Faktor-faktor penentu prososial Perilaku Prososial .1

35 Menurut Morgan dalam Widodo, 2005 perilaku prososial meliputi berbagi sharing, kerjasama cooperation, altruisme altruism, suka menolong helpfulness, menyelamatkan rescue. Deaux Wrigthsman dalam Widodo, 2005 mengemukakan beberapa aspek perilaku prososial antara lain menolong, berbagi, kerjasama, bertindak jujur, menyumbang, dermawan, memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain, punya kepedulian terhadap orang lain. Berdasarkan tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku prososial meliputi berderma, membantu, simpati, kerjasama, dan altruism, masing-masing memiliki tujuan untuk memberikan keuntungan bagi orang lain tanpa mementingan imbalan dari orang yang diuntungkan.

2.1.3 Faktor-faktor penentu prososial

David O Sears, et.al., 1994 mengemukakan bahwa perilaku prososial dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.

A. Karakteristik Situasi

Karakteristik situasi yang mempengaruhi perilaku prososial meliputi kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, dan tekanan keterbatasan waktu. 1. Kehadiran Orang Lainbystander • Penyebaran Tanggung Jawab. Penyebaran tanggung jawab yang timbul karena kehadiran orang lain. Bila hanya ada satu orang yang menyaksikan korban yang mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai tanggung jawab untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut dan akan menanggung rasa salah dan rasa sesal bila tidak bertindak. Bila orang lain juga hadir pertolongan bisa muncul dari beberapa orang. Tanggung jawab 36 untuk menolong dan kemungkinan kerugian tidak memberikan pertolongan akan terbagi. Lebih jauh bila orang mengetahui kehadiran orang lain tetapi tidak dapat berbicara dengan mereka atau tidak melihat perilaku mereka, seperti kasus Kitty Genovese yang dibunuh oleh seseorang di depan apartemennya dan dilihat oleh banyak tetangga-tetangganya dan tidak ada satupun yang menolongnya, mungkin orang itu beranggapan bahwa orang lain sudah melakukan sesuatu untuk menolong, seperti, menghubungi polisi. • Efek penonton menyangkut ambiguitas dalam mengintrepretasikan situasi. Perilaku penonton yang lain dapat mempengaruhi bagaimana mengintrepretasikan situasi dan bagaimana reaksi. Jika orang lain mengabaikan suatu situasi atau memberikan reaksi seolah-olah tidak terjadi apa-apa, mungkin juga beranggapan tidak ada keadaan darurat. • Kekuatan efek penonton adalah rasa takut dinilai. Bila mengetahui bahwa orang lain memperhatikan perilaku, mungkin berusaha melakukan apa yang menurut diharapkan oleh orang lain dan memberikan kesan yang baik Baumeister, dalam Sears, 1994. Rasa takut dinilai dalam efek penonton memungkinkan terjadi, hal ini disebabkan adanya kekhawatiran bystander dan timbulnya pertimbangan. Misalnya rasa takut akan salah jika memberikan bantuan, rasa takut dinilai menjadi pusat perhatian penonton yang lain dan menimbulkan rasa malu. 2. Kondisi Lingkungan Sejumlah penelitian membuktikan pengaruh kondisi lingkungan seperti cuaca, ukuran kota, dan derajat kebisingan terhadap pemberian pemberian bantu. 37 • Cuaca. orang cenderung membantu bila hari cerah dan bila suhu udara cukup menyenangkan relatif hangat di musim dingin dan relatif sejuk di musim panas • Ukuran kota. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran kota menimbulkan perbedaan dalam usaha menolong orang asing yang mengalami kesulitan. Persentase orang yang menolong lebih besar di kota kecil daripada di kota besar. • Kebisingan. Faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi perilaku prososial adalah kebisingan. Beranjak dari gagasan umum bahwa kebisingan dapat menurunkan daya tanggap orang terhadap semua kejadian di lingkungan, beberapa peneliti menyelidiki apakah kondisi yang mengurangi kecenderungan untuk menolong orang asing yang mengalami kesulitan Sherrod Downs dalam Sears, 1994. 3. Tekanan Keterbatasan Waktu Orang yang sedang tergesa-gesa dan sedang dihadapkan oleh situasi terlambat akan membuat kecenderungan seseorang untuk tidak berperilaku prososial. Sebaliknya dengan seseorang yang dalam keadaan santai maka akan cenderung untuk melakukan perilaku prososial kepada orang lain.

B. Karakteristik penolong

• Faktor kepribadian. kepribadian tertentu mendorong orang untuk memberikan pertolongan dalam beberapa jenis situasi dan tidak dalam situasi yang lain. 38 • Suasana hati. Ada sejumlah bukti bahwa orang lebih terdorong untuk memberikan bantuan bila mereka berada dalam suasana hati yang baik. Misalnya, orang akan lebih cenderung menolong bila menemukan sekeping uang ditempat telepon Isen Simmonds, dalam Sears, 1994. Daripada tidak terjadi peristiwa yang meningkatkan suasana perasaan positif yang dapat meningkatkan kesediaan untuk melakukan tindakan prososial. • Rasa bersalah. Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi khusus dengan perilaku prososial adalah rasa bersalah, perasaan gelisah yang timbul bila kita melakukan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah bisa menyebabkan kita menolong orang yang kita rugikan, atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan ”tindakan yang baik”. Beberapa peneliti memperlihatkan rasa bersalah yang timbul meningkatkan kesediaan untuk menolong Cunningham dkk, dalam Sears, 1994. Penelitian yang lain menyatakan bahwa orang yang merasa bersalah mungkin mengalami konflik motivasi. Disatu pihak, mereka ingin memperbaiki tindakan buruk mereka dengan menolong korban atau melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain. Di lain pihak, mereka juga ingin menghindari pertemuan dengan korban, karena takut ketahuan, malu, atau takut dibalas. Dampak rasa bersalah terhadap pemberian bantuan yang paling besar terjadi bila orang yang bersalah dapat menolong tanpa harus bertemu langsung dengan korbannya. 39 • Distres diri dan rasa empatik. Distres diri adalah reaksi pribadi kita terhadap penderitaan orang lain, perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan apa pun yang kita alami. Sebaliknya yang dimaksud rasa atau sikap empatik emphatic concern adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagai pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. Perbedaan utamannya adalah bahwa penderitaan diri terfokus pada diri sendiri, sedangkan empatik terfokus pada si korban. Distres diri memotivasi kita untuk mengurangi kegelisahan kita sendiri. Kita bisa melakukannya dengan membantu orang yang membutuhkan, tetapi kita juga dapat melakukannya dengan menghindari situasi tersebut arau mengabaikan penderitaan di sekitar kita. Sebaliknya rasa empati hanya dapat dikurang dengan membantu orang yang berada dalam kesulitan. Karena tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan orang lain, jelas bahwa rasa empatik merupakan sumber altruistik bukan kepentingan diri perilaku pembantu.

C. Karakteristik orang yang di tolong

• Menolong orang yang kita sukai a. Daya tarik fisik. Dalam beberapa situasi, yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menerima bantuan. b. Kesamaan. Kesediaan untuk membantu akan lebih besar terhadap orang yang berasal dari daerah yang sama dari pada terhadap orang asing 40 Fieldman, dalam Sears, 1985, dan terhadap orang yang memiliki sikap yang sama Tucker dkk., dalam Sears, 1985 c. Jenis hubungan antara orang yang minta tolong dengan yang menolong. Semakin dekat hubungannya, semakin kuat harapan untuk mendapatkan bantuan, semakin sedikit rasa terima kasih yang diungkapkan pada saat bantuan diberikan. • Menolong orang yang pantas ditolong a. Kelayakan permintaan atau kebutuhan masalah. b. Menolong seseorang bila yakin bahwa penyebab timbulnya masalah berada diluar kendali orang tersebut. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang berperilaku prososial memiliki berbagai pertimbangan dan tidak selalu memenuhi subjek yang memerlukan bantuan. Disamping itu juga terdapat pengaruh eksternal maupun internal dari penolong itu sendiri dan orang yang akan ditolong.

2.2 Kepribadian