d. Kelainan neurologis seperti : hemiparesis kelumpuhan salah satu anggota
tubuh dan bangkitan epilepsi
2.6.3. Gejala dari Hematoma intraserebral a. Hemiplegi gangguan fungsi motoriksensorik pada satu sisi tubuh
b. Papilledema pembengkakan mata serta gejala-gejala lain dari tekanan intrakranium yang meningkat
c. Arteriografi karotis dapat memperlihatkan suatu pergeseran dari arteri perikalosa ke sisi berlawanan serta gambaran cabang-cabang arteri serebri
media yang tidak normal 2.6.4. Gejala dari Fraktura basis kranii terbuka
a. Kesadaran menurun koma b. Setelah siuman sering terjadi amnesia retrograd amnesia tentang hal-hal yang
terjadi beberapa saat sampai beberapa hari sebelum dan sesudah terjadi trauma kapitis yang cukup panjang
c. Fraktur basis kranii media : keluar darah dari telinga dan liquorhe d. Fraktur basis kranii anterior : perdarahan melalui hidung dan liquorhe
biasanya jarang sembuh e. Fraktur basis kranii posterior : kesadaran menurun, tampak belakang telinga
bewarna biru
2.7. Tingkat Keparahan Trauma kapitis craniotomy
24,25
2.7.1. Pemeriksaan neurologis Tingkatderajat kesadaran merupakan indikator beratnya kerusakan otak.
Penilaian tingkatderajat kesadaran secara kualitatif seperti : samnolen, apatis, sopor,
Universitas Sumatera Utara
dan koma sulit dikomunikasikan diantara para petugas medis karena batasan dan interpretasi yang tidak tegas. Skala Koma Glasglow SKG adalah kriteria kuantitatif
yang dinyatakan dalam bentuk respon mata, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan motorik yang disusun berdasarkan sebuah studi internasional di kota
Glasglow dan diterima secara luas untuk menilai tingkatderajat kesadaran penderita Trauma kapitis.
Skala Koma Glasgow
Derajat Kesadaran Reaksi
Skore
Respon Membuka Mata E Membuka mata spontan
4 Membuka mata terhadap panggilan atas
perintah 3
Membuka mata terhadap rangsangan nyeri 2
Tidak membuka mata tidak bereaksi 1
Respon Motorik Terbaik M Mengikuti perintah
6 Melokalisasikan rangsangan nyeri
5 Menarik ekstremitas yang dirangsang
4 Sikap fleksi pada perangsangan nyeri
3 Sikap ekstensi pada perangsangan
2 Tidak ada respon motorik gerakkan
1 Respon Verbal Terbaik V
kemampuan berkomunikasi Bicara terarah orientasi baik
5 Bingung disorientasi
4 Mengucapkan kata-kata tidak dimengerti
3
Universitas Sumatera Utara
Mengeluarkan bunyi tidak jelas 2
Tidak ada suara tidak bereaksi 1
Nilai Skala Koma Glasgow berkisar 13-15 Berdasarkan SKG maka pembagian Trauma kapitis sebagai berikut :
SKG 13-15 = Trauma kapitis Ringan
SKG 9-12 = Trauma kapitis Sedang
SKG 3-8 = Trauma kapitis Berat
Jika dilakukan tindakan craniotomy dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena kerusakkan otak secara menyeluruh dapat dibatasi.
Angka kematian berkisar antara 7-15 dan prognosis sangat buruk pada penderita yang mengalami koma sebelum dilakukan tindakan operasi craniotomy.
22
2.7.2. Pemeriksaan Penunjang
11,26
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : a. Foto polos kepala
Pemeriksaan ini untuk melihat pergeseran displacement fraktur tulang tengkorak, tetapi tidak dapat menentukan ada tidaknya perdarahan
intrakranial b. CT-Scan kepala
Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat seluruh struktur anatomis kepala, dan merupakan alat yang paling baik untuk mengetahui, menentukan
lokasi dan ukuran dari perdarahan intrakranial
Universitas Sumatera Utara
c. MRI Magnetic Resonance Imaging kepala Pemeriksaan ini untuk menemukan perdarahan subdural kronik yang tidak
tampak pada CT-Scan kepala d. Angiografi
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada pasien yang mengalami hemiparesis kelumpuhan salah satu anggota tubuh dengan kecurigaan
adanya hematoma. Bila ada kelainan di dalam otak akan terlihat adanya pergeseran lokasi pembuluh darah. Pemeriksaan ini bermanfaat bila alat
CT-Scan tidak ada e. Arteriografi
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya efek massa, letak, dan luas hematoma tetapi tidak dapat menunjukkan penyebab hematoma dan
kelainan otak yang terjadi
2.8. Epidemiologi Trauma kapitis 2.8.1. Distribusi dan Frekuensi