Sengketa Antara Indonesia Dan Singapura Terkait Pulau Nipa

Pulau Nipa adalah salah satu pulau kecil terluar Indonesia yang menjadi wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Pulau itu berjarak sekitar 1 jam perjalanan kapal cepat yang bergerak langsung ke arah barat pulau Batam. 35 Guna kepentingan kedaulatan, prajurit TNI disiagakan di pulau tersebut. Sebanyak 90 personel ditugaskan selama enam bulan. Rotasi terus dilakukan sehingga selalu ada prajurit di Pulau Nipa untuk memastikan bahwa kedaulatan NKRI tetap dapat dipertahankan mengingat posisinya berbatasan langsung dengan Singapura sekaligus menjadi titik dasar wilayah perbatasan Indonesia. 36

B. Sengketa Antara Indonesia Dan Singapura Terkait Pulau Nipa

Kronogis konflik perbatasan yang terjadi di Indonesia – Singapura bermulai dari reklamasi wilayah laut Singapura yang membuat daratan Singapura menjadi lebih luas dan laut perbatasan Indonesia dan Singapura menjadi sempit. Reklamasi pantai-pantai di Singapura menyebabkan daratan negara kota itu bertambah 12 km ke arah perairan Indonesia, sedangkan wilayah perairan Indonesia berkurang 6 km. Jika tidak segera dihentikan, maka luas wilayah Indonesia akan terus berkurang dan Singapura akan memiliki daratan lebih luas daripada yang dimilikinya saat ini. Reklamasi pantai selalu dilakukan Singapura untuk memperluas wilayahnya. Luas wilayah Singapura pada awalnya adalah 580 km 2 , dan pada 35 Erlangga, kawasan usaha pulau nipah dibangun tahun, 2013 http:bisniskeuangan.kompas. comread2012060312181355Kawasan.Usaha.Pulau.Nipa.Dibangun.2013, diakses pada tanggal 6 Mei tahun 2014, pada jam 21:00. 36 Andrew Patimahu, Malaysia masuki perairan pulau Nipa, http:manado.tribunnews.com20110722Malaysia-masuki-perairan-pulau-Nipa, di akses pada tanggal 6 Mei 2014 jam 21:00. Universitas Sumatera Utara tahun 2005 jumlahnya bertambah menjadi 699 km 2 . Hal itu menandakan luas wilayah Singapura selama hampir 40 tahun bertambah 199 km 2 . Luas Selat Singapura juga makin berkurang, tidak mencapai 24 mil laut yang sudah menjadi ketetapan internasional. Sejumlah pihak mengkhawatirkan reklamasi pantai yang dilakukan Singapura karena akan merubah wilayah batas kedua negara yang sudah disetujui pada tahun 1973. Singapura terus mereklamasi wilayah, seperti di daerah Tuas, dan Jurong, termasuk di pulau-pulau seperti Pulau Semakau dan Pulau Sentosa. Di sisi lain, sampai akhir 2008, batas wilayah perairan Indonesia- Singapura belum juga disepakati. 37 Beberapa solusi telah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia atas sengketa perbatasan Indonesia – Singapura diantaranyamengeluarkan UU No. 1 tahun 1973 yang berisi tentang Landas Kontinen Indonesia, semua kekayaan yang ada di dalam Landas Kontinen Indonesia merupakan hak milik Pemerintah Indonesia. Disetujuinya Perjanjian Penetapan Perbatasan Indonesia – Singapura di Bagian Barat Selat Singapura juga merupakan solusi yang diupayakan Pemerintah Indonesia. Sebagai bentuk kelanjutan dari diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia dan Singapura, pada Maret 2009, perjanjian batas laut antara kedua negara ditandatangani di Jakarta. Pembicaraan tentang perjanjian ini sudah dilakukan sejak tahun 2005, untuk menyelesaikan batas wilayah Indonesia – Singapura di bagian barat Selat Singapura, antara perairan Tuas dan Nipa. 38 37 Ferry Santoso, Pulau Nipah Sumber Pertahanan Kepulauan, http:jakarta45.wordpress.com 200 90812nasionalisme-pulau-nipah-simbol-pertahanan-negara-kepulauan , di akses pada tanggal 25 Mei jam 14:03. 38 Ayu Maha, Ketahanan Nasional Indonesia Dalam Sengketa Perbatasan Singapura- Indonesia, http:ayu-maha.blogspot.com201211ketahanan-nasional-Indonesia-dalam.html, di akses pada tanggal 27 Mei 2014 jam 17:05. Universitas Sumatera Utara Salah satu persoalan yang paling mendasar yang memicu konflik antar negara adalah masalah pada perbatasan. Hal ini sangat riskan karena masih banyak kesalahpahaman dalam perundingan terkait dengan perbatasan negara. Setiap perbatasan wilayah Negara mempunyai undang-undang yang telah dibuat. Setiap Negara berhak membuat undang-undang perbatasan wilayah yang telah disepakati. Apabila Negara kita tidak mempunyai undang-undang tentang perbatasan wilayah Negara maka akan mudah dikuasai oleh Negara lain. 39 Bagi Indonesia, yang notabene adalah negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Sudah beberapa kali Indonesia terlibat konflik dengan negara tetangga terkait perbatasan negara. Berikut contoh- contoh permasalahan perbatasan yang pernah dialami oleh negara kita:  RI – Malaysia Kesepakatan yang sudah ada antara Indonesia dengan Malaysia di wilayah perbatasan adalah garis batas Landas Kontinen di Selat Malaka dan Laut Natuna berdasarkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Malaysia tentang penetapan garis batas landas kontinen antara kedua negara Agreement Between Government of the Republic Indonesia and Government Malaysia relating to the delimitation of the continental shelves between the two countries, tanggal 27 Oktober 1969 dan diratifikasi dengan Keppres Nomor 89 Tahun 1969. 39 Eva Syabila, Perbatasan Wilayah Negara Republik Indonesia Perjanjian Permasalahan Yang Ada, http:syabiladj.blogspot.com201305perbatasan-wilayah-negara-republik.html, di akses pada tanggal 29 Mei 2014 jam 14:00. Universitas Sumatera Utara Berikutnya adalah Penetapan Garis batas Laut Wilayah RI – Malaysia di Selat Malaka pada tanggal 17 Maret 1970 di Jakarta dan diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1971 tanggal 10 Maret 1971. Namun untuk garis batas ZEE Zona Ekonomi Eksklusif di Selat Malaka dan Laut China Selatan antara kedua negara belum ada kesepakatan. Batas laut teritorial Malaysia di Selat Singapura terdapat masalah, yaitu di sebelah Timur Selat Singapura, hal ini mengenai kepemilikan Karang Horsburgh Batu Puteh antara Malaysia dan Singapura. Karang ini terletak di tengah antara Pulau Bintan dengan Johor Timur, dengan jarak kurang lebih 11 mil. Jika Karang Horsburg ini menjadi milik Malaysia maka jarak antara karang tersebut dengan Pulau Bintan kurang lebih 3,3 mil dari Pulau Bintan. Perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimatan Timur perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya dan Perairan Selat Malaka bagian Selatan, hingga saat ini masih dalam proses perundingan. Pada segmen di Laut Sulawesi, Indonesia menghendaki perundingan batas laut teritorial terlebih dulu baru kemudian merundingkan ZEE dan Landas Kontinen. Pihak Malaysia berpendapat perundingan batas maritim harus dilakukan dalam satu paket, yaitu menentukan batas laut teritorial, Zona Tambahan, ZEE dan Landas Kontinen.Sementara pada segmen Selat Malaka bagian Selatan, Indonesia dan Malaysia masih sebatas tukar-menukar peta illustrasi batas laut teritorial kedua negara. Universitas Sumatera Utara  RI – Papua New Guinea Perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea telah ditetapkan sejak 22 Mei 1885, yaitu pada meridian 141 bujur timur, dari pantai utara sampai selatan Papua. Perjanjian itu dilanjutkan antara Belanda-Inggris pada tahun 1895 dan antara Indonesia-Papua New Guinea pada tahun 1973, ditetapkan bahwa perbatasan dimulai dari pantai utara sampai dengan Sungai Fly pada meridian 141° 00’ 00” bujur timur, mengikuti Sungai Fly dan batas tersebut berlanjut pada meridian 141° 01’ 10” bujur timur sampai pantai selatan Papua. Permasalahan yang timbul telah dapat diatasi yaitu pelintas batas, penegasan garis batas dan lainnya, melalui pertemuan rutin antara delegasi kedua negara. Masalah yang perlu diselesaikan adalah batas ZEE sebagai kelanjutan dari batas darat.  RI – Vietnam Perbatasan Indonesia – Vietnam di Laut China Selatan telah dicapai kesepakatan, terutama batas landas kontinen pada tanggal 26 Juni 2002. Akan tetapi perjanjian perbatasan tersebut belum diratifikasi oleh Indonesia. Selanjutnya Indonesia dan Vietnam perlu membuat perjanjian perbatasan ZEE di Laut China Selatan. Perundingan perbatasan kedua negara terakhir dilaksanakan pada 25-28 Juli 2011 di Hanoi perundingan ke-3. Universitas Sumatera Utara  RI – India Indonesia dan India telah mengadakan perjanjian batas landas kontinen di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1974 dan telah diratifikasi dengan Keppres Nomor 51 Tahun 1974 yang meliputi perbatasan antara Pulau Sumatera dengan Nicobar. Selanjutnya dilakukan perjanjian perpanjangan batas landas kontinen di New Dehli pada tanggal 14 Januari 1977 dan diratifikasi dengan Keppres Nomor 26 Tahun 1977 yang meliputi Laut Andaman dan Samudera Hindia. Perbatasan tiga negara, Indonesia-India- Thailand juga telah diselesaikan, terutama batas landas kontinen di daerah barat laut sekitar Pulau Nicobar dan Andaman. Perjanjian dilaksankaan di New Delhi pada tanggal 22 Juni 1978 dan diratifikasi dengan Keppres Nomor 25 Tahun 1978. Namun demikian kedua negara belum membuat perjanjian perbatasan ZEE. 40 Permasalahan pulau-pulau di Indonesia bukan menyangkut kepemilikan atas pulau tersebut tetapi hanya masalah perbatasan yang belum jelas. 41 Tetapi hal yang difokuskan di sini adalah permasalahan antara Indonesia dan Singapura terkait perbatasan antara kedua negara tersebut. Masalah awal yang timbul antara Indonesia dan Singapura adalah reklamasi pantai yang selalu dilakukan Singapura sejak melepaskan diri dari federasi Malaysia untuk memperluas wilayahnya. Pada awalnya, luas wilayah Singapura hanya 580 km 2 , dan pada tahun 2005 jumlah nya bertambah menjadi 699 km 2 . Hal itu menandakan luas wilayah Singapura selama 40 Tabloid Diplomasi, Permasalahan Di Perbatasan RI, http:www.tabloiddiplom asi.orgprevious-isuue183-diplomasi-februari-20131598-permasalahan-di-perbatasan-ri.html di akses pada tanggal 11 Juni 2014 jam 11:55. 41 Chandranigrum, Menteri Luar Negeri: Tak Ada Pulau Lain yang Berstatus Sengketa, http:tempo.co.idhgnasional20030115brk,20030115-07,id.html, di akses pad tanggal 13 Juni 2014 jam 13:00. Universitas Sumatera Utara hampir 40 tahun bertambah 119 km 2 . Luas selat Singapura juga makin berkurang, tidak mencapai 24 mil laut yang sudah menjadi ketetapan nasional. Sejumlah pihak mengkhawatirkan reklamasi pantai yang dilakukan Singapura akan mengubah batas wilayah negara yang di setujui pada tahun 1973. Reklamasi dimaknai sebagai kegiatan yang dilakukan oleh badan hukum atau pemerintah untuk peningkatan manfaat lahan pesisir dan pulau-pulau kecil untuk meningkatkan manfaat lahan dari aspek lingkungan, sosial ekonomi, dan teknis. Reklamasi dapat dilakukan untuk kawasan yang rusak akibat abrasi, sehingga memberikan dampak lingkungan. 42 Daratan Singapura menjadi maju 12 kilometer dari original base line perjanjian perbatasan sebelumnya. Pihak Indonesia juga mengkhawatirkan majunya daratan Singapura. Dikhawatirkan penetapan batas wilayah di selat Singapura juga akan berubah, meskipun sebenarnya Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan hal itu karena sudah di atur di dalam pasal 6 ayat 8 UNCLOS. 43 Masalah perbatasan kemudian semakin runyam ketika Singapura melepaskan diri dari federasi Malaysia tahun 1965. Pangkal masalahnya adalah lebar selat Singapura yang tidak mencapai 24 mil sebagai persyaratan dari konvensi hukum laut PBB. Konvensi hukum laut PBB ini berisi batas wilayah teritorial laut sebuah negara ditarik 12 mil laut yang ditarik dari pangkal pulau terdepan suatu negara. Beberapa masalah kemudian menjadi pengganjal untuk menetapkan daerah perbatasan Indonesia-Singapura. Salah satu masalah besar itu adalah reklamasi 42 Brigita, Reklamasi butuh Kejelasan Aturan, http:bisniskeuangan.kompas.comread2011 102117323944Reklamasi.Butuh.Kejelasan.Aturan, di akses pada tanggal 16 Mei 2014 jam 02:00. 43 Arief Fauzi, konflik perbatasan Indonesia dan Singapura, marieffauzi.wordpress.com2013 0428konflik-perbatasan-Indonesia-Singapura, di akses pada tanggal 12 Mei 2014 jam 13:40 Universitas Sumatera Utara pantai yang di lakukan Singapura untuk memperbesar wilayahnya. Konflik yang terjadi antara Indonesia dan Singapura terutama setelah reformasi, bukanlah yang pertama kali terjadi. Menoleh ke belakang, beberapa gangguan dalam hubungan diplomatik kedua negara ini dipicu oleh berbagai macam persoalan. Seperti masalah “perang urat syaraf” antara mantan presiden Habibie dengan mantan PM Lee Kuan Yew dan di lanjutkan dengan mantan presiden Abulrrahman Wahid, menyusul soal tuntutan RI soal perjanjian ekstradisi untuk mengembalikan para penjahat ekonomi, masalah kabut asap, dan terakhir sengketa pasir yang memicu konflik antar negara terkait masalah perbatasan antara Indonesia dan Singapura. segala hambatan yang masih dihadapi Satgas pengamanan perbatasan telah menjadi perhatian Kemenhan untuk dicarikan solusi. 44 Setiap negara memiliki kemunginan untuk menambah atau memperluas wilayahnya. Dilihat dari praktik negara, ada beberapa cara bagi suatu negara untuk dapat memperluas wilayahnya. Yaitu melalui akresi, cessi, okupasi, preskripsi, dan perolehan wilayah secara paksa yang biasanya merupakan aneksasi. 1. AKRESI Akresi adalah penambahan wilayah yang disebabkan oleh proses alamiah. Sebagai contoh adalah terbentuknya pulau yang disebabkan oleh endapan lumpur di muara sungai, atau mengeringnya bagian sungai disebabkan oleh terjadinya perubahan aliran sungai. Penambahan wilayah dalam bentuk pulau baru dapat 44 Satria, Nipah Jadi Benteng Terluar RI, http:garudamiliter.blogspot.com201210nipah- jadi-contoh-benteng-terluar-ri.html, di akses pada tanggal 25 juni 2014 jam 13:09. Universitas Sumatera Utara juga disebabkanoleh letusan gunung api di laut. Dalam hal ini apabila pulau baru tersebut berada di perairan wilayah suatu negara, maka otomatis akan menjadi bagian dari wilayah tersebut. 2. CESSI Salah satu cara yang banyak digunakan untuk memperoleh tambahan wilayah adalah dengan cessi. Dasar pemikiran yang melandasi cessi adalah bahwa penyerahan suatu wilayah atau bagian wilayah adalah hak yang melekat pada kedaulatan negara. Cessi merupakan cara penyerahan wilayah secara damai yang biasanya dilakukan melalui suatu perjanjian perdamaian yang mengakhiri perang. Namun pada zaman kolonial, praktik cessi juga banyak dilakukan oleh para penguasa setempat, seperti misalkan yang dilakukan oleh oleh beberapa kesultanan di Asia Tenggara kepada para pendatang dari Eropa, atau sebaliknya dilakukan oleh para penguasa kolonial kepada kelompok adat setempat. Berbeda dengan akresi, dalam cessi ada pemindahan kedaulatan atas bagian wilayah tertentu dari satu negarapenguasa kepada negarapenguasa yang lain. negarapenguasa yang menerima bagian wilayah tersebut memiliki hak yang sama dengan negarapenguasa pemberi dan tidak lebih dari itu. Dengan demikian, apabila negara memberi pernah memberikan hak kepada negara ketiga, hak negara ketiga tersebut harus dihormati juga oleh negara penerima. Meskipun cessi biasanya dilaksanakan setelah berakhirnya suatu suasana permusuhan, cessi juga dapat dilaksanakan dengan cara dan dalam keadaan berbeda. Contohnya adalah Universitas Sumatera Utara pembelian alaska pada tahun 1816 oleh amerika serikat dari rusia, atau ketika denmark menjual beberapa daerahnya di west indies kepada amerika serikat pada tahun 1916. 45 3. OKUPASI Okupasi menunjukkan adanya penguasaan terhadap suatu wilayah yang tidak berada di bawah kedaulatan negara manapun. Yang dapat berupa suatu Terra nullius yang baru ditemukan. Penguasaan tersebut harus dilakukan oleh negara dan bukan orang-perorangan, secara efektif dan harus terbuktiadanya kehendak untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai bagian dari wilayah kedaulatan negara. Hal itu harus ditunjukkan misalnya dengan suatu tindakan simbolis yang menunjukkan adanya penguasaan terhadap wilayah tersebut, misalnya dengan pemancangan bendera atau melalui suatu proklamasi. Penemuan asaj tidak cukup kuat untuk menunjukan untuk menunjukkan kedaulatan negara, karena hal ini dianggap hanya memiliki dampak sebagai suatu pengumuman. Agar penemuan tersebut memiliki arti yuridis harus dilengkapi dengan penguasaan secara effektif untuk suatu jangka waktu tertentu. 4. PREKRIPSI Berbeda dengan okupasi, preskripsi adalah pelaksanaan suatu negara secara de facto dan damai untuk kurun waktu tertentu, bukan terhadap terra nullius melainkan terhadap wilayah yang sebenarnya berada di bawah kedaulatan 45 Malcolm N. Shaw, international law, 3 rd ed., grotius publications Ltd, 1991, hal.286. Universitas Sumatera Utara negara lain. kesulitan untuk dapat menerima preskripsi sebagai asas hukum internasional di dalam perolehan wilayah adalah bahwa tidak banyak praktik negara untuk itu. Dengan demikian, tidak jelas preseden yang menunjukkan berapa lama wktu yang diperlukan untuk menunjukkan adanya pelaksanaan kedaulatan secara de facto dan damai, dan apakah pelaksanaan nya harus dilakukan tanpa terputus. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa munculnya protes negara yang memiliki kedaulatan terdulu akan menghilangkan klaim berdasarkan preskripsi. Persamaannya dengan okupasi adalah bahwa pelaksanaan kedaulatan tersebut harus dilakukan oleh negara atau a tittre de souverain dan bukan usaha dari orang-perorangan yang tidak ada kaitannya dengan klaim kedaulatan negara yang dimaksud. 5.ANEKSASI Dalam hal perolehan wilayah secara paksa yang penting adalah sejauh mana tindakan demikian dapat dianggap sah dan diakui oleh negara-negara lain serta dapat dilaksanakan dalam sistem yang berlaku dalam masyarakat internasional. Meskipun perolehan wilayah secara tidak sah pada dasarnya tidak dapat dijadikan alasan untuk memperoleh hak, dalam perkembangannya hukum internasional kadang-kadang dapat menerima tindakan demikian asalkan memperoleh penngakuan dari negara-negara lain. penaklukan conquest, sebagai tindakan suatu negara yang mengalahkan negara lain dnegan menduduki seluruh atau sebagian wilayahnya, bukan merupakan dasar untuk memperoleh hak Universitas Sumatera Utara terhadap wilayah yang mereka duduki tersebut. Walaupun demikian, menurut hukum internasional negara penakluk dapat memperoleh hak terhadap wilayah tersebut. Dalam bentuk wilayah hak okupasi belligeren belligerent occupation. Aneksasi adalah cara perolehan wilayah secara paksa berdasarkan pada dua kondisi sebagai berikut: 1. Wilayah yang dianekasi telah di kuasai oleh negara yang menganekasinya: 2. Pada waktu suatu negara mengumumkan kehendaknya untuk menganekasi suatu wilayah, wilayah tersebut telah benar benar berada dibawah penguasaan negara tadi. Perolehan wilayah dengan cara yang pertama tidak cukup untuk melahirkan hak atau kedaulatan bagi negara yang melakukan nya, melainkan harus diikuti dengan pernyataan resmi tentang aksud atau kehendak demikian yang biasanya dilaksanakan dengan pengiriman nota kepada semua negara yang berkepentingan. Jadi hak terhadap wilayah tidak secara otomatis beralih dari negara kalah kepada negara yang menang perang, terlebih-lebih apabila negara pemenang secara resmi menyatakan tidak akan menganeksasi wilayah tersebut. Perolehan wilayah yang dilaksanakan dengan cara cara yang bertentangan dengan piagam PBB sudah semestinya tidak dapat dijadikan dasar perolehan hak suatu wilayah. Kasus konflik ini sebenarnya ironis, bahwa sebuah negara yang sangat kecil dapat mengancam sebuah wilayah kedaulatan negara besar “hanya” dengan cara membeli seonggok demi seonggok pasir yang digunakan sebagai sarana pembatas wilayah. Singapura menolak larangan tersebut karena, seperti yang Universitas Sumatera Utara dikatakan Menlu George Yeo, Indonesia tidak memiliki landasan untuk melarang ekspor pasir. Akhirnya jalan keluar dari masalah ini mulai menunjukkan titik terang. Berawal dari dilarangnya ekspor pasir dari Indonesia ke semua negara termasuk Singapura. Larangan ekspor pasir yang di keluarkan pemerintah Indonesia sangat tepat, mengingat kerugian yang ditimbulkannya sangat mengancam keselamatan lingkungan dan eksistensi negara kita karena bisa merubah peta wilayah RI. Pengerukan pasir yang di lakukan terus menerus dapat mengakibatkan berbagai kerawanan lingkungan yang mengancam keselamatan penduduk Indonesia terutama di daerah pesisir pantai. Tergerusnya wilayah perairan Indonesia diperparah dengan menyempitnya wilayah daratan Indonesia. Contohnya beberapa pulau kecil di kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan Singapura tenggelam akibat eksplorasi pasir untuk memenuhi kebutuhan Singapura. Tindakan Singapura benar-benar menunjukan sindrom negara kecil yang berbatasan dengan negara super luas seperti Indonesia. Batas Pulau Nipah antara RI dan Singapura akhirnya disepakati bersama, 46 berlaku pada 30 Agustus 2010. Batas laut yang di tentukan adalah Pulau Nipa dan Pulau Tuas, sepanjang 12,1 kilometer. Namun demikian masih ada beberapa titik perbatasan yang belum di sepakati dan terbuka peluang terjadinya konflik antar kedua negara. 47 46 Bakosurtanal, RI- Singapura Sepakati Batas pulau Nipah ,http:www.bakosurtanal.go.idberita-surta showri-singapura-sepakati-batas-pulau-nipah, di akses pada tanggal 11 juli 2014 jam 22:00 47 Op.cit Universitas Sumatera Utara

C. Pengaturan Kepemilikan