I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disoroti. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir
rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah Nawawi, 2001: 39-40
Menurut Kerlinger dalam Singarimbun, 2006: 10 teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
I.5.1 Komunikasi
Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat
sama make to common. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab
itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya communication depends on our ability to understand one
another. Di antara para ahli sosiologi, ahli psikologi, ahli politik di Amerika
Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland. Menurut Carl Hovland, Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
Devinisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum public opinion dan sikap public public attitude yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang
amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain communication is the process to modify the behavior of other individuals Effendy, 2006 : 10. Berdasarkan definisi tersebut
dapat dikemukakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui penggunaan simbol atau lambang yang dapat menimbulkan suatu
efek seperti mengubah tingkah laku seseorang, yang dapat dilakukan dengan menggunakan media tertentu.
I.5.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa mass communication adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah atau elektronik
radio, televisi yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang mass communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang
termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut dengan media cetak;
serta media film. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner 1967 “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies” Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang
dalam masyarakat industri Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3.
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan.
Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga
komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri Ardianto, 2007: 3
Ini berarti proses yang terjadi antara media massa cetak yakni majalah dinding dengan pembacanya yakni siswa adalah suatu proses komunikasi
massa.
I.5.3 Teori AIDDA