Majalah Dinding dan Tindakan Berkreasi (Studi Korelasional Pengaruh Majalah Dinding terhadap Tindakan Berkreasi Siswa SMP Negeri 9 Medan)
Majalah Dinding dan Tindakan Berkreasi
(Studi Korelasional Pengaruh Majalah Dinding terhadap
Tindakan Berkreasi Siswa di SMP Negeri 9 Medan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Diajukan Oleh:
Amalia Widyastuti 070904105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
MEDAN
2011
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Amalia Widyastuti
NIM : 070904105
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : Majalah Dinding dan Tindakan Berkreasi (Studi Korelasional Pengaruh Majalah Dinding terhadap Tindakan Berkreasi Siswa SMP Negeri 9 Medan)
Medan, 14 Juni 2011 Disetujui Oleh:
Pembimbing Ketua Departemen
Ilmu Komunikasi
Haris Wijaya, S. Sos, M.Comm
NIP.19771106 200501 1 001 NIP. 19620828 198601 2 001 Dra. Fatma Wardy Lubis, MA
Pembantu Dekan I
NIP. 19680525 199203 1 002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
(3)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Majalah Dinding dan Tindakan Berkreasi SMP Negeri 9 Medan”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengaruh majalah dinding terhadap tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan, untuk mengetahui sejauhmana majalah dinding dapat mempengaruhi tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan, dan untuk mengetahui seberapa besar tindakan berkreasi SMP Negeri 9 Medan terhadap majalah dinding.
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 86 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis adalah teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 9 Medan kelas VII, VIII, dan IX dan yang pernah melihat dan membaca majalah dinding.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar dengan alat bantu SPSS Seri 17.0 for Windows. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0,405. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara pengaruh majalah dinding dengan tindakan berkreasi siswa cukup berarti dan searah. Angka probabilitas yang terlihat dalam hasil tabel pengolahan data SPSS adalah 0.00 < 0.05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan dan layak diteliti. Ini juga berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penghitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan rumus KP = (r)2 x 100%, hasil yang diperoleh adalah 16.40%.
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara pengaruh majalah dinding terhadap tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan.
(4)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Shalawat
serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW. Adapun skripsi ini berjudul
“Majalah Dinding dan Tindakan Berkreasi (Studi Korelasional Hubungan
antara Pengaruh Majalah Dinding terhadap Tindakan Berkreasi Siswa SMP Negeri 9 Medan)”.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap
fenomena yang dipilih. Kemudian disempurnakan dengan kajian teori, pengolahan
data dan hingga akhirnya penarikan kesimpulan akhir mengenai penemuan terkait
penelitian yang dilakukan tersebut. Dengan dilakukannya penelitian ini,
diharapkan dapat memenuhi porsi tujuan dan manfaatnya sehingga skripsi ini
dapat berguna untuk menjadi referensi di masa yang akan datang.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ihklas penulis menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna dihari
yang akan datang.
Dalam menyelesaikan skripsi penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pertama sekali penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Kedua Pahlawan saya Ayahanda Yahya Hutasuhut
(5)
materil, serta kasih sayang yang selalu dicurahkan kepada penulis. Kepada Adik
Lelaki saya Irfan Farid. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Keluarga
Besar Opung Maratua Hutasuhut dan Kelurga Besar Papih Oyon Haryana, terima
kasih telah selalu mendoakan penulis dalam setiap kesempatan dan yang selalu berharap bahwa penulis nantinya akan menjadi manusia yang berguna dimasa yang akan datang.
Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi dan Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi.
3. Kak Emilia Ramadhani S.Sos, S.Psi selaku Dosen Wali. Terima kasih atas segala keramahan dan kerendahan hati yang jauh lebih berharga dari kekuasaan.
3. Bang Haris Wijaya S.Sos, M.Comm selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini terutama buat waktunya untuk dijumpai oleh penulis untuk bimbingan skripsi.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah mendidik, membimbing, dan membantu penulis selama masa perkuliahan
(6)
5. Buat Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Medan, Ibu Nurhayati, dan Bang Fauzan (Bo), dan semua siswa atas bantuan dan kesediaan waktunya dalam melaksanakan penelitian,
6. Buat Kak Maya, Kak Icut, dan Kak Ros yang telah membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan jalannya pendidikan penulis.
7. Kepada semua sahabat-sahabat penulis, My Bestiest Zakia (buat segala kebaikan dan kenyamanan), Aiusha, Kyky, Grace, Wanda, Fara, Ai, Amy,dan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu (buat kesediaan waktu dan bantuan yang tak terbayar, maaf sudah banyak minta tolong),
8. Sahabat-sahabat penulis yang lain, Calon Dokter Ade Irma terima kasih buat kesediaan waktu dan buat SPSSnya, Adinda Yulia Laila Pupsa Sari atas bantuan mengetik dan menemani dalam pembuatan skripsi ini,
9. Kepada seluruh teman seperjuangan Penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Komunikasi angkatan 2007
10. Special Thanks to Syam Sinatria atas beribu dukunganmu, sukses untuk
kita berdua ya, amiinnn.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Harapan penulis semoga skripsi ini kelak dapat berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Medan, Juni 2011
Penulis,
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTARI ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Pembatasan Masalah ... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
I.4.1. Tujuan Penelitian ... 7
I.4.2. Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Kerangka Teori ... 8
1.6 Kerangka Konsep ... 14
1.7 Operasional Variabel ... 15
1.8 Operasional Variabel ... 16
1.9 Definisi Operasional ... 18
1.10 Hipotesis ... 18
BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi ... 19
II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 19
II.1.2. Tujuan Komunikasi ... 21
II.1.3 Proses Komunikasi ... 21
II.1.4. Hambatan Komunikasi ... 22
II.1.5. Bentuk, Ruang, dan jenis Komunikasi ... 23
II.1.6. Metode Komunikasi... 24
II.2 Komunikasi Massa ... 25
II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 25
II.2.2. Fungsi Komunikasi Massa ... 27
II.2.3. Ciri Komunikasi Massa ... 29
(8)
II.3 Teori AIDDA ... 32
II.4 Majalah Dinding sebagai salah satu Media Massa Cetak ... 35
II.4.1 Pengertian Majalah Dinding ... 35
II.4.2 Manfaat Majalah Dinding ... 36
II.5 Tindakan Berkreasi ... 40
II.5.1Tindakan ... 40
II.5.1.1 Definisi Penelitian Tindakan... 40
II.5.1.2 Tujuan dan Fungsi Tindakan ... 40
II.5.1.3 Ciri-ciri Penelitian Tindakan... 42
II.5.1.4. Perbedaan Penelitian Tindakan dengan Penelitian lain ... 42
II.5.2.Berkreasi ... 42
II.5.2.1 Pengertian Berkreasi ... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44
III.1.1.Sejarah Singkat SMP Negeri 9 Medan ... 44
III.1.2. Kondisi Sekolah ... 45
III.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 45
III.1.4. Visi dan Misi ... 45
III.1.5. Unggulan yang direncanakan dalam pengembangan Sekolah ... 46
III.1.6.A Data Siswa ... 46
III.2. Profil singkat Majalah Dinding SMP Negeri 9 Medan ... 46
III.3. Metode Penelitian ... 47
III.4. Lokasi Penelitian ... 47
III.5. Populasi dan Sampel ... 47
III.5.1. Populasi ... 47
III.5.2. Sampel ... 47
III.6. Teknik Penarikan Sampel ... 49
III.7. Teknik Pengumpulan Data ... 51
III.8. Teknik Analisis Data ... 52
(9)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Proses Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 56
IV.2 Analisis Tabel Tunggal ... 57
IV.2.1. Karakteristik Responden ... 57
IV.2.2. Majalah Dinding ... 60
IV.2.3. Tindakan Berkreasi ... 69
IV.3. Analisis Tabel Silang ... 78
IV.4 Uji Hipotesis ... 89
IV.5 Pembahasan ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 96
V.2 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Operasional Variabel ... 15
Tabel 2. Deskripsi Model AIDDA Tentang Majalah Dinding ... 34
Tabel 3. Data Siswa ... 46
Tabel 4. Populasi ... 48
Tabel 5. Penarikan Sampel ... 50
Tabel 6. Jenis Kelamin ... 58
Tabel 7. Usia ... 59
Tabel 8. Kelas... 60
Tabel 9. Isi Pesan ... 61
Tabel 10. Tata Bahasa ... 62
Tabel 11. Gaya/Sistem Penulisan ... 62
Tabel 12. Akuitas Berita ... 63
Tabel 13. Kualitas Gambar dan Foto ... 64
Tabel 14. Kualitas Kertas ... 65
Tabel 15. Teknik Pewarnaan ... 66
Tabel 16. Kualitas Warna ... 67
Tabel 17. Tata Letak Gambar dan Foto ... 67
Tabel 18. Tata Letak Artikel ... 68
Tabel 19. Frekuensi Penerbitan ... 59
Tabel 20. Tingkat Perhatian Siswa... 70
Tabel 21. Tingkat Kesukaan Siswa ... 70
Tabel 22. Tingkat Ketertarikan Siswa ... 71
(11)
Tabel 24. Hasrat ... 73
Tabel 25. Besarnya Hasrat ... 74
Tabel 26. Rubrik yang Diinginkan Siswa ... 74
Tabel 27. Keputusan Untuk Ikut Berkreasi ... 75
Tabel 28. Tingkat Keyakinan Siswa ... 76
Tabel 29. Tindakan... 77
Tabel 30. Tingkat Perasaan Tertantang Dalam Tindakan ... 78
Tabel 31. Hubungan Antara Isi Pesan Dalam Rubrik Pada Majalah Dinding Dengan Perhatian Siswa ... 78
Tabel 32. Korelasi Antara Hubungan Isi Pesan Dengan Perhatian ... 81
Tabel 33. Hubungan Antara Kualitas Gambar dan Foto pada Majalah Dinding Dengan Ketertarikan Siswa ... 82
Tabel 34. Korelasi Antara Hubungan Kualitas Gambar dan Foto dengan Ketertarikan ... 85
Tabel 35. Hubungan Antara Tata Letak Artikel Pada Majalah Dinding Dengan Besarnya Hasrat Berkreasi Siswa... 86
Tabel 36. Korelasi Antara Hubungan Tata Letak Artikel Dengan Besarnya Hasrat Berkreasi ... 88
(12)
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Majalah Dinding dan Tindakan Berkreasi SMP Negeri 9 Medan”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengaruh majalah dinding terhadap tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan, untuk mengetahui sejauhmana majalah dinding dapat mempengaruhi tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan, dan untuk mengetahui seberapa besar tindakan berkreasi SMP Negeri 9 Medan terhadap majalah dinding.
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 86 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis adalah teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 9 Medan kelas VII, VIII, dan IX dan yang pernah melihat dan membaca majalah dinding.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar dengan alat bantu SPSS Seri 17.0 for Windows. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0,405. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara pengaruh majalah dinding dengan tindakan berkreasi siswa cukup berarti dan searah. Angka probabilitas yang terlihat dalam hasil tabel pengolahan data SPSS adalah 0.00 < 0.05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan dan layak diteliti. Ini juga berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penghitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan rumus KP = (r)2 x 100%, hasil yang diperoleh adalah 16.40%.
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara pengaruh majalah dinding terhadap tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan
gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan
lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun nonverbal
dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang
lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan/atau kesepakatan
bersama (Rudy, 2005: 1). Berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2006: 10). Seorang komunikator
menggunakan media dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan
sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film adalah media yang
digunakan dalam komunikasi. Pada umumnya kalau kita berbicara di kalangan
masyarakat, yang digunakan adalah media komunikasi tersebut.
Media dan masyarakat adalah dua bagian yang tidak dapat dipisahkan,
karena media tumbuh dan berkembang seiring dengan timbulnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya informasi. Pertumbuhan media dewasa ini sangat
cepat. Media elektronik, cetak maupun online telah memiliki tempat sendiri di hati
penggunanya, karena masing-masing media memiliki keunggulan tersendiri dalam
(14)
Dengan demikian, bisa dikatakan sekarang ini adalah era informasi. Siapa
yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia. Melalui penerbitan, kita
akan berusaha mencari informasi, mengolahnya lalu menyajikannya dalam bentuk
informasi baru kepada pembaca. Dari informasi, kita bisa membentuk opini yang
dapat mempengaruhi pembaca. Penerbitan sekolah bisa digunakan untuk latihan
menulis, atau menyalurkan uneg-uneg terhadap kebijakan sekolah dan sebagainya.
Penerbitan sekolah merupakan salah satu wadah penyaluran minat untuk
mengasah potensi menulis, yang jelas jika kita adalah salah satu pengelola
penerbitan sekolah, kita memiliki ruang yang lebih leluasa untuk mengembangkan
kreativitas (Mulyoto, 2007: 1-2).
Penerbitan sekolah bisa bermacam-macam bentuknya, bisa berupa buletin,
majalah, koran, tabloid bahkan majalah dinding. Masing-masing bentuk memiliki
kelemahan dan kelebihan. Bentuk paling sederhana adalah majalah dinding,
bentuk ini dapat dikatakan paling murah biayanya dan paling praktis
pembuatannya (Mulyoto, 2007: 25).
Mading merupakan media massa di suatu sekolah. Majalah dinding adalah
suatu media yang berperan sebagai sarana/tempat informasi tentang ilmu
pengetahuan dari berbagai sumber yang isinya sangat beragam dan merupakan
hasil kreativitas dari siswa, buah pemikiran guru maupun karya-karya kreatif dan
informasi lainnya. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).
Majalah dinding adalah tempat menuangkan kreativitas siswa secara bebas
dan kreatif. Pada majalah dinding siswa dapat menulis sebebasnya tanpa tekanan
(15)
nilai buruk dari guru. Majalah dinding yang konon bermula dari zaman bahari
ketika manusia purba mulai mengekspresikan kreativitasnya melalui lukisan di
dinding gua ini, tampaknya memang menjadi media yang sangat efektif bagi
perkembangan kreativitas menulis siswa hingga saat ini. Berbagai genre sastra
pun seperti puisi, cerpen, novelet, naskah-naskah drama pendek, esei-esei sastra,
ulasan buku dan sebagainya kemudian menjadi bahan “permainan” ekspresi yang
cukup menyenangkan ditulis siswa pada Majalah dinding. Triyanto Triwikromo,
salah seorang sastrawan muda mengatakan, majalah dinding merupakan sarana
latihan menulis apa pun yang sangat tepat bagi siswa (google.com)
Keberadaan mading tak ubahnya seperti kehadiran surat kabar di
masyarakat. Mading memberikan informasi terkini kepada para pelajar. Dengan
membaca mading, diharapkan para pelajar dapat mengetahui lebih cepat
informasi internal dan eksternal tentang perkembangan dunia pendidikan. Fungsi
mading sebagai media, juga dapat menjadi jembatan informasi antara guru dengan
siswa, guru dan kepala sekolah. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, mading
menjadi jembatan sekolah dengan masyarakat sekitar.
Hanya saja, keberadaan mading sekolah masih sering diabaikan. Masih
banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki mading. Di sejumlah sekolah lainnya,
ditemukan ada mading yang kurang terawat, sehingga tidak diminati oleh para
pelajar. Harus diakui banyak kendala yang harus diatasi untuk menerbitkan media
sekolah. Apalagi untuk menjaga kontinuitas waktu terbitnya. Di SMP Negeri 9
Medan terdapat banayak kendala. Kendala pertama, faktor Sumber Daya Manusia
(SDM) jurnalistik. Keterampilan jurnalistik di sini adalah keterampilan menggali,
(16)
aktual, dan menyentuh kebutuhan pembaca. Kendala kedua adalah faktor dana.
Bagaimanapun, kegiatan penerbitan memang membutuhkan dana. Kendala ketiga
adalah faktor pembimbing, dalam kegiatan ekstrakurikuler di tingkat SLTP,
biasanya guru pembimbing hanya bersifat "tut wuri hadayani" yaitu Guru hanya di
belakang memberi motivasi.
Mading sekolah tak lebih dari sekadar syarat saja tanpa mengedepankan
fungsinya. Dari banyaknya fenomena dan kendala-kendala itulah, peneliti tertarik
untuk meneliti dan kiranya dalam penelitian dapat memberi dorongan terhadap
siswa-siswi yang bukan sekadar tertarik, tapi mendorong siswa untuk ikut serta
atau bertindak dalam kegiatan mading ini. Tindakan yang dimaksud di sini adalah
tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi
praktik yang cermat dan bijaksana, jadi tindakan ini mengandung inovasi atau
pembaharuan, betapapun kecilnya, yang berbeda dengan yang biasa dilakukan
sebelumnya. Sehubungan dengan hal itu, praktik diakui sebagai gagasan dalam
tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan
berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan
(Suwarsih, 2009: 61).
Dengan keberadaan mading, berbagai informasi yang berkembang, bisa
diinformasikan. Bahkan, bisa dijadikan media pembelajaran bagi guru. Misalnya,
guru memberikan tugas kepada siswa melalui mading. Perkembangan IPTEK,
mengenai atlet pelajar, tentang beasiswa, pengumuman kenaikan kelas,
pengumuman murid terbaik, murid teladan, pramuka, puisi, sajak, artikel dan
(17)
Perpaduan isi yang menarik dengan kemampuan menyalurkan aspirasi dan
daya kreasi siswa, mading sekolah akan mampu bertahan. Mading akan
mendapatkan tempat di hati pembacanya. Akan halnya surat kabar, jika mading
sekolah sudah dicintai pembacanya, persoalan finansial yang selalu menghantui
mading-mading sekolah pun akan dapat teratasi.
Mading sekolah juga termasuk kegiatan ekstrakurikuler siswa yang
bertujuan untuk mengembangkan diri di bidang tulis menulis dan memberikan
informasi. Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,
pengalaman atau instruksi. Namun, istilah ini memiliki banyak arti tergantung
pada konteksnya. Konteks yang dibahas dalam hal ini berkaitan dengan informasi
melalui media mading.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Berkreasi yaitu menghasilkan
sesuatu sebagai hasil buah pikiran; mencipta. Kreasi dalam mading sangat
diperlukan supaya mading yang ditampilkan dapat menarik perhatian. Ada sebuah
ungkapan bahwa mading mencari pembaca, bukan pembaca yang mencari
mading. Hal ini menjadi penting bagi mading, karena mading yang menarik akan
menjaring pembaca dengan sendirinya (google.com).
Adanya mading di sekolah ibarat api unggun yang tidak akan padam
selama kreativitas masyarakat sekolah selalu ada. Kehadiran mading banyak
memberikan informasi yang bermanfaat kepada siswa. Mading diharapkan supaya
guru, siswa, karyawan dan lain-lain bisa mengetahui lebih cepat dan lebih luas
tentang informasi yang ada di sekolah maupun informasi lainnya terutama
(18)
Perjalanan pembinaan mading di SMP Negeri 9 Medan sudah lumayan
panjang. Materi mading dihasilkan dari kreativitas siswa. Namun kreativitas itu
datang dari pengurus mading atau OSIS saja. Sebagian siswa kurang memiliki
perasaan berkreasi, para siswa hanya tertarik untuk membacanya saja. Jadi dengan
tidak adanya perasaan tindakan berkreasi para siswa maka mading yang terdapat
pada sekolah tersebut terkesan kaku dan kurang menarik dan berakibat frekuensi
penerbitan yang rendah.
Ada 2 kolom dalam 2 papan yang sudah disediakan, kolom yang pertama
bertemakan Ajang Kreasi yang isinya merupakan hasil kegiatan setiap organisasi
yang ada di sekolah, misalnya PMR, Pramuka, dan lain-lain. Kemudian kolom ke
2 (dua) bertemakan Unjuk Prestasi yang berisikan artikel-artikel yang dikreasikan
para siswa dan siswi, ada juga berupa Tip-tips kesehatan, artikel kepribadian dan
lain-lain.
Mading karya para siswa-siswi tersebut di sebuah tempat yang strategis
dimana para murid sering duduk-duduk di kala istirahat dan sering dilalui para
pelajar baik guru, siswa, karyawan dan lain-lain.
Dari uraian di atas, Penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang
pengaruh dari majalah dinding terhadap tindakan berkreasi para siswa SMP
Negeri 9 Medan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauhmana Pengaruh Majalah
Dinding terhadap Tindakan Berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan. I.2 Perumusan Masalah
(19)
Untuk lebih memperjelas dan menghindari rubrik lingkup penelitian yang
terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat
pembatasan masalah. Karena itu peneliti membatasi masalah antara lain adalah: I.3 Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 9 Medan
2. Objek Penelitian adalah siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 9
Medan.
3. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juni 2011.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah: I.4.1 Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong
siswa SMP Negeri 9 Medan untuk ikut berkreasi.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh majalah dinding
terhadap tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan.
I.4.2 Manfaat Penelitian
a.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian khususnya di bidang Ilmu Komunikasi.
Secara akademik, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU,
khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya
khasanah penelitian dan sumber bacaan.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak
(20)
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
penelitian disoroti. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir
rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di
dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 2001: 39-40)
Menurut Kerlinger (dalam Singarimbun, 2006: 10) teori adalah
serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep.
I.5.1 Komunikasi
Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communis yang
berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat
sama (make to common). Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada
kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab
itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu
dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one
another).
Di antara para ahli sosiologi, ahli psikologi, ahli politik di Amerika
Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I.
Hovland. Menurut Carl Hovland, Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
(21)
Devinisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi
ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude)
yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang
amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian
komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the
behavior of other individuals) ( Effendy, 2006 : 10). Berdasarkan definisi tersebut
dapat dikemukakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian
pesan melalui penggunaan simbol atau lambang yang dapat menimbulkan suatu
efek seperti mengubah tingkah laku seseorang, yang dapat dilakukan dengan
menggunakan media tertentu.
I.5.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan,
yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
(Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu
(22)
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan
media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang
termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- keduanya dikenal sebagai
media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut dengan media cetak;
serta media film.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass
communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang
dalam masyarakat industri (Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3).
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam
jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan.
Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan
harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga
komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto,
2007: 3)
Ini berarti proses yang terjadi antara media massa cetak (yakni majalah
dinding) dengan pembacanya (yakni siswa) adalah suatu proses komunikasi
(23)
I.5.3 Teori AIDDA
Teori AIDDA disebut juga A-A Procedure (Attention-Action Procedure).
Teori AIDDA adalah akronim dari kata – kata:
A = Attention (perhatian)
I = Interest (minat)
D = Desire (hasrat)
D = Decision (keputusan)
A = Action (tindakan).
Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa
komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini,
komunikator harus menimbulkan daya tarik. Apakah perhatian komunikan telah
terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat atau interest
(Effendy, 2003: 303)
Berdasarkan Teori AIDDA di atas, bila dikaitkan dengan minat berkreasi
maka dapat disimpulkan bahwa tindakan berkreasi adalah suatu keadaan dalam
individu yang mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang mampu
mendorong seseorang untuk cenderung mencari objek yang disenangi dan dapat
melakukan tindakan berkreasi.
I.5.4 Majalah Dinding sebagai Salah Satu Media Massa Cetak
Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading adalah
salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut
majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya,
sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang
(24)
Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan,
gambar, atau kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk
kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang,
karikatur, cerita bergambar dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi
itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak
menarik.
Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau
bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Ukuran yang tergolong relatif
besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang lebih kecil lagi disesuaikan dengan
situasi dan kondisinya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah dinding atau lebih
dikenal dengan mading adalah suatu media yang berperan sebagai sarana/tempat
informasi tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang isinya sangat
beragam dan merupakan hasil kreativitas dari siswa, buah pemikiran guru maupun
karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Kreativitas merupakan kemampuan
untuk mencipta, daya cipta.
Media massa cetak merupakan salah satu alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima), oleh sebab itu agar
pesan yang disampaikan oleh media massa cetak dapat diterima secara efektif oleh
khalayaknya maka media massa cetak harus memiliki daya tarik.
Boove (dalam Liliweri, 1992: 75) mengemukakan media massa cetak yang
baik harus memiliki daya tarik, antara lain:
1. Daya tarik pesan, meliputi isi pesan, tata bahasa, gaya penulisan dan
(25)
2. Daya tarik fisik, meliputi gambar (kualitas gambar/foto dan kualitas
kertas), tata letak, tata warna (teknik pewarnaan dan kualitas warna)
3. Daya tarik kuantitas, meliputi frekuensi terbitnya media massa cetak tersebut.
I.5.5 Tindakan Berkreasi
Teori Tindakan, yaitu individu melakukan suatu tindakan berdasarkan
pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau
situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional,
yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Teori
Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa
aksi/action itu bukan perilaku/behaviour. Aksi merupakan tindakan mekanis
terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif
dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan
individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan
mengatur perilaku itu (www.google.com).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berkreasi yaitu menghasilkan
sesuatu sebagai hasil buah pikiran; mencipta. Berkreasi adalah membuat sesuatu
yang belum ada sebelumnya menjadi ada. Prinsip dasar dari berkreasi adalah
memberi nilai tambah pada benda-benda, cara kerja, cara hidup dan lain
sebagainya agar senantiasa muncul ide-ide baru yang lebih baik daripada ide yang
sudah ada sebelumnya (www.google.com).
Berdasarkan pengertian tentang tindakan dan berkreasi tersebut di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan tindakan berkreasi dalam
(26)
menimbulkan hasrat dan keinginan individu untuk menghasilkan sesuatu sebagai
hasil dari buah pikirannya.
I.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang mendasari penelitian selanjutnya disusun
oleh suatu kerangka konsep yang didalamnya terdapat variabel-variabel dan
indikator yang tujuannya menjelaskan masalah penelitian. Hal ini sesuai dengan
pendapatnya Sarwono (2006: 9) bahwa kerangka konsep digunakan untuk
menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan dan
kelompok sehingga diharapkan peneliti mampu memformulasikan pemikirannya
ke dalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa
masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
1. Variabel bebas / independent variabel (X)
Merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh Peneliti untuk
menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah Majalah Dinding
2. Variabel terikat / dependent variabel ( Y )
Merupakan variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan
dengan variabel bebas. Variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan
pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam
(27)
Berdasarkan penjelasan di atas maka model teoritis dari penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Teoritis
I.7 Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan,
maka agar lebih memudahkan dalam operasionalnya di dalam memecahkan
masalah maka dibuat operasionalisasi variabel agar jelas penggunaannya di
lapangan, adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Teori Variabel Operasional
Majalah Dinding
Variabel Bebas (X) 1. Daya tarik pesan, meliputi: - Isi pesan
- Tata bahasa - Gaya Penulisan - Aktualitas berita
2. Daya tarik fisik, meliputi: a.Gambar
- Kualitas gambar/foto - Kualitas kertas b.Tata warna
- Teknik pewarnaan - Kualitas warna c.Tata letak
- Tata gambar/foto - Tata artikel
3. Daya tarik kuantitas, meliputi: - Frekuensi
Tindakan Berkreasi
Variabel Terikat (Y) 1. Attention (perhatian) 2. Interest (ketertarikan) 3. Desire (hasrat) 4. Decision (keputusan) 5. Action (tindakan)
Variabel Bebas (X) Majalah Dinding
Variabel Terkait (Y) Tindakan Berkreasi Siswa
(28)
I.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi
ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang
sama (Singarimbun dan Effendi, 2006: 46). Untuk memudahkan dan meletakkan
konsep-konsep dalam dataran operasional yang dapat diukur maka akan dibuat
beberapa definisi operasional, yaitu:
1. Variabel Bebas (X), yaitu Majalah Dinding a. Daya tarik pesan, meliputi:
1)
2)
Isi pesan, maksudnya adalah muatan yang terdapat pada majalah
dinding yang dapat dipahami oleh siswa.
3)
Tata bahasa, maksudnya adalah suatu bentuk penataan kata yang
terdapat pada majalah dinding yang mampu mempengaruhi siswa.
4)
Gaya penulisan, maksudnya adalah cara merangkai setiap kata-kata
menjadi sebuah kalimat yang menarik bagi siswa yang melihat dan
membaca majalah dinding.
2. Daya tarik fisik, meliputi:
Aktualitas berita, maksudnya adalah isi dari berita tersebut harus
sesuatu hal yang baru sesuai dengan trend yang sedang berkembang
ataupun yang akan berkembang kedepannya.
a.
1) Gambar
Kualitas gambar/foto, maksudnya adalah mutu dari gambar dan
foto yang ditampilkan pada majalah dinding, apakah sudah dapat
(29)
2)
b.
Kualitas kertas, maksudnya adalah mutu dari kertas yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan media massa cetak
tersebut yang mana dalam penelitian ini media massa cetaknya
adalah majalah dinding.
1)
Tata warna
2)
Teknik pewarnaan, maksudnya adalah cara pemberian warna yang
dapat menarik siswa pada tampilan majalah dinding.
c.
Kualitas warna, maksudnya adalah mutu dari warna-warna yang
digunakan untuk menunjang tampilan dari majalah dinding.
1)
Tata letak
2) Tata artikel, maksudnya adalah teknik peletakan artikel di dalam
majalah dinding.
Tata gambar dan foto, maksudnya adalah tehnik peletakan gambar
dan foto di dalam majalah dinding.
3. Daya tarik kuantitas, meliputi:
a. Frekuensi, maksudnya adalah menunjuk pada waktu terbitnya
majalah dinding.
2. Variabel Terikat (Y), yaitu Tindakan Berkreasi Siswa 1. Attention (perhatian)
Perhatian maksudnya adalah adanya rasa ingin tahu siswa terhadap suatu
objek setelah melihat dan memperhatikan sebuah tampilan yang dalam
penelitian ini adalah tampilan dari majalah dinding.
2. Interest (ketertarikan)
(30)
objek yang dilihatnya. Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah
tampilan dalam majalah dinding.
3. Desire (hasrat)
4.
Hasrat maksudnya adalah keinginan yang sangat kuat dari dalam diri siswa
untuk melakukan sebuah kegiatan. Dalam penelitian ini keinginan yang
timbul diakibatkan karena melihat tampilan dalam majalah dinding.
Decision (keputusan)
5.
Keputusan maksudnya adalah sikap sesungguhnya dari siswa terhadap
suatu objek, bisa tertarik ataupun bisa juga tidak tertarik terhadap tampilan
dalam majalah dinding.
Action (tindakan)
Tindakan maksudnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa
untuk mewujudkan apa yang diinginkannya setelah melihat ataupun
membaca tampilan dalam majalah dinding.
I.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel. Dalam suatu penelitian, hipotesis berfungsi sebagai
jawaban sementara (tentative answer) bagi masalah atau pertanyaan penelitian,
yang oleh karenanya perlu diuji melalui prosedur pengujian hipotesis.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, adalah:
Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh majalah dinding terhadap tindakan
berkreasi bagi siswa SMP Negeri 9 Medan.
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh majalah dinding terhadap
(31)
BAB II
URAIAN TEORITIS
II. 1 Komunikasi
II. 1. 1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
diterima oleh komunikan (Effendy, 2006 : 9).
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan,
gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan
lambing-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun
non-verbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok
orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan/atau
kesepakatan bersama (Rudy, 2005: 1).
Di antara para ahli sosiologi, ahli psikologi, ahli politik di Amerika
Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I.
Hovland. Menurut Carl.Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap.
Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi
ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude)
(32)
amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian
komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the
behavior of other individuals) (Effendy, 2006 : 10).
Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti
diuraikan di atas. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat
dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip
paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communiaction in Society, Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
sebagai berikut:
Who says what in which channel to whom with what effect ?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan yakni:
a. Komunikator
Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakan tempat asal pesan, sumber berita, informasi, atau yang disampaikan atau bisa kita sebut sebagai orang atau pihak yang mengirim/menyampaikan berita.
b. Pesan
Pesan adalah pesan-pesan, informasi, atau pengertian dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan kepada komunikan melalui penggunaan bahasa atau lambang-lambang.
c. Saluran atau Media Komunikasi
Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat berlalunya simbol-simbol/lambang-lambang yang mengandung makna berupa pesan/pengertian.
(33)
d. Komunikan
Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek yang dituju oleh komunikator pengirim/penyampaian pesan), yang menerima pesan-pesan (berita, informasi, pengertian) berupa lambang-lambang yang mengandung arti atau makna.
e. Efek
Efek adalah hasil penerimaan pesan/informasi oleh komunikan, pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan (Rudy, 2005: 4).
II.1.2 Tujuan Komunikasi
Kegiatan komunikasi ini lazimnya dilakukan dengan tiga tujuan, yaitu:
a. Untuk mengetahui sesuatu
b. Untuk memberitahu sesuatu, dan
c. Untuk mempengaruhi atau mengarahkan orang lain agar berbuat sesuatu
Secara keseluruhan atau garis besarnya, tujuan komunikasi adalah untuk
tercapainya saling pengertian (mutual understanding), pemahaman bersama
(common understanding), atau kesepakatan timbal balik (mutual agreement).
Dengan demikian, tingkat keberhasilan (pencapaian tujuan) komunikasi dapat
dilihat atau dinilai dari dimana atau sejauh mana saling pengertian dan
kesepakatan dapat tercapai oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi itu
(Rudy, 2005: 2).
II.1.3 Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah rangkaian kejadian/peristiwa atau perbuatan
melakukan hubungan, kontak, interaksi satu sama lain (pada umumnya di antara
makhluk hidup, walau lebih jauh dalam era cyber technology ini telah pula
dimungkinkan komunikasi dengan komputer dan robot) berupa penyampaian dan
penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna. Proses
komunikasi yang baik adalah apabila hubungan/interaksi dalam rangka
(34)
penerima pesan/informasi itu, dan secara timbal-balik, disampaikan melalui
saluran-saluran (media) yang cocok/tepat/sesuai dan isi pesan disusun dengan
sebaik-baiknya secara jelas, tegas, pasti serta dapat dipahami oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam proses hubungan penyampaian dan penerimaan pesan itu
(Rudy, 2005: 2).
II.1.4 Hambatan Komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan
beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinkah seseorang
melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan
yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan
hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin
komunikasinya sukses.
1. Gangguan. Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang
menurut sifatnya dapat diklasifikasi sebagai gangguan mekanik dan
gangguan semantik.
2. Kepentingan. Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif
dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.
3. Motivasi Terpendam. Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang
berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan
kekurangannya. Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan seseorang berbeda
dengan orang lainnya, dari waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga
karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikianlah pula
(35)
4. Prasangka. Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang
mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam
prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar
syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional (Effendy, 2003:
45-49)
II.1.5 Bentuk, Ruang Lingkup dan Jenis Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan
meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup
(scope)-nya dan ba(scope)-nyak dimensi(scope)-nya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi
berdasarkan konteksnya.
1. Bidang Komunikasi
Yang dimaksud dengan bidang di sini adalah bidang kehidupan manusia,
di mana di antara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan yang lain
terdapat perbedaan yang khas; dan kekhasan ini menyangkut pula proses
komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai
berikut:
a. Komunikasi sosial (social communication)
b. Komunikasi organisasional/manajemen (organizational/management
communication)
c. Komunikasi bisnis (business communication)
d. Komunikasi politik (political communication)
e. Komunikasi internasional (international communication) f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi pembangunan (development communication) h. Komunikasi tradisional (traditional communication)
(36)
2. Sifat Komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasi sebagai berikut: a. Komunikasi verbal (verbal communication)
1. Komunikasi lisan (oral communication) 2. Komunikasi tulisan (written communication) b. Komunikasi niverbal (nonverbal communication)
1. Komunikasi kial (gestural/body communication) 2. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Lain-lain.
c. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)
d. Komunikasi bermedia (mediated communication)
3. Tatanan Komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi
ditinjau dari jumlah komunikan. Berdasarkan situasi komunikan, maka klasifikasi
menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Komunikasi pribadi (personal communication) b. Komunikasi massa (mass communication) c. Komunikasi kelompok (group communication)
4. Teknik Komunikasi
Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti
keterampilan atau keperigelan. Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang
dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:
a. Komunikasi informative (informative communication) b. Komunikasi persuasive (persuasive communication) c. Komunikasi pervasive (pervasive communication) d. Komunikasi koersif (coersive communication) e. Komunikasi instruktif (instructive communication) f. Komunikasi manusiawi (human communication)
II.1.6 Metode Komunikasi
Istilah metode atau dalam Bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa
(37)
kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan dan
logis.
Atas dasar pengertian di atas metode komunikasi meliputi
kegiatan-kegiatan yang terorganisir sebagai berikut:
a. Jurnalisme/Jurnalistik (journalism) b. Hubungan masyarakat (public relation) c. Periklanan (advertising)
d. Propaganda
e. Perang urat syarat (psychological warfare) f. Perpustakaan (library)
g. Lain-lain (Effendy, 2003: 52-56)
II.2 Komunikasi Massa
II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
“Hidup ini dikendalikan media massa”. Kalimat itu tidak dapat kita
pungkiri jika kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai
program komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan film (Ardianto, 2007: xiii). Komunikasi massa, seperti bentuk
komunikasi lainnya (komunikasi antarpesona, komunikasi kelompok atau
komunikasi organisasi), yang memiliki sedikitnya enam unsur, yakni komunikator
(penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), efek, dan umpan
balik (Ardianto, 2007: 2)
Komunikasi massa diadopsi dari istilah Bahasa Inggris, mass
communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media
massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa. Istilah mass
communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu mass media (media massa) kependekan dari media of mass communication.
(38)
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Sebab, pada awal perkembangannya, komunikasi
massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media
komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang
dihasilkan oleh teknologi modern (Nurudin, 2007: 3-4)
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3), yakni: komunikasi massa adalah
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang
(mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan
media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang
termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- keduanya dikenal sebagai
media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut dengan media cetak;
serta media film. (Ardianto, 2007: 3)
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass
communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang
(39)
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam
jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan.
Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan
harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga
komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto,
2007: 3)
Ini berarti proses yang terjadi antara media massa cetak (yakni majalah
dinding) dengan pembacanya (yakni siswa) adalah suatu proses komunikasi
massa.
II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
a. Pengawasan (surveillance)
Fungsi pertama komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick ternyata sama dengan fungsi yang pertama juga berdasarkan pendapat Harold Lasswell. Akan tetapi, Dominick memberikan penjelasan yang agak luas. Dikatakannya bahwa surveillance mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjaannya mengadakan pengawasan. Orang-orang media itu, yakni para wartawan surat kabar dan majalah, reporter radio dan televisi, koresponden kan-tor berita, dan lain-lain berada di mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan informasi buat kita yang tidak bisa kita peroleh. Informasi itu disampaikan kepada organisasi-organisasi media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat yang canggih disebarkannya ke seluruh jagatraya.
Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman topan, letusan gunung api, kondisi ekonomi yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi, atau serangan militer. Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak (program televisi diinterupsi untuk memberitakan peringatan bahaya tornado), dapat pula diinformasikan ancaman dalam jangka waktu lama atau ancaman kronis (berita surat kabar atau majalah secara bersambung mengenai polusi udara atau
(40)
masalah pengangguran. Akan tetapi, memang banyak informasi yang tidak merupakan ancaman yang perlu diketahui oleh rakyat.
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Berita tentang film yang dipertunjukkan di bioskop setempat, harga barang kebutuhan di pasar, produk-produk baru dan lain-lain adalah contoh-contoh pengawasan instrumental. Yang juga perlu dicatat ialah bahwa tidak semua contoh pengawasan instrumental seperti disebutkan di atas terjadi yang kemudian dijadikan berita.
2. Pengawasan instrumental (istrumental surveillance)
publikasi Skala kecil dan yang lebih spesifik seperti majalah-majalah atau jurnal-jurnal pengetahuan atau keterampilan juga melakukan tugas pengawasan. Bahkan fungsi pengawasan dapat dijumpai pula pada isi media yang dimaksudkan untuk menghibur.
b. Interpretasi (interpretation)
Yang erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan adalah fungsi interpretasi. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau televisi siaran. Tajuk Rencana dan komentar merupakan pemikiran para Redaktur media tersebut mengenai topik berita yang paling penting pada hari Tajuk Rencana dan komentar itu disiarkan. Fungsi interpretasi ini acap kali mendapat perhatian utama para pejabat pemerintah, tokoh politik, dan pemuka masyarakat karena sering bersifat kritik terhadap kebijaksanaan pemerintah.
c. Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Banyak contoh mengenai hal ini, misalnya kegiatan periklanan yangmenghubungkan kebutuhan dengan produk-produk penjual. Contoh lainnya ialah hubungan para pemuka partai politik dengan pengikut-pengikutnya ketika membaca berita surat kabar mengenai partainya yang dikagumi oleh para pengikutnya itu.
Seperti halnya dengan MacBride, Joseph R. Dominick juga menganggap sosialisasi sebagai fungsi komunikasi massa. Bagi Dominick, sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission
of values) yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang
mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok.
d. Sosialisasi
Di antara jenis-jenis media massa, televisi termasuk media yang daya pervasinya paling kuat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini wajar karena insan-insan yang belum berusia dewasa ini belum mempunyai daya kritik, sehingga ada kecenderungan mereka meniru perilaku orang-orang yang dilihat mereka pada layar televisi tanpa
(41)
menyadari nilai-nilai yang terkandung.
e. Hiburan (entertainment)
Seperti halnya dengan MacBride, bagi Dominick pun hiburan merupakan fungsi media massa. Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film dan rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah itu cerita pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar. Demikian fungsi-fungsi komunikasi massa menurut beberapa pakar kenamaan. Jelas bahwa pernyataan mengenai fungsi komunikasi massa di masyarakat akan sejajar dengan pernyataan mengenai bagaimana fungsi pada taraf individual. Apabila analisis kita alihkan dari analisis makro ke analisis mikro, maka pada taraf individual, pendekatan fungsional diberi nama umum uses-and gratifications model atau “model penggunaan dan pemuasan”. Secara sederhana model ini menyatakan bahwa khalayak memiliki kebutuhan dan dorongan yang dipuaskan dengan menggunakan media. Dewasa ini kebanyakan media massa melancarkan kegiatannya dengan model tersebut sebagai pendekatan fungsional. Dari paparan di atas, fungsi-fungsi komunikasi
dan komunikasi massa yang begitu banyak itu dapat
disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni: 1. menyampaikan informasi (to inform)
2. mendidik (to educate)
4. mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2006: 29-31) 3. menghibur (to entertain)
II.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa
1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang artinya gabungan berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan menjadi sumber informasi.
Artinya, khalayak dengan beragam pendidikan, jenis kelamin, umur, status sosial, ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki kepercayaan atau agama yang beragam.
(42)
a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen, artinya mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan.
Menurut Herbert Blumer (dalam Nurudin, 2004: 20), adapun ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut :
b. Berisi individu-individu yang tidak tabu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung
c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3. Pesannya bersifat umum
4. Komunikasinya berlangsung satu arah
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Sehingga pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Komunikasi berlangsung dari media massa ke khalayak dan tidak terjadi sebaliknya. Walaupun komunikasi terjadi dua arah, tetapi bukan kepada semua khalayak. Misalnya telepon interaktif yang dilakukan oleh penyiar dan khalayak.
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis
Adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesan kepada khalayak. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.
7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik.
Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang
pintu/penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui media massa. (Effendy, 2006:21-26)
II.2.4 Efek Komunikasi Massa
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek
melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Yang
diklasifikasikan sebagai efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective
(43)
1. Efek Kognitif
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang
tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh, pesan komunikasi
melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita,
tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan
sebagainya.
2. Efek Afektif
Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat
kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau
film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat
terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga
mencucurkan air mata, takut sampai merinding, dan lain-lain perasaan
yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya: perasaan marah, benci,
kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemes, sinis, kecut dan sebagainya.
3. Efek Konatif
Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk
perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering
disebut juga efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul
sebagai akibat terpaan media messa, melainkan didahului oleh efek
kognitif dan/atau efek afektif. Dengan lain perkataan, timbulnya efek
konatif setelah muncul kognitif dan efek afektif (Effendy, 2003:
(44)
II. 3 Teori AIDDA
Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangat penting. Strategi
komunikasi harus luwes sedemikan rupa sehingga komunikator sebagai pelaksana
dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang
mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang
sewaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa.
Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau
komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai.
Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa
dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan dalam
melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut
A-A Procudure atau from Attention to Action Procedure.
A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang
disingkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut:
A = Attention (Perhatian)
I = Interest (Minat)
D = Desire (Hasrat)
D = Decision (Keputusan)
A = Action (Kegiatan)
Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa
komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam
hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus
terdapat faktor daya tarik komunikator (source atrractiveness), yang juga pernah
(45)
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya
tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya;
dengan lain perkataan pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara
komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk
taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator
yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan
simpati komunikan pada komunikator.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan perhatian ini ialah
dihindarkannya kemunculan himbauan (appeal) yang negatif. Himbauan yang
negatif bukan attention arousing, melainkan anxiety arousing, menumbuhkan
kegelisahan. William J. McGuare, seorang ahli komunikasi kenamaan
menegaskan dalam karyanya “Persuasion” bahwa “anxiety arousing
communication“ menimbulkan efek ganda. Di satu pihak ia membangkitkan rasa
takut akan bahaya sehingga mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan
preventif. Di lain pihak rasa takut tersebut flight to fight yang dalam kasus
komunikasi dapat berbentuk permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh
perhatian sama sekali.
Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan
merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah
terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest),
yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan
dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk
(46)
pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus
dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decission), yakni keputusan untuk
melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan komunikator (Effendy,
2003: 303-305).
Tabel 2
Deskripsi model AIDDA tentang Majalah Dinding
A Attention (perhatian) Kehadiran Majalah Dinding mampu menarik perhatian para siswa.
I Interest (minat) Ketertarikan mulai timbul pada diri siswa terhadap majalah dinding. Dalam hal ini disebabkan oleh dimensi-dimensi penting yang dalam majalah dinding. Dimensi-dimensi tersebut dapat ditimbulkan dengan rubrik-rubrik yang menarik.
D Desire (hasrat) Hasrat/kemauan para siswa untuk ikut serta dalam pembuatan majalah dinding yang diinginkan.
D Decision (keputusan) Setelah timbulnya hasrat pada diri siswa, maka akan menghantarkannya kepada suatu keputusan, yakni keputusan untuk melakukan kegiatan mading.
A Action (tindakan) Tindakan para siswa yang telah ikut serta dalam pembuatan mading, dan secara terus-menerus ingin berbagi dalam mading.
(47)
II. 4 Majalah Dinding sebagai Salah Satu Media Massa Cetak II. 4.1 Pengertian Majalah Dinding
Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading adalah
salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut
majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya,
sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang
sejenisnya.
Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan,
gambar, atau kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk
kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki
silang, karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua
materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading
tampak menarik.
Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau
bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Ukuran yang tergolong relatif
besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang lebih kecil lagi disesuaikan dengan
situasi dan kondisinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah dinding
atau lebih dikenal dengan mading adalah suatu media yang berperan sebagai
sarana/tempat informasi tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang
isinya sangat beragam, dan merupakan hasil kreativitas dari siswa, buah
pemikiran guru maupun karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Kreativitas
merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta.
Media massa cetak merupakan salah satu alat yang digunakan dalam
(48)
itu agar pesan yang disampaikan oleh media massa cetak dapat diterima secara
efektif oleh khalayaknya maka media massa cetak harus memiliki daya tarik
(www.google.com).
Boove (dalam Liliweri, 1992: 75) mengemukakan media massa cetak yang
baik harus memiliki daya tarik, antara lain:
1. Daya tarik pesan, meliputi isi pesan, tata bahasa, gaya penulisan dan
aktualitas berita.
2. Daya tarik fisik, meliputi gambar (kualitas gambar/foto dan kualitas
kertas), tata letak, tata warna (teknik pewarnaan dan kualitas warna).
3. Daya tarik kuantitas, meliputi frekuensi terbitnya media massa cetak
tersebut
II. 4.2 Manfaat Majalah Dinding
Mading memiliki banyak manfaat, beberapa di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Media Komunikasi
Mading adalah media komunikasi termurah untuk menciptakan
komunikasi antarpihak dalam lingkup tertentu. Mading yang dipasang di balai
RW, halaman kantor desa, gereja, masjid, sekolah atau di fakultas tertentu
membuktikan bahwa pemasangan dengan cara itu membuat komunikasi dapat
dijalin dengan praktis. Dikatakan paling praktis mengingat bahan dan volume
tulisan dapat diatur secara elastis, disesuaikan dengan tema dan keperluan yang
(49)
2. Wadah Kreativitas
Pada umumnya kegiatan anak muda tidak pernah sepi dari kreativitas,
misalnya olahraga, olah seni, keterampilan, permainan, dan tidak ketinggalan pula
aktivitas ekspresi tulis. Lewat karya tulis akan tersalurkan dua macam manfaat
yang bersifat timbal balik. Dari sisi Penulis, majalah dinding adalah tempat
untuk mencurahkan bermacam ide. Beragam gagasan, pikiran, daya cipta,
bahkan fantasi yang mengiringi perkembangan jiwanya perlu penyaluran dan
media untuk menuangkannya. Maka tepatlah apabila mading digunakan sebagai
wadah curahan kreativitas kawula muda karena didukung oleh sifatnya yang
mudah dilaksanakan dengan biaya yang murah.
Dari sisi lain, pembaca akan mendapatkan penyaluran yang berkaitan
dengan keinginan, cita-cita, kecintaan, kerinduan, keprihatinan dan berbagai
pikiran lain yang tidak dapat disalurkannya sendiri. Dengan membaca
tulisan-tulisan teman atau orang lain, terlepaslah ia dari berbagai gejolak yang ada dalam
dirinya. Mading dapat menjadi tuangan aspirasi diri bagi pembaca yang telah
dituliskan orang lain dan menjadi sarana bersama penulisnya untuk berpendapat
tentang sesuatu, berkeinginan, berkomentar, berolok-olok, mengkritik serta masih
banyak lagi yang lain.
Sebagai anak muda yang peka terhadap sekelilingnya, dengan melihat
fakta bahwa dalam hidup ini selalu saja timbul persoalan, maka mading akan
menjadi dorongan untuk melahirkan tulisan guna melepaskan atau menumpahkan
(50)
3. Menanamkan Kebiasaan Membaca
Dunia akan menjadi luas bila kita senang membaca. Untuk itu, kegemaran
membaca harus ditanamkan. Dalam hal ini, mading punya andil yang besar.
Mading dapat tampil setiap saat tanpa dihadang oleh sejumlah kesulitan. Mading
dapat diterbitkan oleh siapa saja dalam jangka waktu yang relatif bebas
tergantung animo pembaca. Kalau pembacanya menghendaki, mading dapat
ditampilkan setiap hari dengan materi tulisan yang bersifat aktual sesuai
lingkungan. Apabila minat baca dan atensi menulis masyarakat sedang-sedang
saja, mading dapat diganti tiap bulan atau tiap-tiap minggu.
4. Pengisi Waktu
Banyak kawula muda tidak dapat mengisi waktu luangnya dengan baik.
Kelebihan energinya dibuang percuma. Dengan mengobrol ditepi jalan, merokok,
minum, membentuk "geng", mencoret-coretkan identitas "kelompoknya" dengan
cat semprot (baca:pilok) di sembarang tempat dan masih banyak lagi yang lain.
Semua itu sebenarnya dapat ditangguhkan dengan membaca mading, kemudian
aktif menulis. Apabila kelebihan tenaga yang diboroskan itu digunakan untuk
menulis dalam lembaran mading, tentu akan banyak bermanfaat bagi
perkembangan dan pertumbuhan jiwanya. Di samping itu, tentu juga bermanfaat
bagi pihak lain.
5. Melatih Kecerdasan Berpikir
Membaca mading akan membangkitkan gairah untuk mencari bacaan lain
lewat "umpan" yang disajikan dalam mading. Sangat mungkin sajian-sajian
(51)
menjadikan mading berperan sebagai perangsang bagi pembacanya untuk
mencari bahan bacaan lain yang lebih lengkap.
Kebiasaan membaca akan menambah pengetahuan pembaca dalam
berbagai bidang. Semakin banyak membaca, pengetahuan siapa pun akan
bertambah.
Secara tidak langsung hal itu akan menjadi pendorong bertambahnya
kecerdasan. Dengan demikian, jelas bahwa mading menjadi "terminal awal" yang
dapat menjembatani lahirnya pengetahuan, ketangkasan berpikir, dan
terbentuknya kecerdasan.
6. Melatih Berorganisasi
Menghadirkan selembar mading berarti mengorganisasikan sekelompok
orang. Mading menuntun semua yang terlibat di dalamnya untuk berorganisasi.
Mading adalah perwujudan kerja tim atau kerja kelompok yang perlu saling
mematuhi kesepakatan, aturan yang telah ditetapkan, kedisiplinan diri dan
kesungguhan bekerja. Dengan menyiapkan mading, secara otomatis siapa saja
akan menghayati arti organisasi dan langsung terkait dengan aktivitas di
dalamnya.
Mading akan membiasakan para penyelenggaranya menyiapkan
perencanaan- perencanaan yang matang dalam tubuh organisasi sekelompok
orang yang menjalin kerjasama antarbagian. Lewat kondisi yang demikian, maka
secara langsung atau tidak mading menempatkan kekompakan kerja sebagai
(52)
7. Mendorong Latihan Menulis
Berdasarkan pengalaman, banyak penulis yang menggunakan media
mading sebagai wahana berlatih. Berawal dari senang menulis hal-hal yang
sederhana, tidak mustahil seseorang menjadi terbuka wawasannya untuk lebih
mengembangkan kesenangannya dalam bidang kepenulisan secara lebih
profesional (www.google.com)
II. 5 Tindakan Berkreasi II.5.1 Tindakan
II.5.1.1 Definisi Penelitian Tindakan
Untuk membantu memperoleh pemahaman menyeluruh tentang hakikat
penelitian tindakan, dibawah ini disajikan sejumlah definisi yang diterjemahkan
dari berbagai sumber.
a. Penelitian tindakan merupakan pengumpulam informasi yang
sistematik yang dirancang untuk menghasilkan perubahan sosial (
Bodgan dan Biklen dalam Suwarsih, 2009: 9)
b. Penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pemecahan
dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas
tindakan yang dilakukan didalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan
kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam (Bodgan dan Biklen
dalam Suwarsih, 2009: 9).
II. 5.1.2 Tujuan dan Fungsi Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan lebih ditujukan untuk memperoleh pengetahuan
untuk situasi atau sasaran khusus daripada pengetahuan yang secara ilmiah
(53)
untuk meningkatkan dan melibatkan. Penelitian tindakan bertujuan untuk
mencapai tiga hal berikut:
a. peningkatan praktik
b. peningkatan (atau pengembangan profesional) pemahaman praktik
oleh praktisinya, dan
c. peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktik (Grundy dan Kemmis
dalam Suwarsih, 2009: 24-25)
Dengan kata lain, tujuan utama penelitian jenis ini adalah untuk mengubah
perilaku penelitinya, perilaku orang lain, dan/atau mengubah kerangka kerja
organisasi atau struktur lain, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada
perilaku peneliti-penelitinya dan/atau perilaku orang lain.
Penelitian tindakan berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan kerja. Di sekolah dan ruangan kelas, misalnya, penelitian tindakan
dapat memiliki lima kategori fungsi sebagai berikut:
a. sebagai alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi spesifik atau untuk meningkatkan keadaan tertentu dengan cara tertentu;
b. sebagai alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran diri;
c. sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap pengajaran dan pembelajaran ke dalam sistem yang dalam keadaan normal menghambat inovasi dan perubahan;
d. sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
e. sebagai alat untuk menyediakan alternative bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas (Suwarsih, 2009: 26).
(1)
dengan gambar dan foto, berita- berita aktual, tata warna, serta tata letaknya yang disesuaikan dengan kondisi majalah dinding tersebut.
b. Interest (keterkaitan)
Ini adalah tahap kedua, dimana siswa tidak saja tertarik pada majalah dinding tapi juga mulai tertarik atau berminat untuk ikut berkreasi. Setelah siswa memberikan perhatiannya terhadap majalah dinding, mereka lantas akan menilai apakah majalah dinding ini menarik untuk dibaca atau malah sebaliknya.
c. Desire (hasrat)
Dalam tahap ini siswa telah mempunyai motivasi. Maksudnya adalah setelah adanya ketertarikan untuk membaca majalah dinding, maka mereka akan mulai mencerna pesan yang ada didalamnya. Kemudian timbullah hasrat/keinginan dalam diri siswa yang mendorong mereka untuk ikut berkreasi.
d. Decision (keputusan)
Tahap ini merupakan sikap sesungguhnya siswa terhadap majalah dinding sudah terlihat. Pada tahap ini siswa mengambil keputusan untuk menyukai atau membenci hal tersebut.
e. Action (tindakan)
Ini merupakan tahap akhir. Pada tahap ini tercermin tindakan siswa untuk mengikuti ataupun tidak mengikuti kegiatan majalah dinding.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa majalah dinding dapat dijadikan sebagai salah satu variabel hubungan yang cukup signifikan terhadap tindakan berkreasi, karena dapat menarik minat siswa kelas VII, VIII, IX SMP
(2)
Negeri 9 Medan yang menjadi responden dalam penelitian ini, untuk mulai ikut berkreasi sesuai dengan daya kreatifitas dan skill yang mereka miliki.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Peneliti, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ternyata majalah dinding mampu mempengaruhi dan meningkatkan tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan, hal ini dapat terlihat dari hasil korelasi yang berhubungan positif antara majalah dinding (x) dengan tindakan berkreasi (y).
2. Faktor- faktor yang mendorong siswa SMP Negeri 9 Medan untuk ikut berkreasi dalam majalah dinding adalah :
a. Adanya ketertarikan siswa terhadap majalah dinding itu sendiri.
b. Adanya hasrat yang timbul dalam diri mereka sendiri, untuk ikut berkreasi. Hasrat tersebut akan semakin besar apabila dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, misalnya saja pengaruh dari teman ataupun dari guru yang menjadi panutannya.
c. Adanya perasaan tertantang untuk ikut berkreasi, perasaan ini bisa memunculkan daya kreativitas yang luar biasa karena tantangan yang ada merupakan dorongan bagi seseorang untuk memberikan atau menampilkan sesuatu hal yang terbaik.
(4)
V.2 SARAN
Setelah melakukan penelitian, khususnya ketika pengisian kuesioner, maka Peneliti menghimpun beberapa saran yang mewakili suara siswa SMP Negeri 9 Medan sebagai berikut :
1. Keaktualitasan berita harus dijaga sehingga berita yang terdapat pada majalah dinding selalu up to date sesuai dengan perkembangan yang sesuai dengan berjalannya waktu.
2. Frekuensi terbitnya majalah dinding harus lebih ditingkatkan agar meningkatkan kualitas daya kreativitas para siswa.
3. Gaya/sistem penulisan harus lebih ditingkatkan agar lebih menarik perhatian dan mudah dimengerti para siswa.
4. Temanya harus menarik dan sesuai umur
5. Adanya pengkaderan melalui kegiatan ekstra jurnalistik akan menjamin tersedianya SDM yang handal, baik sebagai penulis maupun tim redaksinya
6. Kehadiran guru pembimbing yang memiliki pengalaman praktis bidang jurnalistik dan penerbitan menjamin tetap terpupuknya semangat dan idealisme para kader bidang jurnalis untuk menunjukkan karya jurnalistik terbaiknya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Erdiyana, Siti Karlinah. 2004 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media. Bandung
Ardianto, Elvinaro dan Soemirat. 2004. Dasar-Dasar Public Relations. Cetakan Ketiga. Remaja Rosdakarya. Bandung
Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Penerbit Andi. Yogyakarta
Cangara. Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Grafindo Persada. Jakarta
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Citra Aditya Bakti. . Bandung
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta
Liliweri, A. 1992. Dasar-dasar Komunkasi Periklanan. PT. CitraAditya Bakti. Bandung
Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. IKAPI. Bandung Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Mulyoto. 2007. Hari Gini Gak Punya Majalah Sekolah? Bikin Yuk!. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
(6)
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan Contoh Analisis Statistik. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Rudy, T.May. 2005. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional. PT. Refika Aditama. Bandung
Ruslan, Rosady. 1997. Manajemen Humas dan Komunikasi. Konsepsi dan Aplikasi Edisi Revisi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sarwono, Sarlito Wirawan, 1991. Pengantar Ilmu Psikologi. Bulan Bintang. Jakarta
Singarimbun, Masri.2006. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta
Widjaja A.W. 1988. Ilmu komunikasi Pengantar Studi. PT Bina Aksara. Jakarta
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://madingsekolahku.blogspot.com/2009/12/manfaat-majalah-dinding.html