Latar Belakang Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Perikanan yang Dilakukan oleh Warga Negara Asing (Studi Kasus Putusan No. 12/Pid.P/2011/PN.MDN)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laut merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia yang memberian begitu banyak manfaat bagi terselenggaranya kehidupan dan kesejahteraan manusia. Laut merupakan sumber makanan bagi manusia, sebagai jalan raya transportasi dan perdagangan sebagai batas sekaligus pemersatu antar negara serta berbagai manfaat lainnya. 2 Indonesia merupakan salah satu negara yang terdiri adari beribu-ribu pulau yang dipisahkan oleh perairan-perairan dangkal maupun perairan-perairan dalam selat, laut territorial dan laut lepas, yang mana wilayah perairan Indonesia memiliki keanekaragaaman sumber daya hayati, dan inilah ciri negara maritim yang dimiliki Indonesia. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan dan dua pertiga wilayahnya adalah perairan laut yang terdiri atas laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat myang kaya akan sumber daya laut dan ikan. 3 Status Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak pantai . Hal ini tentu saja mengakibatkan Indonesia juga rentan terkena masalah tindak pidana perikanan. Apalagi Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya hayati yang besar. Sumber perikanan laut Indonesia diperkirakan mencapai 6.167.940 ton per tahunnya. Namun, akibat letak posisi silang Indonesia yang terletak di antara dua benua Asia dan Australia dan dua 2 Frans E. Lidkaja dan Daniel F. Bassie, Hukum Laut dan Undang-Undang Perikanan, Ghalia Indonesia, Jakarta , 1985, hlm 21. 3 http:hasaanudinnoor.blogspot.comhukum-acara-pengdilan-perikanan.html. Diakses tanggal 20 Mei 2015 pukul 18.20 WIB. Universitas Sumatera Utara Samudera Pasifik dan Hindia menyebabkan wilayah Indonesia rawan terjadinya tindak pidana perikanan. 4 Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas 18.108 pulau dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia sesudah Kanada. 5 Luas perairan atau wilayah laut Indonesia yaitu 5,9 juta km, yang terdiri dari 0,4 juta km 2 perairan teritorial, perairan nusantara seluas 2,8 juta km 2 , serta Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km 2 . Kondisi geografis yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia. 6 Kejahatan yang umumnya terjadi di wilayah periran Indonesia adalah tindak pidana perikanan, yaitu kegiatan perikanan yang tidak sah, kegitan perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang berlaklu, aktivitasnya tidak dilporkan kepada suatu institusi atau lembaga perikanan yang bersediaberwenang.Tindak pidana perikanan ini paling sering terjadi di wilayah Indonesia pengelolaan perikanan di Indonesia adalah pencurian ikan oleh kapal-kapal ikan asing yang berasal dari beberapa negara tetangga seperti negara Thailand, Fillipina, dan Vietnam, walaupun sulit untuk memetakan dan mengistemasi tindak pidana perikanan yang terjadi di wilayah perairan Indoneisa. 7 4 http:news.detik.comread200910090808061218292471illegal-fishing-kejahatan- transnasionalyang-dilupakan. Diakses tanggal 21 Mei 2016 pukul 18.00 WIB. 5 Lihat Laode M. Syarif, Promotion and Management of Marine Fisheries in Indonesia, dalam Towards Sustainable Fisheries Law, A Comparative Analysis,Gerd Winter ed IUCN Enviromental Policy and Law Paper No.74, 2009, hlm. 31. 6 Alma Manuputty dkk, Identifikasi Konseptual Akses Perikanan Negara Tak Berpantai dan Negara yang Secara Geografis Tak Beruntung di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Makassar: Arus Timur, 2012, hlm. 1-2. 7 http:mukhtar-api.blogspot.com..201105illegal-fishing-di-indonesia-.html. Diakses tanggal 21 Mei 2016 pukul 18.30 WIB. Universitas Sumatera Utara Tindak Pidana Perikanan merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh negara yang memiliki banyak pantai karena masalah tersebut sudah ada sejak dulu. Namun hingga sekarang masalah tindak pidana perikanan masih belum dapat diberantas.Hal itu dikarenakan untuk mengawasi wilayah laut yang banyak secara bersamaan itu merupakan hal yang sulit.Negara yang sudah memiliki teknologi yang maju dibidang pertahanan dan keamanan sekalipun pasti juga pernah terkena kejahatan dalam tindak pidana perikanan. Tindak pidana perikanan yang dilakukan oleh nelayan asing maupun lokal tampaknya merupakan suatu ancaman yang cukup serius dalam penegakan hukum.Secara faktual tindak pidana tersebut ada kecenderungan untuk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan terjadi hampir di seluruh pelosok Indonesia.Peningkatan tindak pidana tersebut mengisyaratkan bahwa penanggulangannya harus dilakukan secara sistematik. Kasus tindak pidana perikanan di Indonesia sendiri masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia sendiri dan penaggulangannya masih kurang maksimal dilaksanakan.Padahal kejahatan tindak pidana perikanandi perairan Indonesia khususnya ZEE Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi pemerintah Indonesia. 8 8 Sumber perikanan di Indonesia masih merupakan sumber kekayaan yang memberikan kemungkinan yang sangat besar untuk dapat dikembangkan bagi kemakmuran bangsa Indonesia, baik untuk memenuhi kebutuhan protein rakyatnya, maupun untuk keperluan ekspor guna mendapatkan dana bagi usaha- http:m.antaranews.comberita43909118-titik-perairan-indonesia-rawan-pencurian-ikan. Diakses tanggal 22 Mei 2016 pukul 11.00 WIB. Universitas Sumatera Utara usaha pembangunan bangsanya, 9 Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana perikanan di ZEE Indonesia. Salah satunya yaitu celah hukum yang terdapat dalam ketentuanPasal 29 ayat 2Undang - Undang Nomor 45 Tahun 2009 perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan bahwa orang atau badan hukum asing itu dapat masuk ke wilayah ZEE Indonesia untuk melakukan usaha penangkapan ikan berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum internasional yang berlaku. menunjukan betapa pentingnya sumber kekayaan hayati dalam hal ini perikanan bagi Indonesia. 10 Ketentuan Pasal 29 ayat 2Undang - Undang Nomor 45 Tahun 2009 perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan 11 Namun hal itu tidak dapat disalahkan karena merupakan salah satu bentuk penerapan aturan yang telah ditentukan dalam Konvensi Hukum Laut Tahun 1982 yang merupakan salah satu konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985. Dalam ketentuan Pasal 62 ayat 3 dan 4 Konvensi Hukum Laut Tahun 1982 seakan membuka jalan bagi nelayan atau badan hukum asing untuk masuk ke ZEE Indonesia untuk kemudian mengeksplorasi serta mengeksploitasi kekayaan hayati di wilayah ZEE Indonesia. 9 Hasjim Djalal, Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut, Binacipta, Bandung, 1979, hlm. 3. 10 Lihat ketentuanPasal 29 ayat 2 Undang - Undang Nomor 45 Tahun 2009 perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. 11 Pasal 29 ayat 2 Undang - Undang Nomor 45 Tahun 2009 perubahan atas Undang- Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan: Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan kepada orang atau badan hukum asing yang melakukan usaha penangkapan ikan di ZEEI, sepanjang hal tersebut menyangkut kewajiban Negara Republik Indonesia berdasarkan persetujuaan Internasional atau ketentuan hukum Internasional yang berlaku. Universitas Sumatera Utara mengharuskan negara pantai untuk memberikan hak akses kepada negara lain untuk mengeksploitasi kekayaan hayati di wilayah ZEE negara pantai apabila terjadi surplus dalam hal pemanfaatan sumber daya hayati oleh negara pantai. Kapal-kapal ikan asing yang mempunyai hak akses pada zona ekonomi eksklusif suatu negara pantai harus menaati peraturan perundang-undangan negara pantai yang bersangkutan, yang dapat berisikan kewajiban-kewajiban dan persyaratan- persyaratan mengenai berbagai macam hal, seperti perizinan, imbalan keuangan, kuota, tindakan-tindakan konservasi, informasi, riset, peninjau, pendaratan tangkapan, persetujuan-persetujuan kerja sama, dan lain sebagainya. 12 Faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya tindak pidana perikanan di perairan Indonesia tidak terlepas dari lingkungan strategis global terutama kondisi perikanan di Negara lain yang memiliki perbatasan laut, dan sistem pengelolaan perikanan di Indonesia. Secara garis besar faktor penyebab tersebut dapat dikategorikan menjadi 7 tujuh faktor, sebagaimana diuraikan berikut: 13 1. Kebutuhan ikan di dunia demand meningkat, disisi lain pasokan ikan dunia menurun, terjadi overdemand terutama jenis ikan dari laut seperti Tuna. Hal ini mendorong armada perikanan dunia berburu ikan dimanapun dengan cara legal atau illegal. 2. Disparitas atau perbedaan harga ikan segar utuh whole fish di negara lain dibandingkan di Indonesia cukup tinggi sehingga membuat masih adanya surplus pendapatan. 12 http:dkp.kaltimprov.go.idberita-157-kkp-kesulitan-awasi-perairan-indonesia.html. Diakses tanggal 22 Mei 2016 pukul 22.00 WIB. 13 Rohmin Dahuri, Petunjuk Teknis Penyelesaian Tindak Pidana Perikanan, Pusdiklat Kejagung RI, 2012, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara 3. Fishing ground di negara-negara lain sudah mulai habis, sementara di Indonesia masih sangat menjanjikan, padahal mereka harus mempertahankan produksi pengolahan di negara tersebut harus tetap bertahan. 4. Laut Indonesia sangat luas dan terbuka, disisi lain kemampuan pengawasan khususnya armada pengawasan nasional kapal nasional masih sangat terbatas dibandingkan kebutuhan untuk mengawasi daerah rawan. Luasnya wilayah laut yang menjadi yurisdiksi Indonesia dan kenyataan masih sangat terbukanya ZEE Indonesia yang berbatasan dengan laut lepas High Seas telah menjadi magnet masuknya kapal-kapal ikan asing maupun lokal untuk melakukan tindak pidana perikanan. 5. Sistem pengelolaan perikanan dalam bentuk sistem perizinan saat ini bersifat terbuka open acces, pembatasannya hanya terbatas pada alat tangkap input restriction. Hal ini kurang cocok jika dihadapkan pada kondisi faktual geografi ZEE Indonesia yang berbatasan dengan laut lepas. 6. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan serta sumber daya manusia pengawasan khususnya dari sisi kuantitas dibandingkan dengan luas wilayah perairan yang harus diawasi. Hal ini ditambah lagi dengan keterbatasan sarana dan prasarana pengawasan. 7. Presepsi dan langkah kerjasama aparat hukum masih dalam penanganan perkara tindak pidana perikanan masih belum terorganisasi dengan optimal, terutama dalam hal pemahaman tindakan hukum, dan komitmen operasi kapal pengawas di ZEE. Universitas Sumatera Utara Masalah tindak pidana perikanan ini terus menggelayuti perairan Indonesia, meskipun secara jelas dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, bahwa pelaku tindak pidana perikanan diganjar dengan pidana penjara dan denda yang sepadan dengan pelanggaran yang dilakukan. Penerapan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana perikanan sangat menarik untuk dikaji khususnya warga negara asing sebagai pelaku tindak pidana perikanan. Hal ini ditujukan agar praktek-praktek tindak pidana perikanan yang dilakukan oleh kapal-kapal yang dioperasikan oleh warga negara asing dapat dihentikan melalui penegakan hukum pidana. Oleh karena hal tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkatnya menjadi sebuah skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Perikanan yang Dilakukan Oleh Warga Negara Asing Studi Kasus Putusan Nomor.12Pid.P2011PN MDN”

B. Rumusan Masalah