Layanan Penyusunan Penataan Ruang RTRW, RDTRK, RTBL

RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 II-7 Pemerintah Kota Pagar Alam 2 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah. 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangungan Daerah, 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan sebagaiman telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007. 5 Data diolah. Disamping Cakupan Pelayanan diatas Bappeda juga melalkukan pelayanan dalam hal beberapa urusan berikut:

a. Layanan Penyusunan Penataan Ruang RTRW, RDTRK, RTBL

Dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa Penataan ruang terdiri atas proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Selain itu undang – undang ini juga mengamanatkan supaya pengelolaaan sumber daya yang ada sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan secara berkesinambungan. Jadi untuk merealisasikan suatu penataan ruang yang sesuai dengan undang –undang, demokratis serta manusiawi, maka mutlak diperlukan pikiran –pikiran serta tindakan–tindakan yang cermat, terarah dan berkualitas yang dapat menampung keinginan pemangku kepentingan yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarat. Berdasar berbagai pemaparan tersebut diatas maka dirasa perlu daerah kabupaten kota memiliki landasan dan payung dalam melakukan kegiatan penataan ruang. Landasan dan payung yang cukup penting adalah produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kota serta berbagai rencana tata ruang turunannya yang kemudian lebih lanjut dapat dituangkan kedalam peraturan daerah setempat. Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan suatu produk rencana yang mutlak dibutuhkan oleh suatu daerah sebagai acuan dalam operasionalisasi pembangunan daerah. Merujuk bahwa produk rencana tata ruang akan digunakan sebagai dasar atau pedoman daerah bagi pembangunan, maka produk rencana tata ruang harus memperhatikan kaidah-kaidah dalam perencanaan tata ruang, salah satunya adalah bahwa suatu produk rencana tata ruang harus sinergi dengan produk rencana tata ruang yang secara hirarkhi berada diatasnya maupun yang satu level dan berada di sekitarnya. Hal ini sangat penting diperhatikan untuk menghindari konflik kepentingan yang pada akhirnya akan merugikan daerah itu sendiri. Kota Pagar Alam yang mendapat status otonomi setingkat kabupaten pada Tanggal 12 Juni 2001, berdasarkan UU No.08 tahun 2001, masuk dalam Sub-Pusat Wilayah Pengembangan IV untuk regional Sumatera Selatan. Kondisi geografis di kaki Pegunungan Dempo pada ketinggian 700 m dpl, menjadikan Kota Pagar Alam identik dengan wilayah produksi pertanian dan pariwisata pegunungan. Potensi yang ada saat ini juga ditunjang RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 II-8 Pemerintah Kota Pagar Alam dengan lokasi kota yang dilintasi oleh jalur transportasi regional Sumatera Selatan yang menghubungkan antar kota maupun propinsi. Kegiatan ekonomi utama Kota Pagar Alam dengan potensi pada pertanian dan pariwisata adalah komoditi kopi. Sebagian besar masyarakat wilayah tersebut masih menggantungkan mata pencahariannya dengan menanam dan menjual kopi. Komoditas kopi sampai saat ini adalah komoditas yang mempunyai potensi dipasar internasional, ditambah posisi Indonesia sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia sehingga sudah terjadi link-match antara pasar dan pusat produksi yang berpotensi untuk mendorong kegiatan perekonomian khususnya di wilayah produksi seperti Kota Pagar Alam. Potensi pariwisata yang menjadi trademark Kota Pagar Alam adalah lansekap wilayah yang terletak di pegunungan Dempo, kaya akan potensi wisata seperti air terjun dan wilayah yang masih alami. Disamping itu terdapat juga potensi wisata sejarah karena wilayah Pagar Alam menyimpan situs bekas Kerajaan Sriwijaya berupa peninggalan pra sejarah berupa batu-batu megalith. Kondisi riil potensi yang ada saat ini perlu dioptimalkan untuk mengembangkan dan meningkatkan aktifitas perekonomian di kota ini. Peningkatan aktifitas perekonomian akan membawa dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu langkah optimasi dalam pengembangan kegiatan ekonomi wilayah adalah dengan memperkuat infrastruktur fisik regional karena diyakini mampu meningkatkan kemampuan dan aktivitas ekonomi masyarakat. Informasi awal konteks pengembangan wilayah Pagar Alam membutuhkan keterpaduan strategi pengembangan wilayah yang lebih antisipatif terhadap perkembangan wilayah kedepan, untuk itu diperlukan sebuah review terhadap arahan tata ruang wilayah Pagar Alam. Adapun secara garis besar yang melatar belakangi dalam penyusunan RTRW Kota Pagar Alam Tahun 2010 – 2029 diantarnya adalah sebagi berikut : • Dinamika perkembangan Kota Pagar Alam yang pesat sudah tidak terakomodasi oleh RTRW Kota Pagar Alam 2002 Perda No. 14 Tahun 2003 sehingga diperlukan revisi terhadap RTRW tersebut. • Revisi terhadap RTRW 2002 sudah dimulai sejak 2006, akan tetapi terbitnya UU. No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebabkan proses proses legalisasi terhenti sementara menunggu keluarnya ketentuan pedoman. Setelah terdapat arahan, revisi RTRW Kota dilanjutkan dengan muatan yang disyaratkan oleh UU. • UU 262007 memuat: perencanaan tata ruang; pemanfaatan ruang; dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam kesatuan yang tidak dapat terpisahkan • Proses perencanaan meliputi perumusan struktur dan pola ruang serta penetapan kawasan strategis; pemanfaatan ruang meliputi perumusan indikasi program; dan RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 II-9 Pemerintah Kota Pagar Alam pengendalian ruang meliputi peraturan zonasi, ketentuan perijinan, ketentuan insentif dan diinsentif serta ketentuan sanksi. • Kota Pagar Alam dengan karakteristik unik, luas kota yang besar, jumlah penduduk relatif kecil, didominasi kegiatan pertanian, mempunyai interval ketinggian yang ekstrim 200-3104 meter dpl, terdapat kawasan lindung yang besar dan terdapatnya adanya situs purbakala dan dinamika pembangunan yang pesat menunt ut suatu perencanaan yang baik untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Tabel ….. Rencana Pemanfaatan Ruang Lahan Besaran Satuan LUAS WILAYAH ADMINISTRASI 63.366 Ha LUAS KAWASAN LINDUNG 39.030 Ha - Hutan Lindung 28.740 Ha - Kawasan Lindung diluar hut.lindung 10.290 Ha KAWASAN BUDIDAYA 24.336 Ha - Pemukiman 3.000 Ha - Pertanian 5.195 Ha - Perikanan dan peternakan 253 Ha - Cadangan Lahan Tanaman Pangan 3.300 Ha - Perkebunan rakyat 10.205 Ha - Pusat Pemerintahan 100 Ha - Perindustrian dan TPST 208 Ha - PTPN VII Gunung Dempo 1.575 Ha - Kawasan wisata 300 Ha - Pemakaman Umum 100 Ha Revisi RTRW secara substantif berakhir pada tahun 2010, Program kegiatan tata ruang tahun 2011 merupakan kelanjutan dari penyusunan Perda RTRW, tidak dianggarkan secara khusus, tetapi terintegrasi pada layanan administrasi perkantoiran berupa perjalanan dinas konsltasi dan koordinasi dan rapat-rapat penyelesaian masalah piñata ruangan. Realisasi program tahun 2008-2011 antara lain menyusun Perda RTRW Kota Pagar Alam, Hari Tata Ruang Nasional, Rapat kordinasi dan kelanjutan penyusunan Perda Tata Ruang. RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 II-10 Pemerintah Kota Pagar Alam Capaian kinerja layanan umum pada urusan Tata Ruang diukur dengan indikator kinerja kunci: Rasio ketersediaan regulasi Tata Ruang,Rasio ruang terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPLHGB dan Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan Tabel ……. Capaian Kinerja Urusan Tata Ruang No Indikator TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 1. Rasio ketersediaan regulasi Tata Ruang 60 60 61 2 Rasio ruang terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPLHGB 46 46 48 3 Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan 37 37 39 Permasalahan yang ada dalam pelaksanaan urusan penataan ruang adalah bahwa saat ini pembangunan di wilayah perkotaan lebih memprioritaskan kepada pembangunan fisik dan lebih menekankan pada fungsi ekonomi daripada fungsi ekologis dan kelestarian lingkungan. Solusi yang diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengkaji secara teliti permohonan IMB yang diajukan masyarakat terkait dengan kesesuaian terhadap rencana tata ruang dan teknis tata bangunan serta memberikan tegoran kepada bangunan yang melanggar tata ruang dan tata bangunan sehingga diharapkan dapat terciptanya kualitas lingkungan yang nyaman, serasi dan seimbang.

b. Layanan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunana Musrenbang