Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep Operasionalisasi Variabel

Perjalanan pembinaan mading di SMP Negeri 9 Medan sudah lumayan panjang. Materi mading dihasilkan dari kreativitas siswa. Namun kreativitas itu datang dari pengurus mading atau OSIS saja. Sebagian siswa kurang memiliki perasaan berkreasi, para siswa hanya tertarik untuk membacanya saja. Jadi dengan tidak adanya perasaan tindakan berkreasi para siswa maka mading yang terdapat pada sekolah tersebut terkesan kaku dan kurang menarik dan berakibat frekuensi penerbitan yang rendah. Ada 2 kolom dalam 2 papan yang sudah disediakan, kolom yang pertama bertemakan Ajang Kreasi yang isinya merupakan hasil kegiatan setiap organisasi yang ada di sekolah, misalnya PMR, Pramuka, dan lain-lain. Kemudian kolom ke 2 dua bertemakan Unjuk Prestasi yang berisikan artikel-artikel yang dikreasikan para siswa dan siswi, ada juga berupa Tip-tips kesehatan, artikel kepribadian dan lain-lain. Mading karya para siswa-siswi tersebut di sebuah tempat yang strategis dimana para murid sering duduk-duduk di kala istirahat dan sering dilalui para pelajar baik guru, siswa, karyawan dan lain-lain. Dari uraian di atas, Penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang pengaruh dari majalah dinding terhadap tindakan berkreasi para siswa SMP Negeri 9 Medan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauhmana Pengaruh Majalah Dinding terhadap Tindakan Berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan menghindari rubrik lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Karena itu peneliti membatasi masalah antara lain adalah:

I.3 Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 9 Medan 2. Objek Penelitian adalah siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 9 Medan. 3. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juni 2011.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah:

I.4.1 Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong siswa SMP Negeri 9 Medan untuk ikut berkreasi. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh majalah dinding terhadap tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan.

I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Adapun manfaat penelitian ini adalah: b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya di bidang Ilmu Komunikasi. Secara akademik, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disoroti. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah Nawawi, 2001: 39-40 Menurut Kerlinger dalam Singarimbun, 2006: 10 teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

I.5.1 Komunikasi

Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama make to common. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya communication depends on our ability to understand one another. Di antara para ahli sosiologi, ahli psikologi, ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland. Menurut Carl Hovland, Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum public opinion dan sikap public public attitude yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain communication is the process to modify the behavior of other individuals Effendy, 2006 : 10. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui penggunaan simbol atau lambang yang dapat menimbulkan suatu efek seperti mengubah tingkah laku seseorang, yang dapat dilakukan dengan menggunakan media tertentu.

I.5.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa mass communication adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah atau elektronik radio, televisi yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut dengan media cetak; serta media film. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner 1967 “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies” Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3. Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri Ardianto, 2007: 3 Ini berarti proses yang terjadi antara media massa cetak yakni majalah dinding dengan pembacanya yakni siswa adalah suatu proses komunikasi massa.

I.5.3 Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut juga A-A Procedure Attention-Action Procedure. Teori AIDDA adalah akronim dari kata – kata: A = Attention perhatian I = Interest minat D = Desire hasrat D = Decision keputusan A = Action tindakan. Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, komunikator harus menimbulkan daya tarik. Apakah perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat atau interest Effendy, 2003: 303 Berdasarkan Teori AIDDA di atas, bila dikaitkan dengan minat berkreasi maka dapat disimpulkan bahwa tindakan berkreasi adalah suatu keadaan dalam individu yang mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang mampu mendorong seseorang untuk cenderung mencari objek yang disenangi dan dapat melakukan tindakan berkreasi.

I.5.4 Majalah Dinding sebagai Salah Satu Media Massa Cetak

Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang sejenisnya. Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk kolom- kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik. Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Ukuran yang tergolong relatif besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang lebih kecil lagi disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah dinding atau lebih dikenal dengan mading adalah suatu media yang berperan sebagai saranatempat informasi tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang isinya sangat beragam dan merupakan hasil kreativitas dari siswa, buah pemikiran guru maupun karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta. Media massa cetak merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak penerima, oleh sebab itu agar pesan yang disampaikan oleh media massa cetak dapat diterima secara efektif oleh khalayaknya maka media massa cetak harus memiliki daya tarik. Boove dalam Liliweri, 1992: 75 mengemukakan media massa cetak yang baik harus memiliki daya tarik, antara lain: 1. Daya tarik pesan, meliputi isi pesan, tata bahasa, gaya penulisan dan aktualitas berita 2. Daya tarik fisik, meliputi gambar kualitas gambarfoto dan kualitas kertas, tata letak, tata warna teknik pewarnaan dan kualitas warna

3. Daya tarik kuantitas, meliputi frekuensi terbitnya media massa cetak

tersebut. I.5.5 Tindakan Berkreasi Teori Tindakan, yaitu individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksiaction itu bukan perilakubehaviour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu www.google.com. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berkreasi yaitu menghasilkan sesuatu sebagai hasil buah pikiran; mencipta. Berkreasi adalah membuat sesuatu yang belum ada sebelumnya menjadi ada. Prinsip dasar dari berkreasi adalah memberi nilai tambah pada benda-benda, cara kerja, cara hidup dan lain sebagainya agar senantiasa muncul ide-ide baru yang lebih baik daripada ide yang sudah ada sebelumnya www.google.com. Berdasarkan pengertian tentang tindakan dan berkreasi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan tindakan berkreasi dalam penelitian ini adalah suatu sikap yang muncul akibat adanya penelitian yang dapat menimbulkan hasrat dan keinginan individu untuk menghasilkan sesuatu sebagai hasil dari buah pikirannya.

I.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang mendasari penelitian selanjutnya disusun oleh suatu kerangka konsep yang didalamnya terdapat variabel-variabel dan indikator yang tujuannya menjelaskan masalah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Sarwono 2006: 9 bahwa kerangka konsep digunakan untuk menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan dan kelompok sehingga diharapkan peneliti mampu memformulasikan pemikirannya ke dalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

1. Variabel bebas independent variabel X

Merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh Peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Majalah Dinding

2. Variabel terikat dependent variabel Y

Merupakan variabel yang memberikan reaksirespon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan. Berdasarkan penjelasan di atas maka model teoritis dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Model Teoritis

I.7 Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan, maka agar lebih memudahkan dalam operasionalnya di dalam memecahkan masalah maka dibuat operasionalisasi variabel agar jelas penggunaannya di lapangan, adalah sebagai berikut: Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Variabel Teori Variabel Operasional Majalah Dinding Variabel Bebas X 1. Daya tarik pesan, meliputi: - Isi pesan - Tata bahasa - Gaya Penulisan - Aktualitas berita

2. Daya tarik fisik, meliputi:

a. Gambar - Kualitas gambarfoto - Kualitas kertas b. Tata warna - Teknik pewarnaan - Kualitas warna c. Tata letak - Tata gambarfoto - Tata artikel

3. Daya tarik kuantitas, meliputi:

- Frekuensi Tindakan Berkreasi Variabel Terikat Y 1. Attention perhatian 2. Interest ketertarikan 3. Desire hasrat 4. Decision keputusan 5. Action tindakan Variabel Bebas X Majalah Dinding Variabel Terkait Y Tindakan Berkreasi Siswa

I.8 Definisi Operasional