Umum Tata Cara dan Jangka Waktu Penahanan

27 Dalam konteks regional, Pengadilan HAM Eropa menjelaskan bahwa Pasal 5 ayat 2 Konvensi Eropa mengandung maksud bahwa setiap orang yang ditangkap harus diberitahu, secara gamblang, dan dengan bahasa yang sederhana yang dimengertinya, alasan esensial dan faktual penangkapannya, sehingga ia dapat menguji keabsahan penangkapannya di kemudian hari . 355 Lebih jauh Konvensi Eropa mensyaratkan bahwa penahanan terhadap seseorang harus diberitahu sesegera u gki alasa pe aha ya. Istilah sesegera mungkin promptly dalam konteks ini harus ditafsirkan langsung, kecuali jika ada hal-hal yang tak dapat dihindarkan, penundaan pemberitahuan alasan penahanan dapat ditoleransi, misalnya untuk mencari penerjemah. 356 Pengadilan HAM Eropa telah e yataka ah a batas waktu beberapa ja antara waktu penahanan dan interogasi, sehingga tahanan baru mengetahui alasan penahannnya, bahkan tidak dapat dianggap sebagai alasan penundaan tersebut. 357 Komisi Eropa menyatakan bahwa Pasal 5 2 pada Konvensi Eropa mensyaratkan bahwa setiap ora g ya g ditaha harus diinformasikan selengkapnya fakta-fakta dan kejadian yang e jadika dasar keputusa pe aha a diri a . Artinya, terdakwa harus dapat menyatakan – apakah ia mengakui atau menolak tuduhan yang ditimpakan kepadanya. 358 Persyaratan dalam memberikan informasi secepatnya tentang tuduhan tindak kriminal memiliki dua tujuan. Pertama, memberikan informasi kepada semua orang yang ditangkap atau ditahan untuk menguji keabsahan penahanan mereka. Kedua, membuka peluang bagi siapa pun yang menghadapi proses persidangan atas tuduhan tindak kriminal, baik ditahan maupun dalam tahanan luar, untuk mempersiapkan pembelaan. 359 Konvensi Eropa adalah satu-satunya perjanjian yang secara ekspresif mensyaratkan keharusan memberitahu tahanan alasan penangkapan agar dapat mengimbangi informasi tentang tuduhan yang dijatuhkan didakwakan, dan diberitahukan dalam bahasa yang dimengertinya. 360 Agar lebih efektif, informasi yang diberikan harus dalam bahasa yang dimengerti oleh tersangkaterdakwa. Siapapun yang ditangkap, didakwa, ataupun ditahan, dan tidak memahami bahasa yang digunakan oleh pejabat yang berwenang, berhak untuk mendapatkan informasi dalam bahasa yang dimengertinya —apa saja hak-haknya dan bagaimana menggunakan hak-hak tersebut, mengapa mereka ditangkap atau ditahan, dan tuduhan apa yang ditimpakan kepadanya. Mereka juga berhak atas catatan tertulis mengenai alasan, dan waktu penangkapan mereka, serta pemindahan tempat tahanan, tanggal dan waktu pemeriksaan hakim atau petugas berwenang, siapa yang menangkap atau menahan mereka dan di mana mereka ditahan. 361 Tak hanya itu, mereka juga berhak atas penerjemah yang membantu mereka dalam proses hukum setelah penangkapan, secara gratis atau dibayar jika diperlukan. 362 Jika orang yang ditangkap atau ditahan adalah warganegara asing, maka mereka harus diberitahu hak-hak mereka untuk berkomunikasi dengan kedutaan atau kantor konsuler mereka. Jika orang lokal ditahan selama 50 jam tanpa diberitahu alasan-alasan penahanannya Kasus Portorea, Republik Dominique, 1881984, 2 Sel.Doc.214. 355 Lihat Fox, Campbell dan Hartley, 181989178234-236, 30 Agusutus 1990, paragraf 40-41. 356 Lihat Pasal 5 2 Konvensi Eropa 357 Lihat Fox, Campbell dan Hartley, 181989178234-236, 30 Agustus 1990, paragraf 42. 358 Lihat X. v. Federal Republic of German 809877, 13 Desember 1978, 16 DR 11, hal.114. 359 Penegasan serupa dapat ditemukan dalam Prinsip- prinsip Dasar Penahanan. Pada Prinsip 13 dinyatakan, “Setiap orang, pada saat penangkapan dan awal penahanan atau pemenjaraan harus diinformasikan dan dijelaskan hak-haknya serta bagaimana menggunakan hak-hak tersebut oleh petugas yang bertanggungjawab atas penangkapan, penahanan maupun pemenjaraannya ”. Juga dalam Prinsip Dasar Peran Pengacara, Prinsip 5 menyatakan, “Pemerintah harus memastikan bahwa semua orang harus diinformasikan segera hak mereka atas untuk didampingi pengacara atas pilihan mereka sendiri oleh petugas yagn berwenang saat penangkapan, penahanan atau saat didakwa dengan tuduhan kejahatan kriminal ”. 360 Lihat Pasal 5 2 Konvensi Eropa. 361 Lihat Prinsip No. 14 – Prinsip-prinsip Dasar Penahanan. 362 Lihat Prinsip No. 14 – Prinsip-prinsip Dasar Penahanan. 28 tersebut adalah pengungsi atau tidak memiliki kewarganegaraan, atau memiliki perlindungan dari organisasi pemerintah, mereka harus diberitahu dengan segera agar secepatnya berhubungan dengan organisasi internasional yang menangani mereka. 363

B. Tata cara penahanan

Aturan mengenai tata cara penahanan atau penahanan lanjutan baik yang dilakukan penyidik maupun penuntut umum serta hakim merujuk pada ketentuan Pasal 21 ayat 2 dan ayat 3 KUHAP. Jika penyidik atau penuntut umum yang melakukan penahanan, maka penyidik atau penuntut umum tersebut harus mengeluarkan surat perintah penahanan. Namun, jika yang melakukan penahanan adalah hakim, maka hakim akan mengeluarkan Surat Penetapan Penahanan. Muatan Surat Perintah Penahanan atau Surat Penetapan Penahanan, yaitu: 1. Identitas tersangkaterdakwa, nama, umur, pekerjaan, jenis kelamin dan tempat tinggal 2. Menyebutkan alasan penahanan. Misalnya untuk kepentingan penyidikan atau pemeriksaan sidang pengadilan. 3. Uraian singkat kejahatan yang disangkakan atau yang didakwakan. Tujuannya agar yang bersangkutan tahu dan dapat mempersiapkan diri melakukan pembelaan dan juga untuk kepastian hukum 4. Menyebutkan dengan jelas di tempat mana ia ditahan untuk memberikan kepastian hukum bagi yang ditahan dan keluarganya. Di tingkat penyidikan, penahanan wajib dilengkapi surat perintah penahanan yang dikeluarkan oleh penyidik atau atasan penyidik selaku penyidik. Penahanan tersebut dilakukan setelah melalui mekanisme gelar perkara. Surat perintah penahanan yang ditandatangani oleh pejabat, tembusannya wajib disampaikan kepada keluarga danatau penasihat hukum tersangka. 364 Tanpa adanya surat penahanan tersebut, maka penahanan demikian menjadi penahanan yang tidak sah dan tidak berdasarkan hukum. Menteri Kehakiman telah mengeluarkan Instruksi Menteri Kehakiman Nomor: J.C.51918 Tahun 1964 Tentang Pembebasan Tahanan Yang Ditahan Tanpa Surat Perintah Penahanan Yang Sah. Surat ini menginstruksikan kepada Kepala Direktorat Pemasyarakatan; Semua Kepala Inspektorat Pemasyarakatan Daerah; Semua DirekturPimpinan Pemasyarakatan Daerah; dan Semua DirekturKepala Lembaga Pemasyarakatan, agar tidak menerima titipan seorang sebagai tahanan tanpa surat perintah yang sah, atau tidak menerima orang titipan sebagai tahanan yang tidak berdasarkan surat perintah penahanan yang sah. Apabila terjadi situasi demikian, sesudah memberitahukan tentang akan dibebaskannya tahanan kepada instansi yang menitipkannya, pihak perawat tahanan pihak pemasyarakatan akan segera membebaskan tiap orang yang tidak diperpanjang penahannya dengan surat perintah penahanan yang sah. Pemberian tembusan surat perintah penahanan atau penahanan lanjutan atau penetapan penahanan wajib disampaikan kepada keluarga orang yang ditahan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian kepada keluarga dan sebagai upaya kontrol dari pihak keluarga tersangka untuk menilai apakah tindakan penahanan sah atau tidak. Pihak keluarga diberi hak oleh undang- undang meminta ke pengadilan untuk memeriksa sah tidaknya penahanan melalui lembaga praperadilan. 363 Lihat Pasal 36 Konvensi Wina tentang Hubungan Konsuler, Lihat juga Prinsip Dasar Penahanan, Prinsip No.16 2. 364 Lihat Pasal 45 Perkap No. 14 Tahun 2012. 29 Penahanan tanpa surat perintah hanya dapat dilakukan dalam perkara tindak pidana kekeradan dalam rumah tangga KDRT. Berdasarkan ketentuan Pasal 35 UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, disebutkan: 1. Kepolisian dapat menangkap untuk selanjutnya melakukan penahanan tanpa surat perintah terhadap pelaku yang diyakini telah melanggar perintah perlindungan, walaupun pelanggaran tersebut tidak dilakukan di tempat polisi itu bertugas; 2. Penangkapan dan penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib diberikan surat perintah penangkapan dan penahanan setelah 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam; 3. Penangguhan penahanan tidak berlaku terhadap penahanan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2. Selanjutnya dalam Pasal 36, dinyatakan: 1. Untuk memberikan perlindungan kepada korban, kepolisian dapat menangkap pelaku dengan bukti permulaan yang cukup karena telah melanggar perintah perlindungan; 2. Penangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilanjutkan dengan penahanan yang disertai surat perintah penahanan dalam waktu 1 x 24 jam. Pengecualian lainnya terdapat dalam tindak pidana bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik, namun persyaratannya justru lebih berat untuk melakukan penahanan. Berdasarkan ketentuan Pasal 43 ayat 6 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tindakan penangkapan dan penahanan terhadap tersangka oleh penyidik harus terlebih dahulu meminta penetapan Ketua Pengadilan Negeri setempat, dengan melalui Penuntut Umum dalam waktu satu kali dua puluh empat jam.

C. Tata cara penahanan yang mendapat perlakuan khusus