Good Faith Statement Alasan-Alasan Pembelaan di Pengadilan

78 Rp. 500.000., agar Terdakwa dapat menerima penghentian penyidikan terhadap masalah racun hama decis palsu dan tidak meneruskan pra peradilan dapat menjadi alasan bagi terdakwa untuk menyampaikan keluhannya kepada atasan saksi pelapor. Jadi bukan bentuk fi tnah penistaan tertulis.” Dalam perkara perdata, hal ini juga dapat dilihat dari Putusan No 105 KPDT2003, dimana Mahkamah Agung menyatakan “tidak ternyata para Tergugat menyebut nama Penggugat dalam pemberitaan pers”. Lebih lanjut dinyatakan “bahwa judex facti salah menerapkan hukum, karena yang dilakukan Tergugat I dan Tergugat II adalah menuntut haknya untuk mendapatkan keadilan atas penderitaannya dan menuntut proses penyidikan atas peristiwa yang telah diadukan kepada PolisiPenyidik; bahwa judex facti salah menerapkan hukum, karena yang dikeluhkan oleh Tergugat I dan Tergugat II adalah kelambanan Penyidik memproses pengaduannya. Jadi yang menjadi subyek keluhan dalam pemberitaan koran yang d ij adikan dasar gugatan adalah Penyidik dan Penggugat adalah Terlaporberada dalam laporan Polisi”. Demikian juga dalam Putusan No. 2142 KPdt 2009, dimana Mahkamah Agung juga menegaskan “Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat berupa pesan-pesan melalui website, masih dapat dikategorikan untuk memberi peringatan kepada orang lain atas perbuatan Penggugat. Bahwa sesungguhnya yang paling dirugikan dalam hubungan Penggugat dengan Tergugat adalah Tergugat karena sesungguhnya Penggugatlah yang harus bertanggung jawab atas perlakuan Penggugat terhadap Tergugat yang masih di bawah umur”.

4. Kebenaran Pernyataan Truth

Kebenaran pernyataan atau truth dalam prakteknya juga digunakan sebagai alasan pembenar dari Pengadilan dalam perkara-perkara penghinaan yaitu dalam putusan No. 899 KPid2010 dimana Mahkamah Agung berpendapat “Bahwa apa yang disampaikan Terdakwa atas perbuatan saksis korban sehubungan dengan penyalahgunaan bantuan 79 Raskin telah dinyatakan terbukti oleh Pengadilan Negeri Ketapang, yaitu bahwa H. Mahruni bin Ma’ah selaku Kepala Desa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan Raskin“. Begitu juga dalam putusan No. 1430 K Pid2011 dimana Mahkamah Agung berpendapat bahwa “Bahwa, apa yang dikatakan oleh Terdakwa bahwa Indra Suheri pernah meminta 2 dua unit ruko rumah toko kepada Benny Basri adalah benar berasal dari perkataan Benny Basri sendiri ketika berada di Hotel Tiara“.

5. Mere Vulgar Abuse

Mere vulgar abuse adalah sebuah pernyataan yang vulgar namun tidak dikategorikan sebagai menghina karena tidak dimaksudkan untuk merendahkan kehormatan. Contohnya, pernyataan yang dibuat dalam kondisi yang emosional. Dalam konteks ini terdapat putusan Nomor: 02 Pid2011 PT.Sultra dimana Pengadilan berpendapat “Bahwa kata-kata terdakwa: saya tidak mau minta maaf biar saya mati ditanah nenek moyang saya, adalah bukan merupakan unsur pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 315 KUHP. Demikian pula dengan kata “SUNTILI” bukan berarti Penghinaan; Bahwa menurut Pengadilan Tinggi dari gerakan tangan terdakwa dan demikian pula dengan kata-katanya yanitu “SUNTILI” yang berarti KESAL, hal tersebut sama sekali bukan merupakan penghinaan, tetapi hanya ungkapan rasa KESAL dari Terdakwa kepada diri terdakwa sendiri yang tidak di tujukan kepada korban.” Dalam putusan lain, meskipun Terdakwa dinyatakan bersalah, namun Pengadilan juga menyadari kemungkinan terjadinya pernyataan yang dibuat berdasarkan emosi dan spontanitas, oleh karena itu Pengadilan mengubah jenis hukuman dari hukuman penjara menjadi hukuman percobaan seperti dalam putusan No No: 07PID 2011PTK yang menyatakan “Menimbang, bahwa perbuatan terdakwa yang mengucapkan kata-kata penghinaan kepada saksi EG, adalah secara spontan, dalam emosi karena cemburu melihat saksi EG sedang berdua dengan GG di pasar Swalayan dan Terdakwa sebagai isteri dari GG, mengetahui EG, adalah isteri kedua dari GG”.