Pengaruh tipe kepribadian big five dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang

(1)

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN

BIG FIVE DAN

KECERDASAN EMOSI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk

memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Oleh

RIKHA FARIKHA NIM : 106070002202

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN

BIG FIVE DAN

KECERDASAN EMOSI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk

memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Oleh

RIKHA FARIKHA NIM: 106070002202

Di bawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag Ikhwan Lutfi, M. Psi NIP.196806141997041001 NIP.19730710 200501 1 006

FAKULTAS PSIKOLOGI


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Fakultas Psikologi.

Jakarta, 06 Juni 2011 Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Anggota

Bambang Suryadi, Ph.D Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag

NIP. 197005292003121002 NIP.196806141997041001


(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rikha Farikha

NIM : 106070002202

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau ciplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, Juni 2011 Yang Menyatakan

Rikha Farikha NIM: 106070002202


(5)

Inti kemampuan pribadi dan

sosial yang

merupakan kunci utama

keberhasilan seseorang

sesungguhnya adalah kecerdasan

emosi

.


(6)

Dari Abu Hurairah ra,

ia berkata: Rasulullah SAW

bersabda:

Sesungguhnya Allah tidak melihat

kepada tubuh dan bentuk kalian,

tetapi Allah melihat kepada hati

dan

amal perbuatan kalian .


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menghamparkan bumi tanpa batas dan mendirikan langit tanpa tiang peyangga, yang menguasai kerajaan langit dan bumi, yang memberikan begitu banyak kenikmatan iman, kenikmatan Islam, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan ummat Islam Nabi besar Muhammad SAW.

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas terselesaikannya skripsi ini. Meskipun penulis banyak hambatan dan rintangan dalam perjuangan bangku kuliah hingga penyusunan skripsi yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Semua itu tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, beserta jajarannya.

2. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, dan Ikhwan Lutfi, M.Psi yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dengan kesabaran serta memberikan dukungan yang membuat penulis merasa sangat beruntung karena arahan dan bimbingan yang diberikan terasa sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan.

4. Instasi pemerintah kota Tangerang dengan seluruh jajaran anggota Satpol PP yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian disana.

5. Kedua orang tua penulis, ibunda tercinta atas jasamu yang tak kenal lelah mendoakan anakmu ini. Ayahanda tercinta yang selalu memberikan dukungan dan bantuan berupa doa dan materi sehingga penulis dapat bertahan hidup menuntut ilmu di sini.

6. Kakak tercinta almarhumah Nur Minkhatullaila yang tidak sempat menyaksikan adikmu ini meraih gelar sarjana dan maafkan adikmu yang tak sempat melihat kepergianmu untuk terakhir kalinya, doaku akan selalu mengalir untukmu, semoga Allah menempatkanmu disisiNya. Penulis selalu merindukanmu dan takkan pernah terlupakan kenangan perjuangan hidup


(8)

dimasa kecil kita berdua. Adik penulis Emi, Indah, Ayu, Khalwa, Kia yang menjadikan semangat dalam hidup penulis.

7. Om haji Alwani dan Kak Mei, yang telah berkenan membantu dan meluangkan waktunya ketika proses pengambilan data penelitian, dan memberikan nasehat kepada penulis.

8. Mas Bayu yang dengan perhatian dan pengorbanannya selalu memberikan bantuan disaat penulis membutuhkannya, tak pernah lelah memberi semangat, menemani penulis dikala suka dan duka, yang membuat penulis tertawa dan menangis, dan slalu setia mengantarkan kemana penulis inginkan. Takkan pernah penulis mampu membayar semua ketulusanmu kecuali dengan cinta dan kesetiaan.

9. Rahma teman terbaik penulis, dengan kebersamaan kita dikala senang dan duka, atas tumpangan motornya ketika ke kampus, penulis takkan dapat melupakan kenangan itu. Kak Via yang telah mengizinkan tempatnya yang dijadikan pangkalan penulis ketika menunggu dosen pembimbing buat bimbingan. Teman kosan, Anna yang dengan baik hati membantu penulis ketika sedang skirpsi, menemani penulis kala sepi, dengan sabar dan selalu pengertian. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2006, khususnya kelas A dan juga sahabat-sahabat yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang turut merangkai guratan-guratan garis kenangan di kanvas hidup penulis, yang dengannya terasa penuh warna.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.

Jakarta, Juni 2011


(9)

ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi

(B) Juni 2011 (C) Rikha Farikha

(D) Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Perilaku Prososial Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang (E) 107 Halaman + 30 Lampiran

(F)Dalam institusi pemerintahan Satpol PP memiliki andil yang cukup penting seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2004 Pasal 148 yaitu menertibkan dan menjaga ketentraman lingkungan masyarakat daerah. Untuk itu perilaku prososial merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk menjaga citra Satpol PP dimasyarakat. Perilaku prososial Satpol PP dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian big five dan aspek-aspek kecerdasan emosi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian big five

(neuroticism, extrovertness, openness to experience, agreeableness, councientiousness) dan kecerdasan emosi (kesadaran, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, ketrampilan sosial) terhadap perilaku prososial anggota Satpol PP kota Tangerang.

Sampel penelitian kuantitatif ini pada anggota Satpol PP yang berjumlah 118 orang. Instrument pengumpulan data dengan menggunakan 5 skala Likert. Alat ukur kepribadian big five diadaptasikan dari skala International Personality Item Pools (IPIP) big five oleh Goldberg, L. R. Alat ukur kecerdasan emosi dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman, dan alat ukur perilaku prososial dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi perilaku prososial yang dikemukakan oleh Wispe. Analisis data pada penelitian ini menggunakan tehnikMultiple Regression Analysis.

Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel

neuroticism, extrovertness, openness to experience, agreeableness,

councientiousness, kesadaran, mengelola emosi, memotivasi diri, empati, ketrampilan sosial terhadap perilaku prososial. Berdasarkan koefisien regresi

menunjukkan hanya ada empat variabel yang signifikan berpengaruh pada perilaku prososial yaitu councientiousness, mengelola emosi, memotivasi diri dan ketrampilan sosial. Selajutnya berdasarkan R Square dari independent


(10)

variable penelitian sebesar 56.5%, dan proporsi varian 12 independent variabel menunjukkan hanya ada empat variabel yang tidak signifikan pengaruhnya pada perilaku prososial yaitu agreeableeness sebesar 6%,

kesadaran 0%, memotivasi diri 3% dan empati 0%.

Hasil diskusi menyatakan bahwa untuk pengembangan penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel tidak hanya pada anggota Satpol PP kota Tangerang saja tapi diperluas ke wilayah yang lain. Kemudian juga perlu mengkaji variabel lain diluar penelitian ini yang menjadi faktor dan mempengaruhi perilaku prososial. Untuk anggota Satpol PP, terutama di kota Tangerang.


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang... 1

1.2 Pembatasan dan perumusan masalah ... 11

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian ... 12

1.4 Sistematika penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Perilaku Prososial 14 2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial ... 14

2.1.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Prososial ... 16

2.1.3 Faktor-Faktor Penentu Perilaku Prososial... 20

2.2 KepribadianBig Five ... 25

2.2.1 Pengertian kepribadianbig five ... 25

2.2.2 Trait-trait dalam kepribadianbig five ... 26

2.3 Kecerdasan Emosional ... 35

2.3.1 Pengertian kecerdasan emosional ... 35

2.3.2 Aspek-aspek dalam kecerdasan emosi ... 36

2.4 Kerangka Berfikir ... 40

2.5 Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode pengumpulan data ... 47

3.1.1 Populasi ... 47

3.1.2 Sampel ... 47

3.2 Variabel Penelitian ... 48

3.3 Definisi Koseptual dan Operasional Variabel ... 48

3.4 Pengumpulan Data ... 51

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.4.2 Instrumen Penelitian ... 51

3.4.3 Prosedur Pengumpulan Data ... 58

3.5 Metode Analisis Data ... 58

3.5.1 Uji Validitas ... 58

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 59

3.5.3 Uji Hipotesis 59 3.6 Analisis Data ... 62


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Deskriptif ... 63

4.1.1 Responden Berdasarkan Usia ... 63

4.1.2 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 64

4.1.3 Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 65

4.1.4 Responden Berdasarkan Etnis ... 66

4.1.5 Tipe KepribadianBig Five ... 67

4.1.6 Kecerdasan Emosi ... 69

4.1.7 Perilaku Prososial ... 71

4.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 72

4.2.1 Analisis Regresi Variable Penelitian ... 72

4.2.2 Pengujian ProporsiVarians Untuk Masing-Masing Independent Variabel... 77

BABV KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Diskusi ... 82

5.3 Saran ... 88

5.3.1 Saran Teoritis ... 89

5.3.2 Saran Praktis ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue PrintTry Out Skala Tipe KepribadianBig Five... 52

Tabel 3.2 Blue PrintField Test Skala Tipe KepribadianBig Five... 53

Table 3.3 Blue PrintTry Out Skala Kecerdasan Emosi ... 54

Table 3.4 Blue PrintField Test Skala Kecerdasan Emosi ... 55

Table 3.5 Blue PrintTry Out Skala Perilaku Prososial... 56

Table 3.6 Blue PrintField Test Skala Perilaku Prososial ... 57

Table 3.7 Bobot Skor Skala ... 57

Table 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia... 63

Table 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 64

Table 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja... 65

Table 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Etnis/Suku Bangsa... 66

Table 4.5Descriptive Statistics Tipe KepribadianBig Five... 67

Table 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Tipe KepribadianBig Five ...68

Table 4.7 Descriptive Statistics Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi ... 69

Table 4.8 Descriptive Statistics Kecerdasan Emosi... 70

Table 4.9 Interpretasi Skor Kecerdasan Emosi ... 70

Table 4.10Descriptive Statistics Perilaku Prososial... 71

Table 4.11. Kategori Perilaku Prososial... 71

Table 4.12 Anova ... 72

Table 4.13 R Square... 73

Table 4.14 Koefisien Regresi... 74


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Reabilitas dan validitasbig five

2. Reabilitas dan validitas kecerdasan emosi 3. Reabilitas dan validitas perilaku prososial 4. Regresi berganda

5. Data mentah itembig five

6. Data mentah item kecerdasan emosi 7. Skor Z item big five

8. Data mentah perilaku prososial

9. Data mentah latar belakang responden

10. Surat permohonan izin penelitian dari kampus 11. Surat balasan peneitian dari Satpol PP


(15)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku prososial, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merupakan perangkat daerah yang bertugas memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. Tugas tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 148 yang berbunyi ”Untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dibentuklah Satuan Polisi Pamong Praja", Ayat (1) untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satpol PP, Ayat (2) Pembentukan dan susunan organisasi Satpol PP sebagaimana dimaksud ayat (1) berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Tugas-tugas Satpol PP pun terus dikembangkan, sehingga diharapkan mampu tercapai tujuan dalam pelaksanaan tugas di dalam masyarakat. Seperti yang diatur dalam dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, disebutkan dalam Pasal 6 tentang kewenangan Satpol PP adalah melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan


(16)

peraturan kepala daerah. Dalam melaksanakan tugas diatur pada Pasal 5, Satpol PP mempunyai fungsi: penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda; penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat; pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala daerah; pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat di daerah; pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat; pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, atau aparatur lainnya; pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah; dan pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah. Tetapi untuk melakukannya, anggota Satpol PP diwajibkan pula untuk menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.

Kesuksesan pelaksanaan tugas Satpol PP sangat dipengaruhi oleh peran anggotanya. Oleh karena itu, masing-masing anggota harus mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapi dengan baik, benar, dan tepat. Anggota Satpol PP harus mampu menghadapi tekanan-tekanan yang ada dalam dirinya dan menyikapi konflik yang ada di dalam maupun di luar dirinya.

Namun, media massa maupun elektronik memberitakan fenomena perilaku Satpol PP yang negatif dalam pelaksanaan tugasnya. Sehingga saat ini


(17)

di internet jejaring pertemanan facebook yang membuat ”Gerakan Sejuta

Facebooker Bubarkan Satpol PP” dengan jumlah link 125 (Wijaya, 2010). Hal yang sama juga datang dari sejumlah massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Pemuda Indonesia berunjuk rasa menolak kekerasan oknum Satpol PP di depan Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Jumat, 16 April 2010. Mereka menuntut dicabutnya Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2004 tentang Satpol PP yang dinilai telah menjadi penyebab perilaku anarkis pada peristiwa kerusuhan di Koja, Jakarta Utara serta pemecatan Hariyanto Bajuri salah satu anggota dari Satpol PP (Prambuda, 2010). Ratusan warga miskin yang terdiri dari pedagang kaki lima, pengamen, pemulung, sopir bajaj dan waria bergabung

dengan ”Persatuan Rakyat Miskin” dalam protes yang dilakukan beberapa waktu lalu untuk mendesak pembubaran Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP (Dwi, 2010).

Sebanyak 23 LSM (ANBTI, ARMP, Arus Pelangi, Bingkai Merah, Hammurabi, IKOHI Jabodetabek, Imparsial, Infid, JCSC, JRMK, Kasum, KM Raya, Kontras, KPI, KSMT, LBH Apik, LBH Jakarta, PRP Jakarta, Sebaja, Sebumi, Senja, SRMI, UPCI) yang tergabung dalam Komite Pembubaran Satpol PP menuntut bubarkan Satpol PP yang dinilainya kerap melakukan kasus tindak kekerasan saat menggelar proses penggusuran rakyat miskin. Kasus terakhir yang menjadi acuan desakan itu adalah bentrokan antara Satpol PP dan warga di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara beberapa waktu yang lalu (Rahmat, 2010).

Pemberitaan tentang perilaku aparat keamanan daerah ini masih menjadi berita hangat. Baru-baru ini dikejutkan dengan berita dari dua anggota Satuan


(18)

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta PAM Monas, melakukan pencabulan dan pemerasan terhadap pasangan muda-mudi di Monas yang berakibat pada pemecatan pada kedua anggota Satpol PP tersebut. Sebelumnya

juga, pemberitaan Satpol PP mengenai tragedi ”Mbah Priuk” yang mengakibatkan

banyaknya korban luka-luka dan yang meninggal dunia dari kalangan sipil. Dari kasus mbah priuk ini juga menewaskan beberapa personil Satpol PP, puluhan lainnya mengalami luka-luka dan membuat cidera pada sisi psikologisnya. Bahkan dari kejadian bentrokan Satpol PP dengan warga sekitar makam mbah priuk ditaksir kerugian dari pihak Satpol PP sendiri mencapai Rp. 22. 955.074.000 (Yadisetia, 2010). Apalagi dengan adanya berita tentang Satpol PP yang akan dipersenjatai, hal ini mengundang kontroversi dari berbagai kalangan masyarakat. Masyarakat yang menyetujui beralasan untuk menunjang keberhasilan jalannya tugas Satpol PP. Akan tetapi, masyarakat yang tidak menyetujui dengan alasan bahwa yang dihadapi Satpol PP adalah rakyat-rakyat miskin, bukan musuh dan masyarakat juga khawatir bila Satpol PP dibekali senjata akan bertindak lebih semena-mena dan lebih arogan. Masalah yang melarbelakangi kasus-kasus itulah yang menjadi sorotan publik saat-saat ini.

Seharusnya sebagai penegak keamanan dan ketertiban masyarakat memberikan contoh yang baik, tetapi mengapa dengan mudahnya melakukan hal-hal yang membuat masyarakat seakan-akan menjadi musuh dengannya. Dari contoh-contoh perilaku Satpol PP tersebut, ternyata masih ada anggota yang menunjukkan perilaku antisosial, yang diwarnai dengan tindakan agresifitas dan


(19)

Dalam pengabdiannya terhadap masyarakat seorang anggota Satpol PP seharusnya memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Apabila dilihat dari tugasnya yang harus menjaga ketentraman dan ketertiban daerah, pekerjaan tersebut sangat mulia dimana secara tidak langsung Satpol PP menjadi sosok yang harus dapat memberikan suri tauladan bagi masyarakat setempat. Dengan adanya berita-berita perilaku negatif maka yang menjadi pertanyaan adalah dimana perilaku prososial Satpol PP?

Perilaku prososial merupakan perilaku yang menguntungkan orang lain atau memiliki konsekuensi sosial yang positif. Perilaku prososial juga sudah ada

di Al Qur’an, Allah berfirman:” Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam perbuatan dosa”(QS: 5;2). Ayat lainnya juga, Allah berfirman ”Perumpamaan harta yang dikeluarkan di jalan Allah, serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bilir, pada setiap bulir seratus biji”(QS: 2; 261). Dalam hadis Rasulullah bersabda

bahwa: “Hamba yang paling dicintai Allah adalah orang yang bermanfaat untuk

orang lain dan amal yang paling baik adalah memasukkan rasa bahagia kepada

mukmin, menutupi rasa lapar membebaskan kesulitan atau membayarkan utang.” (HR Muslim). Dalam hadis lain “Sesungguhnya Allah senantiasa menolong hambanya selama hambanya menolong orang lain” (HR Muslim).

Perilaku prososial merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat karena manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dalam kaitannya dengan perilaku prososial ini banyak sekali penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti


(20)

mengenai perilaku prososial. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Dahriani (2007) tentang perilaku prososial terhadap pengguna jalan dengan sample polisi lalu lintas. Hasil penelitiannya adalah perilaku prososial memerlukan proses evaluasi, berupa pertimbangan-pertimbangan tertentu, sampai pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial subjek.

Perilaku prososial merupakan sebuah tindakan yang secara lahiriah ada di dalam diri manusia. Hal ini karena manusia adalah mahluk sosial yang harus bersosialisasi dengan sesama dan tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain dalam arti saling membantu, menolong, melengkapi dan saling menyanyangi. Akan tetapi perilaku menolong seseorang dipengaruhi juga faktor eksternal dan faktor internal. Dimana faktor internal bisa dari pengalaman sosial individu tersebut dan kepribadian yang dimiliki orang tersebut.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan mengenai perilaku prososial pada paragraf sebelumnya, maka perilaku prososial sangat penting dimiliki oleh seorang anggota Satpol PP dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Akan lebih bagus jika anggota Satpol PP memiliki kecenderungan perilaku prososial yang tinggi karena berkaitan dengan tugasnya yang menjaga ketertiban dan ketentraman masyarakat. Akan tetapi, kejadian perilaku prososial masih sangat minim pemberitaannya di media cetak maupun elektronik bahkan banyak masyarakat yang memberikan kritikan tajam dan mengeluh atas tindakan yang dilakukan oleh anggota Satpol PP. Hal ini seakan-akan menjadi sebuah peringatan agar segera melakukan pembenahan-pembenahan managemen personilnya.


(21)

Walaupun banyak kritikan yang disampaikan oleh masyarakat mengenai perilaku negatif yang dilakukan anggota Satpol PP. Hal itu memunculkan gerakan-gerakan yang menginginkan Satpol PP dibubarkan Seperti disalah satu situs jejaring sosial facebook yang mengatasnamakan ”Gerakan Sejuta Facebooker Bubarkan Satpol PP”, namun ada juga pemberitan-pemberitaan yang positif tentang Satpol PP. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi personil seperti faktor kepribadian masing-masing anggota yang dapat mempengaruhi perilaku prososial. Seperti yang dikemukakan oleh Kartono (dalam Jannah, 2008) kepribadian merupakan keseluruhan individu yang terorganisir dan terdiri atas disposisi-disposisi fisik serta psikis yang memberi kemungkinan untuk membedakan ciri-ciri yang umum dengan pribadi lainnya. Perilaku prososial dipengaruhi oleh beberapa aspek dalam diri individu baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal individu yang mempengaruhi perilaku prososial seseorang diantaranya adalah tipe kepribadian seseorang (Staub, dikutib dari Jannah, 2008). Kepribadian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku prososial (Wrightmans, 1977).

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Rahmani (2009) dengan judul tipe kepribadian lima faktor dengan perilaku prososial perawat, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian dengan perilaku prososial. Smith (2003) menyatakan bahwa kepribadian anda memiliki pengaruh pada cara anda berpikir, merasa dan berhubungan dengan orang lain.


(22)

David O. Sears (1994) menyatakan faktor situasional dapat meningkatkan atau menurunkan kecenderungan orang untuk melakukan tindakan prososial. Namun, apa yang juga diperlihatkan oleh Sears tentang penelitian lain bahwa beberapa orang tetap memberikan bantuan meskipun kekuatan situasional menghambat pemberian bantuan, dan yang lain tidak memberikan bantuan meskipun berada dalam kondisi yang sangat baik. Ada perbedaan individual dalam usaha memahami mengapa ada orang yang lebih mudah menolong dibandingkan orang lain, para peneliti menyelidiki karakteristik kepribadian yang relatif menetap maupun suasana hati dan psikologis yang lebih mudah berubah.

Adapun penelitian sebelumnya tentang kepribadian dengan perilaku

prososial yang dilakukan yang berjudul ”Perbedaan Perilaku Prososial ditinjau dari Tipe Kepribadian pada Anggota Palang Merah Remaja” menyatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian ekstravert memiliki kecenderungan intensi prososial yang lebih tinggi (Susanto dalam Jannah, 2008).

Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian merupakan aspek psikologi yang penting dalam menentukan perilaku individu. Banyak sekali para psikolog menggunakan tes-tes kepribadian untuk memperoleh gambaran yang representatif tentang kepribadian individu. Salah satunya menggunakan kepribadian big five

faktor atau five factor modeluntuk memperoleh gambaran individu. Kepribadian

Big Five sendiri merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.


(23)

bentuk lima dimensi dasar (McCrae & Costa.Jr dalam Pervin, 2005). Kelima dimensi dasar tersebut adalah Openness to Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism.

Berbagai penelitian tentang big five personality sudah banyak dilakukan salah satunya adalah mahasiswa pascasarjana UGM yang meneliti tentang

evaluasi faktor dalam big five: pendekatan analisis faktor konfirmatori studi ini bertujuan untuk melihat konsistensi lima faktor big five di Indonesia. Instrumen yang digunakan adalahFive Factor Personality Inventory. Melalui analisis faktor konfirmatori, ditemukan bahwa kelima faktor yang dikonfirmasi konsisten dengan faktor di dalambig five(Widhiarso, 2004).

Endah Mastuti (2005) meneliti tentang analisis faktor alat ukur

kepribadian big five (adaptasi dari IPIP) pada mahasiswa suku Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa validitas konstrak alat ukur kepribadian big five

yang diambil dariInternational Personality Item Pools (IPIP), tidak terbukti. Hal ini karena data yang didapatkan tidak sesuai dengan teori kepribadian big five

yang diteorikan. Pada penelitian ini dengan analisis faktor menunjukkan bahwa trait kepribadian terdiri dari enam faktor yaitu Opennes to Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism, dan morality.

Penelitian-penelitian mengenaibig five personality ini banyak dilakukan di negara barat maupun timur oleh beberapa ahli dengan menggunakan tes tersebut kedalam berbagai bahasa untuk subjek pengguna bahasa tersebut. Dari penelitian-penelitian itu terbuktibig five faktor merupakan satu-satunya dimensi kepribadian yang dapat direplikasi secara reliabel melalui budaya, bahasa, format penelitian


(24)

dan berbagai metode analisis faktor. Big five dapat digunakan lagi dengan beragam bahasa, tidak hanya dalam bahasa Inggris namun juga di seluruh ragam bahasa (Costa & MeCrae, 1997; DeRaad, Perugini, Hrebickova, & Szarota, 1998; McCrae et al., 1998 dikutib dalam Smith, 2003). Hasil analisis dari perbedaan-perbedaan individu dalam sifat yang ditulis dalam berbagai bahasa terwakili dalambig five factor ini (O Sterdorf dan Angleitner dalam Caprara, 2000).

Selain tipe kepribadian big five, peneliti juga menghubungkan dengan kecerdasan emosi seperti yang dikutib dari Baron, Byrne, Branscombe (dalam Sarwono, 2009) bahwa emosi seseorang dapat mempengaruhi kecenderungannya untuk menolong. Emosi positif secara umum meningkatkan tingkah laku menolong dan pada emosi negatif memungkinkan menolong yang lebih kecil.

Kecerdasan Emosi atau Emotional Quostiont (EQ) adalah akumulasi kecenderungan individu yang bersifat bawaaan dengan faktor lingkungannya. Dampak yang terjadi jika pengelolaan EQ kurang salah satunya adalah tindakan anarkisme. Dewasa ini telah terjadi banyak kasus karena kurangnya kemampuan kesadaran dan pengetahuan untuk mengelola kecerdasan emosi, misalnya kasus pemukulan seorang perdana mentri disuatu negara, atau meninggalnya seorang pejabat daerah saat menghadapi massa yang sedang berdemonstrasi, atau banyaknya tayangan reality show yang justru memberikan tontonan berbagai kekerasan fisik.

Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh big five dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial dan membuktikan apakah benar


(25)

bahwa faktor-faktor yang ada dalam kepribadian big five dan kecerdasan emosi memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial Satpol PP.

Dari fenomena-fenomena yang telah dikemukakan dan penelitian-penelitan sebelumnya yang telah diselenggarakan, maka peneliti sangat tertarik

untuk meneliti topik tersebut. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja”.

1.2 Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian diatas dibatasi sebagai berikut:

− Tipe kepribadian big five dari Costa yang meliputi unsur NEOAC antara lain: Neuroticism (keterbukaan terhadap tekanan-tekanan), Extrovertness

(keterbukaan diri terhadap orang lain), Oppennes to experience

(keterbukaan terhadap pengalaman hidup), Agreeableness (keterbukaan terhadap kesepakatan),Counsenciousness (sikap yang hati-hati).

− Kecerdasan emosional adalah keterampilan dalam mengontrol dan mengatur emosi diri sendiri. Dalam penelitian ini kecerdasan emosional dari teori Goleman yang diteliti meliputi kesadaran, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan ketrampilan sosial.

− Perilaku prososial adalah suatu perilaku menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada


(26)

orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

• ”Apakah ada pengaruh tipe kepribadian big five terhadap perilaku prososial

pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruh openness to experience pada big five terhadap

perilaku prososial pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruhconcienciusness padabig five terhadap perilaku

prososial pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruh extravertion pada big five terhadap perilaku

prososial pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruh agreeableness pada big five terhadap perilaku

prososial pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruh neuroticm pada big five terhadap perilaku

prososial pada Satpol PP?”

• “Apakah ada pengaruh aspek-aspek kecerdasan emosi terhadap perilaku

prososial pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruh self ewarreness (kesadaran) pada kecerdasan


(27)

− “Apakah ada pengaruh mengelola emosi pada kecerdasan emosi

terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruh motivating oneself (memotivasi diri) pada

kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruh empathy (empati) pada kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?”

− “Apakah ada pengaruh social skill (ketrampilan sosial) pada

kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada Satpol PP?” • “Apakah ada pengaruh tingkat usia terhadap perilaku prososial?” • “Apakah ada pengaruh masa bekerja terhadap perilaku prososial?”

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh aspek-aspek kepribadian big five dan aspek-aspek kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial anggota Satuan Polisi Pamong Praja kota Tangerang.

1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya pada ranah psikologi sosial-kepribadian. Yang mana hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber data tambahan bagi pengembangan studi tentang kepribadianbig five dan perilaku prososial. 1.4.2.1 Manfaat praktis


(28)

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa, para pendidik ataupun bagi instansi pemerintah dalam mengetahui kepribadian yang dimiliki oleh petugas Satpol PP agar lebih dapat selektif dalam melakukan rekuitmen.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membahas tema yang diteliti, penulis membagi dalam 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang mengapa perlu dilakukannya penelitian tentang perilaku prososial pada anggota Satpol PP, perumusan, pembatasan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 Landasan Teoritis, yang berisi sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB 3 Metodologi Penelitian, yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisa data.

BAB 4 Hasil Penelitian, yang membahas mengenai hasil penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, dalam bab ini peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian, serta akan dimuat diskusi dan saran.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab yang akan dipaparkan terdiri dari lima sub bab yaitu sub bab tentang perilaku prososial, kepribadian big five, kecerdasan emosi, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Perilaku Prososial

2.1.1 Pengertian perilaku prososial

Zanden (1993) menyatakan bahwa prosocial behaviors ways of responding to other people through sympathetic, cooperative, helpful, rescuing, comforting, and giving acts. Bahwa perilaku prososial merupakan cara merespon orang lain seperti simpati, kerjasama, menolong, menyelamatkan, menenangkan, dan tindakan memberi.

Wispe (dalam Brown, 2006) menyatakan bahwa perilaku prososial merupakan tindakan apa saja yang tanpa memperhatikan keuntungan lain atau pengorbanan pelaku. Sedangkan Wispe (dalam Vaughan dalam Luthfi dkk, 2009) mendefinisikan bahwa perilaku prososial adalah bentuk perilaku yang memiliki konsekuensi sosial secara positif dan berkontribusi terhadap kebahagiaan fisik atau psikologis orang lain.

Staub (dalam Luthfi dkk, 2009) mengartikan secara sederhana perilaku prososial merupakan perilaku yang menguntungkan terhadap orang lain. Perilaku


(30)

prososial mencakup segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong (Sears dkk,1994)

Tingkah laku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu risiko bagi orang yang menolong (Baron & Byrne, 2005).

Latane dan Darley (dalam Baron, et.al., 2005) menggambarkan tingkah laku prososial sebagai titik akhir dari lima langkah yang berurutan – lima pilihan dalam menghadapi keadaan darurat yang menimbulkan respons prososial atau tidak.

Prosocial behavior is voluntary behavior that is carried out to benefit another person(Batson & Powell dalam Franzoi, 2006), bahwa perilaku prososial merupakan perilaku sukarela yang dilaksanakan untuk memberi manfaat pada orang lain. Perilaku prososial mengacu pada tindakan dengan tujuan untuk menguntungkan orang lain (Kenrick,2003).

Prosocial behavior is narrower, in that the action is intended to improve the situation of the help-recipent, the actor is not motivated by the fulfillment of professional obligations, and the recipient is a person and not an organization. (Bierhoff, 2002), bahwa arti perilaku prososial lebih dangkal dimana tindakannya bermaksud untuk memperbaiki situasi si penerima pertolongan, tindakan tersebut tidak dimotivasi oleh penyempurnaan tanggung jawab profesional, dan penerima


(31)

Perilaku prososial meliputi semua bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan motif-motif si penolong. Baron dan Byrne (dalam Nashori, 2008) mengungkapkan bahwa perilaku prososial dapat didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki nilai positif pada orang lain.

Jadi, dari berbagai tokoh yang mendefinisikan perilaku prososial dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial merupakan suatu tindakan atau perilaku untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan, tanpa adanya unsur paksaan, dan memberikan keuntungan secara langsung kepada orang yang ditolong.

2.1.2 Bentuk-bentuk perilaku prososial

Perilaku prososial merupakan perilaku yang memberikan keuntungan bagi orang lain. Menurut Wispe (dalam Luthfi dkk, 2009), perilaku prososial meliputi berbagai bentuk, antara lain:

1. Empati

Bordens & Horowitz (2008) menyatakan bahwa empati adalah suatu emosi yang tidak langsung diarahkan untuk semua individu dalam suatu kebutuhan. Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain, sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain. Menurut Duan (dalam Robert, 2004), empati meliputi komponen afektif dan kognitif. Secara afektif, orang yang berempati merasakan yang orang lain rasakan. Secara kognitif, orang yang berempati memahami apa yang orang lain rasakan dan mengapa.


(32)

2. Kerjasama (Cooperation)

Baron & Byrne (2005) mengartikan kerja sama sebagai perilaku dimana kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mendapatkan tujuan yang sama. Kerja sama timbul karena orientasi yang sama antar individu terhadap kelompoknya (in group) dan kelompok lainnya (out group). Kerja sama mungkin akan bertambah apabila ada bahaya luar yang mengancam atau tindakan-tindakan yang menyinggung kesetiaan yang telah tertanam didalam kelompok, dalam diri seseorang.

Sebuah situasi sosial yang kooperatif didefinisikan sebagai sebuah situasi dimana wilayah tujuan dari setiap anggota kelompok sedemikian rupa sehingga bila wilayah tujuan itu dimasuki oleh individu manapun, semua anggota kelompok yang lain terfasilitasi dalam pencapaian wilayah tujuan mereka masing-masing.

Situasi kerjasama dalam suatu kelompok dapat dikatakan bahwa tujuan dari kelompok itu homogen, setiap anggota menginginkan hal sama. Saat anggota dari sebuah kelompok menyetujui sebuah tujuan dan kerjasama untuk mencapai goal tersebut, mereka lebih tertarik satu dengan yang lain, lebih menunjukkan keakraban dan keramahan satu dengan yang lain, menjadi lebih kooperatif dalam diskusi kelompok, bertingkah laku lebih positif terhadap kontribusi anggota lainnya dan secara umum bertingkah laku positif terhadap kelompok (Shaw, dalam Luthfi dkk, 2009).


(33)

3. Membantu (Helping)

Wrightsman (1977) menyatakan bahwa membantu adalah perilaku yang menguntungkan orang lain dari pada diri sendiri. Suatu tindakan tetap dapat dikategorikan sebagai membantu (helping) selama terjadi perbaikan kesejahteraan pada seseorang yang dilakukan oleh orang lain (seperti memberi hadiah, membantu menyelesaikan tugas). Bentuk menolong sendiri dapat dibedakan atas beberapa macam mulai dari tindakan yang hanya memerlukan pengorbanan paling kecil atau mudah dilakukan, seperti memberitahukan jam pada orang lain yang bertanya, memberikan bantuan kepada organisasi sosial, sampai dengan tindakan yang memerlukan pengorbanan yang lebih besar.

4. Berderma (Donating)

Wrightsman (1977) menyatakan bahwadonation is the provision of goods or services to a person or organization in need. Yang memiliki arti bahwa berderma merupakan ketentuan yang baik atau pelayanan seseorang atau organisasi yang membutuhkan.

Derma merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada orang lain. Dalam kamus bahasa indonesia berderma adalah pemberian (kepada fakir miskin, dsb) atas dasar kemuranhan hati, bantuan uang, makanan, obat-obatan dsb, kepada perkumpulan sosial atau panti-panti sosial.

5. Suka menolong (Altruisme)

Altruisme adalah memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa mengharapkanreward apapun. Pertolongan yang diberikan hanya ditujukan untuk mengurangi beban orang lain. Altruis merupakan bentuk kepedulian terhadap


(34)

kebutuhan orang lain. Bordens & Horowitz (2008) menyatakan bahwa altruisme

adalah perilaku yang termotivasi oleh keinginan untuk meringankan penderitaan korban atau orang lain. Sedangkan Walster & Piliavin (dalam Brown, 2006) menyatakan bahwa altruisme adalah jenis membantu atau sebuah perilaku prososial yang sukarela, pada biaya untuk membantu dan termotivasi oleh sesuatu selain harapanreward materi atau sosial.

Perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan motif-motif si penolong (David O Sears, Jonathan Fredman, L. Anne Peplau, 1994). Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri (Rushton, dalam Lutfi dkk, 2009).

Musen, dkk (dalam Nashori, 2008) mengungkapkan bahwa aspek-aspek perilaku prososial meliputi:

1. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis orang tersebut.

2. Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain.

3. Kerjasama, yaitumelakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

4. Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain.


(35)

Menurut Morgan (dalam Widodo, 2005) perilaku prososial meliputi berbagi (sharing), kerjasama (cooperation), altruisme (altruism), suka menolong (helpfulness), menyelamatkan (rescue).

Deaux & Wrigthsman (dalam Widodo, 2005) mengemukakan beberapa aspek perilaku prososial antara lain menolong, berbagi, kerjasama, bertindak jujur, menyumbang, dermawan, memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain, punya kepedulian terhadap orang lain.

Berdasarkan tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku prososial meliputi berderma, membantu, simpati, kerjasama, dan altruism, masing-masing memiliki tujuan untuk memberikan keuntungan bagi orang lain tanpa mementingan imbalan dari orang yang diuntungkan.

2.1.3 Faktor-faktor penentu prososial

David O Sears, et.al., (1994) mengemukakan bahwa perilaku prososial dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.

A. Karakteristik Situasi

Karakteristik situasi yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, dan tekanan keterbatasan waktu.

1. Kehadiran Orang Lain/bystander

Penyebaran Tanggung Jawab. Penyebaran tanggung jawab yang timbul karena kehadiran orang lain. Bila hanya ada satu orang yang menyaksikan korban yang mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai tanggung jawab untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut dan akan menanggung rasa salah dan rasa sesal bila tidak bertindak. Bila orang lain juga hadir pertolongan bisa muncul dari beberapa orang. Tanggung jawab


(36)

untuk menolong dan kemungkinan kerugian tidak memberikan pertolongan akan terbagi. Lebih jauh bila orang mengetahui kehadiran orang lain tetapi tidak dapat berbicara dengan mereka atau tidak melihat perilaku mereka, seperti kasus Kitty Genovese yang dibunuh oleh seseorang di depan apartemennya dan dilihat oleh banyak tetangga-tetangganya dan tidak ada satupun yang menolongnya, mungkin orang itu beranggapan bahwa orang lain sudah melakukan sesuatu untuk menolong, seperti, menghubungi polisi. • Efek penonton menyangkut ambiguitas dalam mengintrepretasikan situasi.

Perilaku penonton yang lain dapat mempengaruhi bagaimana mengintrepretasikan situasi dan bagaimana reaksi. Jika orang lain mengabaikan suatu situasi atau memberikan reaksi seolah-olah tidak terjadi apa-apa, mungkin juga beranggapan tidak ada keadaan darurat.

Kekuatan efek penonton adalah rasa takut dinilai. Bila mengetahui bahwa orang lain memperhatikan perilaku, mungkin berusaha melakukan apa yang menurut diharapkan oleh orang lain dan memberikan kesan yang baik (Baumeister, dalam Sears, 1994). Rasa takut dinilai dalam efek penonton memungkinkan terjadi, hal ini disebabkan adanya kekhawatiran bystander

dan timbulnya pertimbangan. Misalnya rasa takut akan salah jika memberikan bantuan, rasa takut dinilai menjadi pusat perhatian penonton yang lain dan menimbulkan rasa malu.

2. Kondisi Lingkungan

Sejumlah penelitian membuktikan pengaruh kondisi lingkungan seperti cuaca, ukuran kota, dan derajat kebisingan terhadap pemberian pemberian bantu.


(37)

Cuaca.orang cenderung membantu bila hari cerah dan bila suhu udara cukup menyenangkan (relatif hangat di musim dingin dan relatif sejuk di musim panas)

Ukuran kota. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran kota menimbulkan perbedaan dalam usaha menolong orang asing yang mengalami kesulitan. Persentase orang yang menolong lebih besar di kota kecil daripada di kota besar.

Kebisingan. Faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi perilaku prososial adalah kebisingan. Beranjak dari gagasan umum bahwa kebisingan dapat menurunkan daya tanggap orang terhadap semua kejadian di lingkungan, beberapa peneliti menyelidiki apakah kondisi yang mengurangi kecenderungan untuk menolong orang asing yang mengalami kesulitan (Sherrod & Downs dalam Sears, 1994).

3. Tekanan Keterbatasan Waktu

Orang yang sedang tergesa-gesa dan sedang dihadapkan oleh situasi terlambat akan membuat kecenderungan seseorang untuk tidak berperilaku prososial. Sebaliknya dengan seseorang yang dalam keadaan santai maka akan cenderung untuk melakukan perilaku prososial kepada orang lain.

B. Karakteristik penolong

Faktor kepribadian. kepribadian tertentu mendorong orang untuk memberikan pertolongan dalam beberapa jenis situasi dan tidak dalam situasi yang lain.


(38)

Suasana hati. Ada sejumlah bukti bahwa orang lebih terdorong untuk memberikan bantuan bila mereka berada dalam suasana hati yang baik. Misalnya, orang akan lebih cenderung menolong bila menemukan sekeping uang ditempat telepon (Isen & Simmonds, dalam Sears, 1994). Daripada tidak terjadi peristiwa yang meningkatkan suasana perasaan positif yang dapat meningkatkan kesediaan untuk melakukan tindakan prososial.

Rasa bersalah. Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi khusus dengan perilaku prososial adalah rasa bersalah, perasaan gelisah yang timbul bila kita melakukan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah bisa menyebabkan kita menolong orang yang kita rugikan, atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan

”tindakan yang baik”. Beberapa peneliti memperlihatkan rasa bersalah

yang timbul meningkatkan kesediaan untuk menolong (Cunningham dkk, dalam Sears, 1994). Penelitian yang lain menyatakan bahwa orang yang merasa bersalah mungkin mengalami konflik motivasi. Disatu pihak, mereka ingin memperbaiki tindakan buruk mereka dengan menolong korban atau melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain. Di lain pihak, mereka juga ingin menghindari pertemuan dengan korban, karena takut ketahuan, malu, atau takut dibalas. Dampak rasa bersalah terhadap pemberian bantuan yang paling besar terjadi bila orang yang bersalah dapat menolong tanpa harus bertemu langsung dengan korbannya.


(39)

Distres diri dan rasa empatik. Distres diri adalah reaksi pribadi kita terhadap penderitaan orang lain, perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan apa pun yang kita alami. Sebaliknya yang dimaksud rasa atau sikap empatik (emphatic concern) adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagai pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. Perbedaan utamannya adalah bahwa penderitaan diri terfokus pada diri sendiri, sedangkan empatik terfokus pada si korban. Distres diri memotivasi kita untuk mengurangi kegelisahan kita sendiri. Kita bisa melakukannya dengan membantu orang yang membutuhkan, tetapi kita juga dapat melakukannya dengan menghindari situasi tersebut arau mengabaikan penderitaan di sekitar kita. Sebaliknya rasa empati hanya dapat dikurang dengan membantu orang yang berada dalam kesulitan. Karena tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan orang lain, jelas bahwa rasa empatik merupakan sumber altruistik (bukan kepentingan diri) perilaku pembantu.

C. Karakteristik orang yang di tolong • Menolong orang yang kita sukai

a. Daya tarik fisik. Dalam beberapa situasi, yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menerima bantuan.

b. Kesamaan. Kesediaan untuk membantu akan lebih besar terhadap orang yang berasal dari daerah yang sama dari pada terhadap orang asing


(40)

(Fieldman, dalam Sears, 1985), dan terhadap orang yang memiliki sikap yang sama (Tucker dkk., dalam Sears, 1985)

c. Jenis hubungan antara orang yang minta tolong dengan yang menolong. Semakin dekat hubungannya, semakin kuat harapan untuk mendapatkan bantuan, semakin sedikit rasa terima kasih yang diungkapkan pada saat bantuan diberikan.

• Menolong orang yang pantas ditolong

a. Kelayakan permintaan atau kebutuhan masalah.

b. Menolong seseorang bila yakin bahwa penyebab timbulnya masalah berada diluar kendali orang tersebut.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang berperilaku prososial memiliki berbagai pertimbangan dan tidak selalu memenuhi subjek yang memerlukan bantuan. Disamping itu juga terdapat pengaruh eksternal maupun internal dari penolong itu sendiri dan orang yang akan ditolong.

2.2 KepribadianBig Five

2.2.1 Pengertian kepribadianbig five

J.Feist dan G.J Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah salah satu kepribadian yang dapat baik memprediksi dan menjelaskan perilaku. suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut


(41)

experiences.

Caprara & Cervone (2000) mengatakan bahwa kepribadianbig five adalah teori kepribadian yang menjelaskan hubungan antara kognisi,affect, dan tindakan. Disamping itu menyatakan bahwa big five faktor dapat menjadi landasan bagi teori kepribadian.

Baron & Byrne (2005) menyatakan bahwa lima besar dimensi kepribadian adalah dimensi dasar kepribadian manusia, dimensi-dimensi dimana individu berada seperti (openness, exstravertion, agreeableness, dan neurotisme) sering kali tampak dalam perilaku sehari-hari.

Pervin (2005) menyatakan bahwa big five in trait factor theory, the five major trait categories including emotionality, activity, and sociability factors.

Artinya big five adalah teori faktor trait (sifat, ciri), dengan lima kategori sifat secara umum meliputi emosi, tindakan, dan faktor sosial.

Gufron (2010) menyatakan bahwa kepribadianbig five adalah kepribadian yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa yang memiliki lima bentuk kepribadian yang mendasari perilaku individu.

Kepribadian big five merupakan Pendekatan yang diilustrasikan dalam sebuah taksonomi yang komprehensif dari domain perilaku interpersonal yang menghasilkan dimensi berlawanan (Wiggins, dalam Mischel, 2003).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian big five

merupakan pendekatan psikologi yang memiliki lima trait kepribadian

neuroticism, extraversion, openness, agreeableness, consenciousness yang digunakan untuk menganalisis kepribadian seseorang. Model ini merupakan


(42)

kerangka kerja untuk melihat atau menguji secara sistematis psiko-fisiologi, perilaku, psikologi dan genetik dengan trait yang digunakan untuk mendeskripsikan kepribadian.

2.2.2 Trait-trait dalambig five personality

Trait (sifat, ciri) merupakan suatu pola tingkah laku yang relative menetap secara terus menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003) menyatakan bahwa Trait-trait dalam domain-domain daribig five personalityadalah sebagai berikut. 1. Neuroticm (N)

Neuroticm menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat

neuroticm yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticm yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.Facet-facet yang terdapat dalamneoroticm adalah:

Anxiety (N1). Kecenderungan untuk gelisah, penuh ketakutan, merasa kuatir, gugup dan tegang


(43)

Hostility (N2). Kecenderungan untuk mengalami amarah, frustasi dan penuh kebencian

Depression (N3). Kecenderungan untuk mengalami depresi pada diri sendiri

Self-consciousness (N4). Individu yang menunjukkan emosi malu, merasa tidak nyaman diantara orang lain, terlalu sensitive, dan mudah merasa rendah diri

Impulsiveness (N5). Tidak mampu mengontrol keinginan yang berlebihan atau dorongan untuk melakukan sesuatu

Vulnerability (N6). Kecenderungan untuk tidak mampu menghadapi stress, bergantung pada orang lain, mudah menyerah dan panik bila menghadapi sesuatu yang datang mendadak

2. Extravertion (E)

Faktor pertama adalahextravertion, atau bisa juga disebut faktor dominan-patuh (dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extravertion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktorextravertion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extravertion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman.Pergroup mereka juga dianggap sebagai orang-orang yang ramah,fun


(44)

Extravertion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extravertion

memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Extravertion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat

extravertion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat extravertion yang rendah. Extravertion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan tingkat exstravertion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya. Facet-facet yang terdapat dalam extravertion

sebagai berikut:

Warmth (E1). Kecenderungan untuk mudah bergaul dan membagi kasih sayang.

Gregariousness (E2). Kecenderungan untuk banyak berteman dan berinteraksi dengan orang banyak.

Assertiveness(E3). Individu yang cenderung tegas.

Activity(E4). Individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan, memiliki energi dan semangat yang tinggi.

Excitement-seeking (E5). Individu yang suka mencari sensasi dan suka mengambil resiko.


(45)

3. Openness to experience (O)

Faktor openness to experience merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness to experience mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru.

Openness to experience mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat

openness to experience yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broadmindedness, dan a world of beauty. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness to experience yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor openness to experience yang rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit,konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

Openness to experience dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreatifitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkatopenness to experience yang tinggi dan tingkat agreeableness yang rendah. Seseorang yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau terbuka terhadap pengalaman lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah. Facet-facet yang terdapat dalam

openness to experience (O) sebagai berikut:


(46)

Aesthetic (O2). Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan keindahan

Feelings (O3). Individu yang menyadari dan menyelami emosi dan perasannya sendiri

Action (O4). Individu yang berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru • Ideas (O5). Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan tidak

konvensional

Values (O6). Kesiapan seseorang untuk menguji ulang nilai-nilai social politik dan agama

4.Agreeableness (A)

Agreeableness dapat disebut juga socialadaptibility yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan

value survey, seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan penyayang.

Namun, ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan interpersonal orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, dimana ketika berhadapan dengan konflik, self esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu, menghindar dari usaha langsung dalam menyatakan kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang yang memiliki tingkat aggreeableness yang tinggi. Pria yang memiliki tingkat


(47)

agreeableness yang tinggi dengan penggunaan power yang rendah, akan lebih menunjukan kekuatan jika dibandingkan dengan wanita.

Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Facet-facet yang terdapat dalamagreeableness sebagai berikut:

Trust(A1). Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain

Straightforwardness (A2). Individu yang terus terang, sungguh-sungguh dalam menyatakan sesuatu

Altruism (A3). Individu yang murah hati dan memiliki keinginan untuk membantu orang lain.

Compliance(A4). Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal • Modesty(A5). Individu yang sederhana dan rendah hati

Tender-mindedness(A6). Simpati dan peduli terhadap orang lain 4. Conscientiousness (C)

Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan

will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline

seseorang. Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yangwell-organize, tepat waktu, dan ambisius.

Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Disisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic,


(48)

membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.Facet-facet yang terdapat dalamconscientiousness sebagai berikut:

Competence (C1). Kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu

Order (C2). Kemampuan mengorganisasi • Dutifulness (C3). Memegang erat prinsip hidup

Achievement-striving (C4). Aspirasi individu dalam mencapai prestasi • Self-discipline (C5). Mampu mengatur diri sendiri

Deliberation (C6). Selalu berpikir dahulu sebelum bertindak

Perbandingan skor tertinggi dan skor terendah pada big five dapat diketahui pada tabel di bawah ini (Costa & McCrae dalam Pervin, 2005).

Tabel 2.1

Karakteristik skor tinggi dan skor rendah pada skala trait

Skor tinggi Skala Trait Skor rendah

Cemas, gugup, emosional, merasa tidak aman, merasa tidak mampu, mudah panik

Neuroticism (N)

Menggambarkan stabilitas emosional dengan

cakupan-cakupan perasaan negatif yang kuat termasuk kecemasan, kesedihan,

irritabilitydannervous tension.

Tenang, santai, merasa aman, puas terhadap dirinya, tidak emosional, tabah.

Optimis,fun- Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, aktif, banyak bicara, orientasi pada hubungan sesama

loving,affectionate.

Exstravertion (E) Mengukur kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal, tingkatan aktivitas, kebutuhan akan dorongan, dan kapasitas dan dan kesenangan.

Tidak ramah, bersahaja, suka menyendiri, orientasi pada tugas, pendiam.


(49)

Ingin tahu, minat luas, kreatif, original, imajinatif,

untraditional.

Openness to

Experience(O)Gambaran keluasan, kedalaman, dan kompleksitas mental individu dan

pengalamannya.

Konvensional, sederhana, minat sempit, tidak artistik, tidak analitis.

Lembut hati, dapat

dipercaya, suka menolong, pemaaf, penurut.

Agreeableness (A) Mengukur kualitas dari apa yang dilakukan dengan orang lain dan apa yang dilakukan terhadap orang lain.

Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, pendendam, kejam, manipulatif.

Teratur, pekerja keras, dapat diandalkan, disiplin, tepat waktu, rapi, hati-hati.

Conscientiousness(C) Mendeskripsikan perilaku yang diarahkan pada tugas dan tujuan dan kontrol dorongan secara sosial.

Tanpa tujuan, tidak dapat diandalkan, malas, sembrono, lalai, mudah menyerah,.

Ketangguhan model lima faktor telah diamati melalui metode, beberapa bahasa dan budaya (McCrae & Costa, dalam Caprara & Cervone, 2000) dilakukan penelitian pada 1980-an dan 1990-an. Para pendukung dari big five (Goldberg &John, dalam Caprara & Cervone, 2000) dan model lima faktor (McCrae & Costa, dalam Caprara & Cervone, 2000) menyatakan bahwa fakta yang paling mendasar dari psikologi kepribadian adalah bahwa kecenderungan dapat menggambarkan dengan baik oleh sifat dari lima dimensi.

Bukti tentang kekuatan dan validitas big five telah terbukti, seperti dalam Mischel (2003) adalah

1. StrukturBig Five Factor telah sering diulang dalam penelitian oleh beragam peneliti dengan menggunakan berbagai sample berbahasa Inggris.

2. Terutama faktor N, E, dan A telah ditemukan dapat meniru dengan baik bahkan ketika bahasa, budaya, dan format konten yang digunakan berbeda.


(50)

3. Secara keseluruhan, hasilnya mengesankan dan dapat digeneralisasi di beragam budaya (McCrae et al., 1998), meskipun ada beberapa faktor yang dapat mengambil bentuk berbeda dalam sampel dan budaya yang berbeda. 4. Struktur faktor dari gambaran individu yang dijelaskan oleh model ini

cenderung relatif stabil selama jangka waktu yang lama pada orang dewasa.

2.3 Kecerdasan Emosional

2.3.1 Pengertian kecerdasan emosional

Goleman (2003) mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri, dan dalam hubungan dengan orang lain.

Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2003) mendifinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.

Mubayidh (2006) mengatakan kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolannya. Menurut David Wechsler (dalam Mubayidh, 2006) kecerdasan emosi adalah kemampuan sempurna (komprehensif) seseorang untuk berperilaku terarah, berpikir logis, dan berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.


(51)

Ary Ginanjar Agustian (2008) menyebutkan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah kejujuran pada suara hati, suara hati ini yang harusnya dijadikan pusat prinsip yang mempu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.

Hendrie Weisinger (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah penggunaan emosi secara cerdas. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah (Martin, 2003).

Cooper dan Sawaf (dalam Yen dkk, 2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawai.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan individu dalam mengelola emosi, mengendalikan emosi melalui pikiran dan perilaku. Kecerdasan emosional juga merupakan kecerdasan individu yang menggunakan emosi dan perilaku dengan baik dalam berbagai macam situasi yang berbeda.

2.3.2 Aspek-aspek dalam kecerdasan emosional

Goleman (2003) mengungkapkan adanya lima wilayah kecerdasan emosi yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:


(52)

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kemampuan ini berupa kesadaran diri (Self Awareness) dalam mengenal perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologis dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah. Kemampuan kesadaran diri ini adalah kemampuan dalam mengenali emosi diri sendiri dan pengaruhnya, mengetahui kekuatan dan batasan diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri sendiri.

2. Mengelola emosi

Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat tergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila: mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dari semua itu dengan cepat. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri. Terdapat kemampuan control diri yang bertujuan menjaga keseimbangan emosi dan bukan menekannya, karena setiap perasaan memiliki nilai dan makna.


(53)

lingkungan. Menangani emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

3. Memotivasi Diri (Motivating Oneself)

Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Kemampuan seseorang diri (Self-Motivation) dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut:

• Cara mengendalikan dorongan hati

• Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang • Kekuatan berfikir positif

• Optimisme

• Keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek.

4. Empati (Empathy)

Terdapat kemampuan empathy atau mengenal emosi orang lain yang dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.


(54)

Kunci untuk memahami perasaan atau emosi orang lain adalah kemampuan untuk membaca pesan nonverbal (misalnya gerak-gerik, ekspresi wajah). Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhjkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

5. Ketrampilan Sosial (Social Skills)

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan ketrampilan sosial (Sosial Skills) yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki ketrampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan dengan orang lain. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya ketrampilan-ketrampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan. Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.

Salovey dan Mayer (dalam Martin, 2003) berpendapat bahwa terdapat lima aspek kecerdasan emosi sebagai berikut:

• Kesadaran diri (self awareness): kemampuan mengobservasi dan mengenali perasaan yang dimiliki diri sendiri.

• Mengelola emosi (managing emotions): kemampuan mengelola emosi termasuk yang tidak menyenangkan.


(55)

• Memotivasi diri sendiri (motivating oneself): kemampuan mengendalikan emosi guna mendukung pencapaian tujuan pribadi.

• Empati(empathy): kemampuan untuk mengelola sensitifitas, menempatkan diri pada sudut pandang orang lain sekaligus mengahargainya

• Menjaga relasi (handling relationship):kemampuan berinteraksi dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain.

Sedangkan menurut Mubayidh (2006) kecerdasan emosional mempunyai empat dimensi sebagai berikut:

• Mengenali, menerima, dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional) • Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual

• Memahami dan menganalisa emosi • Mengelola emosi

Berbeda dengan Weisinger (2006) yang membagi kecerdasan emosi menjadi enam bagian sebagai berikut:

• Mengembangkan kesadaran diri yang tinggi • Mengelola emosi

• Memotivasi diri sendiri

• Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi yang efektif • Mengembangkan keahlian interpersonal

• Menolong orang lain untuk membantu diri mereka sendiri

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi yang meliputi kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola


(56)

emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain.

2.4 Kerangka Berfikir

Sebagaimana dijelaskan diatas faktor yang menentukan perilaku prososial seperti donating (berderma), helping (membantu), sympathy

(simpati), cooperation (kerjasama), altruism (altruisme) adalah kepribadian big five dan kecerdasan emosional. Sedangkan perilaku prososial adalah sebuah tindakan atau perilaku untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

Perilaku prososial juga dipengaruhi oleh kepribadian, hal ini dikemukakan juga (Wrigmans, 1977) yang mengatakan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku prososial. Subjek penelitian yang digunakan adalah anggota Satpol PP. Dengan menggunakan kepribadian big five

dalam mengukur tipe kepribadian pada Satpol PP, akan diketahui macam–macam tipe pada masing-masing individu.

Kepribadian big five terdapat lima macam tipe dan digunakan menjadi

dependent variable pada masing-masing tipe. Variabel tersebut meliputiopenness, concienciusness, extrovertion, agreeableness, neuroticm. Penulis ingin melihat adanya tingkat perbedaan, kesamaan, atau seberapa besar tingkat pengaruhnya terhadap perilaku prososial pada Satpol PP dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.


(1)

N E O A C

1 -0.4891 0.28534 -1.15004 0.73316 -0.82819 A 2 -2.31162 -0.88918 1.27326 0.73316 -0.15188 O 3 -0.4891 1.06835 0.66743 -1.11541 0.52442 E 4 -0.79285 -0.10617 1.27326 -0.37598 0.52442 O 5 0.11841 0.67684 1.87909 -1.11541 0.86258 O 6 -0.79285 -0.88918 0.66743 -2.22454 0.18627 O 7 -0.4891 -1.28069 0.66743 -0.37598 0.18627 O 8 -0.4891 1.06835 0.66743 -0.74569 0.52442 E 9 -1.40036 -0.10617 1.27326 -0.74569 0.52442 O 10 -1.0966 -1.28069 -0.54422 -0.37598 -1.84265 A 11 -1.0966 0.67684 -1.75587 -1.11541 -1.5045 E 12 -0.18534 -1.28069 1.27326 -0.37598 1.87704 C 13 0.42217 -0.10617 0.66743 -0.37598 -0.82819 O 14 0.72592 0.67684 0.06161 -0.00627 0.52442 N 15 2.24469 -2.84672 1.27326 -1.48512 -0.49004 N 16 -0.18534 -1.28069 1.87909 -2.22454 0.86258 O 17 -1.40036 -0.10617 0.06161 -0.74569 -0.15188 O 18 1.63718 -2.45521 1.87909 -0.74569 0.52442 O 19 -1.0966 -0.88918 1.27326 -0.74569 -0.15188 O 20 -1.40036 -2.0637 0.06161 -1.11541 0.18627 C 21 -0.4891 -0.10617 0.66743 -1.11541 -0.15188 O 22 -0.79285 0.28534 -1.15004 -0.37598 0.18627 E 23 1.33343 -0.10617 -1.75587 -0.37598 -1.16634 N 24 -2.31162 1.06835 -1.15004 -1.85483 -2.51896 E 25 -1.70411 -0.10617 -0.54422 -1.11541 -1.5045 E 26 -1.0966 -2.0637 0.06161 0.73316 -2.51896 A 27 1.94094 -0.88918 0.66743 1.8423 1.87704 N 28 -1.70411 1.06835 1.27326 1.47259 -1.5045 A 29 0.11841 1.45985 0.66743 0.36345 0.18627 E 30 0.11841 0.28534 -0.54422 1.10287 0.86258 A 31 0.11841 -0.49768 -1.15004 0.73316 0.52442 A 32 -0.4891 0.67684 0.06161 0.73316 0.18627 A 33 0.42217 0.67684 -0.54422 1.10287 0.52442 A 34 0.42217 0.67684 -1.15004 0.73316 0.52442 A 35 0.11841 1.45985 -0.54422 1.10287 0.18627 E 36 -0.18534 1.45985 -0.54422 0.36345 0.86258 E 37 0.42217 1.06835 -1.15004 -0.00627 0.52442 E 38 -0.18534 0.67684 0.06161 0.73316 0.86258 C 39 0.11841 1.85136 -1.15004 0.73316 -0.15188 E 40 1.02967 1.45985 1.27326 -0.74569 1.20073 E 41 0.72592 0.67684 1.27326 -0.00627 -0.15188 O 42 0.11841 0.67684 -1.15004 1.10287 0.52442 A 43 0.72592 1.85136 -0.54422 1.47259 0.52442 E 44 0.11841 1.45985 0.06161 0.36345 0.52442 E 45 0.42217 1.45985 1.27326 -0.37598 0.52442 E 46 0.42217 1.85136 -0.54422 0.73316 0.86258 E 47 -0.4891 -0.88918 -1.15004 -0.74569 0.18627 C 48 -0.18534 1.85136 -1.15004 0.36345 0.52442 E 49 0.42217 0.67684 -1.15004 1.10287 0.86258 A


(2)

129

50 0.11841 2.24287 -0.54422 -0.00627 1.20073 E 51 -1.0966 0.28534 -1.15004 -0.74569 -0.15188 E 52 -0.18534 1.06835 -1.15004 0.73316 0.52442 E 53 -0.18534 0.28534 -1.15004 -0.37598 -2.1808 E 54 0.42217 1.85136 0.06161 0.36345 0.86258 E 55 -0.18534 -0.10617 0.06161 0.36345 0.18627 A 56 -0.4891 0.28534 0.06161 1.10287 0.52442 A 57 -0.18534 -0.10617 0.06161 -0.37598 -0.15188 O 58 1.63718 -0.88918 0.66743 1.47259 -0.15188 N 59 0.11841 -0.49768 0.66743 1.10287 -0.82819 A 60 1.33343 0.67684 -0.54422 0.36345 -0.15188 N 61 0.11841 -0.49768 0.66743 -0.74569 0.18627 O 62 -0.4891 -0.49768 -0.54422 0.36345 -0.15188 A 63 1.33343 -0.10617 1.27326 1.10287 0.18627 N 64 0.72592 0.28534 0.06161 0.36345 0.18627 N 65 1.02967 -0.10617 1.27326 1.10287 0.18627 O 66 0.11841 -0.10617 0.06161 0.73316 0.52442 A 67 -0.18534 -0.10617 0.06161 1.10287 0.52442 A 68 0.72592 1.06835 0.06161 1.47259 0.18627 A 69 0.11841 -0.49768 0.06161 -0.37598 -0.15188 N 70 0.42217 -0.49768 0.06161 0.73316 0.18627 A 71 0.11841 -0.10617 -0.54422 -0.00627 0.18627 C 72 0.11841 -0.10617 0.06161 0.36345 -0.15188 A 73 0.11841 1.06835 0.06161 0.36345 1.20073 C 74 -0.4891 -0.88918 0.06161 0.36345 -0.49004 A 75 -0.4891 -0.10617 0.66743 -0.00627 -0.15188 O 76 0.11841 0.28534 0.06161 -0.74569 -0.15188 E 77 1.33343 -0.10617 0.66743 1.47259 1.20073 A 78 -0.18534 -0.10617 0.06161 1.10287 -0.15188 A 79 0.11841 0.67684 0.06161 1.10287 0.52442 A 80 -0.18534 -0.10617 0.06161 0.36345 0.86258 C 81 1.02967 -0.88918 0.06161 1.10287 0.86258 A 82 1.63718 0.28534 0.66743 1.10287 0.86258 N 83 -0.79285 -0.49768 -0.54422 -0.37598 0.18627 C 84 -0.18534 -0.49768 -0.54422 0.36345 0.18627 A 85 -0.79285 -0.88918 -1.75587 -0.00627 -1.5045 A 86 -1.0966 -1.6722 -1.75587 -0.00627 -1.5045 A 87 1.33343 0.28534 1.27326 -0.00627 -0.15188 N 88 -0.18534 -0.88918 0.66743 -0.74569 -1.16634 O 89 -0.18534 -0.88918 0.66743 -0.74569 -1.16634 O 90 1.02967 -0.10617 0.66743 -0.74569 -0.15188 N 91 0.11841 -0.88918 -2.36169 -1.48512 0.86258 C 92 -1.0966 -0.88918 -0.54422 -2.59426 -1.5045 O 93 0.11841 -0.10617 -1.75587 0.36345 0.18627 A 94 1.94094 0.28534 1.87909 0.73316 1.87704 N 95 1.33343 1.06835 0.66743 1.47259 1.53888 C 96 -2.91913 -0.49768 0.66743 -2.59426 -3.53342 O 97 -0.18534 -0.88918 0.66743 2.21201 0.18627 A 98 0.11841 0.28534 1.87909 -0.74569 -0.82819 O 99 1.94094 -0.10617 1.27326 0.73316 0.86258 N


(3)

100 1.94094 -0.10617 1.87909 1.8423 1.87704 N 101 1.33343 1.85136 1.27326 0.36345 0.86258 E 102 1.02967 -0.49768 0.66743 -0.00627 -0.49004 N 103 -1.0966 -2.0637 -0.54422 -1.85483 1.20073 C 104 1.63718 1.85136 1.27326 0.36345 0.86258 E 105 2.24469 -0.10617 -1.15004 1.10287 1.53888 N 106 0.72592 -0.49768 0.06161 -0.37598 -0.82819 N 107 -1.0966 -2.0637 -0.54422 -1.85483 1.20073 C 108 0.42217 -0.49768 0.06161 -0.00627 -0.49004 N 109 -1.70411 -0.10617 -2.36169 -1.11541 -1.16634 E 110 -1.0966 -0.10617 -1.15004 -1.11541 -1.84265 E 111 -0.79285 -0.88918 -1.75587 -0.74569 -1.5045 A 112 -1.0966 -0.88918 -1.15004 -1.11541 -1.5045 E 113 -0.79285 -0.88918 -1.15004 -0.74569 -2.1808 A 114 0.42217 0.28534 0.06161 0.36345 -0.15188 N 115 -1.0966 0.28534 -0.54422 -1.85483 -0.15188 E 116 -1.40036 -0.88918 -1.15004 -0.37598 -0.49004 E 117 0.11841 -0.49768 0.06161 -0.74569 -1.16634 N 118 0.42217 -0.10617 -0.54422 -0.00627 -0.82819 N


(4)

131

latar belakang responden

No usia pddikan masa kerja etnis

1 34 sma 10 sunda

2 32 sma 8 sunda

3 31 sma 8 betawi

4 30 sma 9 sunda

5 28 sma 9 betawi

6 29 sma 8 jawa

7 28 sma 8 sunda

8 28 sma 8 sunda

9 34 sma 9 betawi

10 32 sma 10 betawi

11 33 sma 9 sunda

12 32 sma 9 betawi

13 41 d3 10 betawi

14 29 sma 9 betawi

15 40 sma 11 sunda

16 30 sma 9 betawi

17 40 sma 10 jawa

18 27 sma 9 sunda

19 28 sma 8 betawi

20 28 sma 8 jawa

21 30 sma 7 betawi

22 31 sma 11 betawi

23 40 sma 8 sunda

24 40 sma 11 betawi

25 32 sma 8 betawi

26 28 sma 8 betawi

27 38 sma 10 betawi

28 29 sma 9 betawi

29 41 sma 8 betawi

30 37 sma 9 betawi

31 35 sma 12 betawi

32 27 smk 6 betawi

33 32 s1 6 sunda

34 26 smk 5 betawi

35 31 sma 8 betawi

36 33 sma 8 betawi

37 40 sma 10 betawi

38 39 sma 8 betawi

39 32 sma 8 sunda

40 30 sma 6 sunda

41 33 smu 8 betawi

42 40 sma 9 betawi

43 32 sma 8 sunda

44 28 smu 6 betawi

45 26 smk 6 betawi


(5)

47 28 sma 6 betawi

48 39 smu 9 betawi

49 29 sma 7 sunda

50 40 sma 10 sunda

51 42 sma 10 betawi

52 28 sma 8 sunda

53 33 sma 10 betawi

54 36 sma 9 betawi

55 34 sma 7 betawi

56 34 sma 9 betawi

57 42 sma 10 betawi

58 33 sma 9 betawi

59 36 sma 8 sunda

60 31 sma 9 betawi

61 45 sma 7 betawi

62 32 sma 9 betawi

63 30 sma 9 betawi

64 34 sma 13 betawi

65 41 sma 9 betawi

66 40 sma 10 betawi

67 29 sma 8 betawi

68 30 sma 9 betawi

69 32 sma 5 jawa

70 33 sma 9 betawi

71 29 sma 8 jawa

72 39 d3 9 betawi

73 28 sma 8 betawi

74 29 sma 5 flores

75 30 sma 5 sunda

76 35 sma 5 betawi

77 33 sma 10 sunda

78 31 sma 8 sunda

79 35 sma 8 sunda

80 33 sma 9 betawi

81 30 sma 10 sunda

82 32 sma 9 sunda

83 42 sma 11 jawa

84 29 sma 9 sunda

85 35 sma 10 betawi

86 37 sma 11 betawi

87 28 smu 6 betawi

88 33 smu 5 betawi

89 37 sma 2 betawi

90 27 smk 6 sunda

91 32 smk 2 betawi

92 28 smk 6 betawi

93 30 s1 4 betawi

94 32 sma 13 betawi

95 39 s1 13 betawi


(6)

133

97 38 sma 4 betawi

98 38 sma 9 jawa

99 40 sma 9 betawi

100 40 sma 12 betawi

101 38 sma 6 betawi

102 32 sma 2 sumatra

103 35 sma 9 betawi

104 45 sma 2 betawi

105 40 sma 18 betawi

106 27 sma 6 sunda

107 42 sma 2 betawi

108 40 sma 5 betawi

109 35 smu 2 betawi

110 33 smu 2 betawi

111 29 smu 2 betawi

112 36 smu 2 betawi

113 35 smu 2 betawi

114 35 smu 2 betawi

115 33 smu 2 betawi

116 30 smu 2 betawi

117 32 smu 2 sunda