95
4.2.3 Observasi Aktivitas Guru
Lembar obsrvasi aktivitas guru merupakan salah satu instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti. Lembar observasi ini digunakan oleh peneliti sebagai
pengumpul data berupa nilai dari pelaksanaan model deep dialoguecritical thinking yang diberikan oleh observer. Observer yang ditunjuk untuk mengisi lembar
observasi ini ada tiga orang. Semua observer adalah guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Observer pertama adalah Dra. Anih Ruhyani, observer kedua adalah Dra.
Hj. Mimie Sendaruwati, observer ketiga adalah Anggie Anggraini. Penilaian terhadap pelaksanaan model deep dialoguecritical thinking dilakukan saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Observer mengamati dan menilai peneliti dalam mengaplikasikan model deep dialoguecritical thinking secara langsung. Nilai
observasi ditulis dalam lembar observasi aktivitas guru. Selanjutnya, setelah seluruh observer memberikan penilaian, peneliti menganalisis lembar observasi tersebut
untuk mengetahui hasil pelaksanaan model deep dialoguecritical thinking. Peneliti mengecek dan menghitung pengamatan aktivitas guru. Data hasil pengamatan
aktivitas guru dianalisis berdasarkan pencapaian skala penilaian setiap aspek yang diberikan tiga pengamat. Hasil analisis ini sebagai refleksi untuk perencanaan
tindakan selanjutnya. Nilai rata-rata yang diperoleh peneliti dari ketiga observer untuk seluruh
aspek aplikasi model deep dialoguecritical thinking adalah 3,1. Nilai 3,1 dalam skala penilaian observasi aktivitas guru memiliki arti baik. Secara keseluruhan penampilan
96
guru dalam mengaplikasikan model deep dialoguecritical thinking sudah dianggap baik oleh ketiga observer. Mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Akan
tetapi karena siklus pertama merupakan penampilan pertama peneliti untuk menerapkan model deep dialoguecritical thinking dalam pembelajaran, maka
kekurangan sangat dirasakan oleh peneliti. Pada pendeskripsian hasil observasi siklus satu ini peneliti mendeskripsikan keseluruhan aspek atau kegiatan yang ada dalam
model deep dialogue critical thinking. Hal tersebut dikarenakan keseluruhan aspek model deep dialogue critical thinking masih dirasa kurang maksimal
pengaplikasiannya pada siklus pertama. Kegiatan membentuk kelompok yang terdiri minimal empat orang dinilai
cukup karena memperoleh nilai 3. hal ini dikarena pembentukan kelompok belum efektif. Setiap kelompok terdiri dari sembilan samapai sepuluh orang siswa, dan itu
dirasa terlalu banyak oleh observer sehingga proses dialog mendalam tidak berjalan efektif. Nilai 3 juga diperoleh untuk aspek memberikan pertanyaan terbuka pada
setiap kelompok. Nilai tiga yang berarti cukup diberikan oleh observer karena pertanyaan terbuka yang diajukan peneliti masih bersifat umum dan tidak spesifik
kepada permasalahan yang diangkat oleh siswa. Kegiatan membangun dinamika membangun dinamika kelompok dengan
memotivasi siswa untuk membahas permasalahan tertentu dengan dialog mendalam dan berpikir kritis memperoleh nilai 2,7. Hal ini memiliki arti kegiatan membangun
dinamika kelompok dengan memotivasi siswa untuk membahas permasalahan tertentu dengan dialog mendalam dan berpikir kritis dinilai cukup oleh ketiga
97
observer. Nilai ini diperoleh karena peneliti belum mampu membangun dinamika kelompok siswa dengan maksimal dan kurang memberikan motivasi pada siswa
untuk melakukan kegiatan deep dialogcritical thinking. Nilai 3 diperoleh dari observer untuk kegiatan meminta siswa mengkritisi
permasalahan dengan melakukan dialog mendalam di dalam kelompoknya. Nilai tiga memiliki pengertian cukup. Hal ini dikarenakan peneliti tidak memberitahu teknik
melakukan dialog mendalam untuk berpikir kritis sebelumnya pada siswa. Ketiga observer mengharapkan peneliti mengungkapkan terlebih dahulu bagaimana proses
deep dialoguecritical thinking yang harus dilakukan siswa. Nilai baik diperoleh untuk kegiatan mengamati kegiatan dialog mendalam dan berpikir kritis siswa di
setiap kelompok. Ketiga observer memberikan nilai 4 untuk kegiatan ini. Ketiga observer menilai kegiatan mengamati dan mengawasi dialog mendalam yang
dilakukan siswa sudah baik, karena peneliti berkeliling ke setiap kelompok dan mengawasi proses dialog yang mereka lakukan dan memberika jawaban atau arahan
bila ada hal yang belum dipahami siswa. Kegiatan meminta perwakilan siswa dalam kelompok melaporkan hasil dialog
mendalam dan berpikir kritis mengenai permasalahan tertentu yang diajukan oleh guru mendapatkan nilai rata-rata 2,7. Nilai 2,7 memiliki arti cukup. Nilai ini
diperoleh karena peneliti kurang tegas untuk meminta siswa melaporkan laporan hasil dialog mendalam dan berpikir kritisnya. Hal ini berakibat dua kelompok tidak mau
menyampaikan laporan hasil dialog mendalam.
98
Kegiatan memberi umpan balik pada siswa mengenai laporan hasil dialog mendalam dan berpikir kritis yang mereka sampaikan dinilai cukup oleh ketiga
observer. Nilai yang didapatkan adalah 2,7. Nilai ini diperoleh karena peneliti sudah memberikan umpan balik berupa pujian dan juga tanggapan. Akan tetapi karena ada
dua kelompok yang tidak menyampaikan laporan hasil dialog mendalam dan berpikir kritis, maka peneliti tidak dapat memberikan umpan balik kepada dua kelompok
tersebut. Kegiatan terakhir yang diobservasi oleh observer adalah kegiatan meminta
siswa menuangkan ide, gagasan, dan pendapat disertai bukti dan fakta dalam bentuk paragraf argumentasi berdasarkan proses dialog mendalam yang telah mereka
lakukan mengenai topik permasalahan yang mereka kritisi. Ketiga observer memberikan nilai rata-rata 4. Hal itu berarti kegiatan yang dilakukan peneliti sudah
baik. Peneliti meminta siswa menuangkan ide, gagasan, dan pendapat disertai bukti dan fakta dalam bentuk paragraf argumentasi setelah peneliti memberikan umpan
balik atas proses dialog mendalam yang dilakukan siswa. Kegiatan ini dinilai baik karena penulis sudah tegas dan memberikan pengarahan singkat pada siswa untuk
menuangkan gagasannya mengenai permasalahan tertentu yang mereka dialogkan ke dalam sebuah paragraf argumentasi.
4.2.4 Analisis Paragraf Argumentasi Siswa