Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 III-11 Pemerintah Kota Pagar Alam 4 Penataan Ruang Dokumen RTRW 50 100 100 5 Penanaman Modal Kajian potensi daerah 60 100 100 Ketersediaan regulasi 50 100 100 Layanan perijinan 60 100 100 3 Statistik Ketersediaan dataInformasi Ketersediaan dokumen perencanaan 90 100 100 4 Penataan Ruang Dokumen RTRW 50 100 100 hal ini mengindikasikan bahwa Bappeda dan PM Kota Pagar Alam memiliki permasalahan dalam penyelenggaraan pelayanannya, seperti dalam perencanaan program, kegiatan, dan pendanaan, sumber daya penyelenggaraan pelayanan, prosesprosedurmekanisme pelayanan, dan strategi kebijakan pelayanan yang ditempuh. Hal inilah yang akan diupayakan oleh Bappeda Kota Pagar Alam kedepan, agar capaian kinerja minimal mendekati Renstra Bappeda Provinsi Sumsel.

3.4 Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Analisis terhadap rencana dan program-program pembangunan lintas sektor yang mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan ruang kota dimasa yang akan datang. 1. Taman Hutan Raya Kota Pagar Alam TAHURA Rencana pengembangan TAHURA ini dari sisi manfaat untuk perkembangan kegiatan di Kota Pagar Alam, karena kegiatan yang ada di dalam TAHURA ini akan mendukung baik kegiatan pertanian maupun untuk kegiatan pariwisata. Dengan adanya TAHURA juga akan menambah areal kawasan lindung yang saat ini sudah berkurang akibat adanya okupasi dari masyarakat untuk pengembangan usaha kebun kopi. RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 III-12 Pemerintah Kota Pagar Alam Dalam rencana pemanfaatan ruang Kota Pagar Alam, maka alokasi ruang yang sudah direncanakan dituangkan juga dalam revisi RTRW sehingga arahan pemanfaatan ruangnya tidak berubah tetapi sejalan dengan program yang ada. 2. Kawasan Pusat Pemerintahan Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Pagar Alam saat ini sudah terealisasi dan masih dalam proses pembangunan gedung-gedung kantor. Didalam Amdal telah dinyatakan adanya beberapa dampak negatif yang harus dituangkan dalam RKLRPL. Sebagai kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan pemerintahan, kawasan ini mempunyai potensi untuk berkembang karena kegiatan lainnya yang terkait dan berhubungan dengan kegiatan pemerintahan akan cenderung mendekati dan berlokasi dekat dengan kantor-kantor pemerintahan. Disisi lain lokasi kawasan ini secara fisik mempunyai keterbatasan limitasi baik berkaitan dengan aspek ekologis maupun dari aspek kerawanan bencana. Dengan adanya keterbatasan ini maka diperlukan konsistensi dalam pengelolaan dan pengendalian kawasan ini terutama terhadap kemungkinan timbulnya kegiatan-kegiatan ikutan dari kegiatan pemerintahan seperti yang disebutkan di atas. Untuk itu kawasan ini diarahkan sebagai kawasan pengembangan terbatas yaitu hanya dialokasikan untuk kegiatan pemerintahan kota Pagar Alam. 3. Rencana Pembangunan Bandara Rencana pembangunan bandara regional Pagar Alam bukan saja menjadi rencana pemerintah kota, tetapi juga menjadi program dari pemerintah provinsi. Kesempatan untuk dapat membangun bandara di kota Pagar Alam memberikan keuntungan besar bagi kehidupan kota. Oleh karena itu maka perlu dialokasikan lahan untuk pembangunan bandara ini. Dari aspek lokasi sudah diarahkan di Kelurahan Atung Bungsu. Untuk itu maka perlu ada ketetapan dari pemerintah kota untuk penyediaan dan penguasaan lahan kawasan bandara ini. Terkait dengan rencana lokasi bandara ini, terdapat konflik kepentingan dengan kegiatan lainnya yaitu peternakan sapi. Pada kawasan ini sudah dikeluarkan SK Walikota untuk pengembangan peternakan sapi. Dengan adanya rencana pembangunan bandara ini dimana alternatif lokasi bandara sangat terbatas, maka perlu adanya ketetapan relokasi kegiatan pengembangan ternak sapi dari lokasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 III-13 Pemerintah Kota Pagar Alam 4. Agropolitan Didalam konsep pengembangan agropolitan, terdapat 2 pusat pengembangan utama dari kegiatan agribisnis yaitu pada Kawasan Atung Bungsu dan Nendagung. Khususnya dengan kawasan Atung Bungsu, penetapan lokasi ini tepat karena di Atung Bungsu akan dibangun bandara yang menjadi prasarana transportasi yang mendukung kegiatan agribisnis yang akan dikembangkan di Pagar Alam. Disamping penetapan pusat kegiatan agropolitan, juga ditetapkan empat Kawasan Sentra Produksi sebagai pendukung pusat agropolitan terdiri dari Kawasan Sentra Produksi Kerinjing, Gunung Dempo, Bandar dan Pengadonan. Untuk lokasi yang sudah ditetapkan sebagai pusat dan sentra kegiatan agropolitan perlu difasilitasi dengan fasiltias penunjang sehingga fungsi dan perannya sebagai pusat dan sentra produksi dapat berjalan. 5. Rencana Pembangunan Lapangan Golf Lokasi yang direncanakan untuk pembangunan lapangan golf di kaki Gunung Dempo, jika dilihat dari konsep pengembangan kepariwisataan Kota Pagar Alam yang lebih bernuansa ecotourism , maka jenis kegiatan ini kurang sejalan dengan konsep ecotourism itu sendiri. Pembangunan lapangan golf mempunyai kecenderungan merubah bentang alam dan juga vegetasi yang ada. Sedangkan konsep ecotourism cenderung untuk mempertahankan keaslian dan kealamian alamnya. Dengan menempatkan kawasan kaki Gunung Dempo sebagai pusat kegiatan pariwisata yang bernuasa ekologi, penempatan lapangan golf pada kawasan ini kurang tepat. Dilihat dari aspek fisik kawasan, daerah ini merupakan daerah rawan bencana dan juga merupakan daerah resapan air. Oleh karena itu maka dari aspek fisik alam, rencana pengembangan lapangan golf kurang tepat. Untuk lahan yang sudah dikuasai, perlu dicarikan bentuk penggunaan dan aktivitas yang dikembangkan yang lebih sesuai dengan karakteristik dan setting alamnya. Bilamana terdapat permintaan dan kebutuhan akan fasilitas golf, dapat dicari alternatif lokasi yang lebih tepat, misalnya dapat dikembangkan dekat dengan bandara, dimana para pemain golf yang datang dari luar daerah dapat langsung bermain disekitar bandara. Keberadan RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 III-14 Pemerintah Kota Pagar Alam fasilitas ini di daerah sekitar bandara akan merupakan komponen penarik untuk kawasan disekitar bandara dapat dikembangkan. 6. Kawasan Industri, Tempat Pemakaman Umum TPU, dan Tempat Pembuangan Akhir TPA Kawasan yang memuat ketiga kegiatan di atas dilihat dari lokasinya sudah sesuai, dimana jarak dari pusat kota relatif dekat. Dengan menyediakan lahan untuk kegiatan industri kecil pengrajin dalam satu kawasan akan memberikan peluang perkembangan yang lebih baik karena adanya aglomerasi kegiatan. Untuk kegiatan TPU dan TPA, lokasi ini juga cukup sesuai karena relatif mudah untuk dijangkau, tetapi tidak berada pada kawasan perumahan penduduk. Khusus untuk alokasi kegiatan untuk TPA, maka wilayah pelayanan dari TPA ini adalah sampah yang berasal dari kegiatan di pusat kota. Sedangkan untuk sampah dari daerah pertanian organik diharapkan dapat didaur ulang dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Hal-hal yang perlu dijaga dalam kawasan ini adalah pembatasan perkembangan kegiatan terutama untuk arahan pemanfaatan ruang sebagai permukiman, karena kegiatan permukiman cenderung tumbuh mendekati pusatobjek kegiatan. 7. Permukiman dan Perkebunan Kimbun Pengembangan areal permukiman didalam kawasan perkebunan pada satu sisi merupakan upaya untuk memperpendek jarak dari rumah ke tempat kerja. Pada sisi lain, pola permukiman yang akan dikembangkan belum tentu sejalan dengan karakter permukiman yang tumbuh dan berkembang pada dusun-dusun yang ada. Lebih lanjut, kegiatan perkebunan kopi yang ada sekarang merupakan kegiatan yang sudah berkembang dikelola oleh masyarakat secara individu dengan luasan rata-rata kurang lebih 1-2 Ha. Dengan permintaan luas lahan pengembangan Kimbun sebesar 2.500 Ha, akan sulit dilakukan karena lahan pengembangan kegiatan masyarakat sudah terbatas. Upaya pengembangan komoditas hasil perkebunan lebih diarahkan melalui kegiatan intensifikasi dari pada ekstensifikasi, bahkan luas areal perkebunan tanaman kopi akan berkurang bila program RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 III-15 Pemerintah Kota Pagar Alam reboisasi kawasan hutan lindung dilaksakan. Sampai saat ini hutan lindung yang terkonversi penggunaannya untuk areal tanaman kopi sudah cukup besar yaitu mendekati 8.000 Ha. 8. Pengembangan Jaringan Irigasi Potensi air dari sungai-sungai yang mengalir di Kota Pagar Alam untuk pembangunan jaringan irigasi memberikan peluang untuk pengembangan areal persawahan dalam jumlah yang cukup besar. Dari informasi rencana pengembangan jaringan irigasi Selangis dan Jaringan irigasi Air Lematang terdapat potensi pencetakan sawah seluas 4.017,70 Ha. Dalam rangka memperkuat ketahanan pangan maka dimungkinkan untuk mengkonversi lahan pertanian dan perkebunan yang ada untuk pencetakan sawah. Dalam hal ini luas areal pertanian dan perkebunan yang dapat dikonversikan disesuaikan dengan perkembangan jaringan irigasinya. Untuk itu dalam arahan pemanfaatan lahan perlu ditetapkan adanya kemungkinan konversi lahan pertanian dan perkebunan menjadi lahan persawahan. Areal pengembangan ini terutama di Kecamatan Dempo Tengah dan Dempo Selatan. 9. Rumah Pemotongan Hewan RPH Fasilitas RPH yang ada sekarang perlu segera dimanfaatkan. Adanya kegiatan pemotongan hewan akan membuka usaha-usaha lain seperti usaha penyamakan dan kerajinan barang dari kulit. Untuk itu perlu dialokasikan ruang untuk kegiatan ikutan dari usaha pemotongan hewan. Disamping itu perlu juga dirumuskan arah dan strategi pemanfaatan fasilitas yang ada, misalnya skala kegiatan pemotongan hewan yang menjadi target kegiatan RPH. Dengan adanya target pencapaian maka akan lebih mudah untuk memperkirakan kebutuhan ruang bagi kegiatan ikutannya. 10. Sport Centre Areal yang sudah dipersiapkan untuk pembangunan sport centre Kota Pagar Alam perlu ditetapkan arahan pemanfaatan ruangnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan adanya konflik kepentingan. Pengembangan suatu sentra atau pusat kegiatan akan cenderung mendorong timbulnya aktivitas ikutan yang juga membutuhkan lahan. Oleh karean itu master plan pengembangan sport centre dengan areal pengembangannya perlu segera ditetapkan. Selanjutnya perlu dilakukan pengawasan terhadap pemanfaatan lahan disekitar sport centre agar tidak terjadi konversi lahan pertanian dan atau perkebunan menjadi RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 III-16 Pemerintah Kota Pagar Alam areal perumahan atau kegiatan lainnya. Perlu diarahkan areal pengembangan sport centre dan daerah sekitarnya merupakan ruang terbuka hijau dengan melakukan pembatasan terhadap konversi lahan pertanianperkebunan. Dilihat dari rencana pembangunan kesepuluh komponen kota di atas, kemungkinan timbulnya konflik pemanfaatan ruang cukup besar, demikian pula dengan terjadinya konversi lahan pertanianperkebunan menjadi kawasan terbangun kota akan membuka peluang untuk timbulnya konversi lahan pertanianperkebunan. Untuk itu perlu dirumuskan langkah-langkah penanganannya sehingga konflik kepentingan antar program dapat diminimalkan. Gambaran dari peluang konflik kepentingan antar kegiatan pembangunan di Kota Pagar Alam dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel ...... ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR NO KEBIJAKAN POTENSI KONFLIK KONFLIK KEPENTINGAN OUTPUT REKOMENDASI 1 Pengembangan TAHURA  Penguasaan dan pemanfaatan lahan untuk TAHURA dan kegiatan lainnya.  Terdapat konflik kepentingan artara kawasan hutan lindung dan kawasan perkebunan kopi Perlu deliniasi yang tegas untuk areal pengembangan TAHURA Dilakukan pengukuran batas deliniasi hutan lindung dengan kawasan budidaya. 2 Pengembangan Pusat Pemerintahan di Gunung Gare Dusun Tanjung Cermin, luas kawasan ± 100 Ha  Masuk dalam daerah rawan bencana Gunung Dempo  Potensi terbentuknya kegiatan lain selain kegiatan pemerintahan  Potensi kerusakan fisik bangunan akibat bencana alam  Ada kemungkinan tumbuh berkembang pusat permukiman di sekitar Kawasan Pemerintahan yang baru Layak dikembangkan dengan catatan sebagai Kawasan pengembangan terbatas Selain fungsi kegiatan pemerintahan diarahkan sebagai lokasi pengembangan sumberdaya, bukan permukiman 3 Pengembangan Bandara Pagar Alam di Dusun Mingkik Kelurahan Atung Bungsu alokasi lahan ± 62 Ha Kelurahan Atung Bungsu masuk dalam pengembangan pusat agropolitan Kota Pagar Alam dan rencana pengembangan peternakan pengembukan sapi Pada lokasi ini sudah ditetapkan melalui SK Walikota sebagai kawasan pengembangan peternakan sapi. Adanya aktivitas bandara akan mengakibatkan dampak negatif terhadap perkembangan ternak sapi. SK Penetapan Kawasan Pengembangan Ternak Sapi dicabut dan dicari lokasi untuk pengganti. Kawasan Atung Bungsu dijadikan sebagai pusat pelayanan Kota Pagar Alam dengan potensi pengembangan sektor transportasi udara, permukiman dan industri 4 Rencana pembangunan lapangan golf di Kelurahan Curup Jare dengan alokasi lahan ± 17 Ha  Masuk dalam daerah rawan bencana Gunung Dempo  Berada pada daerah resapan air  Topografi bergelombang dengan elevasi ± 1000 m di atas permukaan laut Perubahan fungsi lahan akibat aktivitas golf Tidak layak untuk dikembangkan dengan pertimbangkan mempertahan kan fungsi resapan air Rencana pembangunan golf dialihkan ke lokasi lain dengan daya dukung tinggi 5 Rumah Pemotongan Hewan RPH di Kelurahan Repah Tinggi Masuk dalam DAS Selangis Kecil Potensi kerusakan lingkungan akibat aktivitas rumah pemotongan hewan Layak untuk dikembangkan dengan catatan sebagai pengembangan kegiatan terbatas Kegiatan pemotongan hewan bisa terus dilaksanakan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan catatan adanya batasan kegiatan di sekitar lokasi tersebut. 6 Rencana Permukiman dan Perkebunan KIMBUN di Kelurahan Jokoh, alokasi lahan ± 2500 Ha.  Pembukaan askes yang tidak menutup kemungkinan akan terjadinya perkembangan kegiatan permukiman Pengembangan kawasan permukiman Tidak layak untuk dikembangkan Permukiman dan Perkebunan sebaiknya tidak dikembangkan pada lokasi yang telah ditetapkan sebagaimana fungsinya. Arah pengembangan permukiman lebih kepada konsep kasiba dan lisiba. RENSTRA BAPPEDA Kota Pagar Alam 2013 -2018 III-17 Pemerintah Kota Pagar Alam NO KEBIJAKAN POTENSI KONFLIK KONFLIK KEPENTINGAN OUTPUT REKOMENDASI  Lokasi berdekatan dengan kawasan lindung 7 Pembangunan jalan lokal di kawasan perkebunan kopi, lokasi di Kelurahan Alun Dua Pengembangan kegiatan permukiman di sepanjang koridor jalan. Perubahan fungsi lahan di sepanjang koridor jalan Sebagai kawasan pengembangan terbatas Pembangunan jalan lokal perlu dibatasi 8 Pembangunan Sport Centre di Kelurahan Tambak Ulas dengan alokasi lahan ± 14 Ha Perkembangan kegiatan ikutan seperti permukiman Potensi konflik kepentingan dengan adanya konfersi lahan Layak untuk dikembangkan Rencana pembangunan Kawasan sport centre terus dilaksanakan sehingga dalam arahan pemanfaatan ruang alokasi lahan telah dipertimbangkan 9 Penetapan lokasi Industri, TPU dan TPS di Kelurahan Alun Dua dengan alokasi luas 20 Ha Tidak optimalny pemanfaatan lokasi dengan fungsi yang telah ditetapkan Berubah fungsi pemanfaatan lahan dengan kegiatan lain, terutama kegiatan permukiman, karena faktor lokasi yang strategis dengan fusat kota Aspek lokasi yang sesuai maka layak untuk dikembangkan terutama optimasi kegiatan dengan memanfaatkan lokasi yang sudah ditetapkan, Pembatasan perkembangan kegiatan terutama untuk arahan pemanfaatan ruang sebagai permukiman

3.5 Analisis terhadap KLHS