79
Raskin telah dinyatakan terbukti oleh Pengadilan Negeri Ketapang, yaitu bahwa H. Mahruni bin Ma’ah selaku Kepala Desa dinyatakan
bersalah melakukan tindak pidana penggelapan Raskin“. Begitu juga dalam putusan No. 1430 K Pid2011 dimana Mahkamah Agung
berpendapat bahwa “Bahwa, apa yang dikatakan oleh Terdakwa bahwa Indra Suheri pernah meminta 2 dua unit ruko rumah toko kepada
Benny Basri adalah benar berasal dari perkataan Benny Basri sendiri ketika berada di Hotel Tiara“.
5. Mere Vulgar Abuse
Mere vulgar abuse adalah sebuah pernyataan yang vulgar namun tidak
dikategorikan sebagai menghina karena tidak dimaksudkan untuk merendahkan kehormatan. Contohnya, pernyataan yang dibuat dalam
kondisi yang emosional. Dalam konteks ini terdapat putusan Nomor: 02 Pid2011 PT.Sultra dimana Pengadilan berpendapat “Bahwa kata-kata
terdakwa: saya tidak mau minta maaf biar saya mati ditanah nenek moyang saya, adalah bukan merupakan unsur pidana sebagaimana diatur dalam
Pasal 315 KUHP. Demikian pula dengan kata “SUNTILI” bukan berarti Penghinaan; Bahwa menurut Pengadilan Tinggi dari gerakan tangan
terdakwa dan demikian pula dengan kata-katanya yanitu “SUNTILI” yang berarti KESAL, hal tersebut sama sekali bukan merupakan penghinaan,
tetapi hanya ungkapan rasa KESAL dari Terdakwa kepada diri terdakwa sendiri yang tidak di tujukan kepada korban.”
Dalam putusan lain, meskipun Terdakwa dinyatakan bersalah, namun Pengadilan juga menyadari kemungkinan terjadinya pernyataan
yang dibuat berdasarkan emosi dan spontanitas, oleh karena itu Pengadilan mengubah jenis hukuman dari hukuman penjara menjadi
hukuman percobaan seperti dalam putusan No No: 07PID 2011PTK yang menyatakan “Menimbang, bahwa perbuatan terdakwa yang
mengucapkan kata-kata penghinaan kepada saksi EG, adalah secara spontan, dalam emosi karena cemburu melihat saksi EG sedang berdua
dengan GG di pasar Swalayan dan Terdakwa sebagai isteri dari GG, mengetahui EG, adalah isteri kedua dari GG”.
80
6. Priviledge and malice
Meski dalam teori hukum yang terdapat di Indonesia tidak ada ketentuan yang dapat menjustifi kasi alasan pembenar ini, namun
dalam praktek hal ini cukup sering ditemukan. Dan alasan ini menjadi salah satu argumen yang dipergunakan oleh Pengadilan untuk
membebaskan terdakwa atau menolak gugatan Penggugat untuk perkara-perkara penghinaan
6.1. Laporan ke Penegak hukum bukanlah penghinaanperbuatan melawan hukum
Dalam banyak hal, laporan ke penegak hukum seringkali juga menimbulkan perkara penghinaan, apalagi jika kemudian laporan
tersebut dihentikan oleh penyidik atau dibebaskan oleh Pengadilan. Dalam putusan No. 1378 KPid2005, Mahkamah Agung telah
menyatakan “bahwa isi surat yang dikirim kepada saksi Dr. S. J. M Koamesah merupakan klaim atas tanah yang menyangkut perkara
perdata, karena Terdakwa merasa berhak atas tanah yang dikuasai saksi; bahwa tembusan surat yang dikirim Terdakwa adalah ditujukan
kepada pejabat resmi seperti Kapolres, Kajari dan Ketua Pengadilan Negeri yang berkualitas sebagai penegak hukum. Hal ini logis karena
klaim Terdakwa menyangkut masalah hukum. Tembusan surat juga ditujukan kepada aparatur pemerintahan yang berkaitan dengan
kepemilikan tanah seperti BPN, Camat dan Kelurahan.”
Demikian juga dalam putusan Nomor: 255 K Pid 2011 dimana Mahkamah Agung menyatakan “Bahwa, tindakan Terdakwa menulis
surat kepada atasan saksi korban, Kasat Reskrim Polres Aceh, yaitu Kapolda NAD sebagai bentuk kontra warga pencari keadilan
agar laporannya ditindaklanjuti dan haknya untuk melakukan pra peradilan tidak dihalang-halangi. Terbukti saksi pelapor sebagai Kasat
Reskrim membujuk Terdakwa bahkan dengan memberi uang sebesar Rp. 500.000., agar Terdakwa dapat menerima penghentian penyidikan
terhadap masalah racun hama decis palsu dan tidak meneruskan pra