Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL JANTUNG YANG DIRAWAT INAP DI RSU HERNA MEDAN

TAHUN 2009-2010

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 071000010 BERLINA PAKPAHAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL JANTUNG YANG DIRAWAT INAP DI RSU HERNA MEDAN

TAHUN 2009-2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 071000010 BERLINA PAKPAHAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

(4)

ABSTRAK

Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi fokus perhatian. Menurut WHO pada tahun 2001 penyakit kardiovaskuler menyumbang hampir sepertiga dari kematian global dan diperkirakan pada tahun 2020 hampir 25 juta kematian diseluruh dunia disebabkan penyakit kardiovaskuler. Dari pelaporan SIRS di Indonesia pada tahun 2007 jumlah kasus penderita gagal jantung sebanyak 57.023 dengan Case Fatality Rate (CFR) 13,42%. Di RSU Herna Medan, terdapat 172 penderita gagal jantung pada tahun 2009-2010.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita gagal jantung rawat inap di RSU Herna Medan 20090-2010 sebanyak 172 data. Sampel adalah seluruh data penderita gagal jantung rawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 sebanyak 172 data (total sampling), dilanjutkan dengan analisis statistik dengan uji chi square dan uji anova

Proporsi tertinggi pada penderita gagal jantung adalah :96,5% pada kelompok umur ≥ 40 tahun,57,6% laki-laki,70,9% batak, 59,9% Kristen protestan, 37,8% Ibu rumah tangga, 43,0% manderita gagal jantung kelas III, 79,7% menggunakan biaya sendiri sebagai sumber pembiayaan, 65,2% pulang berobat jalan. Lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung adalah 5,19 hari.

Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk semakin meningkatkan upaya pelayanan kesehatan dan pemberian informasi kepada penderita jantung yang pulang berobat jalan agar melakukan pemeriksaan rutin melengkapi sistem pencatatan direkam medik, diantaranya riwayat penyakit pasien. Penderita gagal jantung, disarankan untuk menghindari gaya hidup yang dapat memicu timbulnya gagal jantung.


(5)

ABSTRACT

Heart failure is one of the cardiovascular diseases that has been deeply concerned in medical preference. According to the WHO in 2001 cardiovascular disease accounted for nearly one third of global deaths and is estimated in 2020 nearly 25 million deaths worldwide due to cardiovascular disease. Of reporting SIRS Indonesia 2007 the number of cases as many as 57.023 patients with heart failure and case fatality rate (CFR) 13.42%. Specifically in RSU Herna Medan, there have been 172 patiens who got heart failure along 2009-2010.

This descriptive research has been designed with case series which aims to find out the characteristics of heart failure patiens in RSU Herna Medan in 2009-2010. Population refers to the total of 172 heart failure patiens in RSU Herna medan in 2009-2010. Sample refers to total sampling used in this reseach which are all of the 172 heart failure patients in RSU Herna Medan in 2009-2010. Inn the statistic analysis phase, this research uses chi-square test and anova test.

The highhest proportion of the heart failure patiens: 96,5% are age group ≥ 40 years old , 57,6% are male, 70,9% are come from batak tribe, 59,9% are chistian, 37,8% are housewife,75,6% come from of medan, 43,0% suffer for third heart failure, 79,7% are awn expense, and 65,2% are becoming outpatient. Average length if stay 5,19 day.

It would be advisable for RSU herna Medan to improve the service and providing information to patients with heart failure outpatient returning to conduct routine examinations, complete medical record system such mutilations patient's disease history. Patients with heart failure suggest avoiding lifestyle that can lead to heart failure.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Berlina Pakpahan

Tempat/ Tanggal Lahir : Parsorminan, 26 Februari 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 7 dari 8 bersaudara

Alamat Rumah : Parsorminan, Kec. Pangaribuan, Tapanuli Utara Riwayat Pendidikan

Tahun 1995-2001 : SD Negeri No 174584 Parsorminan Tahun 2001-2004 : SMP Negeri 2 Pangaribuan

Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 1 Tahun 2007-2011 : FKM USU Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010” yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU 3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu drh. Rasmaliah M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dr.Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

7. Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Direktur RSU Herna Medan, Ibu Kepala Bagian Rekam Medik RSU Herna Medan beserta seluruh staf yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

9. Orang tuaku tercinta (Afternun Pakpahan dan Mayan Simatupang) yang telah memberikan motivasi dan dukungan doa kepada penulis dan juga kepada saudara-saudaraku terkasih; Sirma, Verry, Sukma, Dewi, Marni, Mardiana, dan Mitra atas kasih sayang, perhatian, dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman akrab (Lia,Margaret, May, Arda, Ester,dll) yang telah memberikan semangat dan dukungan doa kepada penulis dalam menyesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman peminatan epidemiologi yang telah banyak memberikan semangat

dan motivasi serta berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Desember 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman pengesahan. ... … i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat hidup ... iv

Kata pengantar ... v

Daftar isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar gambar... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jantung ...7

2.1.1. Anatomi Jantung ... 7

2.1.2. Siklus Jantung ... 8

2.1.3. Curah Jantung ... 9

2.1.4. Denyut Jantung dan Daya Pompa Jantung ... 9

2.2. Definisi Gagal Jantung ... 10

2.3. Patofisiologi Gagal Jantung ... 10

2.4. Klasifikasi Gagal Jantung ... 13

2.4.1. Klasifikasi Berdasarkan Manifestasi Klinis ... 13

2.4.2. Klasifikasi Berdasarkan Kemampan Fungsional ... 14

2.5.Gejala Gagal Jantung ... 15

2.6.Epidemiologi Gagal Jantung ... 17

2.6.1. Distribusi Frekuensi Gagal Jantung ... 17

2.6.2. Faktor resiko Gagal jantung ... 18

2.7. Pencegahan Gagal Jantung ... 22

2.7.1. Pencegahan Primordial ... 22

2.7.2. Pencegahan Primer ... 22

2.7.3. Pencegahan Sekunder ... 22


(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 31

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2.1. Lokasi penelitian... 31

4.2.2. Waktu Penelitian... 31

4.3. Populasi dan Sampel ... 31

4.3.1. populasi ... 31

4.3.2. Sampel ... 31

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 32

4.5. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data ... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

5.2. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sosiodemografi ... 34

5.3. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Klasifikasi gagal jantung ... 36

5.4. Distribusi Proporsi Penderita Gagal jantung Berdasarkan Riwayat Penyakit sebelumnya ... 36

5.5. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sumber Pembiayaan ... 37

5.6. Lama Rawatan Rata-Rata Gagal Jantung ... 37

5.7. Distribusi Proporsi GagaL Jantung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 38

5.8. Analisis Statistik ... 38

5.8.1. UmurBerdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung... 38

5.8.2. Jenis Kelamin Berdasarakn Klasifikasi Gagal Jantung ... 39

5.8.3. Sumber Pembiayaan Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung ... 40

5.8.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung ... 41

5.8.5 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 42


(11)

5.8.6. Klsifikasi Gagal Jantung Berdasaran Keadaan

Sewaktu Pulang ... 43

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sosiodemografi ... 44

6.1.1. Umur ... 44

6.1.2. Jenis Kelamin ... 45

6.1.3. Suku ... 47

6.1.4. Agama ... 48

6.1.5. Pekerjaan ... 49

6.1.6. Tmpat Tinggal ... 50

6.2. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung ... 51

6.3. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sumber Pembiayaan ... 52

6.4. Lama Rawtan Rata-Rata Penderita Gagal Jantung ... 53

6.5. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 54

6.6. Analisis Statistik ... 56

6.6.1. UmurBerdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung... 56

6.6.2. Jenis Kelamin Berdasarakn Klasifikasi Gagal Jantung ... 57

6.6.3. Sumber Pembiayaan Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung ... 59

6.6.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung ... 60

6.6.5 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung ... 62

6.6.6. kalsifikasi gagal jantung berdasaran keadaan sewaktu pulang ... 63

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 65

7.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

ABSTRAK

Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi fokus perhatian. Menurut WHO pada tahun 2001 penyakit kardiovaskuler menyumbang hampir sepertiga dari kematian global dan diperkirakan pada tahun 2020 hampir 25 juta kematian diseluruh dunia disebabkan penyakit kardiovaskuler. Dari pelaporan SIRS di Indonesia pada tahun 2007 jumlah kasus penderita gagal jantung sebanyak 57.023 dengan Case Fatality Rate (CFR) 13,42%. Di RSU Herna Medan, terdapat 172 penderita gagal jantung pada tahun 2009-2010.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita gagal jantung rawat inap di RSU Herna Medan 20090-2010 sebanyak 172 data. Sampel adalah seluruh data penderita gagal jantung rawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 sebanyak 172 data (total sampling), dilanjutkan dengan analisis statistik dengan uji chi square dan uji anova

Proporsi tertinggi pada penderita gagal jantung adalah :96,5% pada kelompok umur ≥ 40 tahun,57,6% laki-laki,70,9% batak, 59,9% Kristen protestan, 37,8% Ibu rumah tangga, 43,0% manderita gagal jantung kelas III, 79,7% menggunakan biaya sendiri sebagai sumber pembiayaan, 65,2% pulang berobat jalan. Lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung adalah 5,19 hari.

Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk semakin meningkatkan upaya pelayanan kesehatan dan pemberian informasi kepada penderita jantung yang pulang berobat jalan agar melakukan pemeriksaan rutin melengkapi sistem pencatatan direkam medik, diantaranya riwayat penyakit pasien. Penderita gagal jantung, disarankan untuk menghindari gaya hidup yang dapat memicu timbulnya gagal jantung.


(13)

ABSTRACT

Heart failure is one of the cardiovascular diseases that has been deeply concerned in medical preference. According to the WHO in 2001 cardiovascular disease accounted for nearly one third of global deaths and is estimated in 2020 nearly 25 million deaths worldwide due to cardiovascular disease. Of reporting SIRS Indonesia 2007 the number of cases as many as 57.023 patients with heart failure and case fatality rate (CFR) 13.42%. Specifically in RSU Herna Medan, there have been 172 patiens who got heart failure along 2009-2010.

This descriptive research has been designed with case series which aims to find out the characteristics of heart failure patiens in RSU Herna Medan in 2009-2010. Population refers to the total of 172 heart failure patiens in RSU Herna medan in 2009-2010. Sample refers to total sampling used in this reseach which are all of the 172 heart failure patients in RSU Herna Medan in 2009-2010. Inn the statistic analysis phase, this research uses chi-square test and anova test.

The highhest proportion of the heart failure patiens: 96,5% are age group ≥ 40 years old , 57,6% are male, 70,9% are come from batak tribe, 59,9% are chistian, 37,8% are housewife,75,6% come from of medan, 43,0% suffer for third heart failure, 79,7% are awn expense, and 65,2% are becoming outpatient. Average length if stay 5,19 day.

It would be advisable for RSU herna Medan to improve the service and providing information to patients with heart failure outpatient returning to conduct routine examinations, complete medical record system such mutilations patient's disease history. Patients with heart failure suggest avoiding lifestyle that can lead to heart failure.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti; jantung, tumor, diabetes, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Demikian juga dengan pola penyakit penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif).

Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit pada masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris menuju masyarakat industri banyak memberi andil terhadap pola perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi, yang pada gilirannya dapat memicu Penyakit Tidak Menular (PTM).

1

Pola penyebab kematian di Indonesia menunjukkan peningkatan proporsi kematian disebabkan penyakit tidak menular. Bila dibandingkan hasil SKRT 1995 dengan Riskesdas 2007 dapat dilihat bahwa proporsi kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat sedangkan proporsi penyakit menular semakin menurun.


(15)

Proporsi kematian akibat penyakit menular di Indonesia dalam 12 tahun telah menurun sepertigannya dari 44% menjadi 28% dan proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 42% menjadi 60%.

Dari sepuluh penyebab utama kematian, dua diantaranya penyakit kardiovaskuler dan stroke merupakan penyakit tidak menular. Keadaan ini terjadi di dunia, baik di negara maju maupun di negara ekonomi rendah menengah.

3

Gangguan kardiovaskuler merupakan gangguan kesehatan yang menunjukkan trend semakin meningkat. Bahkan di banyak negara penyakit kardiovaskuler sudah menjadi salah satu penyebab kematian utama pada orang dewasa.

2

4

Pada tahun 2001 penyakit cardiovaskuler menyumbang hampir sepertiga dari kematian global. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 hampir 25 juta kematian di seluruh dunia diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler.5 Dari hasil riskesdas 2007 di Sumatera Utara penyakit jantung menempati peringkat kedua dari sepuluh penyakit tidak menular dengan prevalensi 6,98%.

Dalam Framingham Heart Study, gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi fokus perhatian.

1

6

Sekitar 550.000 kasus baru gagal jantung di Amerika Serikat didiagnosa tiap tahunnya.7 Menurut laporan American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa prevalensi gagal jantung di Amerika Serikat pada tahun 2005 sebesar 2,5% yaitu 2,8% pada laki-laki dan 2,2% pada perempuan kemudian pada 2006 mengalami peningkatan menjadi 2,6% yaitu 3,1% pada laki-laki dan 2,1% pada perempuan dengan jumlah kematian akibat gagal jantung 282.800 orang.8,9


(16)

Menurut survey kesehatan di Wales pada tahun 2008, prevalensi gagal jantung penduduk Wales sebesar 20 per 100.000 pada laki-laki dan 10 per 100.000 pada perempuan.10 Menurut studi Remes et al (2003) di Finlandia tahun 1992 insiden gagal jantung sebesar 100-400 per 100.000 penduduk. Dan menurut studi Cowie et al (2003) di London insiden gagal jantung pada tahun 1999 sebesar 200 per 100.000 penduduk.

Di Australia, gagal jantung menempati peringkat kesepuluh dari seluruh penyebab kematian pada tahun 2005 dengan Cause Spesific Death Rate (CSDR) sebesar 11 per 100.000 penduduk dimana pada laki-laki 8,30 per 100.000 orang dan pada perempuan 13,60 per 100.000 orang.

11

12

Sementara itu di Vietnam pada tahun 2003 gagal jantung menempati peringkat kedelapan dari seluruh penyebab kematian dengan Cause Spesific Death Rate (CSDR) sebesar 1 per 100.000 penduduk.

Hasil Pencatatan Dan Pelaporan Rumah Sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit) di Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa gagal jantung merupakan kasus ketiga terbanyak dari seluruh penyakit jantung dengan jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan sebanyak 38.438 orang dengan proporsi 9,88% dan kunjungan rawat inap sebanyak 18.585 orang dengan proporsi 18,23% sedangkan Case Fatality Rate (CFR) 13.420 per 100.000.

13

Data di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita (RSJHK) menunjukkan peningkatan penderita gagal jantung yaitu dari 30 pasien per hari pada tahun 1999, meningkat menjadi 600 orang per hari pada tahun 2000. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa ada 100 per 100.000


(17)

penduduk di Indonesia yang mengalami gagal jantung. Jumlah tersebut meningkat tajam pada tahun 2000 menjadi 3.000 per 100.000 penduduk.

Menurut penelitian Gusrida (2001) di Rumah Sakit Haji Medan, pada tahun 1997 jumlah penderita gagal jantung rawat inap sebesar 23 orang dengan proporsi 0,51%, pada tahun 1998 sebanyak 21 orang dengan proporsi 0,46%, pada tahun 1999 sebanyak 34 orang dengan proporsi 0,74% dan pada tahun 2000 meningkat manjadi 44 orang dengan proporsi 0,91%.

14

Hasil survei awal yang dilakukan di RSU Herna Medan diketahui bahwa jumlah penderita gagal jantung yang dirawat inap tahun 2009 adalah sebanyak 97 orang dan pada tahun 2010 sebanyak 75 orang. Berdasarkan data di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita gagal jantung yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Herna pada tahun 2009-2010.

15

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita gagal jantung yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Herna Medan tahun 2009-2010

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita gagal jantung yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010.


(18)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan dan tempat tinggal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan klasifikasi gagal jantung.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan sumber pembiayaan.

d. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan klasifikasi gagal jantung.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan klasifikasi gagal jantung.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi sumber pembiayaan berdasarkan klasifikasi gagal jantung.

i. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan klasifikasi gagal jantung.

j. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

k. Untuk mengetahui distribusi proporsi klasifikasi gagal jantung berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Rumah Sakit Umum Herna Medan dalam upaya perencanaan untuk pelayanan pengobatan gagal jantung. 1.4.2 Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan gagal jantung.

1.4.3 Menambah wawasan penulis tentang permasalahan gagal jantung dan sarana menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jantung

2.1.1 Anatomi Jantung

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.16


(21)

Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis, sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh.

Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh.

17

Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium.

18

18

2.1.2 Siklus jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sistolik atrial dan relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama kontraksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasinya selama 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek,sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik.


(22)

Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.16

2.1.3 Curah jantung

Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per menit. Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu. Jumlah darah yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut volume sekuncup. Dengan demikian curah jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit.16 Umumnya pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan. Jumlah darah yang tertinggal ini dinamakan volume residu. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan istirahat lebih kurang 5 liter dan dapat meningkat atau menurun dalam berbagai keadaan.18

2.1.4 Denyut Jantung dan Daya pompa Jantung

Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh sistem parasimpatis dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung sekitar 60 hingga 80 denyut per menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan, tekanan darah, emosi, cara hidup dan umur. Pada waktu banyak pergerakan, kebutuhan oksigen (O2) meningkat dan pengeluaran

karbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga kecepatan jantung bisa mencapai


(23)

darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga tidak teradi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.17

2.2 Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung adalah keadaan fatofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gangguan fungsi jantung ditinjau dari efek-efeknya terhadap perubahan 3 penentu utama dari fungsi miokardium yaitu freeload (beban awal) yaitu derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel atau diastolik. Afterload (beban akhir) yaitu besarnya tegangan dinding ventrikel yag harus dicapai selama sistol untuk memompa darah. Kontraktilitas miokardium yaitu perubahan kekuatan kontraksi.19

2.3 Patofisiologi gagal jantung

Bila jantung tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa yang mengakibatkan terjadinya gagal jantung. Pada kebanyakan penderita gagal jantung disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik ditemukan bersama.17 Pada disfungsi sistolik kekuatan kontraksi ventrikel kiri terganggu sehingga ejeksi darah berkurang, menyebabkan curah jantung berkurang. Pada disfungsi diastolik relaksasi dinding ventrikel terganggu sehingga pengisian darah berkurang menyebabkan curah jantung berkurang.20 Gangguan kemampuan jantung sebagai pompa tergantung pada


(24)

bermacam-macam faktor yang saling terkait. Menurunnya kontraktilitas miokard memegang peran utama pada gagal jantung.21 Bila terjadi gangguan kontraktilitas miokard atau beban hemodinamik berlebih diberikan pada ventrikel normal, maka jantung akan mengadakan sejumlah mekanisme untuk meningkatkan kemampuan kerjannya sehingga curah jantung dan tekanan darah dapat dipertahankan.22 Adapun mekanisme kompensasi jantung yaitu:

2.3.1 Peningkatan Aktivitas Adrenergik Simpatis

Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatis kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis merangsang pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat secara maksimal untuk mempertahankan curah jantung.17 Selain itu terjadi vasokonstriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ-organ yang rendah metabolismenya (seperti kulit dan ginjal) agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan. Jantung akan semakin bergantung pada katekolamin yang beredar dalam sirkulasi untuk mempertahankan kerja ventrikel.18

2.3.2 Aktivasi Rennin-Angiotensin-Aldosteron

Aktivasi Rennin-Angiotensin-Aldosteron (RAA) bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah, keseimbangan cairan dan elektrolit. Renin merupakan suatu enzim yang sebagian besar berasal dari jaringan ginjal.23


(25)

Sekresi rennin akan menghasilkan angiotensin II (Ang II), yang mamiliki 2 efek utama yaitu sebagai vasokonstriktor kuat dan sebagai perangsang produksi aldosteron di korteks adrenal. Efek vasokonstriksi oleh aktivitas simpatis dan Ang II akan meningkatkan beban awal (preload) dan beban akhir (afterload) jantung, sedangkan aldosteron menyebabkan retensi air dan natrium yang akan menambah peningkatan preload jantung. Tekanan pengisian ventrikel (preload) yang meningkat akan meningkatkan curah jantung.20

2.3.3 Hipertropi Miokardium dan Dilatasi Ventrikel

Jika ventrikel tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh maka darah yang tinggal dalam ventrikel kiri akan lebih banyak pada akhir diastole. Oleh karena itu kekuatan untuk memompa darah pada denyut berikutnya akan lebih besar. Jantung akan melakukan kompensasi untuk meningkatkan curah jantung yang berkurang berupa hipertropi miokardium yaitu pembesaran otot-otot jantung sehingga dapat membuat kontraksi lebih kuat dan dilatasi atau peningkatan volume ventrikel untuk meningkatkan tekanan dinding ventrikel.24 Jika penyakit jantung berlanjut, maka diperlukan peningkatan kompensasi untuk menghasilkan energi dalam memompa darah, hingga pada suatu saat kompensasi tidak lagi efektif untuk menghasilkan kontraksi yang lebih baik dan jantung akan gagal melakukan fungsinya.25


(26)

2.4 Klasifikasi Gagal Jantung

2.4.1 Gagal Jantung Berdasarkan Manisfetasi Klinis a. Gagal Jantung Kiri dan Gagal Jantung Kanan

Gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan dapat terjadi secara tersendiri karena pemompaan ventrikel yang terpisah satu dengan yang lain. Gagal jantung kiri dapat terjadi akibat disfungsi ventrikel kiri yang tidak mampu memompakan darah. Peningkatan tekanan atrium kiri meningkatkan tekanan vena pulmonalis sehingga menyebabkan edema paru yang pada akhirnya dapat mengakibatkan sesak napas, batuk, dan kadang hemoptisis. Gagal jantung kanan terjadi akibat disfungsi ventrikel kanan yang tidak mampu menangani pengembalian darah dari sirkulasi sistemik dan pada akhirnya dapat mengakibatkan edema perifer karena darah terbendung dan kembali ke dalam sirkulasi sistematis.26 Gangguan pada salah satu fungsi ventrikel dapat menghambat fungsi ventrikel yang lain dimana volume darah yang dipompa dari masing-masing ventrikel bergantung pada volume darah yang diterima oleh ventrikel tersebut.

b. Gagal Jantung High Output dan Low Autput 17,

Apabila curah jantung normal atau melebihi normal tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akan darah teroksigenasi disebut gagal jantung high output. Tanda khas dari gagal jantung high output adalah mudah lelah dan lemah.

Apabila curah jantung menurun di bawah nilai normal disebut gagal jantung low output. Tanda khas dari gagal jantung low output adalah edema karena terjadi aliran balik darah akibat gagal ventrikel.26


(27)

c. Gagal Jantung Akut dan Kronik

Gagal jantung akut disebabkan bila pasien secara mendadak mengalami penurunan curah jantung dengan gambaran klinis dispnea, takikardia serta cemas, pada kasus yang lebih berat penderita tampak pucat dan hipotensi.27 Sedangkan gagal jantung kronik terjadi jika terdapat kerusakan jantung yang disebabkan oleh iskemia atau infark miokard, hipertensi, penyakit jantung katup dan kardiomiopati sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung secara bertahap.

d. Gagal jantung Forward dan backward

28

Gagal jantung forward terjadi oleh karena suplai darah tidak cukup ke aorta. Rasa lelah terutama sewaktu melakukan pekerjaan adalah gejala yang khas pada gagal jantung forward. Gagal jantung backward terjadi apabila ventrikel kiri tidak mampu memompakan darah yang datang dari vena vulmonalis dan atrium kiri sehingga terjadi pengisian yang berlebihan di paru-paru. Gagal jantung backward biasanya mangakibatkan edema paru.

2.4.2 Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kemampuan fungsional 2

Gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) diklasifikasikan menjadi:

22

a. Kelas I

Penderita gagal jantung yang tidak ada pembatasan aktivitas fisik. b. Kelas II

Penderita gagal jantung yang dikategorikan ringan dengan sedikit batasan aktivitas fisik karena akan timbul gejala pada saat melakukan aktivitas tetapi nyaman pada saat istrahat.


(28)

c. Kelas III

Penderita gagal jantung yang dikategorikan sedang dengan adanya batasan aktivitas fisik bermakna karena akan timbul gejala pada saat melakukan aktivitas ringan.

d. Kelas IV

Penderita gagal jantung yang dikategorikan berat dimana penderita tidak mampu melakukan aktivitas fisik karena gejala sudah dirasakan pada saat istrahat.

2.5 Gejala Gagal Jantung

Beberapa gejala atau keluhan yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung adalah;

2.5.1 Dispnea

Dispnea atau perasaan sulit benapas pada saat beraktivitas merupakan manisfetasi gagal jantung yang paling umum.18 Dispnea diakibatkan karena terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli serta meningkatnya tahanan aliran udara.24

2.5.2 Ortopnea

Yaitu kesulitan bernafas apabila berbaring telentang. Ortopnea disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari bagian-bagian tubuh ke jantung dan paru-paru. Penurunan kapasitas vital paru-paru merupakan suatu faktor penyebab yang penting.18


(29)

2.5.3 Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND)

Yaitu dispnea yang timbul secara tiba-tiba pada saat tidur. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) terjadi karena akumulasi cairan dalam paru ketika sedang tidur dan merupakan manifestasi spesifik dari gagal jantung kiri.

18

2.5.4 Batuk

Penderita gagal jantung dapat mengalami keluhan batuk pada malam hari, yang diakibatkan bendungan pada paru-paru, terutama pada posisi berbaring.17 Batuk yang terjadi dapat produktif, tetapi biasanya kering dan pendek. Hal ini bisa terjadi karena bendungan mukosa bronkial dan berhubungan dengan adanya peningkatan produksi mukus.

2.5.5 Rasa mudah lelah 18

Penderita gagal jantung akan merasa lelah melakukan kegiatan yang biasanya tidak membuatnya lelah. Gejala mudah lelah disebabkan kurangnya perfusi pada otot rangka karena menurunya curah jantung.18 Kurangnya oksigen membuat produksi adenisin tripospat (ATP) sebagai sumber energy untuk kontaksi otot berkurang. Gejala dapat diperberat oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat disertai kegelisahan dan kebingungan.24

2.5.6 Gangguan pencernaan

Gagal jantung dapat menimbulkan gejala-gejala berupa gangguan pada pencernaan seperti kehilangan napsu makan (anoreksia), perut kembung, mual dan nyeri abdomen yang disebabkan oleh kongesti pada hati dan usus.18 Gejala ini bisa diperburuk oleh edema organ intestinal, yang bisa menyertai peningkatan menahun dalam tekanan vena sistemik.29


(30)

2.5.7 Edema (pembengkakan)

Pada penderita gagal jantung dapat ditemukan edema, misalnya pada pergelangan kaki. Edema kaki dapat terjadi pada venderuta yang mengalami kegagalan ventrikel kanan.17

2.6Epidemiologi Gagal Jantung

2.6.1 Distribusi Frekuensi Gagal Jantung

Di Amerika serikat gagal jantung merupakan penyakit yang cepat pertumbuhnnya. Pada tahun 2006, prevalensi gagal jantung di Amerika Serikat sebesar 2,6 % dimana 3,1% pada laki-laki dan 2,1% pada perempuan.

Di Eropa (2005) prevalensi gagal jantung sebesar 2-2,5% pada semua umur, dan pada usia diatas 80 tahun prevalensi gagal jantung >10%.

8

Di London (1999) sekitar 1,3 per 1.000 penduduk pada semua umur mengalami gagal jantung dan 7,4 per 1.000 penduduk pada usia 75 keatas.11 Di Wales (2008), insidens gagal jantung pada laki-laki sebesar 10 per 1.000 pada usia 45-54 tahun, 20 per 1.000 pada usia 55-64 tahun, 40 per 1.000 pada usia 65-74 tahun, 90 per 1.000 pada usia > 75 tahun dan pada semua umur yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 20 per 1.000 orang. Insidens gagal jantung pada perempuan 10 per 1.000 pada usia 55-64 tahun, 20 per 1.000 pada usia 65-74 tahun, 60 per 1.000 pada usia > 75 tahun dan pada semua umur yang berjenis kelamin perempuan sebesar 10 per 1.000 orang.

Di Indonesia pada tahun 2007 jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan sebanyak 38.438 orang dengan proporsi 9,88% dan kunjungan rawat inap sebanyak


(31)

18.585 orang dengan proporsi 18,23% sedangkan Case Fatality Rate (CFR) 13.420 per 100.000.

Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, jumlah penderita gagal jantung yang dirawat inap pada tahun 2000 sebanyak 75 orang, kemudian meningkat pada tahun 2001 menjadi 114 orang,dan meningkat lagi pada tahun 2002 menjadi 155 orang.

3

2.6.2 Faktor resiko

30

a. Umur

Umur berpengaruh terhadap kejadian gagal jantung walaupun gagal jantung dapat dialami orang dari berbagai golongan umur tetapi semakin tua seseorang maka akan semakin besar kemungkinan menderita gagal jantung karena kekuatan pembuluh darah tidak seelastis saat muda dan juga timbulnya penyakit jantung yang lain pada usia lanjut yang merupakan faktor resiko gagal jantung.27 Menurut penelitian Siagian di Rumah Sakit Haji Adam Malik (2009) proporsi penderita gagal jantung semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia yaitu 9,6% pada usia ≤ 15 tahun, 14,8% pada usia 16-40 tahun dan 75,6% pada usia >40 tahun.

b. Jenis kelamin

31

Pada umumnya laki-laki lebih beresiko terkena gagal jantung daripada perempuan. Hal ini disebabkan karena perempuan mempunyai hormon estrogen yang berpengaruh terhadap bagaimana tubuh menghadapi lemak dan kolesterol. Menurut menurut panelitian Whelton dkk di Amerika (2001) laki-laki mamiliki resiko relatif sebesar 1,24 kali (P=0,001) dibandingkan dengan perempuan untuk terjadinya gagal jantung.32


(32)

c. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner dalam Framingham study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung 46% pada laki-laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung.27 Menurut Whelton dkk di amerika (2001) penyakit jantung koroner memiliki resiko reatif sebesar 8,11 (P=0,001) untuk terjadinya gagal jantung.

d. Hipertensi 32

Hipertensi merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tekanan darah yang tinggi terus-menerus. Ketika tekanan darah terus di atas 140/80, jantung akan semakin kesulitan memompa darah dengan efektif dan setelah waktu yang lama, risiko berkembangnya penyakit jantung meningkat. Penurunan berat badan, pembatasan konsumsi garam, dan pengurangan alkohol dapat membantu memperoleh tekanan darah yang menyehatkan.35 Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Ekokardiografi yang menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan perkembangan gagal jantung.27 Menurut Whelton dkk di amerika (2001) hipertensi memiliki resiko reatif sebesar 1,4 (P=0,001) untuk terjadinya gagal jantung.32


(33)

e. Penyakit katup jantung

Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik. Penyebab utama terjadinya gagal jantung adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regurgitasi mitral dan regurgitasi aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan afterload).27 Menurut Whelton dkk di amerika (2001) penyakit katup jantung memiliki risiko relatif sebesar 1,46 (P=0,001) untuk terjadinya gagal jantung.

f. Penyakit Jantung Bawaan 32

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.33 Penyakit jantung bawaan bisa terdiagnosis sebelum kelahiran atau sesaat setelah lahir, selama masa anak-anak, atau setelah dewasa. Penyakit jantung bawaan dengan adanya kelainan otot jantung akan mengarah pada gagal jantung.

g. Penyakit Jantung Rematik

34

Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan, atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik. Demam rematik akut dapat mneyebabkan peradangan pada semua lapisan jantung. Peradangan endokardium biasanya mengenai endotel katup, dan erosi pinggir daun katup Bila miokardium


(34)

terserang akan timbul nodular yang khas pada dinding jantung sehingga dapat menyebabkan pembasaran jantung yang berakhir pada gagal jantung.

h. Aritmia

16

Aritmia adalah berkurangnya efisiensi jantung yang terjadi bila kontraksi atrium hilang (fibrilasi atrium, AF). Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi.

i. Kardiomiopati

27

Kardiomiopati merupakan penyakit pada otot jantung yang bukan disebabkan oleh penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung kongenital, ataupun penyakit katup jantung. Kardiomiopati ditandai dengan kekakuan otot jantung dan tidak membesar sehingga terjadi kelainan fungsi diastolik (relaksasi) dan menghambat fungsi ventrikel.

j. Merokok dan Konsumsi Alkohol 27

Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko penyakit jantung. Merokok mempercepat denyut jantung, merendahkan kemampuan jantung dalam membawa dan mengirimkan oksigen,menurunkan level HDL-C (kolesterol baik) di dalam darah, serta menyebabkan pengaktifan platelet, yaitu sel-sel penggumpalan darah. Pengumpalan cenderung terjadi pada arteri jantung, terutama jika sudah ada endapan kolesterol di dalam arteri.

Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi).


(35)

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot jantung alkoholik). Alkohol menyebabkan gagal jantung 2 – 3% dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan defi1siensi tiamin. Obat-obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung. Obat kemoterapi seperti doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.27

2.7 Pencegahan gagal jantung 2.7.1 Pencegahan primordial

2

Pencegahan primordial ditujukan pada masyarakat dimana belum tampak adanya resiko gagal jantung. upaya ini bertujuan memelihara kesehatan setiap orang yang sehat agar tetap sehat dan terhindar dari segala jenis penyakit termasuk penyakit jantung. cara hidup sehat merupakan dasar pencegahan primordial penyakit gagal jantung seperti mengkomsumsi makanan sehat, tidak merokok, berolah raga secara teratur, meghindari stress, seta memelihara lingkungan hidup yang sehat.

2.7.2 Pencegahan Primer

Pencegahan primer ditujukan pada masyarakat yang sudah menunjukkan adanya faktor risiko gagal jantung. Upaya ini dapat dilakukan dengan membatasi komsumsi makanan yang mengandung kadar garam tinggi, mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi, mengontrol berat badan dengan membatasi kalori dalam makanan sehari-hari serta menghindari rokok dan alkohol.


(36)

2.7.3 Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan pada orang yang sudah terkena gagal jantung bertujuan untuk mencegah gagal jantung berlanjut ke stadium yang lebih berat. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan diagnosa gagal jantung,tindakan pengobatan denagn tetap mempertahankan gaya hidup dan mengindari faktor resiko gagal jantung.

a. Diagnosis gagal jantung a.1. Anamnesis

Anamnesis merupakan cara untuk mendapatkan keterangan dan data klinis tentang keadaan penyakit pasien melalui tanya jawab. Keluhan pasien merupakan gejala awal gagal jantung. Pengambilan anamnese secara teliti penting untuk mendeteksi gagal jantung.21

Rontgen toraks dapat menunjukkan adanya pembesaran ukuran jantung (kardiomegali) yang ditandai dengan peningkatan diameter tranversal lebih dari 15,5 cm pada pria dan lebih 14,5 cm pada wanita, hipertensi vena, atau edema paru.

a.2. Rontgen toraks

a.3. Elektrokardiografi

22

Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar pasien (80-90%), antara lain:

23

k. Gelombang Q yang menunjukkan adanya infark miokard dan kelainan gelombang ST-T menunjukkan adanya iskemia miokard.

ii. LBBB (left bundle branch block), kelainan ST-T dan pembesaran atrium kiri menunjukkan adanya disfungsi bilik kiri


(37)

iii. LVH (left ventricular hypertrophy) dan inverse gelombang T menunjukkan adannya stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi

iv. Aritmia jantung

a.4. Ekokardiografi

Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung.Ekokardiografi dua dimensi M-mode dan Doppler bisa memperlihatkan fungsi ventrikel (sistolik dan diastolik), gerakan struktur jantung, penyakit miokard dan katup.

a.5. Tes latihan fisik 22

Tes latihan fisik sering dilakukan untuk menilai adanya iskemia miokard dan pada beberapa kasus untuk mengukur konsumsi oksigen maksimum (VO2 maks), yaitu

kadar dimana konsumsi oksigen lebih lanjut. VO2 maks merupakan kadar dimana

konsumsi oksigen lebuh lanjut tidak akan meningkat meskipun terdapat peningkatan latihan lebih lanjut. VO2 maks menunjukkan batas toleransi latihan aerobik dan sering

menurun pada gagal jantung.

a.6. Kateterisasi jantung 22

Kateterisasi jantung dilakukan pada semua gagal jantung yang penyebabnya belum diketahui. Dengan kateterisasi jantung maka dapat diketahui besar tekanan ruang-ruang jantung dan pembuluh darah serta penentuan besarnya curah jantung.

a.7. Pencitraan radionukleotida

18

Merupakan metode pemeriksaan untuk menilai fungsi ventrikel dan sangat berguna apabila citra yang memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh.22


(38)

b. Terapi non-farmakologik meliputi: b.1. Diet

20

Pasien gagal jantung dengan obesitas harus diberi diet yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid darah darah dan berat badannya. Asupan NaCl harus dibatasi menjadi 2-3 gr/ hari untuk gagal jantung ringan atau < 2 gr/hari untuk gagal jantung berat.

b.2. Merokok harus dihentikan. b.3. Aktifitas Fisik

Olahraga yang teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan untuk pasien gagal jantung yang stabil (NYHA kleas II-III) dengan intensitas yang nyaman bagi pasien.

b.4. Istirahat

Istirahat dianjurkan untuk gagal jantung akut atau tidak stabil (NYHA kelas IV).

c. Terapi Farmakologi atau Pengobatan

c.1. Diuretik digunakan untuk mengendalikan retensi natrium dan air. Furosemid 40 mg/hari atau bumetamid 1 mg/hari biasanya efektif.

20

c.2. Inhibitor ACE dapat menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, menimbulkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.

c.3. Bloker β seperti bisoprolol, karvedilol yang dimulai dari dosis yang sangat rendah dan bisa ditambahkan untu k menurunkan aktivitas simpatis yang berlebihan dan mendorong remodeling otot jantung.

c.4 Digoksin diindikasikan untk mengendalikan fibrilasi atrium yang terjadi bersamaan.


(39)

d. Tranplantasi jantung

Jika pasien tidak lagi berespon terhadap semua tindakan teraupik dan diperkirakan tidak akan bertahan hidup selama 1 tahun lagi, maka pasien ini akan dipertimbangkan cangkok jantung atau tranplantasi jantung. Sejak adanya skrining donor jantung yang lebih cermat, maka harapan hidup pasien yang menjalani transplantasi jantung sangat meningkat. Pada beberapa pusat kesehatan harapan hidup 1 tahun telah mencapai lebih 80-90% dan harapan hidup 5 tahun sekitar 70%.

36

2.7.4 Pencegahan tersier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat atau kematian akibat gagal jantung. Upaya yang dilakukan dapat berupa latihan fisik yang teratur untuk memperbaiki fungsional pasien gagal jantung.


(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Gagal Jantung

1. Sosiodemografi Umur

Jenis kelamin Suku

Agama Pekerjaan Tempat tinggal 2. Klasifikasi gagal jantung 3. Riwayat Penyakit Sebelumnya 4. Sumber pembiayaan

5. Lama rawatan rata-rata 6. Keadaan sewaktu pulang

3.2 Defenisi Operasional

3.2.1 Penderita gagal jantung adalah semua pasien yang dinyatakan menderita gagal jantung berdasarkan diagnosa dokter sesuai dengan yang tercacat di kartu status. 3.2.2 Sosiodemografi

a. Umur adalah umur penderita gagal jantung sesuai yang tercacat pada kartu status, yang dikategorian menjadi :

1. <40 tahun 2. ≥40 tahun

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita gagal jantung sesuai dengan yang tercacat di kartu status, dikategorikan menjadi :

1.Laki-laki 2.Perempuan


(41)

c. Suku adalah etnik penderita gagal jantung sesuai dengan yang tercacat pada kartu status, dikategorikan menjadi :

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Tionghoa 5. lain-lain

d. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita gagal jantung sesuai dengan yang tercacat pada kartu status, dikategorikan menjadi :

1. Islam

2. Kristen protestan 3. Kristen katolik 4. Budha

5. Hindu

e. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita untuk memenuhi kebutuhan hidup, sesuai dengan yang tercacat pada kartu status, dikategorikan menjadi :

1. PNS/TNI/BUMN/Pensiunan 2. Pegawai swasta

3. Wiraswasta 4. Petani

5. Ibu rumah tangga 6. Pelajar/ mahasiswa 7. Lain-lain

f. Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita gagal jantung tinggal menetap sesuai dengan yang tercacat pada kartu status, dikategorikan menjadi :

1. Kota Medan 2. Luar kota Medan


(42)

3.2.3 Klasifikasi gagal jantung adalah pembagian gagal jantung berdasarkan kemampuan fungsional gagal jantung (Menurut New York Heart Association), dikategorikan menjadi:

1. Gagal jantung kelas I adalah penderita gagal jantung yang tidak merasakan gejala sewaktu beraktivitas.

2. Gagal jantung kelas II adalah penderita gagal jantung yang sudah merasakan gejala pada saat melakukan aktivitas dan tidak dirasakan pada saat istrahat.

3. Gagal jantung kelas III adalah pendeita gagal jantung yang merasakan gejala pada saat melakukan aktivitas ringan.

4. Gagal jantung kelas IV adalah penderita gagal jantung yang sudah merasakan gejala pada saat istrahat dan tidak mampu lagi melakukan aktivitas fisik.

3.2.4 Riwayat penyakit sebelumnya adalah penyakit sebelumnya yang pernah diderita oleh penderita, yang beresiko menimbulkan gagal jantung yaitu:

1. Penyakit jantung Koroner 2. Hipertensi

3. Kelainan Katup Jantung 4. Kardimiopati

5. Aritmia

6. Penyakit Jantung Bawaan 7. Penyakit Jantung Rematik

3.2.5 Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita gagal jantung di rawat inap di Rumah Sakit Umum Herna, dihitung sejak tanggal masuk sampai tanggal keluar, sesuai dengan yang tercacat pada kartu status, yang kemudian dinyatakan dalam bentuk rata-rata.


(43)

3.2.5 Sumber Pembiayaan adalah asal biaya yang dikeluarkan untuk membiayai perawatan penderita gagal jantung di rumah sakit, dikategorikan menjadi :

1. Biaya sendiri 2. Askes

3. Perusahaan

3.2.6 Keadan Sewaktu Pulang adalah kondisi terakhir penderita gagal jantung sewaktu keluar dari Rumah Sakit Umum Herna, sesuai dengan yang tercacat pada kartu status, dikategorikan menjadi:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal


(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan desain case series.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Herna Medan. Pemilihan lokasi ini didasari oleh pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum Herna merupakan salah satu rumah sakit swasta yang melayani penderita gagal jantung rawat inap dan memiliki data rekam medik pasien gagal jantung tahun 2009-2010.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Februari 2011 sampai bulan Desember 2011

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita gagal jantung yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Herna tahun 2009-2010 yang berjumlah 172 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian diambil dari seluruh data penderita gagal jantung rawat inap di Rumah Sakit Umum Herna tahun 2009-2010 sebanyak 172 orang (total sampling).


(45)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Herna dan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program komputer dan kemudian hasilnya dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan uji Chi square dan uji Anova serta disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan proporsi, diagram bar, dan diagram pie.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSU Herna Medan berlokasi di Jl. Mojopahit No. 118 A, kelurahan Petisah Hulu, kecamatan Medan Baru dengan luas tanah 14.672 m2 dan luas bangunan 11.272 m2

RSU Herna Medan merupakan rumah sakit yang termasuk golongan B (SK.Dirjen.Yan.Med.Depkes.R.I.No.Y.M.0.3.3.4.4.3 tanggal 19 Januari 1998) dengan status kepemilikan swasta yayasan TD.Pardede Foundation.

. RSU Herna Medan berdiri pada tanggal 20 Maret 1970.

RSU Herna Medan memiliki sarana dan prasarana berupa: 5.1.1. Bangunan rumah sakit terdiri dari bangunan berlantai tiga. 5.1.2. Jumlah tempat tidur

Tersedia : 238 TT Operasional : 160 TT

5.1.3. Fasilitas berupa lift 2, listrik PLN, AC, gas medis, telekomunikasi. 5.1.4. Keadaan ketenagaan

Jumlah dokter spesialis: 97 orang (part time), 5 orang diantaranya spesialis jantung

Jumlah dokter umum : 9 orang (full time), 10 orang (part time) Jumlah paramedis : 318 orang


(47)

Pelayanan RSU Herna Medan dikelompokkan menjadi unit pelayanan perawatan dan unit pelayanan penunjang medis. Unit pelayanan perawatan meliputi rawat inap, rawat jalan, kamar bedah, perawatan intensif, unit haemodialisa, serta unit penunjang medis meliputi radiologi, laboratorium, diagnostik spesialis, rehabilitasi medik, dan unit farmasi. Unit perawatan untuk penderita jantung yang ada di RSU Herna Medan dinamakan ICCU (Intensive Coronary Care Unit) dan peralatan penunjang yang ada adalah echo cardiography.

5.2. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sosiodemografi

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan sosiodemografi yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sosiodemografi Yang Dirawat Inap di Rawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Sosiodemografi Jumlah

F %

Umur

<40 tahun

≥40 tahun 6 166

3,5 96,5

Jumlah 172 100

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 99 73 57,6 42,4

Jumlah 172 100

Suku

Batak Jawa Minang Tionghoa

Lain-lain (Aceh, Nias, Melayu)

122 30 6 7 7 70,9 17,4 3,5 4,1 4,1


(48)

Agama Islam Kristen protestan Kristen katolik Budha 58 103 4 7 33,7 59,9 2,3 4,1

Jumlah 172 100

Pekerjaan

PNS/TNI/BUMN/Pensiunan Pegawai Swasta

Wiraswasta Petani

Ibu Rumah Tangga Pelajar/ Mahasiswa

Lain-lain (Pendeta,Anggota Dewan)

29 24 45 6 65 1 2 16,9 14,0 26,2 3,5 37,8 0,6 1,2

Jumlah 172 100

Tempat tinggal Kota medan Luar kota medan

130 42

75,6 24,4

Jumlah 172 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa proporsi penderita gagal jantung yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009 dan 2010 berdasarkan sosiodemografi adalah sebagai berikut: berdasarkan umur, proporsi tertinggi pada kelompok umur ≥40 tahun yaitu 96,5% dan pada kelompok umur <40 tahun yaitu 3,5%. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi tertinggi pada laki-laki yaitu 57,6% dan pada perempuan 42,4%. Berdasarkan suku, proporsi tertinggi suku Batak yaitu 70,9%, Jawa 17,4%, Tionghoa 4,1%, Minang 3,5% dan lain-lain (Aceh, Nias dan Melayu) 4,1%. Berdasarkan agama, proporsi tertinggi agama Kristen Protestan yaitu 59,9%, Islam 33,7%, Budha 4,1%, dan Kristen Katolik 2,3%. Berdasarkan pekerjaan, proporsi tertinggi adalah ibu rumah tangga yaitu 37,8% dan yang terendah adalah


(49)

pelajar/mahasiswa yaitu 0,6%. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi tertinggi adalah dari kota Medan yaitu 75,6%, dan dari luar kota Medan 24,4%.

5.3. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan klasifikasi gagal jantung yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung Yang Dirawat Inap Di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Klasifikasi Gagal Jantung

Jumlah

f %

Gagal jantung kelas II Gagal jantung kelas III Gagal jantung kelas IV

56 74 42

32,6 43,0 24,4

Jumlah 172 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi klasifikasi gagal jantung pada penderita gagal jantung rawat inap adalah gagal jantung kelas III yaitu 43,0%, kemudian gagal jantung kelas II yaitu 32,6% dan yang terendah adalah gagal jantung kelas IV yaitu 24,4.

5.4. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya.

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 tidak dapat dilihat karena tidak tersediannya data di kartu status.


(50)

5.5. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sumber Pembiayaan

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan sumber pembiayaan yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sumber

Pembiayaan Yang Dirawat Inap Di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Sumber Pembiayaan

Jumlah

F %

Biaya sendiri Askes Perusahaan

137 4 31

79,7 2,3

18

Jumlah 172 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi sumber pembiayaan untuk perawatan penderita gagal jantung adalah biaya sendiri/umum yaitu 79,7%, dan yang terendah adalah askes yaitu 2,3%.

5.6. Lama Rawatan Rata-Rata Gagal Jantung

Lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Jantung Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 2009-2010

Lama rawatan rata-rata (hari)

Mean

Standard Deviasi

95% Convidenceinterval Variance

Minimum Maximum

5,19 3,307 4,69-5,68

10,936 1 24

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010


(51)

adalah 5,19 hari (5 hari) dengan Standar Deviasi (SD) 3,307. Lama rawatan paling singkat 1 hari sedangkan paling lama 24 hari. Berdasarkan 95% Confidence Interval, didapatkan lama rawatan rata-rata 4,69-5,68 hari.

5.7. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 2010

Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah

f %

Pulang Berobat Jalan (PBJ)

Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS ) Meninggal

112 19 41

65,2 11,0 23,8

Jumlah 172 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi keadaan sewaktu pulang penderita adalah pulang berobat jalan (PBJ) yaitu 65,2%, kemudian meninggal yaitu 23,8%, dan yang terendah adalah pulang atas permintaan sendiri (PAPS) yaitu 11,0%.

5.8. Analisis Statistik

5.8.1. Umur Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung

Distribusi proporsi umur penderita gagal jantung yang dirawat inap berdasarkan klasifikasi gagal jantung di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.6.


(52)

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Umur Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung Yang Dirawat Inap Di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Klasifikasi Gagal Jantung

Umur Jumlah

<40 ≥ 40

f % f % f %

Gagal jantung kelas II Gagal jantung kelas III Gagal jantung kelasIV

1 5 0

1,8 6,8 0

55 69 42

98,2 93,2 100

56 74 42

100 100 100 X2

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 56 orang penderita gagal jantung kelas II, proporsi tertingi terjadi pada usia ≥40 tahun yaitu 98,2%. Dari 74 orang penderita gagal jantung kelas III, proporsi tertinggi terjadi pada usia ≥40 tahun yaitu 93,2%. Dari 42 orang penderita gagal jantung kelas IV, proporsi tertinggi terjadi pada usia ≥40 tahun yaitu 100%.

=4,348 df=2 p=0,114

Hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p>0,05 (p=0,114) berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan klasifikasi gagal jantung.

5.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita gagal jantung yang dirawat inap berdasarkan klasifikasi gagal jantung di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.7.


(53)

Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 2009-2010

Klasifikasi gagal jantung

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

f % f % f %

Gagal jantung kelas II Gagal jantung kelas III Gagal jantung kelasIV

34 45 20 60,7 60,8 47,6 22 29 22 39,3 31,4 52,4 56 74 42 100 100 100 X2

Berdasarakan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 56 orang penderita gagal jantung kelas II, laki-laki 60,7% dan perempuan 39,3%. Dari 74 orang penderita gagal jantung kelas III, laki-laki 60,8% dan perempuan 31,4%. Dari 42 orang penderita gagal jantung kelas IV, laki-laki 47,6% dan perempuan 52,4%.

=2,247 df=2 p=0,325

Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p > 0,05 (p=0,325) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan klasifikasi gagal jantung.

5.8.3. Sumber Pembiayaan Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung

Distribusi proporsi sumber pembiayaan penderita gagal jantung yang dirawat inap berdasarkan klasifikasi gagal jantung di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita Gagal Jantung Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung Di RSU Herna Tahun 2009-2010

Klasifikasi Gagal Jantung

Sumber Pembiayaan

Jumlah Biaya

Sendiri

Askes Jamkesm as

f % f % f % f %

Gagal jantung II Gagal jantung kelas III Gagal jantung kelasIV

43 57 37 76,8 77,0 88,1 3 1 0 5,3 1,4 0 10 16 5 17,9 21,6 11,9 56 74 42 100 100 100


(54)

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 57 orang yang menderita gagal jantung kelas II, proporsi tertinggi sumber pembiayaan adalah biaya sendiri/umum yaitu 76,8% dan yang terendah adalah askes yaitu 5,3%. Dari 74 orang yang menderita gagal jantung kelas III proporsi tertinggi sumber pembiayaan adalah biaya sendiri/umum yaitu 77,0% dan yang terendah adalah askes yaitu 1,4%.

Dari 42 orang yang menderita gagal jantung kelas IV proporsi tertinggi sumber pembiayaan adalah biaya sendiri/umum yaitu 88,1%, dan tidak ada yang menggunakan askes.

Analisis statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel (33,3%) expected count yang besarnya kurang dari 5.

5.8.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung

Lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung yang dirawat inap berdasarkan jlasifikasi gagal jantung di RSU Herna Meadan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Jantung Yang Dirawat Inap Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung Di RSU Herna Medan Tahun 2010

Klasifikasi Gagal Jantung

Lama Rawatan Rata-rata

f Mean SD

Gagal jantung kelas II Gagal jantung kelas III Gagal jantung kelas IV

56 74 42

5,34 5,51 4,40

2,658 3,706 3,307

F=1,606 df=2 p=0,204

Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung kelas II adalah 5,34 hari (5 hari), lama rawatan penderita gagal jantung kelas


(55)

III adalah 5,51 hari (6 hari),lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung kelas IV adalah 4,40 hari (4 hari).

Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji anova diperolah p>0,05 berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan proporsi klasifikasi gagal jantung.

5.8.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Herna Medan tahun2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Gagal Jantung Yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 2010

Keadaan sewaktu pulang

Lama Rawatan Rata-rata

f Mean SD

Pulang Berobat Jalan (PBJ)

Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) Meninggal

112 19 41

5,60 5,58 3,88

2,961 2,652 4,118

F=4,377 df=2 p=0,014

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung yang pulang berobat jalan adalah 5,60 hari (5 hari), lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung yang pulang atas permintaan sendiri adalah 5,58 hari (6 hari), dan lama rawatan rata-rata penderita gagal jantung yang meninggal adalah 3,88 hari (4 hari).

Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji anova diperolah p<0,05 (p=0,014) berarti secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan proporsi keadaan sewaktu pulang.


(56)

5.8.6. Klasifikasi Gagal Jantung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi klasifikasi gagal jantung berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita gagal jantung yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Klasifikasi Gagal Jantung Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 2009-2010

Keadaan Sewaktu Pulang

Klasifikasi gagal jantung Gagal Jantung Kelas II Gagal Jantung Kelas III Gagal Jantung Kelas IV Jumlah

f % f % f % f %

Pulang Berobat Jalan (PBJ)

Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) Meninggal 41 8 6 36,6 42,1 14,6 52 9 14 46,4 47,4 34,2 19 2 21 17,0 10,5 51,2 112 19 41 100 100 100

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 112 orang penderita gagal jantung yang Pulang Berobat Jalan (PBJ), proporsi tertinggi terjadi pada gagal jantung kelas III yaitu 46,4% dan yang terendah pada gagal jantung kelas IV yaitu 17,0%. Dari 19 orang penderita gagal jantung yang Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS), proporsi tertinggi terjadi pada gagal jantung kelas III yaitu 47,4% dan yang terendah pada gagal jantung kelas IV yaitsu 10,5%. Dari 41 orang penderita gagal jantung yang meninggal, proporsi tertinggi terjadi pada gagal jantung kelas IV yaitu 51,2% dan yang terendah pada gagal jantung kelas I yaitu 14,6%.

Analisis statistik dengan uji chi square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (11,1%) expacted count yang besarnya kurang dari 5.


(57)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sosiodemografi 6.1.1 Umur

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan umur yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.1.

Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Berdasarkan gambar 6.1 dapat diketahui bahwa proporsi penderita gagal jantung berdasarkan umur tertinggi pada kelompok umur ≥ 40 tahun yaitu 96,5% dan proporsi terendah terdapat pada kelompok umur < 40 tahun yaitu 3,5%.

96.5% 3.5%

Umur

≥ 40 tahun <40 tahun


(58)

Semakin tua seseorang maka akan semakin besar kemungkinan menderita gagal jantung. Hal ini kemungkinan disebabkan kekuatan pembuluh darah tidak seelastis saat muda.27

Hal ini sesuai dengan penelitian Siagian (2009) di RSUP H.Adam Malik Medan proporsi penderita gagal jantung semakin meningkat dengan bertambahnya usia yaitu 75,6% pada usia >40 tahun dan 24,4 % pada usia ≤40 tahun.

31

6.1.2. Jenis Kelamin

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan jenis kelamin yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.2.

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

57.6% 42.4%

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan


(59)

Berdasarkan gambar 6.2 dapat diketahui proporsi tertinggi penderita gagal jantung berdasarkan jenis kelamin adalah 57,6% dan yang terendah adalah perempuan yaitu 42,4%. Pada umumnya pria berisiko menderita penyakit jantung setelah memasuki usia 45 tahun, sementara wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami menopause. Wanita yang belum menopause secara alami memproduksi hormone estrogen di dalam tubuhnya, dimana hormon ini berperan di dalam memperbaiki level kolesterol sehingga dapat memperkecil risiko penyakit jantung.

Menurut penelitian Whelton dkk di Amerika (2001) laki-laki memiliki resiko relatif 1,24 kali dibandingkan dengan perempuan.

35

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Gusrida (2001) di Rumah sakit Haji Medan tahun (1997-2000), bahwa proporsi penderita gagal jantung berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 63,1% sedangkan perempuan 36,9%.

32


(60)

6.1.3. Suku

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan suku yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.3.

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Berdasarkan gambar 6.3. dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita gagal jantung berdasarkan suku yaitu suku Batak 70,9%, kemudian suku Jawa 17,4%, Minang 3,5%, Tionghoa 4,1% dan lain-lain 4,1% yang termasuk didalamnya yaitu Aceh, Nias dan Melayu.

Hal ini bukan berarti orang yang bersuku Batak lebih berisiko untuk menderita gagal jantung namun hanya menunjukkan bahwa penderita gagal jantung yang datang berobat ke rumah sakit tersebut mayoritas bersuku Batak. Proporsi penderita gagal jantung pada penelitian ini lebih tinggi pada suku Batak yang sudah merupakan penggabungan dari suku Batak Toba, Karo, dan Simalungun.

70.9% 17.4%

4.1%

4.1%3.5%

Suku

Batak Jawa Tionghoa Lain-lain Minang


(61)

6.1.4. Agama

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan agama yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.4.

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Berdasarkan gambar 6.4. di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita gagal jantung berdasarkan agama yaitu agama Kristen Protestan 59,9%. Kemudian proporsi agama Islam 33,7%, Budha 4,1% dan Kristen Katolik 2,3%.

Hal ini bukan berarti penganut agama Kristen Protestan lebih berisiko untuk menderita gagal jantung namun hanya menunjukkan bahwa penderita gagal jantung yang datang berobat ke rumah sakit tersebut mayoritas beragama Kristen Protestan (59,9%).

59.9% 33.7%

4.1% 2.3%

Agama

Kristen Protestan Islam

Budha Kristen Katolik


(62)

6.1.5. Pekerjaan

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.5.

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Berdasarkan gambar 6.5. dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita gagal jantung berdasarkan pekerjaan adalah Ibu Rumah Tangga 37,8% dan proporsi terendah adalah pelajar 0,6%. Hal ini bukan berarti ibu rumah tangga lebih beresiko untuk menderita gagal jantung tetapi kemungkinan karena dari sebagian besar perempuan yang menderita gagal jantung pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga.

37,8

26,2

16,9

14

3,5

1,2 0,8

0 5 10 15 20 25 30 35 40

P

ro

p

o

rs

i (

%

)


(63)

6.1.6. Tempat Tinggal

Proporsi penderita gagal jantung berdasarkan tempat tinggal yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada gambar 6.5.

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung BerdasarkanTempat Tinggal yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Berdasarkan gambar 6.6 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita gagal jantung berdasarkan daerah asal yaitu penderita yang tinggal di Kota Medan 75,4% dan proporsi terendah yaitu penderita yang tinggal di luar kota Medan 24,4%.

Hal ini disebabkan karena RSU Herna berada di Kota Medan sehingga pengunjung yang datang berobat sebagian besar berasal dari Kota Medan.

75.6% 24.4%

Tempat Tinggal

Medan Luar Medan


(64)

6.2. Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung

Proporsi penderita gagal jantung rawat inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 berdasarkan klasifikasi gagal jantung dapat dilihat pada gambar 6.7.

Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantungbyang Dirawat Inap Di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010

Berdasarkan gambar 6.7 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi klasifikasi gagal jantung adalah gagal jantung kelas III yaitu 43,0%, kemudian gagal jantung kelas I dan II yaitu 33,2%, dan yang terendah adalah gagal jantung kelas IV yaitu 23,8%.

Tingginya proporsi penderita gagal jantung kelas III yang dirawat inap menunjukkan bahwa pada umumnya penderita gagal jantung datang berobat ke rumah sakit setelah mereka mengalami keluhan/gejala yang cukup berat. Pada penderita gagal jantung kelas III sudah disertai pembatasan aktivitas fisik yang

43.0%

32.6% 24.4%

Klasifikasi Gagal Jantung

GJ Kelas III GJ Kelas II GJ Kelas IV


(65)

bermakna, dimana keluhan akan timbul pada saat melakukan aktivitas fisik yang ringan.22

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Siagian (2009) di RSUP H.Adam Malik Medan didapat bahwa proporsi tertinggi klasifikasi gagal jantung adalah gagal jantung kelas III yaitu 45,2%.

Tetapi proporsi terendah terjadi pada gagal jantung kelas IV, kemungkinan disebabkan karena gagal jantung kelas IV sudah mengakibatkan kematian sehingga pasien yang meninggal tersebut tidak datang lagi berobat ke umah sakit.

31

6.3 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung Berdasarkan Sumber Pembiayaan

Proporsi penderita gagal jantung yang dirawat inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 berdasarkan Sumber Pembiayaan dapat dilihat pada gambar 6.8.

Gambar 6.8. Diagram pie distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan sumber pembiyaan yang dirawat inap di RSU Herna Medan tahun 2009-2010

79.7% 18.0%

2.3%

Sumber Pembiayaan

Biaya Sendiri/Umum Perusahaan


(1)

Crosstabulation

Jenis Kelamin

Penderita Total laki-laki perempuan Klasifikasi GJ

(NYHA)

Kelas I dan II Count

34 22 56

Expected Count 32.2 23.8 56.0

% within Klasifikasi Gagal

Jantung (NYHA) 60.7% 39.3% 100.0%

% within Jenis Kelamin

Penderita Gagal Jantung 34.3% 30.1% 32.6%

% of Total 19.8% 12.8% 32.6%

Kelas III Count 45 29 74

Expected Count 42.6 31.4 74.0

% within Klasifikasi Gagal

Jantung (NYHA) 60.8% 39.2% 100.0%

% within Jenis Kelamin

Penderita Gagal Jantung 45.5% 39.7% 43.0%

% of Total 26.2% 16.9% 43.0%

Kelas IV Count 20 22 42

Expected Count 24.2 17.8 42.0

% within Klasifikasi Gagal

Jantung (NYHA) 47.6% 52.4% 100.0%

% within Jenis Kelamin

Penderita Gagal Jantung 20.2% 30.1% 24.4%

% of Total 11.6% 12.8% 24.4%

Total Count 99 73 172

Expected Count 99.0 73.0 172.0

% within Klasifikasi Gagal

Jantung (NYHA) 57.6% 42.4% 100.0%

% within Jenis Kelamin

Penderita Gagal Jantung 100.0% 100.0% 100.0%


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 2.247(a) 2 .325

Likelihood Ratio 2.228 2 .328

Linear-by-Linear

Association 1.483 1 .223

N of Valid Cases 172

a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.83.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Klasifikasi Gagal Jantung (NYHA) * Sumber Biaya untuk Perawatan Penderita Gagal Jantung


(3)

Gagal Jantung Crosstabulation

Sumber Pembiayaan Penderita Total B.Sendiri Askes

Perusaha

an

Klasifikasi GJ(NYHA)

Kelas I &II Count 43 3 10 56

Expected Count 44.6 1.3 10.1 56.0

% within Klasifikasi

Gagal Jantung (NYHA) 76.8% 5.4% 17.9% 100.0% % within Sumber

Pembiayaan Penderita 31.4% 75.0% 32.3% 32.6%

% of Total 25.0% 1.7% 5.8% 32.6%

kelas III Count 57 1 16 74

Expected Count 58.9 1.7 13.3 74.0

% within Klasifikasi

Gagal Jantung (NYHA) 77.0% 1.4% 21.6% 100.0% % within Sumber

Pembiayaan Penderita 41.6% 25.0% 51.6% 43.0%

% of Total 33.1% .6% 9.3% 43.0%

Kelas IV Count 37 0 5 42

Expected Count 33.5 1.0 7.6 42.0

% within Klasifikasi

Gagal Jantung (NYHA) 88.1% .0% 11.9% 100.0% % within Sumber

Pembiayaan Penderita 27.0% .0% 16.1% 24.4%

% of Total 21.5% .0% 2.9% 24.4%

Total Count 137 4 31 172

Expected Count 137.0 4.0 31.0 172.0

% within Klasifikasi

Gagal Jantung (NYHA) 79.7% 2.3% 18.0% 100.0% % within Sumber

Pembiayaan Penderita 100.0%

100.0

% 100.0% 100.0%


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson

Chi-Square 5.394(a) 4 .249

Likelihood Ratio 5.900 4 .207

Linear-by-Linear

Association 1.000 1 .317

N of Valid Cases

172

a 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .98.

Oneway

Descriptives Lama rawatan Penderita

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean Minim um

Maxim um

Lower

Bound

Upper Bound

Kelas I dan II 56 5.34 2.658 .355 4.63 6.05 2 13

Kelas III 74 5.51 3.706 .431 4.65 6.37 1 24

Kelas IV 42 4.40 3.291 .508 3.38 5.43 1 17

Total 172 5.19 3.307 .252 4.69 5.68 1 24

Test of Homogeneity of Variances Lama rawatan Penderita

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.936 2 169 .394

ANOVA Lama rawatan Penderita

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 34.887 2 17.444 1.606 .204


(5)

Lama rawatan Penderita

N Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minim um

Maxi mum Lower

Bound

Upper Bound Pulang Berobat

Jalan 112 5.60 2.961 .280 5.04 6.15 1 17

Pulang Atas

Permintaan Sendiri 19 5.58 2.652 .608 4.30 6.86 1 10

Meninggal 41 3.88 4.118 .643 2.58 5.18 1 24

Total 172 5.19 3.307 .252 4.69 5.68 1 24

Test of Homogeneity of Variances Lama rawatan Penderita

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.198 2 169 .821

ANOVA Lama rawatan Penderita

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 92.105 2 46.053 4.377 .014

Within Groups 1777.941 169 10.520

Total 1870.047 171

Crosstabs

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Keadaan Penderita

sewaktu Pulang Dari RS *

Klasifikasi Gagal Jantung (NYHA)

172 100.0% 0 .0% 172 100.


(6)

Klasifikasi Gagal Jantung

(NYHA) Total

Kelas I &

II Kelas III

Kelas

IV

Keadaan Penderita

sewaktu Pulang

PBJ

Count 41 52 19 112

% within Keadaan Penderita sewaktu Pulang

36.6% 46.4% 17.0% 100.0% % within Klasifikasi

Gagal Jantung (NYHA)

74.5% 69.3% 45.2% 65.1% % of Total 23.8% 30.2% 11.0% 65.1% PAPS

Count 8 9 2 19

% within Keadaan Penderita sewaktu Pulang

42.1% 47.4% 10.5% 100.0% % within Klasifikasi

Gagal Jantung (NYHA)

14.5% 12.0% 4.8% 11.0%

% of Total 4.7% 5.2% 1.2% 11.0%

Meninggal

Count 6 14 21 41

% within Keadaan Penderita sewaktu Pulang

14.6% 34.1% 51.2% 100.0% % within Klasifikasi

Gagal Jantung (NYHA)

10.9% 18.7% 50.0% 23.8%

% of Total 3.5% 8.1% 12.2% 23.8%

Total

Count 55 75 42 172

% within Keadaan Penderita sewaktu Pulang

32.0% 43.6% 24.4% 100.0% % within Klasifikasi

Gagal Jantung (NYHA)

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 32.0% 43.6% 24.4% 100.0%