80
mengenai Mahkamah Internasional hukum laut ini hanya ada di dalam UNCLOS 1982. Hal ini membuktikan bahwa masalah kelautan dianggap sangat penting
sehingga perlu dibentuk suatu pengadilan khusus untuk menyelesaikan sengketa laut internasional yaitu mahkamah internasional hukum laut.
B. Upaya-Upaya Penyelesaian Sengketa di Laut China Selatan
Dalam penyelesaian sengketa di Laut China Selatan khususnya sengketa yang timbul karena tindakan reklamasi Laut China Selatan, dapat dilakukan sesuai
dengan cara-cara yang diatur di dalam UNCLOS 1982. Namun selain dengan UNCLOS 1982, negara-negara yang terlibat sengketa di wilayah Laut China
Selatan juga dapat menyelesaikan sengketa mereka dengan cara-cara yang diatur oleh DOC 2002.
DOC 2002 menyatakan bahwa para pihak yang bersengketa berusaha untuk menyelesaikan sengketa teritorial dan yurisdiksi mereka dengan cara damai,
tanpa menggunakan ancaman atau penggunaan kekerasan, melalui konsultasi ramah dan negosiasi dengan negara-negara berdaulat yang bersangkutan secara
langsung, sesuai dengan prinsip yang diakui oleh hukum internasional secara universal, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982
120
. DOC 2002 sebagai bentuk kerjasama antara negara-negara anggota
ASEAN dengan RRT dalam berperilaku di wilayah Laut China Selatan, juga menegaskan bahwa para pihak yang bersengketa harus menyelesaikan sengketa
mereka di wilayah Laut China Selatan dengan cara damai dan melarang cara-cara kekerasan atau penggunaan ancaman.
120
DOC 2002 poin 4
81
Penyelesaian sengketa secara damai menurut DOC 2002 ini pun harus sesuai dengan prinsip yang diakui oleh hukum internasional secara universal,
termasuk prinsip-prinsip yang terdapat dalam UNCLOS 1982 dan juga prinsip- prinsip yang terdapat dalam Piagam PBB pasal 2 ayat 3 dan Pasal 33. Hal ini
berarti DOC 2002 juga mendukung penyelesaian sengketa dengan cara-cara damai seperti yang diatur di dalam UNCLOS 1982 dan Piagam PBB.
Oleh karena itu berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka untuk menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan, khususnya sengketa yang timbul
karena tindakan reklamasi Laut China Selatan oleh RRT, dapat dilakukan dengan upaya-upaya penyelesaian secara damai seperti yang diatur di dalam Piagam PBB,
UNCLOS 1982, dan DOC 2002. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan sengketa
yang timbul karena tindakan reklamasi Laut China Selatan oleh RRT antara lain : a.
Penyelesaian dengan Negoisasi dan Mediasi
121
Salah satu cara menyelesaikan sengketa reklamasi Laut China Selatan adalah dengan melakukan negoisasi. Filipina, Vietnam, atau negara-negara lain
yang terlibat melakukan pembicaraan dengan RRT secara langsung untuk membahas mengenai reklamasi yang dilakukan RRT tersebut dan bersama-sama
menemukan jalan keluar dari sengketa tersebut. Cara lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan mediasi. Filipina,
Vietnam, atau negara-negara lain yang terlibat melakukan pembicaraan dengan RRT dengan bantuan pihak ketiga atau yang biasa disebut mediator. Mediator ini
haruslah yang bersifat netral dan memiliki hubungan yang baik dengan negara-
121
J.G. Starke, Op.Cit., hlm. 671
82
negara yang terlibat. Yang menjadi mediator bisa negara, organisasi internasional, atau individu, tergantung kesepakatan para pihak.
Cara-cara seperti negoisasi atau mediasi tidak memiliki prosedur khusus yang harus dilakukan. Para pihak bebas menentukan prosedurnya, tergantung
kesepakatan para pihak. Oleh karena itu dalam keberhasilannya pun tergantung para pihak, apakah mereka memang berniat untuk menyelesaikan sengketa yang
terjadi ataukah mereka tidak memiliki iktikad baik dalam menyelesaikan sengketa.
Demikian hal nya juga dengan sengketa reklamasi Laut China Selatan ini, sengketa karena reklamasi Laut China Selatan dapat diselesaikan melalui cara
negoisasi atau mediasi apabila para pihak yang bersengketa memiliki iktikad baik dalam menyelesaikan sengketa tersebut. Dalam hal ini maka dibutuhkan kerja
sama dari para pihak terutama RRT sebagai aktor utama yang melakukan reklamasi.
b. Penyelesaian melalui Organisasi Internasional
122
Negara-negara yang terlibat sengketa reklamasi Laut China Selatan dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui organisasi internasional, baik organisasi
internasional yang bersifat regional atau yang umum. Organisasi internasional yang bersifat regional misalnya ASEAN.
Meskipun RRT bukan merupakan anggota ASEAN, namun sengketa reklamasi ini dapat juga diselesaikan melalui ASEAN karena sengketa Laut China Selatan ini
melibatkan negara-negara anggota ASEAN seperti Filipina dan Vietnam. Masalah sengketa Laut China Selatan juga sudah sering dibicarakan dalam pertemuan
122
Sefriani, Op.Cit., hlm. 335
83
negara-negara anggota ASEAN. Oleh karena itu dalam hal sengketa reklamasi ini, ASEAN juga bisa menjadi wadah bagi negara-negara untuk mengadakan
pembicaraan guna memperoleh jalan keluar dalam penyelesaian sengketa reklamasi Laut China Selatan.
Organisasi internasional lainnya seperti PBB. PBB merupakan organisasi internasional yang terbesar di dunia. Dan hampir semua negara di dunia telah
menjadi anggota PBB termasuk negara-negara yang terlibat di dalam sengketa reklamasi Laut China Selatan ini. Oleh karena itu penyelesaian sengketa
reklamasi Laut China Selatan melalui PBB dimungkinkan. c.
Penyelesaian melalui Konsiliasi
123
Negara-negara yang terlibat sengketa reklamasi Laut China Selatan juga bisa memilih konsiliasi dalam menyelesaikan sengketa tersebut. Para pihak dapat
memilih prosedur-prosedur melakukan konsiliasi seperti yang ditetapkan di dalam UNCLOS 1982, atau juga bisa menentukan prosedurnya sendiri sesuai dengan
kesepakatan mereka. d.
Penyelesaian melalui Arbitrase
124
Negara-negara yang terlibat sengketa juga dapat memilih arbitrase dalam menyelesaikan sengketa reklamasi Laut China Selatan. Prosedur-prosedur dalam
melakukan Arbitrase ditetapkan oleh UNCLOS 1982 atau prosedur-prosedur yang ditetapkan sendiri oleh para pihak. Dalam arbitrase para pihak yang bersengketa
menunjuk orang yang ahli mengenai pokok sengketa untuk menjadi arbitrator. Upaya penyelesaian sengketa Laut China Selatan melalui arbitrase
sebenarnya saat ini sedang berjalan. Dimana Filipina sebagai penggugat
123
Dedi Supriyadi, Op.Cit., hlm. 201
124
J.G. Starke, Op.Cit., hlm. 647
84
menggugat RRT dan mengajukan beberapa gugatannya ke Mahkamah Arbitrase Internasional. Dan salah satu gugatan yang diajukan oleh Filipina adalah
mengenai masalah reklamasi yang dilakukan oleh RRT di Laut China Selatan tersebut. Namun meskipun gugatan yang diajukan oleh Filipina tersebut telah
disetujui oleh Mahkamah Arbitrase Internasional, RRT telah menyatakan enggan untuk mengikuti proses persidangan arbitrase tersebut dan tidak akan mengakui
keputusan arbitrase tersebut. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase merupakan salah satu cara yang
efektif karena putusan arbitrase yang bersifat final dan mengikat. Oleh karena itu dengan berjalannya proses persidangan sengketa Laut China Selatan di
Mahkamah Arbitrase Internasional diharapkan menghasilkan putusan yang akan membawa perdamaian di wilayah Laut China Selatan.
e. Penyelesaian melalui Mahkamah Internasional
125
Mahkamah Internasional atau International Court of Justice ICJ merupakan badan peradilan internasional. ICJ merupakan salah satu organ utama
PBB, dan menjadi badan peradilan utama di PBB. Negara-negara yang terlibat sengketa reklamasi Laut China Selatan juga
dapat memilih penyelesaian sengketa melalui Mahkamah Internasional. Prosedur- prosedur yang dalam menyelesaikan sengketa melalui Mahkamah Internasional
ditetapkan di dalam Statuta Mahkamah Internasional. f.
Mahkamah Internasional Hukum Laut
126
Mahkamah Internasional Hukum Laut atau International Tribunal for the Law of the Sea ITLOS merupakan badan peradilan internasional yang khusus
125
Sefriani, Op.Cit., hlm. 342
126
Ibid.
85
menyelesaikan sengketa-sengketa di bidang kelautan. ITLOS hanya terdapat di dalam UNCLOS 1982. Prosedur-prosedur beracara di ITLOS dan kewenangn
ITLOS ditetapkan sepenuhnya oleh UNCLOS 1982. ITLOS berwenang untuk menyelesaikan sengketa laut internasional yang timbul karena kekeliruan dalam
penerapan UNCLOS 1982. Negara-negara yang terlibat dalam sengketa reklamasi Laut China Selatan
tentu bisa memilih untuk menyelesaikan sengketa tersebut melalui ITLOS. Penyelesaian sengketa melalui ITLOS akan memberikan hasil yang lebih baik
karena peran ITLOS sebagai badan peradilan yang khusus menangani sengketa laut internasional. Dan juga seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
kebanyakan dari sengketa-sengketa yang terjadi di Laut China Selatan, termasuk sengketa reklamasi Laut China Selatan ini, pada dasarnya terjadi karena
ketidaktaatan negara-negara terhadap UNCLOS 1982. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa melalui ITLOS tepat dilakukan karena ITLOS berwenang
untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi karena kekeliruan atau pelanggaran penerapan UNCLOS 1982.
Penyelesaian sengketa Laut China Selatan yang timbul akibat dari reklamasi yang dilakukan oleh RRT dapat dilakukan dengan cara-cara
penyelesaian di atas. Namun tidak menutup kemungkinan penyelesaian sengketa lainnya tergantung kesepakatan para pihak.
Cara-cara penyelesaian di atas merupakan cara-cara penyelesaian sengketa secara damai. Dan memang seharusnya penyelesaian sengketa di Laut China
Selatan dilakukan dengan cara-cara yang damai. Penyelesaian sengketa dengan cara-cara paksa atau kekerasan tidak baik untuk dilakukan, karena akan
86
memberikan kerugian bagi negara-negara yang terlibat dan akan merusak hubungan antara negara-negara tersebut. Hukum internasional memang masih
mengakui perang sebagai jalan terakhir untuk menyelesaikan sengketa apabila penyelesaian sengketa secara damai tidak tercapai. Namun perang bukanlah jalan
keluar untuk menyelesaikan suatu sengketa. Perang hanya akan membawa masalah baru. Oleh karena itu negara-negara harus menghindarkan diri untuk
menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan dengan perang, meskipun perang dilakukan sesuai dengan hukum humaniter internasional.
C. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penyelesaian Sengketa di