanjian kredit dari Debitur. Akan tetapi dalam hal analisa ini pun dilakukan wawancara dengan debitur dengan maksud untuk dapat melihat watak maupun kepribadian dari debitur sendiri. Dalam hal wawancara ini sendiri dapat diperoleh informasi antara lain adalah mengenai: a Kondisi Kegiatan usaha yang dibiayai lewat kredit tersebut. commit to user b Kondisi yang dihadapi oleh Debitur baik dalam hal ini kekutan, kelemahan, kesempatan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh Debitur. c Prospek usaha Debitur dimasa yang akan datang. d Kemampuan finansial dari Debitur sendiri. Karena dalam penyelamatan kredit bermasalah akan banyak terdapat pertemuan-pertemuan dan diskusi antara debitur dengan bank. Dan dari banyak pertemuan tersebut hasil wawancara pada saat analisi ini merupakan bagian yang memiliki pengaruh besar dalam penyelamatan kredit bermasalah ini. Dan dalam melaksanakan wawancara ini pihak bank juga harus memperhatikan beberapa hal antara lain adalah: a Persiapan yang matang, termasuk susunan acara diskusi dan hal-hal pokok yang akan dibicarakan dalam rangka mendapatkan informasi dari debitur. b Sebaiknya, dalam diskusi tersebut dari pihak bank diwakili oleh dua orang petugas, salah satu diantaranya adalah analis yang menangani kredit tersebut, dengan tujuan agar pihak bank tenang dan objektif dalam melakukan penilaian terhadap sikap dan reaksi debitur. c Selama dalam diskusi tersebut, pihak bank harus mengutarakan secara tegas mengenai apa saja yang diinginkan oleh bank untuk dilakukan oleh debitur guna memperlancar proses upaya penyelamatan kredit dan batas waktu penyelesaian tiap hal yang dilakukan itu. Namun dalam beberapa kasus, ada debitur yang tidak bersedia untuk mengadakan diskusi dan berusaha menghindari pertemuan dengan petugas bank. Mereka tidak bersedia membicarakan dengan bank tentang kesulitan keuangannya, karena mereka takut diminta untuk segera melunasi kredit yang terutang atau karena mereka tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. Hal tersebut bergantung kepada bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh petugas bank kepada debitur, karena mereka dapat memutuskan untuk membawa problem operasinal dan keuangannya kepada bank lain yang memberikan kredit kepada debitur yang sama. commit to user Oleh karena itu seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa bank perlu melihat itikad dari debitur itu sendiri dan juga prospek usaha dari debitur. Dan itikad baik dari debitur dapat dilihat berdasarkan kriteris seperti dibawah ini: a Debitur mempunyai inisiatif dan secara aktif melakukan diskusi atau negosiasi dengan bank untuk penyelesaian hutangnya. b Memberikan informasi secara trasnparan mengenai keadaan usaha dan keuangannya kepada bank. Pada umumnya debitur enggan untuk memberitahukan kepada bank mengenai usahanya. c Debitur bersedia memikul beban kerugian yang akan ditetapkan dari hasil diskusi atau wawancara kedepannya. d Debitur telah memiliki rencan retrukturisasi atau bersedia menyampaikannya agar dapat di bahas dengan baik. Dan dalam hal ini pun prospek usaha debitur juga perlu memiliki kriteria agar pihak bank yakin untuk melaksanakan penyelamatan ini. Kriteria penilaan prospek usaha debitur antara lain: a. Potensi arus kas net cash flow positif. b. Prospek pasar produkjasa yang dihasilkan. Misalnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan debitur sudah tidak disukai lagi oleh konsumen sehingga usaha debitur sudah tidak layak lagi dibiayai. c. Tenaga kerja yang dipekerjakan. Misalnya tenaga kerja perusahaan sering melakukan demo terhadap kebijakan manajemen, sehingga hal tersebut dapat mengancam kelangsungan usaha. Setelah pihak bank melakukan wawancara dan analisis terhadap debitur maka setelah itu pihak bank dan debitur dapat bernegosiasi. 3. Negosiasi antara Debitur dengan Bank. Negosiasi dilakukan dimana debitur menghubungi bank ataupun sebaliknya bank menghubungi debitur untuk melakukan negosiasi hingga dapat tercapai kesepakatan antara pihak bank dan debitur untuk memulai mengadakan penyelamatan dalam penyelesaian masalah kredit yang ada. Negosiasi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai kata sepakat sehingga commit to user ditemukan pola yang tepat dalam menyelamatkan kresit bermasalah tersebut. Negosiasi ini dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan analisi yang telah dilakukan oleh bank hingga pihak bank dapat menentukan pola restrukturisasi yang dapat dilakukan, syarat, struktur, dan tipe kredit. Setelah negosiasi telah mencapai kata kata sepakat antara bank dan debitur maka hasil kesepakatan yang ada dibuat usulan secara sistematis untuk kemudian dimintai persetujuan kepada pejabat bank yang berwenang. Dan dengan penetapan pola yang telah ditetapkan bank dan disetujui oleh debitur maka debitur secara tidak langsung memiliki kewajiban baru untuk dipenuhi antara lain : a. Debitur berjanji untuk mengungkapkan segala hal-hal yang diperlukan dalam proses restrukturisasi; b. Debitur berjanji dan bersedia menanggung beban restrukturisasi. c. Debitur berjanji untuk melaksanakan jadwal restrukturisasi sesuai jadwal yang ditetapkan dalam pelaksanaan restrukturisasi dan melakukannya secara bersama dengan bank ataupun melibatkan pihak ketiga. Semua tahapan restrukturisasi kredit harus dituangkan secara tertulis dan diadministrasikan dengan baik. 4. Putusan Restrukturisasi Putusan restrukturisasi melibatkan banyak pihak didalamnya. Akan tetapi yang berhak memutus permohonan restrukturisasi menjadi wewenang dari direksi. Namun tidak menutup kemungkinan apabila terdapat pelimpahan wewenang untuk memutus permohonan restrukturisasi kepada kepala Divisi Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit DRPK dan Kepala Kantor Cabang. Setelah kesepakatan telah dicapai para pihak maka petugas yang berwenang mengajukan usulan ke pimpinan. Kemudian pimpinan akan memutus apakah permohonan restrukturisasi tersebut dapat disetujui atau commit to user ditolak berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh pihak bank sebelumnya. Dalam hal pelaksanaan restrukturisasi pada Bank Tabungan Negara Cabang Surakarta ini, pejabat yang berwenang melakukan restrukturisasi adalah bagian Collection Work Out CWO dimana bagian ini membuat laporan debitur yang akan direstrukturisasi atau dilakukan penyelamatan kredit kepada Kantor Pusat diwakili oleh Divisi Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit DRPK. Pimpinan berdasarkan atas laporan tersebut dapat memberikan tiga 3 alternatif keputusan sebagai berikut: a. Ditolak Bilamana keputusan ditolak maka Loan Recovery atau unit yang berwenang seperti Collection Work Out CWO bertanggungjawab terhadap pembinaan dan penyelamatan kredit yang bermasalah mengirim surat jawaban atau pemberitahuan kepada debitur dengan suatu alasan penolakan yang jelas. b. Disetujui atau diluluskan apabila hasil keputusan rapat pimpinan adalah menyetujui usulan dari unit yang berwenang, maka unit dimaksud segera: 1 membuat surat pemberitahuan kepada debitur dan dilampiri surat kesanggupan yang harus diisi dan diserahkan kembali kepada Bank oleh Debitur. Surat tersebut berisi kesanggupan untuk membayar angsuran secara tertib dan teratur serta apabila melakukan wanprestasi sanggupuntuk menerima sanksi yang akan diberikan. 2 jangka waktu pembayaran sisa tunggakan serta denda yang dimiliki oleh debitur. c. Disetujui untuk Direkomendasikan apabila keputusannya adalah disetujui namun permohonan yang ada melampaui batas kewenangan Kantor Cabang maka segera diusulkan ke Kantor Pusat untuk diberikan saran atau pendapat dan bukti sebagai pendukung yang cukup. commit to user Keputusan restrukturisasi kredit yang telah dicapai kemudian harus dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis yang merupakan addendum dari perjanjian kredit sebelumnya dan didokumentasikan dengan baik agar memudahkan dalam melakukan evaluasi apabila dalam perjalanan kredit selanjutnya timbul permasalahan kembali. Dan keputusan restrukturisasi tersebut harus didasarkan kepada kesediaan atau kesepakatan dari debitur dalam bentuk jawaban tertulis atau yang dipersamakan dengan itu atas surat persetujuan restrukturisasi yang ada. Keputusan yang telah ada kemudian di dokumentasikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dokumentasi kredit merupakan bagian penting dalam proses restrukturisasi sehingga dokumentasi harus dilakukan denga baik, tertib, dan lengkap. Dokumentasi ini terdiri dari dokumen-dokumen yang dihasilkan selama proses permohonan restrukturisasi hingga disetujui oleh pimpinan. Kemudian diterbitkan surat pemberitahuan kepada para pihak yang terlibat yaitu Debitur, Loan Recovery atau pejabat yang berwenang, serta pihak lain yang terlibat. Selain itu setelah adanya keputusan maka perjanjian restrukturisasi kredit ini dibuatkan suatu perjanjian addendum dimana perjanjian ini tetap tidak terpisahkan atau menjadi satu kesatuan dengan perjanijian semula sebelum dilakukan restrukturisasi kredit. Isi dari perjanjian restrukturisasi kredit ini mengacu pada putusan restrukturisasi kredit yang telah dilakukan sebelumnya antara pihak bank dengan debitur berdasarkan hasil negosiasi antara kedua belah pihak tersebut. Addendum ini kemudian ditandatangani oleh Debitur apabila Debitur telah menyetujui dengan pola yang diambil serta keputusan yang telah ada. Setelah adanya persetujuan dan kesepakatan antara pihak bank dan debitur maka kemudian pihak bank mengadakan perubahan master. 5. Monitoring atau Pengawasan Pelaksanaan restrukturisasi yang dilakukan oleh bank kepada debitur yang mengalami masalah harus disertai dengan monitoring atau pengawasan dan juga pembinaan secara ketat agar performance kredit commit to user tidak memburuk kembali. Pengawasan ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa restrukturisasi yang telah dilakukan tetap memperhatikan ketaatan terhadap jadwal, ketaatan terhadap pelaksanaan dan ketaatan terhadap konsekuensi atas adanya suatu pelanggaran. Kegiatan monitoring kredit. Minimal mencakup kegiatan-kegiatan: a. Monitoring jadwal pembayaran, perkembangan usaha, pelaksanaan rencana kegiatan dan kemungkinan pembayaran kembali oleh debitur yang mana kegiatan ini dilakukan minimal sekali dalam sebulan; b. Monitoring terhadap dokomen-monitoring yang telah dan akan jatuh tempo, pelaksanaanyan minimal dilakukan sekali dalam sebulan; c. Peninjauan lokasi usaha dan jaminan; d. Mewajibkan debitur untuk menyampaikan laporan keuangan yang dilengkapi dengan rasio-rasio keuangan pokok yang diperlukan dalam analisa kredit; e. Evaluasi masing-masing debitur yang dilakukan setiap triwulan, guna menghitung kembali kerugian yang mungkin timbul akibat perbedaan antara proyeksi dengan realisasi mengenai angsuran pokok dan bunga. Sehingga dari tahapan-tahapan yang telah dijabarkan diatas, maka restrukturisasi kredit yang dilaksanakan oleh BTN Cabang Slamet Riyadi Surakarta dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: commit to user Gambar IV: Proses Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit pada Bank BTN Cabang Surakarta Dari bagan diatas maka dapat dijelaskan bahwa restrukturisasi kredit pada awalnya dapat terlaksana karena adanya permohonan dari Debitur kepada bank karena debitur tersebut merasa kemampuannya untuk membayar kreditnya menurun sehingga Debitur meminta untuk dapat diambil langkah restrukturisasi. Sehingga diharap dengan adanya retrukturisasi kredit ini Debitur yang mengalami kesulitan bisa mendapatkan keringanan. Selanjutnya permohonan yang diajukan oleh Debitur di analisa oleh pihak bank. Dalam proses ini pihak bank tidak hanya mengumpulkan data-data berupa dokumen saja tetapi juga melakukan wawancara dengan Debitur yang mengajukan permohonan. Setelah data-data yang dibutuhkan untuk meyakinkan ihak bank Analisis oleh Pihak Bank Negosiasi antara Pihak Bank dan Debitur Putusan Restrukturisasi Kredit Persetujuan Debitur atas Putusan Restruktutisasi Perjanjian Restrukturisasi Kredit Addendum Monitoring atau Pengawasan Pelaksanaan Restrukturisasi Permohonan Restrukturisasi Kredit Dari Debitur commit to user bahwa Debitur tersebut memang membutuhkan upaya ini maka diadakan negosiasi untuk menentukan pola restruktutisasi kredit apa yang akan diambil serta konsekuensi dari upaya ini kepada Debitur agar Debitur mengetahui apa saja kewajiban baru yang harus ditanggungnya. Selanjutnya pejabat bagian Loan Recovery atau Collection Work Out menyampaikan permohonan tersebut ke kepala pimpinan yang kemudian pimpinan yang berwenang memutus apakah permohonan restrukturisasi tersebut dapat disetujui atau ditolak. Apabila permohonan disetujui maka disampaikan surat edaran kepada debitur dan pihak bank. Yang kemudian Debitur menandatangani kesepakatan atas permohonan restrukturisasi kreditnya yang telah disetujui. Atas persetujuan tersebut maka pihak bank membuat dokumen atas perubahan perjanjian sebelumnya yang disebut dengan Addendum. Yang kemudian pihak bank merubah master dari perjanjian kredit yang ada. Setelah restrukturisasi mulai dilaksanakan, pihak bank tidak hanya tinggal diam saja. Tetapi Bank juga melakukan monitoring atau pengawasan kepada Debitur agar tidak terulang kembali masalah yang sama atau penyalahgunaan kesempatan oleh Debitur sehingga tidak merugikan pihak Bank lagi. Apabila restrukturisasi kredit telah dilaksanakan bukan berarti kredit yang tadinya tergolong kedalam kredit yang bermasalah langsung berubah statusnya setelah restrukturisasi dilaksanakan sepenuhnya menjadi kredit yang tergolong lancar. Penggolongan kualitas kredit setelah dilakukan restrukturisasi kredit ditetapkan sebagai berikut: a. Setinggi-tingginya Kurang Lancar KL untuk kredit yang sebelum dilakukan restrukturisasi kredit tergolong Diragukan D atau Macet M. b. Kualitas tidak berubah untuk kredit yang sebelumnya dilakukan restrukturisasi kredit tergolong Lancar L, Dalam Perhatian Khusus DPK atau Kurang Lancar KL. commit to user Restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh Bank BTN sesuai Surat Edaran No. 04DIRDRPK2000 tanggal 19 Desember 2000 Perihal Petunjuk Pelaksanaan PD No. 19PDDRPK1200 tentang Restrukturisasi dan Penyelesaian Kredit Perorangan yang pelaksanaannya di lapangan antara lain dapat dalam beberapa pola. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam tahapan-tahapan pelaksanaan upaya restrukturisasi bahwa terdapat tahapan dimana pihak bank bernegosiasi dengan debitur untuk menentukan pola apa yang cocok untuk menyelesaikan kreditnya. Pola-pola tersebut antara lain berupa: 1. Penjadwalan Ulang Merupakan peetapan kembali jangka waktu kredit dan jumlah angsuran bulanan atas sisa kredit dan atau penetapan pembayaran angsuran atas tunggakan angsuran yang ada dari kredit bermasalah dan atau mempunyai potensi bermasalah. Penjadwalan ulang PUL ini dilakukan kepada debitur yang menungak di atas 6 enam bulan dan atau yang berpotensi bermasalah yang menunjukkan itikad baik untuk menyelesaikan tunggakan yang ada, khususnya debitur yang tidak mampu. PUL terbagi menjadi 2 dua jenis yaitu : a. Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman PUSP PUSP dilakukan dengan cara jumlah pokok kredit jatuh tempo sisa tahun ini dan pokok belum jatuh tempo ditambah dengan pokok kredit tertunggak dan kemudian dijadwalkan kembali. Syarat dalam pelaksanaan PUSP adalah tunggakan bunga dan denda yang ada harus dilunasi terlebih dahulu. 1 PUSP I : dimana masa angsurannya tetap sama dengan ketentuan pada Perjanjian Kredit sehingga menyebabkan nilai angsurannya menjadi lebih besar. 2 PUSP II : dimana masa angsurannya ditambah sehingga menjadi lebih panjang dari ketentuan sebelumnya. Maksudnya adalah untuk menekan nilai angsuran supaya tidak terlalu besar. commit to user 3 PUSP III : pada pola ini dilakukan pada debitur yang belum bermasalah namun atas keinginan dari debitur untuk dilakukan PUSP karena mengingat akan kemampuan dimasa yang akan datang mengalami penurunan, sehingga masa angsuran diperpanjang dan nilai angsuran menjadi lebih kecil atau mengalami peningkatan kemampuan sehingga masa angsuran diperpendek. b. Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan PUST Pelaksanaannya adalah dengan sisa tuggakan yang ada dijadwalkan kembali dan dibayar secara angsuran, sedangkan sisa saldo pinjamam pokok kedit tetap berjalan sesuai Perjanjian Kredit, sehingga pada akhirnya debitur memiliki 2 macam angsuran yaitu angsuran reguler dan angsuran tunggakan. Dalam hal PUST, terdapat syarat khusus yaitu denda yang adaharus dilunasi terlebih dahulu. 2. Penundaan Pembayaran Angsuran Grace Period Penundaan pembayaran angsuran merupakan keringanan yang diberikan Bank kepada debitur dengan cara menangguhkan pembayaran atas sejumlah nilai angsuran bulanan, baik pokok maupun bunga, untuk jagka waktu tertentu. Grace Period dilakukan pada awal kredit dan pertengahan kredit. Karakteristik dari Grace Period antara lain adalah: a. Untuk Grace Period angsuran dan Grace Period pokok, komponen pokok dapat ditagih secara khusus karena tidak diatur. b. Komponen pokok dalam angsuran yang diberi fasilitas ini akan disesuaikan oleh sistem pada proporsi pokok dan bunga. c. Komponen GP yang bisa diatur pembayarannya adalah bunga. d. Kolektibilas selama GP adalah kolektibilitas terakhir yang sifatnya tetap selama periode GP. 3. Pengurangan Tunggakan Bunga dan atau Denda Pengurangan tuggakan bunga adalah pemberlakuan kewajiban pembayaran dibawah jumlah yang seharusnya atas sejumlah nilai total pembayaran tunggakan bunga yang belum dipenuhi. Sedangkan pengurangan denda adalah pemberlakuan kewajiban pembayaran dibawah commit to user jumlah yang seharusnya atas sejumlah nilai total pembayaran denda yang belum dipenuhi. Langkah ini diberikan kepada debitur yang mengalami ketidak mampuan untuk membayar tunggakan baik disebabkan karena adanya bencana alam maupun keluarga debitur yang mengalami musibah sehingga memerlukan biaya ekstra. Pemberian keringanan ini diberikan sesuai dengan perhitungan matrik sebelumnya dan debitur yang akan diberikan keringanan belum pernah mendapatkan keringanan tunggakan bunga dan atau denda sebelumnya sehingga debitur hanya berhak mendapatkan keringanan sebanyak 1 satu kali. 4. Pengambilalihan Aset Debitur dan atau Agunan Kredit Set Off Pengambilalihan aset debitur atau agunan kredit merupakan pengalihan atau konversi kredit aktiva produktif menjadi aset bank aktiva lain-lain. Agunan kredit atau aset debitur yang diambil alih oleh bank dalam hal ini adalah agunan yang telah diikat oleh bank maupun yang belum diikat oleh bank sepanjang dokumen bukti kepemilikan atau sertifikat telah ada. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di lapangan wawancara dengan Bapak Fariudin selaku SPV Collection and Work Out PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta, tanggal 30 Mei 2011, pukul 10.30, bahwa dalam hal ini pihak dari Bank BTN sendiri jarang untuk melakukan jenis restrukturisasi ini. Karena dalam hal ini apabila pihak bank melakukannya maka akan menghambat dari kinerja debitur sendiri karena aset yang dimiliki oleh debitur menjadi aset bank yang dimana aset tersebut menunjang usaha dari debitur itu sendiri dan memiliki peranan yang penting dalam usaha debitur sehingga menyebabkan debitur semakin menurun kemampuannya untuk melunasi kreditnya. Sedangkan unuk pihak bank aset itu tidak terlalu bermanfaat. Sehingga pihak Bank BTN jarang untuk menggunakan langkah Pengambilalihan Aset Debitur dan atau Agunan Kredit Set Off ini dan melihat kepada rasa kemanusiaan juga. commit to user 5. Penurunan Suku Bunga Kredit Penurunan suku bunga kredit adalah pemberlakuan suku bunga kredit dibawah ketentuan suku bunga yang berlaku, dimana suku bunga menjadi lebih kecil dari suku bunga yang saat ini berlaku. Penurunan suku bunga ini diberikan dengan jangka waktu tertentu yang ditentukan oleh Bank. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di lapangan wawancara dengan Bapak Fariudin selaku SPV Collection and Work Out PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta, tanggal 16 Juni 2011, pukul 11.20, dalam hal penurunan suku bunga ini sebenarnya suku bunga tidak dapat diturunkan akan tetapi yang diturunkan adalah nominalnya saja namun besar dari bunganya tetap sama. 6. Pengurangan Tunggakan Pokok Pengurangan tunggakan pokok kredit adalah keringanan yang diberikan bank kepada debitur untuk membayar tuggakan pokok kredit kurang dari atau lebih kecil dari tunggakan pokok kredit yang seharusnya dibayar. Akan tetapi pemberian pengurangan tunggakan pokok ini hanya dapat diberikan oleh bank setelah mendapat persetujuan dari pemilik atau pemegang saham. Pemebrian pengurangan tunggakan pokok berpedoman kepada Anggaran Dasar Bank dan peraturan perundangan yang mengatur mengenai hapus tagih. Sehingga pelaksanaan jenis ini benar-benar harus mendapat persetujuan dari pemegang saham karena apabila langkah ini dilakukan maka akan menimbulkan dampak yang cukup besar kepada pihak bank karena pengurangan tunggakan pokok akan berpengaruh ke kerugian materiil yang harus ditanggung oleh pihak bank. Oleh karena itu berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Fariudin tanggal 30 Mei 2011, maka jenis restrukturisasi kredit ini sangat jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan oleh pihak bank karena dampak atau resiko yang akan muncul nantinya yang harus ditanggung oleh bank. commit to user 7. Penambahan Pokok Kredit Jenis restrukturisasi ini adalah penambahan pokok kredit yaitu penambahan pokok kredit atas fasilitas kredit yang telah diberikan oleh bank kepada debitur, agar debitur dalam hal ini dapat memaksimalkan pemanfaatan dana pinjaman yang ada baik pinjaman pokok awal maupun tambahan, sehingga memiliki kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur. Penambahan pagu kredit hanya dapat diberikan apabila berdasarkan hasil analisa pihak bank, dengan dilakukannya penambahan tersebut maka dapat meningkatkan kemampuan debitur. Penambahan pagu sendiri tidak diperkenankan untuk melunasi tunggakan pokok dan atau bunga serta denda yang dimiliki debitur.apabila penambahan pagu dilakasanakan unuk melunasi tunggakan pokok dan atau bunga serta denda maka hal ini dapat dikatakan percuma, karena penyelesaian dengan langkah restrukturisasi bertujuan untuk membantu debitur yang bermasalah agar dapat melunasi pembayaran kewajibannya ke bank dengan meningkatkan kapasitas produksi usaha debitur, sehingga pada akhirnya pendapatan debitur meningkat dan dapat memenuhi kewajibannya. Akan tetapi dalam hal pelaksanaan restrukturisasi sendiri, tidak semua jenis-jenis dari restrukturisasi ini dilakukan. Dilihat terlebih dahulu kepada masalah seperti apa yang dihadapi oleh debitur serta melihat juga kepada prospek usaha debitur. Namun dalam hal ini tidak menutup kemungkinan apabila terjadi kombinasi antara tiap jenis restrukturisasi yang terdiri dari dua atau lebih jenis yang ada.

C. Penerapan Asas-asas Hukum Perjanjian dalam Pelaksanaan Upaya Restrukturisasi