Tata cara penahanan Tata Cara dan Jangka Waktu Penahanan

29 Penahanan tanpa surat perintah hanya dapat dilakukan dalam perkara tindak pidana kekeradan dalam rumah tangga KDRT. Berdasarkan ketentuan Pasal 35 UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, disebutkan: 1. Kepolisian dapat menangkap untuk selanjutnya melakukan penahanan tanpa surat perintah terhadap pelaku yang diyakini telah melanggar perintah perlindungan, walaupun pelanggaran tersebut tidak dilakukan di tempat polisi itu bertugas; 2. Penangkapan dan penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib diberikan surat perintah penangkapan dan penahanan setelah 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam; 3. Penangguhan penahanan tidak berlaku terhadap penahanan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2. Selanjutnya dalam Pasal 36, dinyatakan: 1. Untuk memberikan perlindungan kepada korban, kepolisian dapat menangkap pelaku dengan bukti permulaan yang cukup karena telah melanggar perintah perlindungan; 2. Penangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilanjutkan dengan penahanan yang disertai surat perintah penahanan dalam waktu 1 x 24 jam. Pengecualian lainnya terdapat dalam tindak pidana bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik, namun persyaratannya justru lebih berat untuk melakukan penahanan. Berdasarkan ketentuan Pasal 43 ayat 6 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tindakan penangkapan dan penahanan terhadap tersangka oleh penyidik harus terlebih dahulu meminta penetapan Ketua Pengadilan Negeri setempat, dengan melalui Penuntut Umum dalam waktu satu kali dua puluh empat jam.

C. Tata cara penahanan yang mendapat perlakuan khusus

Penahanan terhadap seseorang yang mendapat perlakuan khusus menurut peraturan perundang- undangan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari pejabat tertentu, sesuai dengan ketentuan. Secara umum, tata caranya serupa dengan KUHAP. Pejabat yang berwenang menandatangani surat perintah penahanan adalah penyidik atau atasan penyidik selaku penyidik. Surat perintah penahanan yang ditandatangani oleh pejabat, tembusannya wajib disampaikan kepada keluarga danatau penasihat hukum tersangka. 365 Perlakuan khusus terkait dengan tata cara penahanan diterapkan pada sejumlah jabatan berikut ini: 365 Pasal 46 Perkap 14 tahun 2012 tentang manajeman tingkat penyidikan 30

a. Penahanan Ketua, Wakil Ketua Pengadilan atau Hakim

Pasal 20 UU No. 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak menyatakan: Ketua, Wakil Ketua, atau Hakim dapat ditangkap danatau ditahan hanya atas perintah Jaksa Agung setelah mendapat persetujuan Presiden, kecuali dalam hal: i tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; atau ii disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara. Pelaksanaan penangkapan atau penahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 paling lambat dalam waktu dua kali 24 jam harus sudah dilaporkan kepada Ketua Mahkamah Agung. Dalam hal Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung, dapat ditangkap atau ditahan hanya atas perintah Jaksa Agung setelah mendapat persetujuan Presiden, kecuali dalam hal: i tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; atau ii berdasarkan bukti permulaan yang cukup, disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati, atau tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara. Jika penangkapan dan penahanan dilakukan dengan dasar pengecualian tersebut, maka tindakan tersebut harus dilaporkan kepada Jaksa Agung selambat-lambatnya dalam waktu dua kali 24 jam. 366 Selanjutnya Pasal 26 UU No. 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum menyatakan: Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan dapat ditangkap atau ditahan atas perintah Jaksa Agung setelah mendapat persetujuan Ketua Mahkamah Agung, kecuali dalam hal: i tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; ii disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati; atau iii disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara. Ketentuan serupa juga diatur di dalam Pasal 25 UU No. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, dan ketentuan Pasal 26 UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

b. Penahanan terhadap Jaksa

Pasal 8 UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia menyebutkan, terhadap jaksa yang diduga melakukan tindak pidana maka pemanggilan, pemeriksaan, penggeledahan, penangkapan, dan penahanan terhadap jaksa yang bersangkutan hanya dapat dilakukan atas izin Jaksa Agung. Menurut penjelasannya, tindakan ini dilakukan guna memberikan perlindungan kepada Jaksa, sebagaimana telah diatur dalam Guidelines on the Role of Prosecutors dan International Association of Prosecutors. Dalam panduan tersebut dikatakan, negara menjamin jaksa sanggup untuk menjalankan profesi mereka tanpa intimidasi, gangguan, godaan, campur tangan yang tidak tepat atau pembeberan yang belum diuji kebenarannya baik terhadap pertanggungjawaban perdata, pidana, maupun pertanggungjawaban lainnya. 366 Lihat ketentuan Pasal 17 UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung .