Faktor Sosial-Ekonomi TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi tersebut 3. Luas pemilikan lahan ; petani yang memiliki lahan luas kemungkinan lebih mudah untuk menerima inovasi baru karena keefisienan penggunaan sarana produksi 4. Pengalaman bertani ; petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil kepetusan. Ginting.M, 2002.

2.3. Faktor Sosial-Ekonomi

Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan ide-ide baru tersebut. Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut Kartasapoetra, 1994. Universitas Sumatera Utara Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usah petani berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah Kartasapoetra, 1994. Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ditambah dengan pendapatan Rumah tangga dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dan yang cukup dalam berusaha tani. Rendahnya pendapatan menyebabkan turunnya investasi Soekartawi, 2002. Tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan inovasi baru, antara lain media elektronik TV, Radio, Telepon media cetak Surat kabar, Tabloid, Majalah dan beperginya petani keluar daerah tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memaskan usahatani mereka juga untuk mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian Fauzia dan Tampubolon, 1991. 2.4. Kerangka Pemikiran Universitas Sumatera Utara Dinas perkebunan melalui penyuluh pertanian mensosialisasikan dan memberikan pelatihan teknologi pembuatan pupuk bokashi kepada para petani cabai. Didalam mengelola usahataninya, ada petani menggunakan teknologi pupuk bokashi dan yang tidak menggunakan teknologi pupuk bokashi. Hal ini akan menimbulkan dampak yang berbeda terhadap tingkat adopsi yang diterima oleh kedua kelompok petani tersebut. Petani sebagai individu dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan kepada berbagai stimulus atau rangsangan yang berasal dari lingkungan sosialnya. Petani yang dihubungkan dalam stimulus ini adalah petani cabai yang mengikuti pelatihan dan yang tidak mengikuti pelatihan pembuatan pupuk bokashi. Salah satu dari stimulus yang diperkenalkan pada daerah penelitian adalah penggunaan pupuk bokashi dalam proses pemupukan tanaman mereka. Untuk mengukur bagaimana sikap petani terhadap inovasi baru tidaklah mudah, karena sikap merupakan suatu hal yang tertutup, dimana dalam keadaan tertentu sikap dapat ditujukkan melalui perilaku akan tetapi tidak selamanya perilaku meunjukkan sikap yang ada dalam diri seseorang. Misalnya sikap petani cabai terhadap pembuatan pupuk bokashi adalah positif namun belum tentu petani tersebut menerapkannya. Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila tingkat adopsi petani tinggi. Beberapa faktor sosial petani meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan tingkat kosmopolitan maupun faktor ekonomi petani meliputi luas lahan, jumlah tanggungan, dan total pendapatan akan mempengaruhi sikap petani terhadap teknologi pembuatan pupuk bokashi. Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Universitas Sumatera Utara Keterangan: Menyatakan Pengaruh Menyatakan Hubungan

2.5. Hipotesis Penelitian