Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penyelesaian Sengketa di

86 memberikan kerugian bagi negara-negara yang terlibat dan akan merusak hubungan antara negara-negara tersebut. Hukum internasional memang masih mengakui perang sebagai jalan terakhir untuk menyelesaikan sengketa apabila penyelesaian sengketa secara damai tidak tercapai. Namun perang bukanlah jalan keluar untuk menyelesaikan suatu sengketa. Perang hanya akan membawa masalah baru. Oleh karena itu negara-negara harus menghindarkan diri untuk menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan dengan perang, meskipun perang dilakukan sesuai dengan hukum humaniter internasional.

C. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penyelesaian Sengketa di

Laut China Selatan Dalam menyelesaikan suatu sengketa pasti akan ada hambatan ataupun kendala yang dihadapi. Hambatan-hambatan ini bisa datang dari dalam faktor internal dan bisa juga datang dari luar faktor eksternal. Hambatan yang berasal dari faktor internal, contohnya ketidaksepakatan negara-negara yang bersengketa tentang cara penyelesaiannya. Sedangkan hambatan yang berasal dari faktor eksternal, contohnya adanya ikut campur negara lain dalam penyelesaian sengketa yang seharusnya tidak melibatkan negara tersebut. Demikian hal nya juga sengketa yang terjadi di Laut China Selatan, khususnya sengketa yang terjadi karena reklamasi yang dilakukan oleh RRT. Dalam penyelesaian sengketa di Laut China Selatan, baik sengketa reklamasi Laut China Selatan oleh RRT, maupun sengketa Laut China Selatan lainnya sering kali mendapat hambata-hambatan dalam penyelesaiannya. 87 Salah satu hambatan dalam penyelesaian sengketa Laut China Selatan misalnya penolakan para pihak untuk melakukan pembicaraan guna menyelesaikan sengketa. Hal ini terjadi pada kasus gugatan yang diajukan oleh Filipina ke Mahkamah Arbitrase Internasional. Dimana RRT sebagai tergugat enggan untuk mengikuti persidangan arbitrase dan menyatakan tidak akan mengakui apapun putusan arbitrase nantinya 127 . Dari kasus ini dapat dilihat bahwa penyelesaian sengketa di Laut China Selatan mendapat hambatan dari RRT sebagai tergugat faktor internal. Sikap RRT ini akan membuat penyelesaian sengketa di Laut China Selatan semakin sulit. Intervensi atau ikut campur negara lain dalam sengketa Laut China Selatan juga bisa menghambat penyelesaian sengketa di Laut China Selatan. Sengketa di Laut China Selatan menjadi sorotan dunia sehingga banyak negara-negara yang ikut melibatkan diri meskipun secara geografis negara tersebut tidak berbatasan langsung dengan Laut China Selatan, misalnya saja Amerika Serikat. Dalam sengketa-sengketa yang terjadi di Laut China Sengketa sering kali AS ikut campur di dalamnya, termasuk juga sengketa reklamasi Laut China Selatan ini. Memang ikut campurnya AS di dalam sengketa Laut China Selatan ini dengan niat baik untuk mendamaikan para pihak yang bersengketa di Laut China Selatan. Namun terkadang sikap AS ini malah memperburuk keadaan. Seperti yang terjadi pada sengketa reklamasi Laut China Selatan, dimana AS menentang reklamasi yang dilakukan oleh RRT di Laut China Selatan. AS meminta RRT untuk menghentikan reklamasi di Laut China Selatan, namun RRT tidak mau menghentikan reklamasi. Sikap RRT tersebut membuat AS mengirimkan 127 http:news.okezone.comread20150709181179241sengketa-laut-china-selatan- china-abaikan-keputusan-mahkamah-internasional, diakses pada tanggal 06 Januari 2016 88 pesawat-pesawat tempur dan kapal-kapal tempurnya untuk berpatroli di wilayah Laut China Selatan. RRT juga mensiagakan kapal-kapal angkatan laut nya di sekitar Laut China Selatan. Hal ini sempat memicu ketegangan bagi negara-negara di sekitar wilayah Laut China Selatan termasuk Indonesia 128 . Sikap AS untuk ikut campur dalam sengketa Laut China Selatan ini memperburuk keadaan dan menghambat penyelesaian sengketa di Laut China Selatan. Sebelum-sebelumnya telah dijelaskan bahwa Laut China Selatan merupakan laut setengah tertutup semi enclosed sea, yang berarti bahwa Laut China Selatan dikelilingi oleh banyak negara. Banyaknya negara yang berbatasan dengan Laut China Selatan ini menyebabkan banyaknya kepentingan-kepentingan di Laut China Selatan. Kepentingan-kepentingan ini sering kali bertentangan antar satu negara dengan negara lain. Bukan hanya kepentingan mereka yang berbeda, dalam hal mengklaim juga negara-negara tersebut sering bertentangan. Hal-hal seperti ini juga bisa menghambat penyelesaian sengketa di Laut China Selatan. Perbedaan kepentingan-kepentingan dan perbedaan dasar klaim negara-negara tersebut akan menyulitkan penyelesaian sengketa di Laut China Selatan. Selain itu, perbedaan-perbedaan pendapat atau pemikiran dalam penyelesaian sengketa Laut China Selatan juga bisa menghambat jalannya penyelesaian sengketa di Laut China Selatan. Sengketa di Laut China Selatan bukan merupakan isu baru. Sengketa di Laut China Selatan sudah sering kali terjadi. Hal ini membuktikan bahwa penyelesaian sengketa di Laut China Selatan belum berjalan baik. Seharusnya apabila sebuah sengketa yang terjadi telah ditemukan penyelesaiannya, maka 128 http:international.sindonews.comread105680242meski-tegang-kapal-perang-as- dan-china-tak-terjadi-insiden-1446002831, diakses pada tanggal 06 Januari 2016 89 untuk ke depannya diharapkan tidak akan terjadi lagi sengketa yang sama. Namun hal ini berbeda di Laut China Selatan. Sengketa di Laut China Selatan berulang kali terjadi. Banyaknya hambatan-hambatan dalam penyelesaian sengketa di Laut China Selatan ini yang menyebabkan sengketa-sengketa di Laut China Selatan terus menerus terjadi. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa di Laut China Selatan sulit berjalan karena banyaknya hambatan-hambatan. Namun hambatan terbesar yang menghalangi suatu penyelesaian sengketa adalah niat dari para pihak yang bersengketa itu sendiri. Apabila dari awal tidak ada iktikad baik dari pihak-pihak yang bersengketa maka tidak akan tercapai suatu penyelesaian. Demikian juga hal nya yang terjadi di Laut China Selatan. Penyelesaian sengketa di Laut China Selatan tidak akan tercapai apabila negara-negara yang terlibat tersebut tidak beriktikad baik untuk menyelesaikan sengketanya. Iktikad baik inilah yang membuktikan bahwa negara tersebut memang bermaksud untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Apabila tidak ada iktikad baik, maka sengketa di Laut China Selatan tidak akan pernah selesai sampai kapanpun. 90

BAB V PENUTUP

Pada BAB ini akan diuraikan kesimpulan dari pembahasan dan sekaligus memberikan saran-saran.

A. Kesimpulan

1. Status Laut China Selatan adalah sebagai laut yang berbatasan dengan banyak negara pantai. Sedangkan kedudukan Laut China Selatan adalah sebagai laut setengah tertutup. Laut China Selatan sebagai laut setengah tertutup dikelilingi setidaknya oleh 8 negara, yaitu RRT, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Status dan kedudukan Laut China Selatan sebagai laut setengah tertutup inilah yang sering menimbulkan sengketa atau konflik di wilayah Laut China Selatan. Banyaknya negara-negara yang mengililingi Laut China Selatan menyebabkan banyaknya kepentingan- kepentingan di wilayah Laut China Selatan. Kepentingan-kepentingan ini biasanya bertentangan antara satu negara dengan negara lain sehingga menimbulkan sengketa atau konflik. 2. Tindakan reklamasi yang dilakukan oleh RRT di wilayah Laut China Selatan sejatinya bertentangan dengan hukum laut internasional, yaitu UNCLOS 1982 dan DOC 2002. Di dalam UNCLOS 1982 dijelaskan bahwa bagi laut setengah tertutup harus diadakan kerja sama di antara negara-negara yang berbatasan dengan laut tersebut dalam mengelola sumber daya laut tersebut. Namun tindakan reklamasi yang dilakukan oleh RRT adalah tindakan sepihak dan bukan merupakan bentuk kerja