3. Juga UU Landas Kontinen Indonesia No. 71973 kiranya harus diperbaharui untuk disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan baru landas kontinen mi;
4. Perlu ditata kembali UUketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan penyelidikan ilniah, pemeliharaan lingkungan, pengamanan instalasi-
instalasi, eksploitasi dan explorasi di landas kontinen serta penentuan jurisdiksi imigrasi, bea cukai, masalah-rnasalah perdata dan pidana di landas
kontinen Indonesia.
60
C. Garis Perbatasan Yang Sudah Disetujui Antara Indonesia Dan Singapura
Garis batas antara Indonesia dengan Singapura sudah disepakati didalam Undang-undang nomor 7 tahun 1973 segmen tengah dan undang-undang nomor
4 tahun 2010 segmen barat. Menurut undang undang no.7 tahun 1973 tersebut, garis batas maritim antara Indonesia dan Singapura pada segmen tengah
merupakan garis garis lurus yang menghubungkan 6 buah titik. Dari 6 titik batas tersebut, tiga titik ditentukan dengan menggunakan metode prinsip sama jarak
equidistant principle dan tiga titik lagi ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama negotiated position antar kedua negara. Berikut daftar koordinat dari 6
titik batas maritim antara Indonesia dengan sigapura pada segmen tengah tang telah disepakati pada undang undang No.7 tahun 1973:
Titik batas lintang utara bujur timur 1 110’46”.0 10340’14”.6
2 107’49”.3 10344’26”.5
60
Maskun, Jalur-Jalur Laut Indonesia, http:www.negarahukum.comhukumjalur-jalur-laut- Indonesia.html, di akses pada tanggal 23 juni 2014 jam 15:40
Universitas Sumatera Utara
3 110’17”.2 10348’18”.0 4 111’45”.5 10351’35”.4
5 112’26”.1 10352’50”.7 6 116’10”.2 10402’00”.0
dari 6 titikbatas di atas, titik 1,2 dan 3 ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama negotiated position antar kedua negara dan titik batas 4,5 dan 6
ditentukan berdasarkan metodeprinsip sama jarak equidistance principle. Untuk batas maritim Indonesia dengan Singapura yang selanjutnya di sepakati adalah
batas maritim pada segmen barat Pulau Nipa dan Pulau Tuas. Batas maritim tersebut telah disepakati dan diatur pada undang undang nomor 4 tahun 2010.
Awal mula pembahasan menganai batas maritim kedua segmen barat ini dimulai pada tahun 2005 dimana pihak Indonesia dan Singapura kembali mengadakan
perundingan dalam perundingan tersebut, pihak Indonesia mengambil posisi dasar yang menolak hasil reklamasi sebagai garis pangkal baru. Selain itu Indonesia
juga memutuskan untuk menggunakan referensi pantai asli original geographic center .
Perundingan tersebut akhirnya menyepakati jarak antara garis pangkal kepulauan RI dengan garis batas kesepakatan yakni sepanjang 3950 meter dan
jarak antara hasil reklamasi dengan batas kesepakatan 1900 meter. Hasil kesepakatan tersebut juga menghasilkan titik-titik batas yang di tarik dari titik
batas 1 pada kesepakatan yang sebelum nya, yaitu pada perbatasan segmen tengah. Yang nantinya ditarik garis lurus untuk menghasilkan batas maritim
Universitas Sumatera Utara
segmen barat. Kesepakatan yang telah dicapai antara kedua negara untuk kawasan segmen barat adalah:
Titik batas lintang utara bujur timur 1 110’46.0” 10340’14.6”
1A 111’17.4” 10339’38.5” 1B 111’55.5” 10334’20.4”
1C 111’43.8” 10334’00.0”
Pekerjaan rumah pemerintah yang harus diprioritaskan adalah menetapkan Undang-undang Batas Negara dan menyelesaikan peta wilayah laut dan darat.
61
61
Liberta, Analisis Mengenai Sengketa Perbatasn indonesia Dan Malaysia, http:wirasaktiranggi.blogspot.com201201analisis-mengenai-sengketa-perbatasan.html, di akses
pada tanggal 13 Juli 2014, jam 17:30.
Universitas Sumatera Utara
83
BAB IV
PERJANJIAN-PERJANJIAN ANTARA SINGAPURA DAN INDONESIA TERKAIT BATAS-BATAS NEGARA DAN KEDUDUKAN PULAU NIPA
A. Perjanjian-perjanjian Antara Singapura Dan Indonesia Tentang Batas- Batas negara dan Kedudukan Pulau Nipa
Setelah mengalami perundingan yang panjang, akhirnya Indonesia dan Singapura mencapai kata sepakat dalam hal penarikan garis pangkal pantai.
Perdebatan kedua negara telah terselesaikan setelah di adakan perjanjian bilateral antara kedua belah pihak. Menteri luar negri Hassan Wirajuda dan menteri luar
negeri Singapura George Yoe di Jakarta, pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2009, menandatangani naskah perjanjian tentang penetapan garis batas laut wilayah
kedua negara di bagian barat selat Singapura. Perjanjian tersebut tercapai dari delapan putaran perundingan yang dilakukan kedua negara semenjak tahun 2005.
Batas laut wilayah yang telah disepakati dalam perjanjian terebut adalah kelanjutan dari garis batas laut yang telah di sepakati sebelumnya pada perjanjian
antara Singapura dengan Indonesia tentang penetapan garis batas laut wilayah yang di tandatangani pada tanggal 25 mei 1973. ecara umum, Perjanjian
Internasional adalah sebuah perjanjian yang
dibuat di
bawah hukum
Universitas Sumatera Utara
internasional oleh beberapa
pihak yang
berupa negara atau organisasi internasional.
62
Hukum internasional lahir sebagai konsekuensi dari adanya perjanjian internasional yang dibuat oleh masyarakat bangsa-bangsa didunia, baik dalam
kapasitas negara, organisasi bukan negara, dan lainnya.
63
Penentuan garis batas laut wilayah Indonesia dan Singapura ditetapkan berdasarkan hukum
internasional; yang mengatur cara penetapan batas maritim yakni konvensi hukum laut konvensi hukla 1982, dimana kedua negara adalah pihak yang berunding
pada konvensi. ni menunjukkan bahwa negara Indonesia mengedepankan jalan damai.
64
Dalam menentukan garis batas laut wilayah ini, Indonesia menggunakan referensi titik dasar base point Indonesia di pulau Nipa serta garis pangkal
kepulauan Indonesia archipelagic baseline yang di tarik dari pulau Nipa ke pulau Karimun Besar. Garis pangkal ini adalah garis negara pangkal kepulauan
yang dicantumkan dalam UU 4Prp1960 tentang perairan Indonesia dan di perbaharui dengan PP 382002 dan 372008.
Penetapan garis batas wilayah di segmen barat ini akan mempermudah aparat keamanan didalam mengawasi pelaksanaan keselamatan pelayaran dalam
bertugas di selat Singapura karena telah ada kepastian hukum tentang batas-batas
62
Akbar, Perjanjian Internasional, http:akbarsenamangge.blogspot.com201204perjanjian- internasional.html, di akses pada tanggal 1 juli 2014 jam 13:20
63
Edy, Pelaksanaan Salah Satu Hukum Internasional Yang Di Ratifikasi Menjadi Hukum Nasional, http:ediwahyudiug.blogspot.com201206pelaksanaan-salah-satu-hukum.html, di
akses pada tanggal 13 Juni 2014 jam 06:30.
64
Offan, Perbatasan Wilayah Indonesia dengan Negara Tetangga, http:offan- online.blogspot.com201301mengenal-perbatasan-wilayah-negara.html, di akses pada tanggal 20
Juni 2013 pada jam 12:45.
Universitas Sumatera Utara
kedaulatan kedua negara. Tim teknis perundingan batas maritim Indonesia terdiri dari unsur departemen dan instansi lintas sektoral yaitu, Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pertahanan, Kementerian Perhubungan, DKP, Kementerian ESDM, Mabes TNI-AU, Bakosurtanal, dan Mabes TNI-AL. Disamping itu, tim juga
memperoleh masukan dari tim pakar yang terdiri para pakar dan akademisi. Dengan selesainya perjanjian batas batas laut wilayah pada segmen barat
tuas – pulau Nipa ini, maka masih terdapat segmen timur 1 dan timur 2 yang
perlu dirundingkan. Segmen timur 1 adalah wilayah Batam- Changi dan segmen timur 2 adalah wilayah sekitar Bintan- South Ledge Middle Rock Pedra Banca
yang masih menunggu hasil negosiasi lebih lanjut antara Singapura dan Malaysia pasca keputusan ICJ. Selain itu, bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran
untuk menyelesaikan masalah masalah perbatasan yang belum terselesaikan. Jangan sampai Indonesia mengalami kerugian yang sangat besar dalam
menyelesaikan masalah perbatasan wilayah Indonesia. Sehingga, bangsa Indonesia berhasil mempertahankan wilayah perbatasan Indonesia yang menjadi
hak beserta kedaulatan bangsa Indonesia. Penentuan garis batas laut wilayah Indonesia dan Singapura ditetapkan
berdasarkan hukum internasional yang mengatur tata cara penetapan batas maritim yakni Konvensi Hukum Laut Konvensi Hukla 1982, dimana kedua
Negara adalah pihak yang berunding pada konvensi. Dalam menentukan garis batas laut wilayah ini, Indonesia menggunakan referensi titik dasar basepoint
Indonesia di Pulau Nipa serta garis pangkal kepulauan Indonesia archipelagic baseline yang ditarik dari Pulau Nipa ke Pulau Karimun Besar. Garis pangkal ini
Universitas Sumatera Utara
adalah garis negara pangkal kepulauan yang dicantumkan dalam UU 4Prp1960 tentang Perairan Indonesia dan diperbaharui dengan PP 382002 dan PP 372008.
Penetapan garis batas laut wilayah di segmen barat ini akan mempermudah aparat keamanan dan pelaksana keselamatan pelayaran dalam bertugas di Selat
Singapura karena terdapat kepastian hukum tentang batas-batas kedaulatan ke dua negara. Tim juga memperoleh masukan dari Tim Pakar yang terdiri dari para
pakar dan
para akademisi
yang sudah
dipilih dari
Indonesia. Dengan selesainya perjanjian batas laut wilayah pada segmen barat Tuas - P.
Nipa ini, maka masih terdapat segmen timur 1 dan timur 2 yang perlu dirundingkan. Segmen timur 1 adalah di wilayah Batam - Changi dan segmen
timur 2 adalah wilayah sekitar Bintan-South LedgeMiddle RockPedra Branca yang masih menunggu hasil negosiasi lebih lanjut antara Singapura - Malaysia
pasca keputusan ICJ. Selain itu, bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran untuk menyelesaikan masalah-masalah perbatasan yang belum terselesaikan.
Perjanjian Internasional pada hakekatnya merupakan sumber hukum internasional yang utama untuk mengatur kegiatan negara-negara atau subjek hukum
internasional lainnya.
65
Jangan sampai Indonesia mengalami kerugian yang sangat besar dalam menyelesaikan masalah perbatasan wilayah Indonesia. Sehingga, Bangsa
Indonesia berhasil mempertahankan wilayah perbatasan Indonesia yang menjadi hak beserta kedaulatan Bangsa Indonesia. Perjanjian antara Indonesia dengan
Singapura telh disepakati antara kedua belah pihak. Pertukaran instrumen tersebut
65
Damang, Pengertian Perjanjian Internasional, http:www.negarahukum.comhukum pengertian-perjanjian-internasional.html, diakses pada tanggal 20 Juni 2014 jam 13.02.
Universitas Sumatera Utara
merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Treaty between the Republic of Indonesia and the Republic of Singapore Relating to the Delimitation of the
Territorial Seas of the Countries in Western Part of the Strait of Singapore pada tanggal 10 Maret 2009.
Indonesia meratifikasi perjanjian tersebut melalui UU No. 4 Tahun 2010. Penetapan garis batas laut wilayah Indonesia dan Singapura dilakukan
berdasarkan hukum internasional, yaitu Konvensi Hukum Laut 1982 dimana kedua negara merupakan pihak pada Konvensi.
66
Setelah melakukan negosiasi selama hampir lima tahun sejak tahun 2005, Indonesia dan Singapura sepakat
untuk menetapkan garis batas laut wilayah kedua negara di bagian barat selat Singapura. Kesepakatan ini dipatrikan melalui perjanjian yang ditandatangani
oleh Menteri Luar Negeri RI, N. Hassan Wirajuda bersama dengan Menteri Luar Negeri Singapura, George Yong-Boon Yeo, pada Selasa 1003, di Gedung
Pancasila, Departemen Luar Negeri. “Kesepakatan ini menjadi Landmark yang akan meningkatkan dan
menguatkan hubungan kedua negara,” ujar Menlu RI pada saat jumpa pers bersama Menlu Singapura sesaat setelah menandatangani perjanjian tersebut.
Menlu Wirajuda menyatakan apresiasinya untuk tim negosiasi dari kedua pihak yang menunjukkan itikad baik dan usaha keras, sehingga dapat diraih kesepakatan
dalam waktu yang cukup reasonable lima tahun dalam delapan kali pertemuan. Menlu RI menegaskan perjanjian ini merupakan buah dari Diplomasi
Perbatasan Borders diplomacy yang menjadi salah satu prioritas utama
66
Eko priliawato Denny armadhanu, Indonesia dan Singapura ratifikasi perbatasan, http:dunia.news.viva.co.idnewsread174380-Indonesia-Singapura-ratifikasi-perbatasan, di akses
pada tanggal 10 Juni 2014 pada jam 10:02.
Universitas Sumatera Utara
diplomasi Indonesia. “Kita bertetangga dengan sepuluh negara, diplomasi perbatasan adalah prioritas yang penting,” tambahnya. Sementara itu, Menlu
Singapura, yang kerap dipanggil George Yeo, juga mengungkapkan kebahagiaannya dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut. “Perjanjian ini
mencerminkan hubungan baik dan akan memegang peranan penting bagi kedua negara,” tegas Menteri luar negeri negara Singapura George Yeo.
Kedua Menlu meyakini dengan ditandatanganinya Perjanjian Penetapan Garis Batas Laut di bagian barat Selat Singapura, akan membawa dampak positif bagi
pembahasan garis batas laut kedua negara di bagian timur Selat Singapura yang telah disepakati oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Singapura untuk segera
dimulai pembahasannya. Hal tersebut disepakati saat kedua kepala pemerintahan menghadiri ASEAN Summit ke 14 di Cha-am, Thailand, 26 Februari - 1 Maret
2009. Mengenai batasan waktu pembahasan dari batas laut di timur, Menlu
Wirajuda menyatakan pembahasan perjanjian mengenai perbatasan ini tidak dapat dipastikan waktunya. “Dengan Singapura, kita membutuhkan waktu selama
kurang lebih lima tahun, sedangkan pembahasan dengan Vietnam untuk perbatasan di bagian selatan membutuhkan waktu 33 tahun untuk
penyelesaiannya,” ujarnya membandingkan. Perjanjian ini merupakan kelanjutan dari garis batas laut wilayah yang disepakati pada perjanjian kedua negara yang
ditandatangani pada 25 Mei 1973. Penentuan garis batas laut tersebut ditetapkan berdasarkan Konvensi Hukum Laut Konvensi Hukla 1982, hukum internasional
yang mengatur tata cara penetapan batas maritim, dimana kedua negara adalah
Universitas Sumatera Utara
pihak yang berunding pada konvensi tersebut. Perbatasan Indonesia dan Singapur a terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian tengah disepakati tahun 1973, bagian
Barat Pulau Nipa dengan Tuas, disepakati tahun 2009 dan bagian timur Timur 1, Batam dengan Changi bandara dan Timur 2 antara Bintan dengan South
LedgeMiddle Rock Pedra Branca keduanya masih dalam tahap pembahasan. Penentuan titik-titik koordinat pada Batas Laut Wilayah Indonesia dan
Singapura didasarkan pada prinsip sama jarak equidistance antara dua pulau yang berdekatan. Pengesahan titik-titik koordinat tersebut didasarkan pada
kesepakatan kedua pemerintah. Titik-titik koordinat itu terletak di Selat Singapura. Isi pokok perjanjiannya adalah garis Batas Laut Wilayah Indonesia
dan laut wilayah Singapura di Selat Singapura yang sempit lebar lautannya kurang dari 15 mil laut adalah garis terdiri dari garis-garis lurus yang ditarik dari
titik koordinat. Namun, di kedua sisi barat dan timur Batas Laut Wilayah Indonesia dan
Singapura masih terdapat area yang belum mempunyai perjanjian perbatasan. Di mana wilayah itu merupakan wilayah perbatasan tiga negara, yakni Indonesia,
Singapura dan Malaysia. Pada sisi barat di perairan sebelah utara pulau Karimun Besar terdapat
wilayah berbatasan dengan Singapura yang jaraknya hanya 18 mil laut. Sementara di wilayah lainnya, di sisi timur perairan sebelah utara pulau Bintan terdapat
wilayah yang sama yang jaraknya 28,8 mil laut. Kedua wilayah ini belum mempunyai perjanjian batas laut.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam perjanjian Indonesia dalam undang-undang nomor 4 tahun 2010, Singapura akhirnya menyetujui bahwa titik perbatasan antara Indonesia dengan
Singapura adalah pulau Nipa dengan koordinat 01°09’13’’LU dan 103°39’11’’BT. Di dalam undang-undang nomor 4 tahun 2010 sesuai dengan
ketentuan Organisasi Hidografi Internasional Internasional Hydographic Organization, yang menganggap selat Singapura adalah selat yang terletak di
perairan Indonesia dari pulau karimun kecil hingga pulau Bintan, perairan Singapura, perairan Malaysia dari Tanjung dan dari Johor hingga Tanjung
Penyusup. Toponimi wilayah maritim selat Singapura ini telah ditetapkan dalam dokumen IHO nomor S-23 tahun 1953. Seperti diketahui, Indonesia dan
Singapura telah memiliki perjanjian garis batas laut wilayah yang ditandatangani di jakarta tanggal 25 Mei 1973. Perjanjian ini hanya mengatur sebagian segmen-
segmen batas laut wilayah Indonesia-Singapura di selat Singapura. Segmen lain yang perlu dibicarakan untuk menyelesaikan keseluruhan batas maritim antara
republik Indonesia dan republik Singapura adalah segmen bagian barat di wilayah pulau Nipa-Tuas, segmen bagian timur 1 di wilayah Pulau Batam-
Changi dan segmen bagian timur 2 di wilayah Pulau Bintan-South LedgeMiddle RockPedra Branca.
Penetapan garis batas laut wilayah di bagian barat Selat Singapura dengan Republik Singapura diperlukan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk
memberikan kepastian hukum tentang wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkait dengan kepentingan-kepentingan Indonesia di
wilayah tersebut, Selat Singapura memiliki nilai strategis sangat tinggi mengingat
Universitas Sumatera Utara
selat tersebut merupakan jalur pelayaran internasional yang sangat padat yang menjadi penghubung antara Benua Eropa dengan Asia Tenggara, Asia Timur dan
Pasifik. Bagi Indonesia, Selat Singapura juga merupakan urat nadi jalur pelayaran Indonesia ke kawasan dunia lainnya.
Selain itu, penetapan garis batas laut wilayah ini juga menegaskan penggunaan titik dasar di Pulau Nipa sebagai dasar pengukuran batas maritim
Republik Indonesia. P ulau Nipa, yang terletak pada koordinat 01°09’13’’LU dan
103°39’11’’BT, merupakan salah satu pulau di mana terdapat dua titik dasar garis pangkal kepulauan Indonesia Nomor 175 dan Nomor 176 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 yang diperbarui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2008 telah
didaftarkan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa sesuai
dengan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, 1982 United
Nations Convention on the Law of the Sea, 1982. Penetapan garis batas laut wilayah di bagian barat Selat Singapura antara Republik Indonesia dan Republik
Singapura pada dasarnya telah memberikan keuntungan bagi Republik Indonesia dalam berbagai aspek, yaitu:
a. Adanya batas laut wilayah yang jelas sehingga menjamin kepastian
hukum; b.
Memudahkan upaya pengawasan dan penegakan kedaulatan negara di laut wilayah;
c. Memudahkan upaya Indonesia sebagai negara pantai untuk menjamin
keselamatan jalur navigasi di Selat Singapura; dan
Universitas Sumatera Utara
d. Meningkatkan hubungan baik kedua negara.
Dalam undang undang nomor 4 tahun 2010 masalah proses perundingan antara Indonesia dangan Singapura, proses perundingan penetapan wilayah di
bagian barat selat Singapura antara republik Indonesia dengan republik Singapura, perundingan penetapan garis batas laut wilayah di bagian barat Selat Singapura
dengan Pemerintah Republik Singapura mulai dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2005, dan berakhir pada tanggal 10 Maret 2009 ketika Menteri Luar
Negeri kedua Negara menandatangani Perjanjian di Jakarta antara Republik Indonesia dan Republik Singapura tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah
Kedua Negara di Bagian Barat Selat Singapura. Dalam proses perundingan Indonesia selalu mendasarkan posisinya pada
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, 1982 United Nations Convention on the Law of the Sea, 1982, menolak dalam menggunakan
hasil reklamasi sebagai dasar pengukuran, serta menggunakan referensi peta asli Tahun 1973 dan titik dasar Indonesia di Pulau Nipa dan garis pangkal kepulauan
Indonesia yang ditarik dari Pulau Nipa ke Pulau Karimun Kecil. Ini berarti sekalipun Singapura telah memperluas garis pantai terluarnya lewat penimbunan
pasir pantai, wilayah laut mereka tetap dihitung dari garis pantai semula sehingga tidak akan ”memakan” wilayah maritim Indonesia.
67
Pokok pokok isi perjanjian antara rebulik Indonesia dengan republik Singapura dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 2010 tentang penetapan garis
batas laut wilayah kedua negara di bagian selat Singapura , Pasal 1 Perjanjian
67
Rhasukarsa, Pulau Nipah Tetap Bagian NKRI, http:beritahankam.blogspot
.com200903pulau-nipah-tetap-bagian-nkri.html, di akses pada tanggal 3 Juli 2014 jam 05:55.
Universitas Sumatera Utara
antara Republik Indonesia dan Republik Singapura tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Bagian Barat Selat Singapura mengatur titik
koordinat dan garis yang menghubungkannya sebagai garis batas laut wilayah kedua negara.
Titik-titik koordinat dimaksud dihitung dengan menggunakan World Geodetic System 1984 Datum WGS84 dan garis-garis lurus yang
menghubungkan setiap titik- titik koordinat: 11°10’46.0”LU, 103°40’14.6”BT;
1A1°11’17.4”LU,103°39’38.5”BT; 1B1°11’55.5”LU, 103°34’20.4”BT; dan 1C1°11’43.8”LU,103°34’00.0”BT sebagaimana digambarkan dalam Lampiran
“A” dari Perjanjian. Pasal 1 juga mengatur bahwa penetapan lokasi sesungguhnya dari titik-
titik koordinat di atas laut akan ditetapkan dengan suatu cara yang akan disetujui bersama oleh pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua negara. Sesuai peraturan
yang berlaku di Indonesia, pejabat dimaksud adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional dan Dinas Hidro-Oseanografi Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut. Pasal 2 menyatakan bahwa garis batas dari Perjanjian antara Republik
Indonesia dan Republik Singapura tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Selat Singapura yang ditandatangani pada tanggal 25 Mei 1973
dan garis batas laut wilayah di segmen barat Selat Singapura yang ditandatangani pada tanggal 10 Maret 2009 digambarkan dalam Lampiran “B” dari Perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 3 mengatur cara penyelesaian secara damai melalui musyawarah atau perundingan apabila terdapat perselisihan yang timbul dari penafsiran atau
pelaksanaan perjanjian kedua negara.
B. Pelaksanaan Perjanjian Antara Indonesia Dan Singapura