Efek Komunikasi Massa Hiburan entertainment

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen, artinya mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Menurut Herbert Blumer dalam Nurudin, 2004: 20, adapun ciri tentang karakteristik audiencekomunikan sebagai berikut : b. Berisi individu-individu yang tidak tabu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3. Pesannya bersifat umum 4. Komunikasinya berlangsung satu arah Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Sehingga pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. 5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan Komunikasi berlangsung dari media massa ke khalayak dan tidak terjadi sebaliknya. Walaupun komunikasi terjadi dua arah, tetapi bukan kepada semua khalayak. Misalnya telepon interaktif yang dilakukan oleh penyiar dan khalayak. 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis Adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesan kepada khalayak. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. 7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik. Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasipalang pintupenjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui media massa. E ffendy, 2006:21-26

II.2.4 Efek Komunikasi Massa

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Yang diklasifikasikan sebagai efek kognitif cognitive effect, efek afektif affective effect dan efek konatif yang sering disebut efek behavioral behavioral effect. 1. Efek Kognitif Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh, pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan sebagainya. 2. Efek Afektif Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding, dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya: perasaan marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemes, sinis, kecut dan sebagainya. 3. Efek Konatif Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media messa, melainkan didahului oleh efek kognitif danatau efek afektif. Dengan lain perkataan, timbulnya efek konatif setelah muncul kognitif dan efek afektif Effendy, 2003: 318- 319.

II. 3 Teori AIDDA

Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangat penting. Strategi komunikasi harus luwes sedemikan rupa sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut A-A Procudure atau from Attention to Action Procedure. A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA. Lengkapnya adalah sebagai berikut: A = Attention Perhatian I = Interest Minat D = Desire Hasrat D = Decision Keputusan A = Action Kegiatan Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator source atrractiveness, yang juga pernah disinggung di depan. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya; dengan lain perkataan pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan perhatian ini ialah dihindarkannya kemunculan himbauan appeal yang negatif. Himbauan yang negatif bukan attention arousing, melainkan anxiety arousing, menumbuhkan kegelisahan. William J. McGuare, seorang ahli komunikasi kenamaan menegaskan dalam karyanya “Persuasion” bahwa “anxiety arousing communication“ menimbulkan efek ganda. Di satu pihak ia membangkitkan rasa takut akan bahaya sehingga mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan preventif. Di lain pihak rasa takut tersebut flight to fight yang dalam kasus komunikasi dapat berbentuk permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh perhatian sama sekali. Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat interest, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat desire untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan decission, yakni keputusan untuk melakukan kegiatan action sebagaimana diharapkan komunikator Effendy, 2003: 303-305. Tabel 2 Deskripsi model AIDDA tentang Majalah Dinding A Attention perhatian Kehadiran Majalah Dinding mampu menarik perhatian para siswa. I Interest minat Ketertarikan mulai timbul pada diri siswa terhadap majalah dinding. Dalam hal ini disebabkan oleh dimensi-dimensi penting yang dalam majalah dinding. Dimensi-dimensi tersebut dapat ditimbulkan dengan rubrik- rubrik yang menarik. D Desire hasrat Hasratkemauan para siswa untuk ikut serta dalam pembuatan majalah dinding yang diinginkan. D Decision keputusan Setelah timbulnya hasrat pada diri siswa, maka akan menghantarkannya kepada suatu keputusan, yakni keputusan untuk melakukan kegiatan mading. A Action tindakan Tindakan para siswa yang telah ikut serta dalam pembuatan mading, dan secara terus- menerus ingin berbagi dalam mading. II. 4 Majalah Dinding sebagai Salah Satu Media Massa Cetak II. 4.1 Pengertian Majalah Dinding Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang sejenisnya. Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik. Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Ukuran yang tergolong relatif besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang lebih kecil lagi disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah dinding atau lebih dikenal dengan mading adalah suatu media yang berperan sebagai saranatempat informasi tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang isinya sangat beragam, dan merupakan hasil kreativitas dari siswa, buah pemikiran guru maupun karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta. Media massa cetak merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak penerima oleh sebab itu agar pesan yang disampaikan oleh media massa cetak dapat diterima secara efektif oleh khalayaknya maka media massa cetak harus memiliki daya tarik www.google.com. Boove dalam Liliweri, 1992: 75 mengemukakan media massa cetak yang baik harus memiliki daya tarik, antara lain: 1. Daya tarik pesan, meliputi isi pesan, tata bahasa, gaya penulisan dan aktualitas berita. 2. Daya tarik fisik, meliputi gambar kualitas gambarfoto dan kualitas kertas, tata letak, tata warna teknik pewarnaan dan kualitas warna.

3. Daya tarik kuantitas, meliputi frekuensi terbitnya media massa cetak

tersebut

II. 4.2 Manfaat Majalah Dinding

Mading memiliki banyak manfaat, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Media Komunikasi Mading adalah media komunikasi termurah untuk menciptakan komunikasi antarpihak dalam lingkup tertentu. Mading yang dipasang di balai RW, halaman kantor desa, gereja, masjid, sekolah atau di fakultas tertentu membuktikan bahwa pemasangan dengan cara itu membuat komunikasi dapat dijalin dengan praktis. Dikatakan paling praktis mengingat bahan dan volume tulisan dapat diatur secara elastis, disesuaikan dengan tema dan keperluan yang aktual. 2. Wadah Kreativitas Pada umumnya kegiatan anak muda tidak pernah sepi dari kreativitas, misalnya olahraga, olah seni, keterampilan, permainan, dan tidak ketinggalan pula aktivitas ekspresi tulis. Lewat karya tulis akan tersalurkan dua macam manfaat yang bersifat timbal balik. Dari sisi Penulis, majalah dinding adalah tempat untuk mencurahkan bermacam ide. Beragam gagasan, pikiran, daya cipta, bahkan fantasi yang mengiringi perkembangan jiwanya perlu penyaluran dan media untuk menuangkannya. Maka tepatlah apabila mading digunakan sebagai wadah curahan kreativitas kawula muda karena didukung oleh sifatnya yang mudah dilaksanakan dengan biaya yang murah. Dari sisi lain, pembaca akan mendapatkan penyaluran yang berkaitan dengan keinginan, cita-cita, kecintaan, kerinduan, keprihatinan dan berbagai pikiran lain yang tidak dapat disalurkannya sendiri. Dengan membaca tulisan- tulisan teman atau orang lain, terlepaslah ia dari berbagai gejolak yang ada dalam dirinya. Mading dapat menjadi tuangan aspirasi diri bagi pembaca yang telah dituliskan orang lain dan menjadi sarana bersama penulisnya untuk berpendapat tentang sesuatu, berkeinginan, berkomentar, berolok-olok, mengkritik serta masih banyak lagi yang lain. Sebagai anak muda yang peka terhadap sekelilingnya, dengan melihat fakta bahwa dalam hidup ini selalu saja timbul persoalan, maka mading akan menjadi dorongan untuk melahirkan tulisan guna melepaskan atau menumpahkan segala macam gagasan dan pikirannya. 3. Menanamkan Kebiasaan Membaca Dunia akan menjadi luas bila kita senang membaca. Untuk itu, kegemaran membaca harus ditanamkan. Dalam hal ini, mading punya andil yang besar. Mading dapat tampil setiap saat tanpa dihadang oleh sejumlah kesulitan. Mading dapat diterbitkan oleh siapa saja dalam jangka waktu yang relatif bebas tergantung animo pembaca. Kalau pembacanya menghendaki, mading dapat ditampilkan setiap hari dengan materi tulisan yang bersifat aktual sesuai lingkungan. Apabila minat baca dan atensi menulis masyarakat sedang-sedang saja, mading dapat diganti tiap bulan atau tiap-tiap minggu. 4. Pengisi Waktu Banyak kawula muda tidak dapat mengisi waktu luangnya dengan baik. Kelebihan energinya dibuang percuma. Dengan mengobrol ditepi jalan, merokok, minum, membentuk geng, mencoret-coretkan identitas kelompoknya dengan cat semprot baca:pilok di sembarang tempat dan masih banyak lagi yang lain. Semua itu sebenarnya dapat ditangguhkan dengan membaca mading, kemudian aktif menulis. Apabila kelebihan tenaga yang diboroskan itu digunakan untuk menulis dalam lembaran mading, tentu akan banyak bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan jiwanya. Di samping itu, tentu juga bermanfaat bagi pihak lain. 5. Melatih Kecerdasan Berpikir Membaca mading akan membangkitkan gairah untuk mencari bacaan lain lewat umpan yang disajikan dalam mading. Sangat mungkin sajian-sajian mading itu belum sepenuhnya memenuhi selera pembacanya. Hal ini akan menjadikan mading berperan sebagai perangsang bagi pembacanya untuk mencari bahan bacaan lain yang lebih lengkap. Kebiasaan membaca akan menambah pengetahuan pembaca dalam berbagai bidang. Semakin banyak membaca, pengetahuan siapa pun akan bertambah. Secara tidak langsung hal itu akan menjadi pendorong bertambahnya kecerdasan. Dengan demikian, jelas bahwa mading menjadi terminal awal yang dapat menjembatani lahirnya pengetahuan, ketangkasan berpikir, dan terbentuknya kecerdasan. 6. Melatih Berorganisasi Menghadirkan selembar mading berarti mengorganisasikan sekelompok orang. Mading menuntun semua yang terlibat di dalamnya untuk berorganisasi. Mading adalah perwujudan kerja tim atau kerja kelompok yang perlu saling mematuhi kesepakatan, aturan yang telah ditetapkan, kedisiplinan diri dan kesungguhan bekerja. Dengan menyiapkan mading, secara otomatis siapa saja akan menghayati arti organisasi dan langsung terkait dengan aktivitas di dalamnya. Mading akan membiasakan para penyelenggaranya menyiapkan perencanaan- perencanaan yang matang dalam tubuh organisasi sekelompok orang yang menjalin kerjasama antarbagian. Lewat kondisi yang demikian, maka secara langsung atau tidak mading menempatkan kekompakan kerja sebagai modal dasar setiap tumbuhnya organisasi. 7. Mendorong Latihan Menulis Berdasarkan pengalaman, banyak penulis yang menggunakan media mading sebagai wahana berlatih. Berawal dari senang menulis hal-hal yang sederhana, tidak mustahil seseorang menjadi terbuka wawasannya untuk lebih mengembangkan kesenangannya dalam bidang kepenulisan secara lebih profesional www.google.com

II. 5 Tindakan Berkreasi

II.5.1 Tindakan II.5.1.1 Definisi Penelitian Tindakan