Pemberantasan Pembajakan Pemberantasan Imigran Gelap

yaitu 200 mil yang diukur dari garis pangkal laut teritorial. Di perairan Zona Ekonomi Eksklusif ZEEI, negara lain tidak boleh melakukan penangkapan ikan yang dijamin dengan Hukum Laut Internasional atau berdasarkan Pasal 5 UU No. Tahun 1983 terhadap sisa penangkapan yang diperbolehkan.Terhadap pelanggar ketentuan ini dapat dituntut pidana terhadap orang-orangnya serta penyitaan kapal oleh pihak Kejaksaan Pengadilan Negeri Setempat.

3. Pemberantasan Pembajakan

57 Ketentuan yang mengatur pemberantasan pembajakan yang terjadi di lautdalam ordonansi 1939 pasl 14 menyebutkan beberapa pasal KUHP yang mengatur mengenai kejahatan pembajakan yang terjadi di laut, yaitu pasal 483 sampai dengan pasal 451. Dalam pasal-pasal ini membedakan empat macam jenis pembajakan menurut tempat diman kejahtan terjadi, yaitu pembajakn di laut, pembajakan di tepi laut, pembajakn di tepi pantai dan pembajakan di sungai.Ordonansi ini masih dalam pengertian hukum laut tradisional, oleh karena itu pengaturan dalam pasal-pasal tersebut belum dapat menampung permasalahan hukum di bidang pemberantasan penyeludupan di perairan Indonesia dengan konsepsi negara menurut UU No. 4Prp1960. Selain itu juga ditemukan dalam UU No.19 Tahun 1961 Tentang Persetujuan tiga Konvensi Jenewa Tahun 1958, yaitu Pasal 14 sampai dengan Pasal 22, yang mengatur tentang pemberantasan 57 Pembajakan sering dikenal dengan istilah perompakan yaitu setiap perbuatan dengan kekerasan secara tidak sah atau penahanan atau setiap perbuatan yang merusak yang dilakukan dengan maksud untuk maksud untuk memiliki barang berharga milik orang secara tidak sah yang dilakukan oleh kru atau penumpang dari suatu kapal dan dilakukan dilaut bebas terhadap kapal lainnya atau terhadap seseorang atau barang berharga yang ada diatas kapal terhadap suatu kapal, seseorang atau barang berharga di luar juris diksi dari suatu negara tertentu. Pasal 101 UNCLOS 1982. Universitas Sumatera Utara pembajakan di laut lepas atau di tempat lain di luar kekeuasaan hukum suatu negara.

4. Pemberantasan Imigran Gelap

58 Pengaturan mengenai keimigrasiaan terdapat dalam Ordonansi 1949, Stb. 19498-331, untu wajib lapor kepada oknum yang datang dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia untuk memberitahukan kedatangannya di pelabuhan-pelabuhan pendaratan yang ditunjuk, dan kepada bea cukai apabila kedatngannya yang bukan pelabuhan pendaratan. Kemudian dalam UU No.8 Drt dan Pasal 270 KUHP, menyatakan orang-orang yang menyeludup dike Indonesia tanpa mempunyai dokumen imigrasi yang sah, dikualifikasi sebagi tindak pidana kejahatan oleh karena itu dapat dituntut atau dihukum pidana.

5. Pemberantasan Penjualan Budak Belian dan Wanita