Jika t hitung ˂ t tabel: H
1
ditolak maka, maka tidak ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Jika t hitung ˃ t tabel: H
1
diterima, maka ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya Gujarati, 1995.
3. Uji R
2
Nilai R
2
menyatakan presentase variabel-variabel tak bebas bisa dijelaskan oleh variabel bebas yang dimasukkan dalam variabel bebas yang dimasukkan delam
model. Nilai R
2
dihitung dengan rumus: R
2
=
��� ���
Dimana: ESS = jumlah kuadrat regresi
TSS = jumlah kuadrat total Nilai R
2
terletak antara 0 sampai 1.Semakin nilai R
2
mendekati 1 maka semakin erat hubungan antar variabel bebas dan variabel tak bebasnya.
3.5 Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonearitas
Multikolonearitas adalah suatu keadaan dimana terdapat hubungan atau kolerasi linear yang sempurna diantara beberapa atau semuanya dari variabel-variabel
yang menjelaskan.Apabila dua atau lebih variabel bebas berhubungan satu dengan yang lainya maka tidak dapat ditetapkan sumbangan variabel tadi secara
individual. Ada atau tidaknya multikolonearitas dapat diketahui dengan menggunakan matriks korelasi yaitu hubungan antara berbagai variabel bebas
yang dimasukkan dalam model. Jika nilai Pearson Correlation PC 0,8 dan
Universitas Sumatera Utara
nilai Eigenvalue Colinearity Diagnostik mendekati nol maka model yang diestimasi tidak terjadi multikolonearitas Gujarati, 2006.
b. Uji Autokolerasi
Autokolerasi merupakan korelasi antar anggota seri obsevasi yang disusun menurut urutan tempat atau autokorelasi pada dirinya sendiri.Ada atau tidaknya
autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan analisis statistik Durbin Watson DW.Uji DW dilakukan untuk melihat apakah pada persamaan terdapat
autokorelasi salah satu penyimpangan asumsi klasik. Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1 d d
l
Tolak H koefisien autokorelasi lebih besar dari nol berarti ada autokorelasi
positif. 2
d 4 - d
L
Tolak H koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi
negatif 3
d
U
d 4 - d
U
Terima H tidak ada autokorelasi
4 d
L
≤ d ≤ d
U
atau 4 – d
U
≤ d ≤ 4 - d
L
Tidak dapat disimpulkan Gujarati, 2006.
3.6 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertia dan penafsiran dalam penelitian ini maka dibuatlah beberapa definisi dan batasan operasional
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
3.6.1 Definisi Operasional
1. Integrasi pasar merupakan analisis yang menunjukkan bahwa perubahan
harga di suatu pasar sebagai pasar acuan mempengaruhi pembentukan harga di pasar lainnya sebagai pasar lokal. Dua pasar dikatakan terpadu apabila
perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan ke pasar lainnya. 2.
Produsen kubis adalah pemilik tanaman kubis. 3.
Pasar merupakan lokasi secara fisik dimana terjadi kegiatan jual beli barang atau jasa antara pedagang dan pembeli serta terjadi pemindahan hak milik.
4. Pasar lokal pasar tingkat produsen adalah tempat dimana petani menjual
kubis. 5.
Pasar acuan pasar tingkat konsumen adalah pasar acuantujuan perdagangan dimana pasar ini menerima kubis dari pasar lokal.
6. Harga kubis di tingkat produsen adalah harga yang diterima oleh produsen
kubis yang menjual kubis ke pasar lokal. 7.
Harga kubis di tingkat konsumen adalah harga beli kubis oleh konsumen . 8.
Harga absolut adalah nilai yang diwujudkan dalam rupiah sebelum dilakukan pendeflasian dengan nilai Indeks Harga Konsumen IHK
9. Harga absolut kubis di pasar lokal adalah harga bulanan kubis yang berlaku di
Kabupaten Karo yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram RpKg sebelum dilakukan pendeflasian dengan Indeks Harga Konsumen IHK.
10. Harga absolut kubis di pasar acuan adalah harga bulanan kubis yang berlaku
di Pasar Induk Medan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram RpKg sebelum dilakukan pendeflasian dengan nila Indeks Harga
Konsumen IHK.
Universitas Sumatera Utara
11. Harga riil kubis di pasar lokal adalah harga bulanan kubis yang berlaku dalam
satuan rupiah per kilogram RpKg setelah dilakukan pendeflasian dengan nilai Indeks Harga Konsumen IHK.
12. Harga riil kubis di pasar acuan adalah harga bulanan kubis yang berlaku di
Pasar Induk Tuntungan Medan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram RpKg setelah dilakukan pendeflasian dengan nilai Indeks Harga
Konsumen IHK. 13.
Harga kubis adalah harga riil kubis. 14.
IMC ˂ 1 artinya adalah semakin tinggi tingkat integrasi pasar.
15. IMC
≥ 1 artinya tingkat integrasi pasar rendah. 16.
Waktu yaitu saat berlakunya harga dihitung dalam satuan waktu. 17.
Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.
18. Integrasi secara horizontal adalah mekanisme harga pada tingkat pasar yang
sama, misalnya antar pasar desa berjalan secara serentak. 19.
Integrasi pasar secara vertikal adalah keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten dan pasar provinsi, bahkan pasar nasional.
3.6.2 Batasan operasional
1. Daerah penelitian dilakukan di Kabupaten Karo dan Pasar Induk Medan.
2. Data yang diamati adalah data sekunder harga bulanan kubis di Kabupaten
Karo dan Pasar Induk Tuntungan Medan. 3.
Waktu penelitian tahun adalah 2016.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Kabupaten Karo