Cara-Cara Penyelesaian Paksa atau Kekerasan

75  Iktikad baik good faith;  Larangan penggunaan kekerasan dalam penyelesaian sengketa;  Kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa;  Kebebasan memilih hukum yang akan diterapkan terhadap pokok sengketa;  Kesepakatan para pihak yang bersengketa konsensus;  Penggunaan terlebih dahulu hukum nasional negara untuk menyelesaikan suatu sengketa prinsip exhaustion of local remedies;  Prinsip-prinsip hukum internasional tentang kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah negara-negara. Di samping ketujuh prinsip di atas, PBB memuat prinsip lain yang bersifat tambahan, yaitu :  Larangan intervensi, baik terhadap masalah dalam maupun luar negeri para pihak;  Persamaan hak dan penentuan nasib sendiri;  Persamaan kedaulatan negara-negara;  Kemerdekaan dan hukum internasional.

2. Cara-Cara Penyelesaian Paksa atau Kekerasan

Apabila negara-negara tidak mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa mereka secara persahabatan maka cara pemecahan yang mungkin adalah dengan melalui cara-cara kekerasan. Prinsip-prinsip dari cara penyelesaian melalui kekerasan adalah : 110 110 J.G. Starke, Op.Cit., hlm. 679 76 a. Perang dan Tindakan bersenjata Non-perang Keseluruhan tujuan dari perang adalah untuk menaklukan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat penyelesaian di mana negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya 111 . b. Retorsi retorsion Retorsi adalah istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan tidak pantas atau tidak patut dari negara lain, balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat di dalam konferensi negara yang kehormatannya dihina 112 . c. Tindakan-tindakan Pembalasan Repraisals Pembalasan adalah metode-metode yang dipakai oleh negara-negara untuk mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari negara-negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pembalasan 113 . d. Blokade Secara Damai Pacific Blockade Pada waktu perang, blokade terhadap pelabuhan suatu negara yang terlibat perang sangat lazim dilakukan oleh angkutan laut. Namun, blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai. Tindakan itu pada umumnya ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara yang memblokade 114 . 111 Ibid. 112 Ibid. 113 Ibid. hlm. 680 114 Ibid. hlm. 682 77 e. Intervensi intervention Hukum internasional pada umumnya melarang campur tangan yang berkaitan dengan urusan-urusan negara lain, yang dalam kaitan khusus ini, berarti suatu tindakan yang lebih dari sekedar campur tangan dan lebih kuat daripada mediasi atau usulan diplomatik 115 . Hukum laut internasional merupakan cabang dari hukum internasional, oleh karena itu pada dasarnya upaya-upaya penyelesaian sengketa internasional di dalam hukum laut internasional sama dengan upaya-upaya penyelesaian sengketa internasional yang diatur oleh hukum internasional. Upaya-upaya penyelesaian sengketa internasional yang diatur oleh hukum laut internasional juga memuat cara-cara penyelesaian secara damai dan cara-cara penyelesaian secara paksa atau kekerasan. Upaya-upaya penyelesaian sengketa internasional, khususnya sengketa laut internasional diatur di dalam UNCLOS 1982. UNCLOS 1982 yang merupakan himpunan aturan-aturan di bidang kelautan tidak hanya memuat kewajiban dan hak suatu negara di wilayah laut, namun juga memuat ketentuan mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan sengketa apabila terjadi sengketa laut internasional. Di dalam UNCLOS 1982 diatur upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan sengketa laut internasional. Namun upaya-upaya yang diatur di dalam UNCLOS 1982 tersebut mewajibkan para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa mereka melalui cara-cara penyelesaian yang damai. UNCLOS 1982 melarang para pihak untuk menggunakan cara-cara paksa atau 115 Dedi Supriyadi, Op.Cit., hlm. 207 78 kekerasan dalam menyelesaikan sengketa laut internasional. Seperti dijelaskan di dalam UNCLOS 1982 bahwa negara-negara peserta harus menyelesaikan setiap sengketa antara mereka perihal interpretasi atau penerapan konvensi ini dengan cara damai sesuai dengan Pasal 2 ayat 3 Piagam PBB, dan untuk tujuan ini harus mencari penyelesaian dengan cara sebagaimana ditunjukkan dalam Pasal 33 ayat 1 Piagam PBB 116 . Pasal 2 ayat 3 Piagam PBB menyatakan : “All members shall settle their international disputes by peaceful means in such a manner that international peace and security are not endangered”. Sedangkan Pasal 33 Piagam PBB menyatakan : “The parties to any dispute, the continuance of which is likely to endanger the maintenance of international peace and security, shall, first of all, seek a solution by negotiation, enquiry, mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement, resort to regional agencies or arrangements, or other peaceful means of their own choice”. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dimengerti bahwa UNCLOS 1982 mendukung penyelesaian sengketa laut internasional dengan cara-cara yang damai sesuai dengan Piagam PBB Pasal 2 ayat 3. Dan cara-cara penyelesaian sengketa secara damai yang dianjurkan di dalam UNCLOS 1982 merujuk kepada cara-cara penyelesaian sengketa yang disebutkan di dalam Pasal 33 Piagam PBB, yaitu negoisasi, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase, melalui pengadilan, melalui organisasi-organisasi atau badan-badan regional, atau cara-cara damai yang lain. UNCLOS 1982 memberikan kebebasan bagi para pihak yang bersengketa untuk memilih cara penyelesaian sengketa dengan cara damai, baik itu cara-cara damai yang prosedur-prosedurnya telah ditetapkan dalam UNCLOS 1982 maupun 116 UNCLOS 1982 Pasal 279 79 cara-cara damai yang mereka pilih sendiri. Para pihak yang bersengketa juga diberi diperbolehkan untuk menyelesaikan sengketanya melalui hubungan bilateral atau melalui organisasi-organisasi internasional, baik organisasi yang umum maupun organisasi regional 117 . UNCLOS 1982 juga mengatur cara-cara penyelesaian sengketa laut internasional dengan cara konsiliasi. Prosedur-prosedur dalam melakukan konsiliasi ditetapkan oleh UNCLOS 1982 118 . Selain cara-cara penyelesaian tersebut, UNCLOS 1982 juga mengatur cara penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau mahkamah. Dalam memilih cara penyelesaian melalui pengadilan atau mahkamah, para pihak yang bersengketa membuat pernyataan tertulis dalam memilih cara tersebut. Apabila tidak membuat suatu pernyataan, maka dianggap memilih arbitrasi dalam menyelesaikan sengketa. Adapun pengadilan atau mahkamah yang dapat dipilih oleh para pihak yang bersengketa yaitu : Mahkamah Internasional Hukum Laut International Tribunal for the Law of the Sea, Mahkamah Internasional, Mahkamah Arbitrasi, dan Mahkamah Arbitrasi Khusus. Prosedur-prosedur dalam menyelesaikan sengketa dengan melalui pengadilan atau mahkamah ditetapkan oleh UNCLOS 1982 119 . Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa di dalam UNCLOS 1982 diatur cara penyelesaian sengketa melalui Mahkamah Internasional Hukum Laut. Mahkamah Internasional Hukum Laut International Tribunal for the Law of the Sea adalah sebuah pengadilan internasional yang khusus untuk menyelesaikan sengketa- sengketa di bidang kelautan. Mahkamah Internasional Hukum Laut berbeda dengan Mahkamah Internasional International Court of Justice. Pengaturan 117 UNCLOS 1982 Pasal 280, 281, dan 282 118 UNCLOS 1982 Pasal 284 119 UNCLOS 1982 Pasal 286 dan 287 80 mengenai Mahkamah Internasional hukum laut ini hanya ada di dalam UNCLOS 1982. Hal ini membuktikan bahwa masalah kelautan dianggap sangat penting sehingga perlu dibentuk suatu pengadilan khusus untuk menyelesaikan sengketa laut internasional yaitu mahkamah internasional hukum laut.

B. Upaya-Upaya Penyelesaian Sengketa di Laut China Selatan