Perancis Instrumentasi yang menjamin perlindungan dari penahanan sewenang-wenang
19 Secara tradisional, penyelidikan tersebut ditulis dan dilakukan secara rahasia. Namun pada
prinsipnya, investigasi kriminal tetap diawasi oleh Judge d’I stru tio maupun Procureur. Sebagai
Magistrats, keduanya berbagi dalam kewenangan, Procureur dan Judge d’I stru tio dibebankan
untuk bertindak demi kepentingan publik yang lebih luas dalam semua aspek pekerjaan mereka. Dengan cara ini, sebagai aparat peradilan yang netral dan obyektif, mereka bertanggung jawab
untuk semua aspek penyelidikan.
49
J udge d’ i stru tio berwenang memeriksa terdakwa, saksi-saksi
dan alat-alat bukti lainnya. Tak hanya itu, j udge d’ I stru tio dapat membuat berita acara
pemeriksaan, melakukan penahanan, penyitaan, bahkan menentukan apakah cukup alasan untuk dilimpahkan ke pengadilan. Akan tetapi, hanya perkara besar dan sulit pembuktiannya yang
dilakukan pemeriksaan melalui j udge d’ i stru tio .
50
Penyidikan di Perancis biasanya dimulai dengan pernyataan dari polisi untuk mengidentifikasi tersangka. Polisi dapat menahan seseorang
—menempatkan mereka dalam garde à vue—karena ada kecurigaan bahwa ia telah melakukan atau mencoba melakukan tindak kejahatan dengan ancaman
hukuman setidaknya satu tahun penjara dan petugas menganggap penahanan diperlukan untuk penyelidikan. Kemudian, polisi harus memberitahukan kepada Procureur. Apabila laporan tidak
ditindaklanjuti oleh polisi danatau jaksa dengan melakukan penyelidikan, korbanpelapor dapat membawanya ke j
udge d’ i stru tio .
51
Penahanan di garde à vue dapat dilakukan selama 24 jam dan Procureur dapat memberikan perpanjangan hingga 24 jam berikutnya. Pengawasan Procureur adalah jaminan utama perawatan
yang tepat untuk tersangka. Dalam kasus yang lebih serius kejahatan terorganisir, perdagangan narkoba dan terorisme, à garde vue dapat diperpanjang untuk dua tambahan periode 24 jam. Ini
dilakukan oleh penahanan des juge libertés et de la atau j
udge d’ i stru tio atas permintaan Procureur. Tersangka harus diperiksa oleh seorang dokter yang akan menyarankan apakah
seseorang tersebut dapat ditahan selama 48 jam. Dalam kasus tersebut, hak untuk mendapatkan pengacara bisa ditunda hingga 72 jam tergantung pada sifat pelanggarannya.
Setelah di garde à vue, tersangka harus diberitahu, dalam bahasa yang ia mengerti, mengenai bentuk dan tanggal pelanggaran yang dilakukan, hak-haknya untuk menginformasikan seseorang
dari penahanan, untuk diperiksa oleh dokter, untuk menemui pengacara, dan hak untuk membuat pernyataan, untuk menjawab pertanyaan, atau untuk tetap diam. Dia juga harus diberitahu
mengenai waktu penahanan yang diijinkan, juga diberi bantuan seorang penerjemah jika diperlukan. Sedangkan, Procureur bertanggung jawab mengarahkan kegiatan polisi, mengawasi setiap tahanan
polisi dan interogasi terhadap tersangka yang ditahan di garde à vue, termasuk memutuskan apakah penyelidikan tersebut harus dilanjutkan, atau ada alternatif lain dalam penuntutan seperti mediasi.
Dalam sebagian kecil kasus hanya 4 Procureur mengacu kepada perintah dari j
udge d’ i stru tio , yang memiliki kekuasaan lebih luas dalam penyelidikan. Penggunaan kewenangan yang berbeda dari
investigasi dan prosedur akan sangat tergantung pada klasifikasi pelanggaran yang bersangkutan. Dalam kasus kejahatan keterlibatan j
udge d’ i stru tio adalah wajib, berdasarkan permintaan Procureur, atau jika itu adalah Delit
—kejahatan mencolok. Keterlibatan ini akan berlangsung hingga pemeriksaan pendahuluan dan tidak ada batasan waktu. Bahkan pada beberapa kasus, j
udge d’
49
Lihat Jacqueline Hodgson, Constructing the pre-trial role of the defence in French criminal procedure: An adversarial outsider in an inquisitorial process? Versi elektronik tersedia di http:ssrn.comabstract=1503997
.
50
Andi Hamzah, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hal. 193.
51
Lihat Jacqueline Hodgson, French Criminal Justice ... Op.Cit., hal 41.
20 instruction memainkan peran yang lebih besar dalam konsultasi dengan polisi dan kadang-kadang
kantor jaksa untuk menentukan arah penyelidikan. J
udge d’ i stru tio wajib bertanggung jawab atas kasus setelah dia diminta untuk mengawasinya. Namun, jika ia tidak mampu atau tidak mau melakukan tindakan tertentu, polisi dapat diberi
kewenangan untuk melakukannya dengan cara commission rogatoire. Dalam praktiknya, polisi cenderung menikmati otonomi yang cukup besar dalam penyelidikan, bahkan ketika Procureur atau
j udge d’ i stru tio terlibat di dalam prosesnya. Hal ini khususnya terjadi di kota-kota besar, dengan
beban kerja pengadilan yang cenderung sangat berat. Procureur atau j
udge d’ i stru tio cenderung mendelegasikan fungsi penyidikan ke polisi, kecuali dalam kasus yang penting atau serius. Instruksi ini harus dilakukan secara resmi oleh j
udge d’ instruction oleh commission rogatoire yang dapat berperan dalam hal tertentu. Pencarian tempat
tinggal dan intersepsi komunikasi harus disahkan oleh j udge d’ i stru tio kecuali dalam kasus
pelanggaran mencolok di mana polisi memiliki kekuasaan yang lebih luas, meskipun tunduk pada kontrol Procureur tersebut. Dalam praktiknya, kekuasaan ini biasanya akan dilakukan oleh polisi.
Beberapa hal tidak dapat didelegasikan, termasuk penerbitan surat perintah penangkapan dan interogasi formal saksi.
Procureur cenderung untuk mengawasi penyelidikan polisi, sementara j
udge d’i stru tion bertanggung jawab atas perintah penyelidikan. Dengan demikian, sistem ini dapat disebut model
penyelidikan diawasi, dengan adanya keterlibatan dari j udge d’ i stru tio . Setelah judge d’
instruction terlibat dalam penyelidikan, maka Procureur tidak lagi bertanggung jawab mengawasi, hingga berkasnya dikembalikan oleh j
udge d’ i stru tio .