Upaya meningkatkan aktivitas belajar metematika siswa melalui permainan matematika :penelitian tindkan kelas di MI Attaqwa 32 Bekasi Utara

(1)

Oleh:

APRIYANTI

103017027224

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Apriyanti, “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Melalui Permainan matematik (Penelitian Tindakan Kelas di MI Attaqwa 32 Bekasi

Utara)”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rendahnya motivasi dan minat siswa dalam belajar matematika masih merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam pelajaran matematika. Salah satu upaya untuk lebih mengefektifkan pembelajaran matematika adalah dengan menerapkan metode permainan matematik. Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi belajar matematika siswa melalui permainan matematik. Penelitian ini dilaksanakan di MI Attaqwa 32 Bekasi Utara pada kelas III. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Instrument yang digunakan adalah lembar observasi siswa, lembar wawancara, angket motivasi belajar, angket persepsi siswa terhadap permainan matematik, tes hasil belajar, catatan lapangan dan dokumentasi.

Dengan penerapan metode permainan matematik dalam pembelajaran matematika diperoleh adanya peningkatan motivasi belajar. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran semakin meningkat. Kenyataan ini ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran siklus I dan II berturut-turut adalah 60,32% dan 89,21%. Selain itu didukung dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai kegiatan peenelitian pendahuluan dan rata-rata nilai tiap siklus yaitu 54,7 pada kegiatan penelitian pendahuluan, 68,2 pada siklus I dan 89,6 pada siklus II. Berdasarkan pada hasil penelitian yaitu pembelajaran matematika dengan metode permainan matematik didapatkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat dengan disertai adanya peningkatan hasil belajar.


(6)

ii

Apriyanti, “ The Effort to improve motivation of student learning in mathematics

with mathematics game (classroom action research in northern MI Attaqwa 32 Bekasi in third grade)”. The paper of Mathematic Education Departement, Faculty of Education and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

low motivation and interest students in learning mathematics is still one of the causes of low quality of education especially in mathematics lessons. an effort to further streamline the learning of mathematics is to apply the method of mathematical games. This research aims to increase students' motivation to learn mathematics through math games. This research was conducted in northern MI Attaqwa 32 Bekasi in third grade. research method used was action research class. instrument used is the student observation sheet, sheets of interviews, questionnaires motivation questionnaire belajarm perceptions of math games, achievement test, field notes and documentation.

with the application of mathematical methods in mathematics game gained an increased motivation to learn. student activities during the learning process has increased. This fact indicated by the acquisition of an average score of student activities during the instructional cycle I and II, respectively 60.32% and 89.21%.other than that supported by an increase in student learning outcomes that have increased. this is shown by the average value of preliminary research activities and the average value of each cycle is 54.7 in the preliminary research activities, 68,2 and 89.6 in the first cycle on the second cycle. based on research results is the method of learning math with math games found that students' increased motivation to learn mathematics, accompanied by an increase in learning outcomes.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat dan salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Matematika. Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa, dan dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Maifalinda Fatra, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus pembimbing akademik.

3. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M. Pd., Dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Gelar Dwirahayu, M. Pd., Dosen pembimbing II yang dengan sabar dan perhatian telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat bagi penulis.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT. Amien…

6. Kepala sekolah MI Attaqwa 32 Bekasi Utara beserta staf-stafnya yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam proses penelitian skripsi ini.


(8)

iv

7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, umi Jazilah dan bapak Kasmin yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang, dan memberikan dukungan moril maupun materil kepadaku. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.

8. Teristimewa untuk suami tercinta Abdul Khoir, terima kasih atas cinta, doa, kesabaran dan dukungan yang tak terhingga dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Anakku tersayang Keisya Aulia inspirasi terbesar dan motivator yang tak terhingga untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga kelak menjadi anak yang membanggakan bagi ayah dan bunda.

9. Sahabat-sahabatku, Eva, Teh Mimin, Atik, Thia, dan teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2003 kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih kebersamaanya dalam berjuang melewati hari-hari kuliah yang penuh suka duka semoga persahabatan kita abadi.

Serta semua pihak dan para motivator yang tidak bisa disebutkan satu persatu, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya Ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya

Jakarta, Februari 2011


(9)

v

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI………...v

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 4

C. Pembatasan Masalah………... 5

D. Rumusan Masalah………... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian………... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis……… 1

1. Hakikat Aktivitas Belajar………. 1

a. Pengertian Aktivitas Belajar……… 1

b. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar………. 9

2. Hakikat Motivasi Belajar………... 11

a. Pengertian Motivasi Belajar……….. 11

b. Jenis-jenis Motivasi………... 14

c. Fungsi Motivasi………. 18

d. Mengukur Motivasi Belajar………... 19

3. Hakikat Belajar Matematika……….. 20

4. Permainan Matematik……….... 22

5. Operasi Hitung Bilangan……… 27

6. Penelitian Yang Relevan……… 27


(10)

vi

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian……….. 34

E. Data dan Sumber Data……… . 34

F. Instrument Pengumpulan Data……….. 35

G. Teknik Pengumpulan Data……… 36

H. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi……….. 36

I. Teknik Analisa Data……….. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan………. 41

1. Penelitian Pendahuluan………. 41

2. Siklus I……….. 43

3. Siklus II………. 57

B. Pemeriksaan Keabsahan Data………... 68

C. Interpretasi Hasil Penelitian……….. 69

D. Hasil Temuan……… 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 78

B. Saran……….. 78

DAFTAR PUSTAKA……….. 80


(11)

Tabel 3 : Perolehan Nilai Tes Pendahuluan………..41 Tabel 4 : Rata rata Skor Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika Siklus…….. 53 Tabel 5 : Perolehan Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I………54 Tabel 6 : Rata rata Skor Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika Siklus II……65 Tabel 8 : Perolehan Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II………...66 Tabel 7 : Peningkatan Rata-rata Persentase Aktivitas Siswa ………..72 Tabel 9 : Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siklus I dan Siklus II………...…73


(12)

Gambar 3 : Aktivitas Siswa Pada Saat Permainan Scrabble dan Peneliti

Sedang Kelompok Yang Membutuhkan Bantuan………. 48

Gambar 4 : Aktivitas Siswa Pada Saat Permainan Kartu Samaan………... 61 Gambar 5 : Diagram Batang Rekapitulasi Rata-rata Aktivitas Siswa…………..….73 Gambar 6 : Diagram Batang Hasil Belajar Matematika Siswa ………74


(13)

v

Lampiran 3 : Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I………. 101

Lampiran 4 : Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II… 103 Lampiran 5 : Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II……… 104

Lampiran 6 : Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar……… 106

Lampiran 7 : Angket Motivasi Belajar………... 107

Lampiran 8 : Rekapitulasi Skor Akhir Motivasi Belajar Matematika Tiap Dimensi………. 109

Lampiran 9 : Angket Persepsi Siswa Terhadap Permainan Matematika…… 114

Lampiran 10 : Hasil Angket Persepsi Siswa Terhadap Permainan Matematika……… 116

Lampiran 11 : Lembar Observasi Guru……….... 117

Lampiran 12 : Pedoman Observasi siswa……..………... 118

Lampiran 13 : Kutipan Wawancara……….. 126

Lampiran 14 : Hasil Penilaian Oleh Para Rater……… 128

Lampiran 15 : Perhitungan Reliabilitas Interrater……… 129

Lampiran 16 : Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I dan II……….. 131

Lampiran 17 : Perbandingan Nilai Pra Penelitian dengan Nilai Siklus I dan II………..132

Lampiran 18 : Pedoman Wawancara Siswa………..133


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam diri peserta didik yang memungkinkannya untuk berfungsi secara optimal dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha sadar yang menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pengajaran bertugas mengarahkan proses pendidikan agar sasaran dari pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diinginkan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 11 ayat (2), “ pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun ”. Sedangkan, pada pasal 1, Bab 1, tentang ketentuan umum, ayat (18), dengan jelas menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab tunggal terhadap terselenggaranya wajib belajar bagi warga negara Indonesia. Berikut bunyi ayatnya,”Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas

tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah”.1

Sekolah Dasar sebagai tahap pertama dari program pendidikan dasar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah, yang dilanjutkan dengan sekolah lanjutan tingkat pertama memiliki peranan yang sangat penting. Pada tingkat sekolah dasar siswa diharapkan memiliki kemampuan dasar terutama kecakapan membaca, menulis, berhitung serta pengetahuan dan keterampilan

1

UU SISDIKNAS RI No. 20 Th. 2003 Pasal 11 ayat (2) dalam http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 22 Desember 2010


(15)

dasar lainnya. Kemampuan dasar tersebut diharapkan mampu bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari mereka dan bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Namun untuk mewujudkan harapan tersebut masih mendapatkan berbagai persoalan, salah satu persoalan tersebut adalah rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan, merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada semua tingkat pendidikan rendah sampai kejenjang pendidikan tinggi. Dari masing-masing jenjang tersebut, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika sehingga wajar jika matematika tidak banyak disenangi orang, bahkan ada yang merasa takut. Sampai saat ini menurut siswa pelajaran matematika cukup rumit dan membosankan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Santoso Muwarni

“bahwa sebagian besar siswa menilai matematika sebagai momok atau hantu yang ditakuti.”2

Hal ini tentu jelas sangat berakibat buruk bagi perkembangan pendidikan matematika kedepan, banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut karena tidak termotivasi untuk belajar yang berakibat rendahnya minat siswa untuk belajar matematika itu sendiri.

Kondisi ini tentunya merupakan dilema bagi para pendidik, mengingat pentingnya matematika untuk meningkatkan daya nalar siswa dan melatih kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan kreatif. Untuk menyikapi hal tersebut perlu adanya suatu tindakan agar aktivitas belajar matematika siswa menngkat. Oleh karena itu sebaiknya guru berupaya agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dengan baik. Suasana pembelajaran yang menarik, adanya persaingan yang sehat, dan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar diperkirakan berdampak positif pada pencapaian prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini guru sangat berperan demi kemajuan pendidikan siswa, terutama dalam pembelajaran matematika yang sedang mengalami krisis yaitu rendahnya

2 Santoso Muwarni, “

Pengajaran Matematika Rumit”, dalam


(16)

motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika di sekolah. Seperti yang diketahui bahwa empat tahun belakangan ini pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menentukan lulus atau tidaknya siswa dari suatu jenjang sekolah, selain Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Proses belajar mengajar merupakan kontak sosial antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila dalam proses belajar mengajar terjadi kondisi yang menyenangkan. Proses belajar mengajar yang menyenangkan akan membuat anak tertarik dan tidak akan membuat mereka jenuh. Terutama bagi anak usia dini. Setiap pendidik pasti mengharapkan agar anak mendapatkan hasil belajar yang optimal, dalam hal itu hanya akan didapatkan apabila anak mempunyai ketertarikan pada apa yang diajarkan. Caranya yaitu dengan belajar sambil bermain, bercerita, bernyanyi dan sebagainya.3

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu adanya variasi pengajaran yang dapat merangsang dan melibatkan siswa aktif, baik secara fisik, intelektual dan emosionalnya. Disadari atau tidak, variasi mengajar memang cukup mempunyai peran besar dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan pemilihan variasi mengajar yang tepat akan menciptakan suasana kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Peran aktif siswa yang baik sudah menandakan motivasi yang tinggi.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Diantaranya dengan menciptakan suasana kompetisi diantara siswa. Contohnya dalam pembelajaran matematika, guru dapat menggunakan metode permainan yang dapat menimbulkan kompetisi diantara siswa sehingga membuat siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran matematika.

Dari hasil observasi awal di Madrasah Ibtidaiyah Attaqwa 32 Bekasi Utara kelas IIIB, mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran,

3

Proses Belajar dan Mengajar Yang Menyenangkan, dalam


(17)

khususnya dalam pembelajaran matematika. Pra penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas selama kurang lebih dua minggu dan setiap minggunya terdapat dua kali pertemuan untuk pembelajaran matematika. Setiap melakukan pengamatan selalu ditemukan masalah yang sama, yaitu persiapan siswa sangat kurang dalam menerima pelajaran, aktivitas siswa masih belum nampak pada saat pembelajaran dan masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.

Masalah di atas ternyata terjadi pada setiap kelas, hal ini sesuai dengan pernyataan guru kelas III yang dibenarkan dengan guru-guru lain yaitu untuk pelajaran matematika jangan dilihat hasilnya terlebih dahulu tapi motivasi siswa di sini untuk mengikuti pelajaran matematika sangat rendah.

Berkaitan dengan masalah di atas, seorang guru matematika seharusnya dapat melakukan tindakan alternatif yang berguna untuk meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa dalam menerima pembelajaran matematika. Guru harus mengadakan variasi metode mengajar dalam pembelajaran matematika, agar pembelajaran matematika menjadi mudah dan menyenangkan bagi siswa, membuat siswa lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran matematika. Melihat permasalahan di atas, maka peneliti berencana melaksanakan penelitian dalam bentuk kaji tindakan dengan judul

“ UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA

SISWA MELALUI PERMAINAN MATEMATIK”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas , terdapat beberapa masalah yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Persiapan siswa sangat kurang dalam menerima pelajaran 2. Aktivitas siswa masih belum nampak pada saat pembelajaran 3. Hasil belajar siswa untuk pembelajaran matematika masih rendah

4. Motivasi siswa untuk pembelajaran matematika siswa masih sangat rendah.


(18)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian hanya dibatasi pada tingkat upaya meningkatkan motivasi belajar matematika melalui permainan matematik. Motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar matematika siswa setelah permainan matematik dilaksanakan.

Permainan matematik dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang menggembirakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional matematika. Tujuan ini dapat menyangkut aspek kognitif, psikomotorik, atau afektif. Permainan matematik pada penelitian ini dibatasi hanya pada permainan Kartu Samaan, KuKuKu (Ku Tebak, Ku Kejar, Ku Dapat) dan scrabble.

Materi yang disajikan dalam penelitian tindakan ini adalah operasi bilangan yang pada kurikulum KTSP Madrasah Ibtidaiyah Attaqwa 32 diberikan pada siswa kelas III semester ganjil. Materi-materi pokok pada operasi bilangan ini antaranya membaca dan menulis lambang bilangan dan nama bilangan, mengurutkan bilangan dan menentukan letaknya pada garis bilangan, penjumlahan dengan tanpa menyimpan, penjumlahan dengan satu kali menyimpan, penjumlahan dengan dua kali menyimpan, penjumlahan dua bilangan atau lebih, pengurangan dengan tanpa meminjam, pengurangan dengan satu kali meminjam, pengurangan dengan dua kali meminjam, mengurangkan sebuah bilangan dengan dua atau lebih bilangan lainnya dan memecahkan masalah sehari-hari dengan melibatkan penjumlahan dan pengurangan.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah :

1. Bagaimanakah aktivitas belajar matematika siswa meningkat melalui permainan matematik dalam proses pembelajaran?

2. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa meningkat melalui permainan matematik dalam proses pembelajaran?


(19)

3. Bagaimanakah motivasi belajar matematika siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan permainan matematik?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan matematik.

b. Untuk mengetahui apakah dengan melalui permainan matematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Untuk mengetahui apakah setelah pembelajaran dengan melalui permainan matematik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna antara lain :

a. Bagi siswa, apabila hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa permainan matematik dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa, maka melalui permainan matematik ini siswa akan mudah menyerap materi, meningkatkan keaktifan siswa dan memberikan suasana belajar baru dalam belajar matematika.

b. Bagi guru, dapat memperluas variasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

c. Bagi sekolah, dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah

d. Bagi peneliti, sebagai tambahan wawasan pengetahuan untuk menangani masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat menerapkan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktivan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.1

Segala kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas dalam belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas/dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakuakan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa: kehadiran, pembahasan materi pelajaran, adanya diskusi antara guru dan siswa.

Menurut Montessori yang dikutip oleh Sardiman A. M. menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya.2 Pernyataan ini menunjukkan bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang

1

Defriahmadchaniago, “Aktivitas Belajar”, dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktivitas-belajar/, Tanggal 6 Desember 2010

2

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007), h. 96.


(21)

pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. Interaksi tersebut menimbulkan aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id – ego – super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.

Dalam pandangan psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman.3 Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan di sekolah secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.4

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis, kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas yang optimal.

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. Ke-5, h. 136

4

Defriahmadchaniago, “Aktivitas Belajar”, dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktivitas-belajar/, Tanggal 6 Desember 2010


(22)

b. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Oleh karena itu, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual Activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Aktivities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, piano.

4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang gugup. 5

5


(23)

Jadi, dengan klarifikasi aktivitas seperti diuraikan diatas, menunjukkan bahwa aktivitas disekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan disekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.

Sedangkan jenis-jenis aktivitas yang akan diamati peneliti dalam menerapkan metode permainan matematik antara lain:

1. Visual Activities

Aktivitas siswa dikelompokkan kedalam kategori ini jika siswa tertarik untuk memperhatikan penjelasan guru. Hal ini akan membuat siswa percaya diri kalau ia bisa mengikuti pembelajaran.

2. Mental Activities

Aktivitas siswa dikelompokkan kedalam kategori ini jika siswa fokus dalam mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru pada saat permainan matematik

3. Writing Activities

Aktivitas siswa dikelompokkan kedalam kategori ini jika siswa mengumpulkan tugas tepat waktu dan siswa mengerjakan pekerjaan rumah

4. Emotional Activities

Aktivitas siswa dikelompokkan kedalam kategori ini jika:

a. Siswa sudah berada di dalam kelas pada saat guru memasuki ruangan

b. siswa selalu membawa alat tulis lengkap dan membawa buku yang berkaitan dengan pembelajaran matematika


(24)

2. Hakikat Motivasi Belajar a. Pengertian motivasi belajar

Motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation yang berarti dorongan. Kata kerjanya adalah to motive yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motive berarti alasan dan daya penggerak, motiv menunjukkan suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak untuk melakukan sesuatu.

Menurut Nasution, “motiv adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”.6 Sedangkan menurut Abu Ahmadi, ”motif adalah suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Dorongan ini tertuju pada suatu tujuan tertentu”.7 Motiv sama saja dengan apa yang disebut dalam bahasa Inggrisnya drive dan need yakni sesuatu yang ada dalam diri manusia yang mendorongnya untuk berbuat menuju untuk suatu tujuan tertentu. “Drive adalah sesuatu perubahan dalam struktur neurofisiologis seseorang yang menjadi dasar organis dari perubahan energi, yang disebut motivasi. Jadi timbulnya motivasi dikarenakan terjadinya perubahan neurofisiologis”.8 Sedangkan” need atau kebutuhan adalah kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan”.9

Jadi motif bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah sesuatu yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif, dengan demikian motif ini merupakan

6

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta ; Bumi Aksara, 1995), cet. 1, h. 73.

7

Abu Ahmadi, psikologi umum,( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 4 (Edisi Revisi), h. 137.

8

Oemar Malik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), cet. 11, h. 159.

9


(25)

pendorong yang kuat yang timbul dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu dan mempengaruhi penampilan dirinya, yang tampak dari tingkah laku raganya (overt behavior).

Segala sesuatu yang berkaitan dengan timbul dan berlangsungnya motiv disebut motivasi. Timbulnya motivasi adalah suatu reaksi adanya kebutuhan yang dirasakan sehingga timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara memuaskan. Motivasi dimaksudkan sebagai sesuatu yang dapat membangkitkan organisme untuk bertindak atau bertahan serta memberikan arah untuk suatu kegiatan yang telah membangkitkan semangat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia “motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan suatu tujuan tertentu”.10

Berikut ini disampaikan pendapat dari beberapa pakar mengenai pengertian motivasi:

Menurut MC Donald yang dikutip oleh Wasty Soemanto, “motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri/ pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan”.11 Sedangkan menurut Muhibbin Syah, “motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu”.12

Alisuf Sabri dalam bukunya pengantar psikologi umum dan perkembangan memberikan pengertian “motivasi sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan”.13

10

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2007, h. 756.

11

Wasty Soemanto, Psikilogi Pendidikan, Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), cet. III, h. 191.

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 136.

13

H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2006), cet. 4, h. 129.


(26)

Dari berbagai pengertian motivasi tersebut di atas penulis dapat mengambil kesimpulan pengertian motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Dalam pembelajaran dikenal adanya motivasi belajar. Motivasi belajar yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan hasrat belajar dari seorang individu. Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai,dengan demikian siswa yang termotivasi untuk belajar dengan sendirinya akan mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya dalam kegiatan belajar tersebut.

Sardiman mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas. 2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukkan minat dalam belajar 4. Tanggung jawab

5. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.14

Upaya menggerakkan, mengarahkan dan mendorong kegiatan siswa untuk belajar dan penuh semangat dan vitalitas dinamakan memberi motivasi, dengan demikian “motivasi belajar adalah usaha dari pihak luar dalam hal ini guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar”.15 Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan memotivasi siswa adalah untuk menggerakkan, menggugah,

14

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007), h. 83.

15

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Uhamka Press, 2003), cet. IV, h. 92.


(27)

menimbulkan keinginan yang kuat serta menyadarkan mereka untuk belajar sungguh-sungguh mengikuti proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, memberi semangat, menimbulkan kesadaran untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Menurut Oemar Hamalik ada beberapa cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa, diantaranya:

1. Memberi angka 2. Memberi pujian 3. Hadiah

4. Kerja kelompok 5. Persaingan

6. Tujuan dan level of aspiration

7. Sarkasme 8. Penilaian

9. Karya wisata dan ekskrusi 10.Film pendidikan

11.Belajar melalui radio.16

Seorang siswa dapat belajar dengan giat karena motivasi dari luar dirinya sendiri seperti dorongan dari orang tua dan guru, janji-janji yang diberikan apabila berhasil dan sebagainya, tetapi akan lebih baik lagi apabila motivasi belajar itu datang dari dalam diri siswa. Motivasi merupakanfaktor yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Begitu pentingnya motivasi maka tugas guru yang terpenting adalah membangun motivasi siswa terhadap apa yang dipelajari siswa.

b. Jenis-jenis motivasi

Dalam masalah belajar motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang dapat menentukan tingkat keberhasilan belajar

16


(28)

siswa. Motivasi yang dimiliki siswa merupakan energi untuk melakukan perbuatan menuju tujuan atau cita-cita yang diharapkan.

Dilihat dari jenisnya terdapat tiga jenis motivasi, yaitu motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik dan motivasi spiritual.

1. Motivasi instrinsik

Yaitu motivasi yang timbul dikarenakan orang tersebut senang melakukannya.17 Misalnya siswa mempunyai keinginan dari dalam dirinya untuk belajar matematika, bukan untuk mendapatkan hadiah atau dipuji oleh orang tua melainkan atas dasar kebutuhan siswa.

Motivasi instrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi instrinsik siswa dalam menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk masa depan kehidupan siswa yang bersangkutan.18

Menurut H. M. Alisuf Sabri, motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang itu tidak usah dirangsang dari luar. Misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu pengetahuan, ingin memperoleh suatu kemampuan dan sebagainya.19 Sedangkan menurut Sardiman A. M, motivasi instrinsik adalah motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya.20

S. Nasution berpendapat bahwa, orang yang belajar dikatakan memiliki motivasi instrinsik jika ia ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu. Misalnya siswa belajar karena ingin menjadi orang yang terdidik atau karena ingin menjadi ahli dalam

17

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta:Rineka Cipta,2009), h. 90.

18

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan………..,h. 137. 19

H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi……….., h. 131.

20

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 90.


(29)

bidang tertentu, maka untuk memenuhi semua itu hanya dapat dicapai dengan cara belajar.21 Siswa yang termotivasi secara instrinsik dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun di dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar.

2. Motivasi ekstrinsik

Yaitu motivasi yang keberadaanya karena pengaruh rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan yang sebenarnya ada dalam diri siswa melainkan karena adanya dorongan dari luar. Sebagai contoh seseorang belajar matematika karena esok akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik. Menurut Sardiman A. M, motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah suatu aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu sendiri.22

Muhibbin Syah mengartikan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa belajar.23

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan yang bukan berasal dari dalam dirinya.

21

S. Nasution, Didaktik Asas-asas………., h. 77.

22

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar …………,h. 91.

23


(30)

3. Motivasi spiritual

Yaitu dorongan fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Seperti mengharapkan keridhaan, kecintaan dan perjumpaan dengan penciptanya zat yang maha pencipta yang telah menciptakan dirinya dan kebutuhan-kebutuhan yang menunjang kehidupannya.

Firman-firman Allah SWT yang mengisyaratkan motivasi spiritual dalam diri manusia, yakni antara lain:















Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. adz-Dzariyat [51]:58)



































Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5)

Ayat di atas memotivasi orang-orang yang telah beriman agar setiap melakukan perbuatan senantiasa disandarkan kepada Allah SWT.


(31)

Perbuatan dan tindakan yang dilakukannya akan mempunyai nilai dihadapannya apabila dilakukan karena tulus untuk mengharapkan keridhaan, kecintaan, dan perjumpaan dengannya.

Motivasi spiritual ini menjalankan fungsinya dengan memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Seperti memelihara diri dari sikap kufur,nifak, syirik, fasik dan zalim, agar tidak mendapatkan kemarahan dan murkanya baik di dunia maupun di akhiratnya. Tujuan dari motivasi spiritual ini adalah melahirkan buah-buah keimanan yang dapat dirasakan dan memberikan kepuasan bagi kehidupan ruhaniahnya.24

Dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa motivasi spiritual dalam belajar adalah daya penggerak yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ruhaninya.

Sebagian besar guru menginginkan keadaan kelas dimana semua siswanya memiliki motivasi instrinsik yang tinggi untuk belajar. Namun kenyataannya hal ini jarang terjadi, oleh karena itu seorang guru harus mampu menghadapi tantangan untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik siswa, membangkitkan minatnya, menarik dan mempertahankan perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung agar siswa dapat belajar dengan baik.

Tanpa adanya motivasi dalam belajar tidak akan memberikan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya motivator-motivator seperti kenaikan tingkat, penghargaan, pemberian umpan balik, permainan dan reward yang dipergunakan untuk mendorong siswa bersemangat dalam belajar. Membangkitkan motivasi itu tidak mudah, oleh karena itu guru mengenal murid, dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat murid.

24

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2007), cet. I, h. 345-349.


(32)

c. Fungsi motivasi

Motivasi sangat diperlukan dalam kehidupan kita, terutama dalam dunia pendidikan. Seorang pendidik hendaknya dapat memberikan motivasi kepada anak didiknya karena motivasi sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Adapun fungsi motivasi dalam belajar yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.25

Dari beberapa uraian di atas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan factor penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi kebutuhan siswa. Guru sebagai salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran mempunyai andil yang besar dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif, dengan melibatkan siswa secara aktif dalam suatu proses pembelajaran diharapkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa.

d. Mengukur motivasi belajar

25


(33)

Motivasi adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi seseorang tidak dapat dilihat secara nyata, tetapi dari penampilan perilaku orang itu. Motivasi sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, motivasi itu sangat mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan merupakan pendorong yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Seorang guru perlu mengetahui dengan jelas interaksi antara tingkat motivasi siswa dengan pembelajaran agar dapat melakukan intervensi pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Guru perlu berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar adapun kecenderungan jenis motivasi yang mendorongnya belajar.

Motivasi belajar sangat berhubungan dengan hasil belajar siswa. Hasil beberapa temuan yang dilakukan para ahli mengenai hubungan antara motivasi dengan hasil belajar antara lain:

1. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik terhadap hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil belajar selanjutnya. Tingkat motivasi belajar cenderung berkolerasi dengan hasil belajar, artinya semakin tinggi/ kuat tingkat motivasi belajar, semakin baik hasil belajar siswa. Demikian pula hasil belajar yang baik akan berpengaruh terhadap hasil belajar berikutnya. Hal ini terjadi karena hasil belajar yang baik akan membuahkan motivasi yang lebih kuat pula dalam diri siswa, yang akan mempengaruhi hasil belajar selanjutnya.

2. Terdapat interaksi antara cara mengajar guru dengan pola motivasi siswa, yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap hasil belajar.


(34)

3. Guru dapat mengubah (meningkatkan) motivasi belajar siswa, dengan pengertian guru dapat melakukan tindakan tertentu di dalam kelas untuk meningkatkan motivasi belajar.26

3. Hakikat Belajar Matematika

Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique

(Perancis), mathematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick/ wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan lain mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, matematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science), perkataan

mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).27

Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu pengetahuan mengenai struktur yang terorganisasikan dengan baik. 28

Objek matematika yang abstrak tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis dan sistematis, mulai dari yang sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, aksioma, sampai dalil yang kebenarannya dapat dibuktikan serta berlaku secara umum.

Matematika sebagai ilmu berbeda dengan matematika sekolah. Matematika sebagai ilmu merupakan kesatuan yang utuh dan terjaga oleh system aksiomatiknya dan penalarannya hanya penalaran deduktif.29 Sedangkan matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang terpilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa dan penalarannya tidak hanya penalaran deduktif tetapi juga penalaran induktif. Jadi matematika sekolah adalah

26Euis Nurmalasari, ”

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Melalui Pemberian Kartu Skor Partisipasi” , Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 21,t. d.

27

Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran………,h. 15-16.

28

Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran………,h. 1θ. 29


(35)

unsur atau bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan dan berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK yang penyajiannya disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik.

Matematika merupakan bidang kajian disiplin ilmu yang selalu diajarkan disetiap jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak(TK) sampai jenjang sekolah menengah atas (SMA) bahkan sampai perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat berperan dalam kehidupan manusia karena matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang termasuk ilmu alam, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan ilmu sosial.30 Matematika dengan objek yang abstrak telah berhasil mengembangkan suatu bentuk bahasa yang disebut dengan bahasa numeric. Bahasa numeric menggunakan angka-angka untuk menjelaskan dan meramalkan secara eksak dengan mengembangkan konsep-konsep pengukuran seperti mengali, mengurang, menjumlah dan membagi. Matematika mengembangkan bahasa numeric memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif ini meningkatkan daya prediktif dan control dari ilmu sehingga dapat memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat.

Pembelajaran matematika dalam penelitian ini didefinisikan sebagai proses interaksi antara guru dengan murid dalam rangka mengembangkan pola pikir (nalar) siswa dengan menggunakan logika. Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berfikir yang bersandar pada hakikat matematika.

4. Permainan matematik

30


(36)

Pada awalnya bermain tidak dapat perhatian khusus. Bermain hanya dianggap sebagai kegiatan yang tidak memiliki manfaat dan hanya dianggap sebagai kegiatan yang dilakukan oleh anak untuk mengisi waktu luang sebelum anak bersekolah atau memiliki kegiatan yang lebih bermanfaat dan juga dianggap untuk menyalurkan kelebihan energi pada anak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tugas permainan adalah untuk menyalurkan/ mengeluarkan energi atau tenaga, yang berarti bahwa jika padanya terdapat tenaga berlebih daripada yang diperlukannya. Seperti yang dikemukakan oleh teori kelebihan tenaga menurut Spencer dan Sheller seperti yang dikutip oleh Abdul Aziz El Quussy, dalam diri anak terdapat kelebihan tenaga sehingga sewajarnya harus mempergunakan tenaga itu melalui kegiatan bermain. 31

Sejalan dengan perkembangannya, ilmu pengetahuan dan para ahli mulai mengemukakan pendapatnya tentang manfaat bermain sebagai nilai praktis yang mendukung perkembangan anak, para ilmuan telah menunjukkan bahwa bermain merupakan pengalaman belajar yang berharga.32 Maka bermain tidak lagi dianggap sebagai kegiatan yang buang-buang waktu.

Ada beberapa pengaruh permainan bagi perkembangan jiwa anak, antara lain:

a) Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak b) Bermain dapat dipergunakan sebagai terapi c) Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak

d) Bermain dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas anak e) Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak f) Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak.33

31

Abdul Aziz El Quusy, Ilmu Jiwa, (Jakarta: Bulan Bintang,), h. 294.

32

Elizabeth . Hurlock, Perkembangan Anak, terjemahan Child Development,(Jakarta: Erlanngga, 1978), edisi ke-1, h. 320.

33

Pengaruh Permainan Bagi Perkembangan Anak, dalam

http://forum.dudung.net/index.php?topic=15359.0. 22 Desember 2010 .


(37)

Lebih jauh Hurlock mengemukakan pengaruh bermain bagi perkembangan anak sebagai berikut:

a) Permainan aktif penting untuk anak mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya

b) Belajar berkomunikasi, dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan c) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam

d) Memberikan kesempatan untuk mempelajari berbagai hal e) Merangsang kreativitas anak

f) Dengan bermain anak dapat mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan teman bermainnya

g) Belajar bermasyarkat

h) Belajar bermain dengan peran jenis kelamin

i) Belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang dan lain-lain.34

Metode permainan memiliki kelebihan sebagai berikut:

a) Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu yang menyenangkan (menghibur)

b) Permainan memungkinkan adanya partisipatif aktif dari siswa untuk belajar

c) Permainan dapat memberikan umpan balik langsung

d) Permainan bersifat luwes, yaitu permainan yang dapat dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit alat, aturan maupun persoalannya

e) Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.35

Permainan matematik adalah permainan yang bertujuan untuk memperdalam penguasaan kompetensi matematika. Dari pengertian ini,

34

Elizabeth . Hurlock, Perkembangan Anak………., h. 323.

35

Sadiman Arif dkk, Media Pendidikan,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), h. 78-81.


(38)

ada dua syarat yang harus dipenuhi untuk mengembangkan permainan matematik. Yang pertama permainan itu harus menyenangkan dan yang kedua permainan itu harus dapat meningkatkan penguasaan kompetensi matematika.36 Permainan yang mengandung nilai-nilai matematika dapat meningkatkan keterampilan, penanaman konsep, pemahaman dan pemantapannya. Ide-ide matematika yang dipelajari siswa melalui permainan harus sesuai dengan perkembangan intelektual siswa. Jika suatu konsep matematika disajikan melalui “bermain”, pengertian terhadap konsep tersebut dapat diharapkan akan mantap sebab belajar dengan cara itu merupakan belajar yang wajar yakni sesuai dengan dasar nalurinya siswa bahwa siswa itu memang suka bermain. Proses belajar yang demikian ini merupakan proses psikologis, bukan suatu proses logis dan sederetan langkah yang rapih dan logis tidak menjamin metode terbaik untuk mempelajari sesuatu yang abstrak. Jadi pola matematika itu tidak dipelajari siswa melalui sederetan pengetahuan yang sudah ditentukan sebelumnya sebagai suatu proses mekanis. Melainkan dengan melalui berrmain, yakni siswa menkonstruksi pola-pola matematika.

Pembelajaran dengan metode permainan ini dapat bermanfaat bagi siswa, karena dengan permainan ini dapat membuat siswa menjadi aktif, berfikir kritis dan kreatif. Siswa juga akan termotivasi untuk belajar berhitung dan semangat saat belajar melalui permainan yang menyenangkan dan menantang. Walaupun permainan matematik menyenangkan pengunaannya harus dibatasi. Karena tidak semua topik dapat disajikan dengan metode permainan. Untuk itu penggunaannya dapat diberikan hanya untuk mengisi waktu luang, mengubah suasana dan menimbulkan minat.

36

Metode Pembelajaran Permainan matematik, dalam http://fatkoer.co.cc/?p=79


(39)

Jenis-jenis permainan matematik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu:

A. Kartu Samaan

Kartu samaan adalah kartu yang dibuat oleh peneliti yang terdiri dari 20 kartu berisi pertanyaan dalam bentuk penjumlahan atau pengurangan, 20 kartu berisi jawaban dari kartu pertanyaan tersebut, dan 10 kartu pengecoh. Kartu samaan terbuat dari kertas karton yang dibuat sedemikian rupa sehingga kartu tersebut terlihat menarik. Manfaat belajar matematika dengan permainan kartu samaan adalah siswa jadi lebih tertarik belajar matematika karena dengan permainan kartu samaan belajar matematika jadi tidak membosankan tetapi justru menyenangkan dan menantang, dimana matematika menjadi permainan bukan pekerjaan atau tugas.

B. KuKuKu (Ku Tebak, Ku Kejar, Ku Dapat)

KuKuKu adalah permainan yang dibuat untuk menguji kecepatan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dalam permainan ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. 30 buah guntingan karton yang berisi pertanyaan dan jawaban di tempelkan di sekeliling dinding kelas. Semua kelompok diberikan pertanyaan yang sama. Setiap kelompok harus beradu cepat dengan lawannya dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, kelompok yang paling cepat menjawab mereka harus mencari jawabannya di sekeliling dinding jika jawaban mereka benar mereka akan mendapatkan nilai. Dengan permainan ini guru dapat mengajarkan konsep matematika yang lebih menyenangkan dan menarik.

C. Scramble

Dalam permainan ini anak dapat menyusun sebuah kata atau kalimat bermakna dari huruf-huruf yang diacak. Manfaat belajar


(40)

matematika dengan permainan scramble adalah siswa jadi lebih tertarik belajar matematika karena dengan permainan scramble belajar matematika jadi tidak membosankan tetapi justru menyenangkan dan menantang, dimana matematika menjadi permainan bukan pekerjaan atau tugas.

Permainan-permainan ini adalah beberapa contoh dari permainan matematik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Permainan-permainan ini bermanfaat bagi siswa karena dapat merangsang berfikir siswa dalam memecahkan permasalahan terutama dalam berhitung, melatih konsentrasi, menjadikan siswa aktif, serta menumbuhkan sikap kooperatif siswa terhadap teman kelompoknya.

Permainan matematik yang digunakan dalam pembelajaran matematika ini bertujuan mempermudah siswa memahami konsep tentang penjumlahan dan pengurangan melalui permainan, kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi lebih menyenangkan dan image siswa bahwa belajar matematika itu sulit dapat berubah menjadi belajar matematika itu asyik. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan permainan matematik dapat menngkatkan aktivitas dan motivasi siswa dalam belajar matematika.

5. Operasi Hitung Bilangan

Aritmatika (dari kata bahasa Yunani α μό = Angka ) atau dulu disebut ilmu hitung, yang merupakan cabang (atau pendahulu) matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Kata berhitung mempunyai arti lebih luas karena melibatkan operasi-operasi dasar antara bilangan-bilangan bulat, yaitu operasi tambah dan kurang, operasi kali dan bagi. Oleh orang awam, kata aritmatika sering dianggap sebagai sinonim dari teori bilangan. Dengan demikian aritmatika hanyalah berputar mengenai penambahan, pengurangan, kali,dan bagi, ataupun segala macam bentuk campuran dari pola-pola di atas.

Aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan nyata dengan perhitungan


(41)

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.37 Dalam perkembangan, aritmatika sering diganti dengan Abjad.

6. Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti tentang penggunaan metode permainan dalam pembelajaran matematika.

a. Siti Rachmawati dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh metode permainan terhadap hasil belajar matematika. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa kelas tiga SD Negeri Kalijaya 02 Cikarang pada tahun pelajaran 2004/2005. Metode permainan yang dilakukan yaitu kartu bilangan, tangga garis bilangan dan mengalikan dengan jari. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode permainan dapat membantu siswa lebih mudah memahami sekaligus melatih kecepatan berhitung siswa, metode permainan juga memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar matematika dimana siswa dapat belajar sambil bermain, sehingga dengan memberikan variasi belajar dalam metode belajar dapat menimbulkan motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar dan dapat mengurangi kejenuhan siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode permainan berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar matematika

b. Maliah dalam penelitiannya yang berjudul efektivitas penggunaan metode permainan matematik terhadap hasil pembelajaran matematika siswa. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa kelas lima SD Gembong Balaraja tahun pelajaran 2004/2005 permainan yang dilakukan dalam penelitian tersebut yaitu kartu pecahan, kartu domino pecahan dan teka teki silang. Dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode permainan lebih efektif dari siswa yang

37

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan anak berkesulitan belajar, (Jakarta: Rineka cipta, 1999), h 253


(42)

diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode permainan lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan metode konvensional.

B. Kerangka Berfikir

Belajar dan pembelajaran adalah aktivitas dimana guru dan siswa saling berinteraksi. Dalam proses yang terjadi di kelas melibatkan siswa yang beragam dengan latar belakang dan sifat pembawaan individu yang berbeda-beda, keanekaragaman tersebut yang mengakibatkan adannya perbedaan kecepatan dari setiap siswa dalam menerima dan memahami suatu materi pembelajaran.

Oleh karena itu, perkembangan intelektual siswa sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap berpikir konkrit, dimana siswa pada usia 7-12 tahun yang menghadapai kesulitan untuk menerapkan proses intelektual formal menjadi simbol-simbol verbal dan ide-ide abstrak. Siswa sudah mulai menggunakan intelek mereka untuk memanipulasi objek-objek konkrit. Cara berpikir seperti ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan diantaranya struktur dan organisasi. Pada periode ini di orientasikan keobjek-objek atau peristiwa yang dialami langsung oleh siswa.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam dunia pendidikan memegang peranan penting, karena banyak disiplin ilmu lain yang tidak dapat terlepas dengan matematika, baik secara angka-angka maupun secara pola pikir. Oleh sebab itu matematika sangat penting untuk dapat dikuasai oleh siswa.

Namun pada kenyataannya banyak sekali siswa yang kurang menyukai matematika, hal ini terlihat dari rendahnya aktivitas dan motivasi belajar matematika siswa dan semakin meningkatnya jumlah angka ketidaklulusan siswa. Untuk menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap matematika tergantung pada metode pengajaran yang digunakan oleh guru dan kepedulian guru terhadap emosi siswa. Maka ketika seorang guru kurang


(43)

menguasai metode pengajaran yang tepat, hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan siswa dalam mengerti dan memahami materi matematika yang nanti akhirnya akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam proses belajar.

Permasalahan yang timbul dari pihak guru salah satunya yaitu cara penyampaian materi atau metode pengajaran yang digunakan. Sebagai guru untuk menerapkan matematika agar disenangi dan diminati oleh siswa terutama siswa sekolah dasar maka perlu adanya perubahan dalam penyampaian materi atau metode pembelajaran. Untuk mengatasi dan membantu siswa agar tidak mengalami kesulitan, kejenuhan dan memotivasi belajar siswa, diperlukan proses pembelajaran yang sehat, menyenangkan, dan kompetitif yang menjadikan siswa aktif dan kreatif, yaitu salah satunya adalah melalui metode permainan matematik. Permainan matematik bermanfaat bagi siswa karena dapat merangsang berfikir siswa dalam memecahkan permasalahan terutama dalam berhitung, melatih konsentrasi, menjadikan siswa aktif, serta menumbuhkan sikap kooperatif siswa terhadap teman kelompoknya.

Permainan matematik yang digunakan dalam pembelajaran matematika ini bertujuan mempermudah siswa memahami konsep tentang penjumlahan dan pengurangan melalui permainan, kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi lebih menyenangkan dan image siswa bahwa belajar matematika itu sulit dapat berubah menjadi belajar matematika itu asyik. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan matematik dapat menngkatkan aktivitas dan motivasi siswa dalam belajar matematika.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Attaqwa 32 yang beralamat di kp. Rawa Silam 1 Kalilabang Tengah Bekasi Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan September- Oktober 2009

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas atau lazim dikenal dengan Classroom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran.1 Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa: (1) analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip “daur ulang”; (2) menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipatif berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pembelajaran.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan siklus berulang, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya:

1. Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian, skenario pembelajaran, dan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar kerja siswa pada setiap pertemuan, lembar observasi, lembar wawancara, angket motivasi siswa, angket persepsi siswa, dan dokumentasi

2. Pelaksanaan/ tindakan

Pada tahap ini, isi rancangan dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan

1


(45)

3. Observasi/ Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti dan guru sebagai kolaborator melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang di perlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak.

Penelitian akan diakhiri atau dihentikan dengan indikator sebagai berikut:

a) Hasil pengamatan melalui lembar aktivitas siswa menunjukkan bahwa siswa memiliki aktivitas yang tinggi dalam belajar matematika dimana rata-rata persentase aktivitas siswa harus mencapai ≥85% .

b) Tes yang diberikan disetiap akhir siklus menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas ≥ 65,0 dan tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai tes hasil belajar < 60,0. Hal ini sesuai dengan standar ketuntasan hasil belajar matematika yang ditetapkan oleh sekolah.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain yang dikemukakan oleh Suhardjono.2

2

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara,2007), Cet. IV, h. 74.


(46)

Diagram 1.

Desain Penelitian Tindakan Kelas Pra penelitian

(observasi awal)

Masalah

 Rendahnya Aktivitas Belajar  Rendahnya Hasil Belajar

Perencanaan Siklus I

Pelaksanaan Siklus I

Refleksi Siklus I

Permasalahan dari hasil refleksi siklus I

Perencanaan Siklus II

Pelaksanaan Siklus II

Pengamatan Siklus II Refleksi Siklus II

Permasalahan Terselesaikan

Permasalahan belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya Pengamatan


(47)

C. Subjek / Partisipan Yang Terlibat Dalam Penelitian

Adapun yang dijadikan subyek penelitian adalah kelas IIIB dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.alasan pemilihan subjek penelitian pada kelas IIIB yang pertama berdasarkan atas belum diberikannya pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan, sehingga pengaruh dari luar pembelajaran yang akan dikembangkan dapat dikurangi. Kedua, aktivitas belajar siswa kelas IIIB lebih rendah bila dibandingkan dengan kelas III yang lain.

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti karena pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam situasi yang sebenarnya. Peran peneliti dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai perencana dan pelaksana kegiatan. Peneliti bekerja melakukan pengamatan dalam penelitian ini dibantu oleh dua orang observer sebagai pengamat kegiatan yang telah disiapkan oleh peneliti sekaligus sebagai sumber data guna menguji keabsahan data.

E. Data dan Sumber Data 1. Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa :

a. Data tes awal (pra penelitian) merupakan hasil ulangan harian siswa. b. Data tentang aktivitas siswa merupakan hasil pengamatan pada saat

dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi pada setiap siklus.

c. Data hasil belajar siswa merupakan hasil ulangan harian (tes) kepada seluruh siswa pada setiap akhir siklus.

d. Hasil wawancara dengan guru kolaborator mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses belajar mengajar di kelas, baik berupa kritik dan saran yang akan dipertimbangkan kemudian sebagai langkah perbaikan.


(48)

e. Dokumentasi aktivitas siswa diambil pada setiap siklus. 2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian tindakan ini adalah siswa, peneliti dan

observer.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu tes dan non tes. Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sehingga dapat mengukur motivasi belajar siswa. Sedangkan untuk non tes, instrumen yang digunakan berupa:

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui motivasi dan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung

2. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengungkap aktivitas siswa dan guru yang tidak dapat diungkapkan dengan menggunakan lembar observasi 3. Angket motivasi belajar

Angket motivasi belajar siswa diberikan setelah penelitian selesai dilaksanakan

4. Angket persepsi siswa

Angket persepsi siswa dilakukan pada akhir siklus pada subjek penelitian. Angket persepsi ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan subjek penelitian selama proses pembelajaran

5. Panduan wawancara

Panduan wawancara digunakan untuk memperoleh data dan masukan mengenai penggunaan metode permainan matematik pada saat pembelajaran.


(49)

6. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara. Pertama melakukan observasi kepada siswa ketika pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi siswa/ lembar pengamatan, angket motivasi belajar dan angket persepsi siswa terhadap permainan matematik. Kedua mewawancarai guru dan siswa secara langsung untuk menggali data mengenai penerapan metode permainan matematik. Ketiga siswa menyelesaikan soal tes tiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan metode permainan matemtika.

Untuk melengkapi hasil penelitian pengumpulan data dilakukan dengan memberikan angket untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode permainan matematik. Hasil pengamatan didiskusikan bersama guru kolaborator pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.

H. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi

Dalam menguji keabsahan data penelitian, peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data-data itu untuk pengecekan atau pembanding terhadap data-data tersebut. Teknik triangulasi dilakukan dengan cara:

1. Menggali dari sumber yang sama dengan menggunakan cara berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dilakukan dengan pengamatan, wawancara, angket dan memeriksa hasil kerja siswa.

2. Menggali dari sumber yang berbeda untuk memperoleh tentang hal yang sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman dilakukan


(50)

dengan cara memeriksa hasil pekerjaan siswa dan wawancara dengan guru

3. Memeriksa kembali data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang terkumpul.

Agar diperoleh data yang valid, instrument tes hasil belajar siswa diukur menggunakan validitas isi agar ketepatan penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang harus dinilai. Validitas isi adalah uji validitas dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan.3 Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matriks pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan.4

Validitas isi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menyusun tes yang bersumber dari kurikulum, kemudian diberikan kepada para rater untuk dinilai. Diawal pembuatan instrument peneliti membuat 9 butir soal untuk meminta pendapat para penelis, ternyata setelah dikoreksi semua soal bisa digunakan sebagai instrument tes. Berikut ini adalah hasil penilaian dari 3 orang panelis: Tabel 1.

Hasil Penilaian Validitas Isi Oleh Para Rater No

butir

Nilai

A B C

1 3 3 2

2 3 3 3

3 2 2 2

4 3 2 2

5 3 3 3

6 3 3 2

7 3 3 2

8 3 3 2

9 3 3 2

3

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,(Bandung: Alfabeta,2010), hal. 129.

4


(51)

1. Untuk soal no. 1, 6, 7, 8 dan 9 dua orang panelis memberikan nilai 3 artinya soal sangat tepat mengukur indikator dan salah satu panelis memberikan nilai 2 artinya soal tepat mengukur indikator.

2. Untuk soal no. 2 dan 5 para panelis sepakat memberikan nilai 3 artinya soal sangat tepat mengukur indikator.

3. Untuk soal no. 3 para panelis sepakat memberikan nilai 2 artinya soal tepat mengukur indikator.

4. Untuk soal no. 4 dua orang panelis memberikan nilai 2 artinya soal tepat mengukur indikator dan salah satu panelis memberikan nilai 3 artinya soal sangat tepat mengukur indikator.

Dari hasil uji validitas isi instrument hasil belajar matematika siswa maka kisi-kisi instrument penelitian dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 2.

Kisi-kisi instrument hasil belajar matematika siswa Standar

Kompetensi

Indikator No Soal Jumlah Soal Melakukan

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 5000

Merubah dari bentuk bilangan ke dalam bentuk kalimat

1 4

Merubah dari bentuk kalimat ke dalam bentuk bilangan

2 4

Mengurutkan bilangan yang belum diketahui

3 4

Melakukan penjumlahan dengan tanpa menyimpan

4 5

Melakukan penjumlahan dengan menyimpan

5 8

Menemukan bilangan yang belum diketahui sesuai dengan jawaban yang telah diketahui

6 2

Melakukan penjumlahan dan pengurangan tanpa meminjam

7 3

Melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan meminjam

8 6

Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan konsep penjumlahan dan pengurangan


(52)

Reliabilitas interrater

Koefisien reliabilitas interrater atau antar penilai ditentukan berdasarkan hasil penilaian ketepatan butir mengukur indikator. Interrater atau penilai adalah pakar substansi dalam pembelajaran matematika. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen tes hasil belajar matematika siswa, digunakan rumus sebagai berikut:5

; ;

Keterangan: r = reliabilitas kesesuaian penilai i = no butir; 1,2,3,……,9

j = responden; A, B,dan C

adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut:

1. Menentukan JK total dengan rumus JK total = =

2. Menentukan JK baris dengan rumus JK baris = =

3. Menentukan JK kolom dengan rumus JK kolom = =

4. Menentukan JK eror dengan rumus JK eror =

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien reliabilitas interrater adalah 0,71.

I. Teknik Analisa Data

Proses analisis data terdiri dari analisis data pada saat dilapangan yaitu pada saat dilapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa hasil tes

5

Djaali dan Puji Mulyono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta:Grasindo,2008), hal. 95.


(53)

belajar matematika, hasil angket motivasi belajar, hasil angket persepsi siswa terhadap permainan matematik, hasil observasi, hasil wawancara dan catatan lapangan.

Tahap menganalisa data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber. Kemudian mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam satuan-satuan data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas siswa diubah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna ilmiah.

Kriteria keberhasilan peningkatan aktivitas adalah terjadinya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat terlihat dari hasil pengamatan yang telah menunjukkan bahwa pelaksanan proses pembelajaran sesuai rencana. Dan siswa memperlihatkan aktivitas yang tinggi dalam belajar matematika. Nilai rata-rata hasil belajar siswa harus mencapai lebih dari atau sama dengan 65 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 60.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data Hasil Pengamatan

1. Penelitian Pendahuluan

Pelaksanaan penelitian pendahuluan dilakukan selama empat kali pertemuan yaitu pada tanggal 1,2,8 dan 9 September 2009. Penelitian pendahuluan ini terdiri dari tiga kali tatap muka dan satu kali tes pada pokok bahasan mengurutkan bilangan sampai 5000.

Selama penelitian pendahuluan peneliti mengamati segala aktivitas siswa selama pembelajaran tanpa bantuan observer. Adapun hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Persiapan siswa sangat kurang dalam menerima pelajaran, 2) aktivitas siswa masih belum nampak pada saat pembelajaran, dan 3) masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.

Adapun hasil tes penelitian pendahuluan pada pokok bahasan mengurutkan bilangan sampai 5000 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.

Perolehan Nilai Tes Pendahuluan

Interval Nilai Frekuensi Presentase

15 – 27 2 6,67

28 – 40 4 13,33

41 – 53 9 30

54 – 66 7 23,33

67 – 79 4 13,33

80 – 92 3 10


(1)

Perbandingan Nilai Pra Penelitian dengan Nilai Siklus I dan II

No Nama Nilai

Pra Penelitian I II

1 A1 45 74 93

2 A2 65 76 97

3 A3 55 64 100

4 A4 45 70 87

5 A5 15 50 87

6 B1 60 74 93

7 B2 55 72 93

8 B3 45 72 87

9 B4 75 78 97

10 B5 35 52 70

11 C1 20 52 80

12 C2 45 68 83

13 C3 50 72 93

14 C4 45 56 80

15 C5 45 72 93

16 D1 30 52 70

17 D2 35 70 83

18 D3 90 88 100

19 D4 45 70 93

20 D5 90 88 100

21 E1 60 76 86

22 E2 75 78 93

23 E3 35 64 83

24 E4 85 88 100

25 E5 55 58 80

26 F1 75 86 100

27 F2 45 58 87

28 F3 70 76 87

29 F4 55 74 93

30 F5 95 88 100


(2)

Pedoman wawancara siswa

1. Apakah kamu suka dengan pelajaran matematika? Berikan alasan 2. Ketika saya menjelaskan, apakah kamu dapat memahami dengan baik? 3. Apakah kamu bosan ketika saya menjelaskan materi pelajaran?

4. Apakah kamu dapat mengerjakan soal-soal pada permainan matematika dengan baik?

5. Bagaimana menurut kamu setelah mengikuti proses belajar matematika dengan permainan matematika?


(3)

Kutipan wawancara

Wawancara kepada siswa yang dilakukan pada akhir siklus I, rabu, 14 Oktober 2009. Berikut ini adalah kutipan wawancara peneliti dengan tiga orang siswa yaitu perwakilan dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah.

I. Wawancara dengan perwakilan siswa berprestasi tinggi

P : maaf ya ibu mengganggu sebentar, ada yang mau ibu tanyakan sama kamu S : mau nanya apa bu ?

P : ibu mau Tanya, kamu suka tidak dengan matematika?

S : suka bu, saya lebih suka matematika karena saya senang berhitung P : ketika ibu menjelaskan kamu bisa memahami dengan baik?

S : bisa bu

P : kamu bosan tidak waktu ibu menjelaskan? S : tidak bu

P : ketika ibu memberikan soal-soal pada permainan matematika apakah kamu dapat mengerjakannya dengan baik?

S : iya bu, saya dapat mengerjakan soal-soal pada permainan matematika P : bagaimana menurut kamu setelah mengikuti proses belajar dengan

permainan matematika?

S : saya jadi lebih suka lagi dengan matematika, karena dengan permainan matematika belajarnya jadi ga bosen.

II. Wawancara dengan perwakilan siswa berprestasi sedang

P : maaf ya ibu mengganggu sebentar, ada yang mau ibu tanyakan sama kamu S : iya bu

P : ibu mau Tanya, kamu suka tidak dengan matematika? S : tidak suka bu, karena membosankan bu pelajarannya susah P : ketika ibu menjelaskan kamu bisa memahami dengan baik? S : bisa bu

P : kamu bosan tidak waktu ibu menjelaskan? S : tidak bu


(4)

P ; ketika ibu memberikan soal-soal pada permainan matematika apakah kamu dapat mengerjakannya dengan baik?

S : iya bu, tapi saya sering ketinggalan karena saya ngitungnya lama

P : bagaimana menurut kamu setelah mengikuti proses belajar dengan permainan matematika?

S : saya jadi ga bosen lagi bu karena belajar matematika dengan permainan jadi lebih menyenangkan

III. Wawancara dengan perwakilan siswa berprestasi rendah

P : maaf ya ibu mengganggu sebentar, ada yang mau ibu tanyakan sama kamu S : (hanya mengangguk)

P : ibu mau tanya, kamu suka tidak dengan matematika? S : tidak suka karena susah bu

P : ketika ibu menjelaskan kamu bisa memahami dengan baik? S : kadang-kadang bisa

P : kamu bosan tidak waktu ibu menjelaskan? S : tidak bu

P : ketika ibu memberikan soal-soal pada permainan matematika apakah kamu dapat mengerjakannya dengan baik?

S : kadang-kadang

P : bagaimana menurut kamu setelah mengikuti proses belajar dengan permainan matematika?


(5)

CATATAN LAPANGAN

Pertemuan ke : 1

Hari/ Tanggal : Selasa/ 6 Oktober 2009

Pendahuluan :

Kegiatan Inti :

Penutup :

 Guru mengabsen siswa, 1 siswa tidak hadir.

 Masih ada 2 siswa yang belum menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.  Beberapa siswa masih belum siap belajar, masih ada yang bercanda dan

mengobrol dengan teman.

 Masih ada 3 siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.

 Masih ada yang mengobrol dan bercanda pada saat guru menjelaskan.  Siswa mengandalkan teman bila tidak bisa mengerjakan soal latihan.  Siswa malu dalam bertanya

 Siswa diam saja bila guru bertanya


(6)

CATATAN LAPANGAN

Pertemuan ke : 5

Hari/ Tanggal : Selasa/ 20 Oktober 2009

Pendahuluan :

Kegiatan Inti :

Penutup :

 Guru mengabsen siswa, semua siswa hadir.  Terlihat para siswa sudah siap untuk belajar.

 Masih ada 2 siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.

 Pada saat mengerjakan tugas, terlihat 2 siswa melamun dan asik bermain.  Siswa bersemangat bila guru mengadakan permainan matematika.