46
BAB III TINDAKAN REKLAMASI LAUT CHINA SELATAN OLEH REPUBLIK
RAKYAT TIONGKOK
A. Reklamasi Laut China Selatan Oleh Republik Rakyat Tiongkok
Lahirnya UNCLOS 1982 membawa perubahan yang sangat besar dalam tatanan laut internasional. UNCLOS 1928 memberikan batasan bagi setiap negara
dalam menguasai laut. Sehingga ada wilayah laut yang dapat dikuasai oleh tiap- tiap negara dan ada laut yang tidak bisa dikuasai oleh negara.
Batasan yang diatur oleh UNCLOS 1982 ini secara langsung maupun tidak langsung mengubah luas wilayah suatu negara khususnya di wilayah laut. Suatu
negara yang sebelum lahirnya UNCLOS 1982 menguasai wilayah laut yang sangat luas, maka setelah adanya UNCLOS 1982 harus menyesuaikan luas
wilayah lautnya. Sebaliknya suatu negara yang dulunya tidak menguasai atau wilayah lautnya tidak terlalu luas, maka setelah lahirnya UNCLOS 1982 akan
memperoleh penambahan luas wilayah laut. Hal ini menyebabkan ada negara yang merasa diuntungkan dan ada negara yang dirugikan akibat lahirnya
UNCLOS 1982 tersebut. Oleh karena itu setelah lahirnya UNCLOS 1982 banyak negara yang
secara sepihak mengklaim wilayah-wilayah laut lebih dari batas yang ditetapkan oleh UNCLOS 1982. Hal ini dikarenakan negara-negara tersebut tidak ingin
dirugikan akibat adanya UNCLOS 1982. Klaim-klaim yang diajukan negara- negara tersebut sering menyebabkan klaim yang tumpang tindih. Klaim tumpang
tindih tersebut terjadi karena antara suatu negara dengan negara lain mengklaim suatu wilayah laut yang sama secara bersamaan. Klaim tumpang tindih ini yang
47
sering menimbulkan konflik dan sengketa. Salah satu contoh konflik atau sengketa yang terjadi karena klaim tumpang tindih adalah sengketa atau konflik
yang terjadi di Laut China Selatan. Sengketa Laut China Selatan melibatkan banyak negara baik secara
langsung maupun tidak langsung. Negara-negara yang terlibat secara langsung antara lain Republik Rakyat Tiongkok, Taiwan, dan negara-negara anggota
ASEAN seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Sedangkan negara-negara yang tidak terlibat secara langsung seperti Amerika
Serikat, Jepang, Australia, dan beberapa negara-negara Eropa. Negara-negara yang terlibat secara langsung dikarenakan letak geografis negara-negara tersebut
yang berdekatan dengan Laut China Selatan. Sedangkan negara-negara yang tidak terlibat secara langsung dikarenakan kepentingan-kepentingan negara-negara
tersebut di Laut China Selatan. Contohnya Amerika Serikat, kepentingan Amerika Serikat di Laut China Selatan adalah berkaitan dengan kebebasan pelayaran dan
penerbangan di wilayah laut dan udara Laut China Selatan. Amerika Serikat menganggap wilayah Laut China Selatan adalah wilayah laut internasional. Selain
itu, kepentingan negara-negara tersebut juga berhubungan dengan sumber daya alam baik hayati maupun non-hayati yang ada di wilayah Laut China Selatan.
Klaim penguasaan Laut China Selatan oleh negara-negara sudah sering dilakukan. Republik Rakyat Tiongkok RRT merupakan salah satu negara yang
paling aktif melakukan klaim atas Laut China Selatan. RRT mengklaim Laut China Selatan sejak tahun 1947 pada saat masih bernama Republik China
60
. Klaim Laut China Selatan yang dilakukan oleh RRT ditandai dengan
60
sekarang Republik China dikenal dengan nama Taiwan
48
diterbitkannya peta berupa garis putus-putus di atas wilayah Laut China Selatan yang menandakan wilayah kekuasaan RRT atas Laut China Selatan. Sejak klaim
tahun 1947 itu RRT pun mulai memperluas dominasinya atas Laut China Selatan. RRT sebagai salah satu negara yang aktif dalam mengklaim Laut China
Selatan, mengklaim hampir keseluruhan wilayah Laut China Selatan. Wilayah Laut China Selatan yang diklaim oleh RRT dapat dilihat pada gambar di bawah
ini;
Gambar II : Wilayah Laut China Selatan yang diklaim oleh RRT Sumber : http:uniqpost.com60823cina-tetapkan-kepulauan-laut-cina-
selatan-di-peta-barunya Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa RRT mengklaim hampir
keseluruhan dari wilayah Laut China Selatan. Dan klaim yang dilakukan oleh RRT sebenarnya telah melanggar ketentuan UNCLOS 1982 karena telah
melampaui batas-batas kepemilikan wilayah laut yang ditetapkan oleh UNCLOS 1982 terutama batas zona ekonomi ekslusif seluas 200 mil laut. Selain itu klaim
yang dilakukan oleh RRT juga mengambil wilayah zona ekonomi eksklusif dari negara-negara yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan. Hal inilah
yang sering menyebabkan terjadi sengketa atau konflik di Laut China Selatan.
49
Klaim yang dilakukan oleh RRT di atas wilayah Laut China Selatan terjadi sampai sekarang. Klaim terbaru RRT terhadap Laut China Selatan berkaitan
dengan reklamasi yang dilakukan oleh RRT di wilayah Laut China Selatan. Sejak akhir 2014 sampai sekarang, RRT secara aktif melakukan reklamasi
di beberapa kepulauan di Laut China Selatan. Isu reklamasi yang dilakukan oleh RRT inipun menjadi isu yang sedang hangat dibicarakan di wilayah Laut China
Selatan. Hal ini dikarenakan banyak negara-negara yang terlibat dalam isu reklamasi ini, sehingga isu reklamasi yang dilakukan RRT di Laut China Selatan
ini menarik perhatian publik internasional. Reklamasi digunakan untuk menggambarkan dua kegiatan yang berbeda,
yaitu:
61
1. Yang pertama, reklamasi sebagai sebuah proses pembuatan daratan baru
dari laut, sungai, ataupun danau. Dalam arti lain, reklamasi adalah pengubahan lahan basah menjadi sebuah daratan kering, yang biasanya
ditujukan untuk kegiatan pembangunan. Dalam arti yang pertama ini, biasanya merujuk kepada rusaknya lingkungan akibat pembangunan
tersebut. 2.
Dan yang kedua, arti reklamasi sebagai proses pengembalian alam yang sudah rusak ke bentuk semula. Contohnya yaitu jika pantai sudah sangat
terkikis, reklamasi pantai dapat digunakan untuk mengembalikan pantai, suatu metode yang dirancang untuk melestarikan lingkungan alam yang
ada.
61
http:akip098.blogspot.co.id201408sekilas-tentang-reklamasi.html, diakses pada tanggal 24 November 2015
50
Dalam hubungannya dengan reklamasi Laut China Selatan oleh RRT, maka pengertian reklamasi yang dimaksud adalah pengertian reklamasi dalam
poin yang pertama. Reklamasi daratan, biasanya disebut reklamasi, adalah proses pembuatan
daratan baru dari dasar laut atau dasar sungai. Tanah yang direklamasi disebut tanah reklamasi atau landfill
62
. Reklamasi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau usaha dalam pemanfaatan suatu kawasan atau lahan yang tidak berguna dan
berair untuk dijadikan lahan yang berguna dengan cara dikeringkan. Tempat- tempat yang biasa dijadikan sebagai tempat untuk melakukan reklamasi seperti
kawasan pantai, lepas pantai atau offshore, danau, rawa-rawa ataupun sungai yang begitu lebar
63
. Sesuai dengan pengertian reklamasi di atas, maka tujuan reklamasi itu
adalah untuk menciptakan daratan baru di atas kawasan yang berair sehingga menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna tersebut menjadi kawasan
baru yang lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru hasil reklamasi ini nantinya dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti : perumahan, perindustrian,
pertanian, objek wisata, dan lain sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa reklamasi adalah suatu proses pembuatan
daratan baru di atas suatu kawasan yang berair yang bertujuan untuk menciptakan daratan baru di atas kawasan yang berair sehingga menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
62
https:id.wikipedia.orgwikiReklamasi_daratan, diakses pada tanggal 24 November 2015
63
http:materi-perkapalan.blogspot.com201411pengertian-dan-tujuan-reklamasi- untuk.html, diakses pada tanggal 24 November 2015
51
Berdasarkan pengertian dan tujuan reklamasi di atas, maka Reklamasi Laut China Selatan oleh RRT dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
oleh negara atau pemerintah Republik Rakyat Tiongkok dalam membuat suatu wilayah daratan baru di atas wilayah Laut China Selatan. Hal ini berarti dapat
dikatakan bahwa RRT membuat semacam pulau buatan di atas Laut China Selatan.
Reklamasi yang dilakukan RRT memang bertujuan untuk membuat sebuah pulau buatan. Reklamasi ini dilakukan di beberapa pulau di Kepulauan Spratly.
Kepulauan Spratly merupakan salah satu kepulauan terbesar yang ada di wilayah Laut China Selatan, dan juga merupakan salah satu kepulauan yang sering
menjadi tempat terjadinya sengketa. Pulau-pulau di Kepulauan Spratly yang menjadi tempat reklamasi tersebut antara lain : Subi Reef, Fiery Cross Reef, dan
Mischief Reef. Pulau-pulau tersebut pada dasarnya adalah pulau-pulau karang yang tidak bisa ditempati oleh manusia. Namun RRT kemudian mengubah pulau-
pulau tersebut menjadi pulau buatan yang dapat dihuni. Pulau-pulau buatan yang direklamasi oleh RRT tersebut kemudian
dibangun di atasnya landasan udara dan fasilitas lainnya. Pemerintah RRT mengaku memiliki hak dan kemampuan untuk memulihkan pulau dan karang
yang secara ilegal diduduki oleh negara-negara tetangga
64
. Landasan udara pacu di atas pulau buatan tersebut diketahui setelah sebuah gambar citra satelit
mengungkap bahwa RRT telah membangun sebuah landasan udara di sebuah pulau buatan di perairan Laut China Selatan. Satelit yang mengungkap proyek
landasan pacu RRT itu adalah satelit dari DigitalGlobe lembaga Centre for
64
http:news.okezone.comread20151118181251250bangun-tiga-landasan-cina- klaim-tahan-diri, diakses pada tanggal 30 November 2015
52
Strategic and International Studies CSIS yang berbasis di Washington, Amerika Serikat AS. Gambar citra satelit itu menunjukkan, landasan pacu yang dibangun
RRT di Laut China Selatan diprediksi memiliki panjang 3.110 meter
65
. Selain landasan udara, RRT juga membangun mercusuar di atas pulau
buatan tersebut. Pemerintah RRT menegaskan bahwa pembangunan di wilayah tersebut dimaksudkan untuk membantu kegiatan seperti pencarian dan
penyelamatan maritim, bantuan bencana, perlindungan lingkungan dan keamanan navigasi, serta tujuan militer
66
. Berikut adalah beberapa gambar satelit yang memperlihatkan reklamasi
RRT di pulau-pulau di Laut China Selatan :
Gambar III : Reklamasi di Pulau Subi Reef Sumber : http:amti.csis.orgnew-imagery-release
65
http:international.sindonews.comread99072740terungkap-china-bangun-landasan- pacu-di-laut-china-selatan-1429270866, Loc.Cit.
66
http:international.sindonews.comread105201840china-resmikan-2-mercusuar-di- laut-china-selatan-1444470595, diakses pada tanggal 30 November 2015
53
Gambar IV : Reklamasi di Pulau Fiery Cross Reef Sumber : http:amti.csis.orgnew-imagery-release
Gambar V : Reklamasi di Pulau Mischief Reef Sumber : http:amti.csis.orgnew-imagery-release
Reklamasi yang dilakukan RRT ini memicu pertentangan dari banyak negara. Negara-negara yang menentang tidak hanya negara-negara yang
54
berbatasan langsung dengan Laut China Selatan, tetapi juga negara-negara lain seperti Amerika Serikat. Amerika Serikat sangat menentang reklamasi yang
dilakukan RRT di Laut China Selatan tersebut, karena dianggap akan mempengaruhi kebebasan pelayaran dan penerbangan di wilayah Laut China
Selatan. Karena hal ini, Amerika Serikat mengirim pesawat mata-mata untuk memantau perkembangan di Laut China Selatan.
Keadaan di Laut China Selatan pun memanas di akhir 2015 ini. Setiap negara yang berbatasan dengan Laut China Selatan meningkatkan penjagaannya
di perbatasan negaranya masing-masing dan bersiap-siap apabila nantinya terjadi konflik. Sampai sekarang ini, negara-negara masih berusaha untuk mencari jalan
keluar atas masalah di Laut China Selatan, terutama masalah yang timbul karena tindakan reklamasi Laut China Selatan yang dilakukan oleh RRT.
B. Dasar Republik Rakyat Tiongkok Dalam Mereklamasi Laut China