Hal ini menunjukkan bahwa media sosial mengakibatkan pergeseran nilai seks yang ada dalam masyarakat. Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
60 merasa terangsang saat memperoleh informasi seksual dari media sosialnya. Informasi seksual tersebut dapat berupa artikel ataupun video.
Peneliti berasumsi bahwa intensitas yang tinggi dalam penggunaan media sosial terlebih lagi untuk mengakses informasi seksual dapat mendorong remaja
untuk mengaplikasikan informasi yang mereka peroleh di media sosial dengan teman sebayanya. Rasa ingin tahu yang tinggi menyebabkan remaja ingin mencoba hal-hal
baru yang didapatkannya. Tak heran apabila banyak remaja yang akhirnya berujung melakukan seks bebas tanpa tahu bahaya penularan penyakit akibat perilaku seks
bebas tersebut.
5.3. Konformitas Tekanan Teman Sebaya
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konformitas dengan perilaku seks bebas memiliki nilai p sebesar 0.001 p0.05, artinya konformitas memiliki
hubungan dengan perilaku seks bebas siswa di SMA Negeri 1 Bandar.Asch 2009 menjelaskan konformitas adalah situasi dimana individu mengikuti tekanan dari
kelompok walaupun tidak ada tuntutan atau permintaan langsung dari kelompok. Dikatakan juga oleh Deaux, et.al 2011 bahwa konformitas berarti menyerah pada
tekanan kelompok walaupun tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah dibuat oleh kelompok tersebut.
Sejalan dengan hal ini dapat kita lihat dalam tabel 4.13 bahwa sebanyak 66 responden 73.3 menjawab “ya” pada pertanyaan “Teman-teman anda mengejek
Anda karena belum pernah melakukan hubungan seks”. Sejalan dengan hal ini
Universitas Sumatera Utara
Cynthia 2007mengatakan bahwa pada saat ini seks bebas telah dianggap biasa terjadi bahkan orang yang tidak pernah melakukannya akan diejek atau dianggap
tidak “keren” oleh teman-temannya. Sebagian besar atau sebanyak 68 responden 75.6 remaja pernah ditawari untuk mengcopyvideo atau gambar porno dari ponsel
teman sebayanya. Hal tersebut bukan merupakan paksaan namun jika dilakukan akan berpengaruh negatif pada perilku remaja yang dapat menimbulkan rasa ingin tahunya
untuk melakukan seks bebas. Konformitas diasumsikan sebagai salah satu faktor yang mendukung
remaja untuk melakukan hubungan seks bebas free sex dikarenakan konformitas tersebut memaksa seorang remaja untuk melakukan hubungan seks untuk dapat
diterima oleh kelompoknya. Santrock 2007 mengatakan, bahwa konformitas kelompok bisa berarti kondisi dimana seseorang mengadopsi sikap atau perilaku dari
orang lain dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut. Hal ini sejalan dengan Hurlock 2003 yang
menyatakan bahwa dalam menguasai tugas-tugas perkembangan remaja yaitu pembentukan hubungan-hubungan yang baru dan lebih matang dengan lawan jenis
serta memainkan peran jenis kelamin, remaja mengalami konformitas tekanan- tekanan sosial baik dari lingkungan maupun dari teman sebaya tetapi terutama
adalah minat remaja pada seksual dan keingintahuan tentang seksual yang cenderung meningkat. Tabel 4.13 menunjukkan terdapat 26 responden 28,9 yang
mengatakan bahwa untuk masuk menjadi anggota geng tertentu harus melakukan hubungan seks dahulu.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti berasumsi bahwa peran orang tua sangat besar dalam mengawasi anaknya dalam pergaulan baik di rumah maupun di luar rumah. Pengawasan perlu
dilakukan dengan cara-cara yang persuasif, tidak membuat remaja merasa dihakimi ataupun digurui seolah-olah remaja selali membuat masalah yang harus terus menerus
diatur. Pengawasan orang tua dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan pada anak bahwa harus hati-hati dalam memilih teman dalam bergaul. Orang tua juga
harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi dan pendidikan seks sehingga dapat memberikan informasi yang tepat pada anaknya
tentang seks yang sehat, bahaya melakukan hubungan seks bebas, penularan penyakit akibat perilaku seks yang tidak sehat.
5.4. Adaptasi Teman Sebaya