BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal
2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal
“Struktur modal capital structure adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh
perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri” Martono dan Harjito, 2001 : 239. Wasis 1981 menyatakan bahwa struktur
modal harus dapat dibedakan dengan struktur keuangan. Struktur keuangan adalah keseluruhan yang terdapat di dalam neraca sebelah
kredit yang mencakup utang jangka pendek maupun utang jangka panjang dan modal sendiri. Oleh karena itu struktur keuangan berbicara
tentang bagaimana harta perusahaan dibiayai mencakup semua pembelanjaan baik jangka panjang maupun jangka pendek, sedangkan
struktur modal hanya menyangkut pembelanjaan jangka panjang saja. “Struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber
pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan” Warsono, 2003 : 235. Weston dan Copeland 1992 memberikan definisi struktur
modal sebagai pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari
modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor dan
Universitas Sumatera Utara
akumulasi laba ditahan. Jika perusahaan memiliki saham preferen, saham akan ditambahkan ke modal pemegang saham.
2.1.1.2 Teori Struktur Modal 2.1.1.2.1
Agency Theory
Anggota tim manajemen merupakan agen, dan para investor ekuitas sebagai pemilik. Pihak manajemen dianggap
sebagai agen dari pemilik perusahaan, yaitu para pemegang saham. Pihak manajemen diharapakan akan bertindak demi
kepentingan para pemegang saham akan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan ke pihak manajemen Horne
dan Wachowicz, 2007 : 243. Agar manajemen melaksanakan fungsinya dengan baik maka, pihak manajemen yaitu agen
perusahaan diberikan insentif bonus, gaji,opsi saham dan pengawasan. Pengawasan ini dapat dilakukan melalui metode
seperti pengikatan agen, audit laporan keuangan dan membatasi keputusan pihak manajemen.
Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya yang berhubungan
dengan manajemen pengawasan untuk memastikan bahwa pihak manajemen berperilaku dalam cara yang konsisten dengan
kesepakatan kontraktual perusahaan dengan para kreditor serta pemegang saham Horne dan Wachowicz, 2007 : 244. Semakin
Universitas Sumatera Utara
tinggi kemungkinan biaya pengawasan maka semakin tinggi biaya bunga, tetapi nilai perusahaan akan semakin rendah bagi
pemegang sahamnya.
2.1.1.2.2 Signaling Theory
Menurut Brigham dan Houston 2001 : 36 teori signal isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan
setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal
yang normal. Sedangkan perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual
sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan
umumnya merupakan suatu isyarat signal bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram, karena apabila
suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya maka harga sahamnya akan menurun,
karena menerbitkan saham berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek
Universitas Sumatera Utara
perusahaan cerah. Dalam keadaan normal, perusahaan harus mempertahankan adanya kapasitas cadangan untuk meminjam
reserve borrowing capacity untuk digunakan sewaktu-waktu apabila ada peluang investasi yang baik, dengan kata lain dalam
keadaan normal perusahaan harus menggunakan lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit hutang.
2.1.1.2.3 Asymmetric Information Theory
Teori ketidaksamaan informasi asymmetric information theory menurut Brigham dan Houston 2001 : 35
“adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda yang lebih baik mengenai prospek perusahaan
daripada yang dimiliki oleh investor”, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang optimal.
Dalam Sartono 2001 : xxii “asymmetric information dapat terjadi di antara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi
yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga sangat berpengaruh
terhadap manajemen dan harga saham”. Teori asimetrik ini sangat besar peranannya didalam
manajemen keuangan. Adanya informasi yang tidak simetrik antara insider dengan investor mengakibatkan kebijakan
perusahaan direspon tidak seperti yang diharapkan. Misalnya,
Universitas Sumatera Utara
penjualan saham perusahaan yang dilakukan untuk memperoleh tambahan dana guna membiayai investasi yang profitabel tidak
selalu direspon positif oleh pasar. Pasar mempunyai dua pandangan, pertama penjualan saham baru sebagai sinyal
bahwa perusahaan kesulitan keuangan, struktur modalnya tidak baik. Kedua, pasar menduga bahwa investor atau pemilik
perusahaan ingin keluar dari bisnis, melakukan diversifikasi bisnis yang lain. Dengan kata lain investor baru mungkin curiga
bahwa investor lama, pemilik perusahaan, ingin berbagi risiko dengan orang lain. Dampak potensial asymmetric information
theory adalah timbulnya kegagalan pasar.
2.1.1.2.4 Pecking Order Theory
Menurut Myers dan Majluf 1984 teori pecking order didasarkan pada dua asumsi yang menonjol. Pertama, para
manajer lebih mengetahui prospek perusahaan mereka sendiri daripada investor luar. Kedua, manajer bertindak dalam
kepentingan terbaik pemegang saham yang ada. Dengan kondisi tersebut, perusahaan terkadang akan melupakan positif proyek
net present value jika menerima mereka memaksa perusahaan untuk menerbitkan saham undervalued untuk investor baru. Hal
ini pada gilirannya memberikan alasan bagi perusahaan untuk menurunkan nilai finansial, seperti uang tunai yan besar dan
Universitas Sumatera Utara
kapasitas utang yang tidak terpakai. Menurut Myers dan Majluf 1984 lebih khusus lagi, teori pecking order memprediksi
bahwa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana internal bila tersedia dan memilih utang atas ekuitas ketika
pembiayaan eksternal diperlukan. Myers mengikhtisarkan teori pecking order struktur
modal dengan 4 poin Keown dkk, 2000 : 557 : 1. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk
kesempatan investasi. 2. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi
dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.
3. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama memilih menerbitkan sekuritas utang,
menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.
4. Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai proyek dengan nilai sekarang positif,
pendanaan pecking order akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai utangyang lebih berisiko, artinya pada
konvertibel, modal preferen, dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2.5 Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1985, ketika professor Franco Modigliani dan Profesor
Merton Miller yang selanjutnya kita sebut MM, mempublikasikan artikel keuangan yang paling berpengaruh
yang pernah ditulis yaitu “The Cost of Capital, CorporationFinance, and the Theory of Investment” Brigham
dan Houston, 2001 : 30-31. Teori MM ini mengatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya.
Tetapi, studi MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain:
1. Tidak ada biaya broker pialang. 2. Tidak ada pajak.
3. Tidak ada biaya kebangkrutan. 4. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku
bunga yang sama dengan perseroan. 5. Semua investor mempunyai informasi yang sama
seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang.
6. EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang. Kemudian pada tahun 1963, MM mempublikasikan
makalah yang kedua “Taxes and the Cost of Capital: A Correction” dengan memperhatikan pajak. Dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
pajak maka nilai perusahaan atau harga saham dipengaruhi oleh struktur modal. Semakin tinggi proporsi utang yang digunakan
maka akan semakin tinggi harga saham. Tetapi beberapa penelitian berikutnya mencoba mengevaluasi model MM dan
menyimpulkan bahwa penggunaan utang memang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu
yakni struktur modal yang optimal nilai perusahaan akan mulai menurun dengan semakin besarnya proporsi utang dalam
struktur modalnya. Dengan kata lain, penggunaan utang memang lebih baik, tetapi utang yang begitu besar tidak baik
bagi perusahaan Brigham dan Houston, 2001 : xv-xvi. Hasil-hasil yang tidak relevan juga tergantung pada
asumsi bahwa tidak ada biaya kebangkrutan. Namun, dalam praktek kebangkrutan bisa sangat mahal. Bahkan, kebangkrutan
sering memaksa suatu perusahaan melikuidasikan atau menjual hartanya dengan harga di bawah harga seandainya mereka terus
beroperasi Brigham dan Houston, 2001 : 33.
2.1.1.2.6 Teori Trade-Off
Teori trade-off dari leverage menyatakan bahwa perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan
utang perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi Brigham
Universitas Sumatera Utara
dan Houston, 2001: 34. Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan telah mengakibatkan utang lebih
murah daripada saham biasa atau saham preferen. Dengan kata lain, utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Sehingga,
penggunaan utang akan mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan EBIT yang mengalir kepada investor.
Namun dalam kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan 100 persen utang sebagai pendanaannya.
Hal ini dikarenakan pemegang saham mendapat keuntungan modal yang rendah di samping itu, perusahaan membatasi
penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan. Karena itu, penggunaan utang sebagai
pendanaan perusahaan perlu dibatasi untuk memperkecil kebangkrutan yang mungkin terjadi.
2.2 Profitabilitas