48
BAB III PENERAPAN HUKUM PIDANA MATERIL TERHADAP PELAKU
TINDAK PIDANA PERIKANAN YANG DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING MENURUT PUTUSAN NO.12PID.P2011PN.MDN
Sebelum membahas mengenai penerapan hukum pidana materil dalam kasus putusan No. 12Pid.P2011PN.MDN, maka terlebih dahulu menguraikan
ringkasan posisi kasus pada putusan No. 12Pid.P2011PN.MDN yaitu sebagai berikut:
A. Posisi Kasus
1. Kronologis
Terdakwa Mr. Thanongsak pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010 sekira pukul 09.20 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain bertempat di
wilayah Perairan Indonesia tepatnya pada posisi 04 36’10” N- 99
35’ 50”E atau pada wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia ZEEI
61
61
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah jalur diluar dan perbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana ditetapkan dengan undang-undang yang berlaku tentang perairan
Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah dibawahnya, dan air diatasnya dengan batas terluar 200dua ratus mil laut yang diukur dari garis pangkal laut teritorial Indonesia. Lihat: Pasal 1
angka 21UU No 45 Tahun 2009 Perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun 2004 Tentang Perikanan.
,atau setidak- tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Medan, terdakwa memiliki danatau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing dan melakukan penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan perikananRepublik Indonesia danatau di laut lepas yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perikanan SIUP, dan perbuatan tersebut dilakukan
dengan cara berikut:
Universitas Sumatera Utara
Terdakwa selaku nahkoda kapal penangkap ikan KM. PFKB 1108 berbendera Malaysia bertolak dari Port Klang Malaysia pada hari Senin
tanggal 6 Desember 2010 bertolak ke laut bersama dengan 4 orang ABK
62
Terdakwa menambah kecepatan kapal agar mudah melarikan diri, namun sebelum berhasil lari kapal patroli sudah mendekat dan dilakukan
pemeriksaan dimana kapal KM. PKFB 1108 adalah kapal jenis penangkap ikan dari Negara Malasyia yang masuk ke Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia ZEEI, dengan melakukan usahakegiatan penangkapan tanpa memiliki Surat Izin Usaha Perikanan SIUP yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia dan ditemukan hasil tangkapan berupa ikan campur sebanyak 1.055 kg, sedangkan terdakwa tidak dapat memperlihatkan dokumen
kapal yang menyertai sehingga kapal digiring menuju ke Dermaga Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Gabion Belawan untuk
ditindak lanjuti sesuai hukum yang berlaku sebagiamana diatur dan diancam bernama Mr. Adisak, Mr. Luk Tak Hong, Mr.Joe, dan Mr.Un hingga pada hari
Selasa tanggal 7 Desember 2010 melakukan kegiatan penangkapan ikan dan pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010 pukul 9.20 wib kapal yang
dinahkodai terdakwa telah masuk ke dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia tepatnya pada posisi 04
36’10” N- 99 35’ 50”E atau pada
wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia ZEEIdan ketika sedang melakukan penangkapan ikanmenarik jaring dengan menggunakan pukat trawl
tanpa disadari dipergoki oleh Kapal Patroli HIU 001.
62
Anak Buah Kapal ABK adalah awak kapal selain Nahkoda. Lihat: Pasal 1 Angka 42 UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.
Universitas Sumatera Utara
pidana dalam Pasal 92 jo. Pasal 102 UU Nomor 31 Tahun 2004 jo. UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan. 2.
Dakwaan
63
Dalam kasus ini Penuntut Umum Penuntut Umum
64
mengajukan dakwaan alternatif
65
, yaitu antara dakwaan yang satu dengan dakwaan yang lain saling
“mengecualikan”, atau one that substitutes for another. Adapun pengertian yang diberikan kepada bentuk dakwaan yang bersifat alternatif, antara rumusan
dakwaan yang satu dengan yang lain saling mengecualikan, antara rumusan dakwaan yang satu dengan yang lain memberikan pilihan kepada hakim atau
pengadilan untuk menentukan dakwaan mana yang paling tepat dipertanggungjawabkan kepada terdakwa sehubungan dengan tindak pidana
yang dilakukannya.
66
63
Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu hakim akan memeriksa perkara itu. Pemeriksaan didasarkan kepada surat
dakwaan, Lihat E. Bona- Sasrodanukusum, Tuntutan Pidana, Siliwangi, Djakarta, hlm. 236.
64
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hukum, Lihat: Pasal 1 angka 6 KUHAP
65
Dakwaan dapat disusun secara Tunggal, Kumulatif, Alternatif, ataupun Subsider. Lihat: Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sapta Artha Jaya, Jakarta,1996, hlm. 188.
66
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan, Edisi Kedua, Cet.11, Sinar Grafika,Jakarta, 2009, hlm, 399-400.
Terdakwa diajukan dipersidangan oleh Penuntut Umum dengan surat dakwaan tanggal 19 September 2011 sebagaimana diuraikan dalam surat
dakwaan Nomor Registrasi Perkara: 13Rp.9Ft.2082011 yang berbunyi sebagai berikut:
Dakwaan Pertama:
Universitas Sumatera Utara
Terdakwa Mr.Thanongsak pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010 sekira pukul 09.20 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain bertempat di
wilayah Perairan Indonesia tepatnya pada posisi 04 36’10” N- 99
35’ 50”E atau pada wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia ZEEI,atau setidak-
tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan dan pemasaran ikan yang tidak
memiliki Surat Izin Usaha Perikanan SIUPsebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat 1.
Perbuatan terdakwa tersebut merupakan tindak pidana perikanan Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 92 jo. Pasal 102 UU
Nomor 31 tahun 2004 jo. UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
Atau Dakwaan kedua:
Terdakwa Mr. Tanongsak pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010 sekira pukul 09.20 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain bertempat di
wilayah Perairan Indonesia tepatnya pada posisi 04 36’10” N- 99
35’ 50”E atau pada wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia ZEEI,atau setidak-
tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, memiliki danatau mengoperasikan kapal
penangkap ikan berbendera asaing melakukan penangkapan di wilayah Zona
Universitas Sumatera Utara
Ekonomi Eksklusif Indonesia ZEEIyang tidak memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI.
Perbuatan terdakwa tersebut merupakan tindak pidana perikanan Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 93 jo. Pasal 102 UU
Nomor 31 Tahun 2004 jo. UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
3. Tuntutan
67
Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya menuntut terdakwa Penuntut Umum
68
a. Menyatakan terdakwa Mr. Tanongsak telah terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana dengan sengaja memiliki danatau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing melakukan
penangkapan ikan di ZEEI tanpa memiliki SIPI sebagimana dimaksud dalam pasal 27 ayat 2 melanggar pasal 92 jo. Pasal 102 UU Nomor 31
tahun 2004 jo. UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, atau melanggar pasal 93 jo.
Pasal 102 UU Nomor 31 tahun 2004 jo. UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan;
dengan tuntutan sebagai berikut:
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana denda sebesar Rp.
6.000.000.000,- enam milyar rupiah subsider 6 enam bulan kurungan;
67
Tuntutan atau penun tutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Lihat Pasal 1 angka 7 KUHAP.
68
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan. Lihat: Pasal 1 angka 15 KUHAP.
Universitas Sumatera Utara
c. Menyatakan barang bukti berupa:
1. 1 satu unit kapal KM. PKFB 1108; 2. 1 satu unit alat tangkap Trwal;
3. 1 satu unit Radio Super Star; 4. 1 satu unit Radio UHF KENWOOD;
5. 1 satu unit Kompas; 6. uang tunai Rp 2.095.000,- Dua Juta Sembilan Pulu Lima Ribu Rupiah
sebagai hasil penjualan ikan sebanyak 1.055 kg ikan campur-campur. Dirampas untuk negara;
7. menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara Rp. 5.000,- lima ribu rupiah.
4. Fakta-Fakta Hukum a. keterangan saksi
69
Saksi dibawah sumpah menerangkan, saksi ditugaskan oleh pimpinanya dengan surat perintah
No.:SP.11.19.1PSDKP.3TU.2010XI2010, tanggal 19 November 2010 Surat Perintah Gerak No.: PG.11.19.1PSDKP.3TU 2010XI2011,
tanggal 19 November 2010 dengan menggunakan Kapal Hiu Macan 001 melaksanakan gelar Operasi Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
1. Samson
69
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan
alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Lihat Pasal 1 angka 27 KUHAP
Universitas Sumatera Utara
Perikanan dimana jabatan saksi adalah sebagai Nahkoda
70
Pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010, pukul 09.20 wib di Perairan Selat Malaka ZEEI, pada posisi 04
36’10” N- 99 35’
50”Esaksi beserta ABK nya menangkap kapal ikan KM. PKFB 1108 berbendera Malaysia yang sedang melakukan penangkapan ikan,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan ternyata Nahkoda KM. PKFB 1108 mengaku bernama Mr. Thanongsak, umur 38 Tahun, Agama Budha,
Warga negara Thailand, setelah diperiksa KM. PKFB 1108 tidak memiliki Dokumen Perijinan Perikanan yang sah SIUP, SIPI dari
Pemerintah Indonesia serta mengaku mendapat hasil tangkapan sebanyak 1.055 kg ikan campur, selanjutnya kapal beserta Nahkoda dan ABK di
Ad Hock ke Belawan dan diserahkan kepada PPNS pada kantor Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Gabion Belawan.
Hiu Macan 001, dengan ABK masing-masing bernama: Surono selaku Mualim I,
Sutisna Wijaya selaku Mualim II, Handy Juwariadi selaku Markonis, Nurhidayanto selaku KKM, Edison Valen Weyai selaku Masinis I,
Suryadi selaku Masinis II, Oobet selaku Serang, Adhi Susanto selaku Juru Mudi I, Eduardo Da Costa F selaku Juru Mudi II, Ronaldi Said
selaku Oiler I, Malius Salem selaku Oiler II, Dedi selaku Oiler III, Syafari Ardiansyah selaku Kelasi I, Iwan Kurniawan selaku Kelasi II,
Suleman Bugis selaku Kelasi, Dede Suyana selaku Kelasi, A’ang Yuli selaku Juru Masak dan Agus Arfan selaku Juru Masak.
70
Nahkoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Lihat: Pasal 1 angka 41 UU no. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.
Universitas Sumatera Utara
Saat Kapal Patroli Hiu Macan 001 melaksanakan patroli di Perairan Indonesia Selat Malaka ZEEI, saksi melihat kapal ikan KM.
PKFB 1108 sedang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap trawl, kemudian saksi beserta ABK nya menangkapnya,
selanjutnya diperiksa ternyata kapal KM. PKFB 1108 tidak memiliki dokumen perijinan yang sah atau tanpa SIPI dan SIUP dari Pemerintah
Republik Indonesia, dan Nahkoda kapal KM. PKFB 1108 bernam Mr. Thanongsak berumur 38 tahun, beragama Budha dan
berkewarganegaraan Thailand. Petugas Patroli melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM PKFB
1108 ternyata kapal tersebut berasal dari Malaysia dan telah mendapatkan hasil tangkapan ikan lebih kurang 1.055 kg ikan campur
dengan menggunakan trawl. Penjualan ikan hasil tangkapan KM. PKFB 1108 adalah sebesar Rp
2.095.000,- Dua Juta Sembilan Pulu Lima Ribu Rupiah. Dijadikan sebagai barang bukti.
Alat-alat kelengkapan yang ada diatas kapal ikan KM. PKFB 1108 yang ditangkap saksi beserta ABK nya adalah:
a. 1 satu unit kapal KM. PKFB 1108; b. 1 satu unit alat tangkap Trwal;
c. 1 satu unit Radio Super Star; d. 1 satu unit Radio UHF KENWOOD;
e. 1 satu unit Kompas;
Universitas Sumatera Utara
f. uang tunai Rp 2.095.000,- Dua Juta Sembilan Pulu Lima Ribu Rupiah. Dijadikan sebagai hasil penjualan ikan sebanyak 1.055 kg
ikan campur-campur. Posisi penangkapan kapal ikan KM PKFB 1108 pada koordinat 04
36’10” N- 99 35’ 50”Eadalah benar dan sudah diakui dan ditandatangani
oleh Nahkoda. Saksi masih mengenal terdakwa Mr. Thanongsak dan benar orang
tersebut yang ditangkap pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010, pukul 9.20 wib di perairan Selat Malaka ZEEI pada posisi 04
36’10” N- 99 35’ 50”E dikarenakan telah melakukan penangkapan ikan secara ilegal
tanpa dokumen Perijinan Perikanan yang sah SIUP, SIPI dari Pemerintah RI dengan menggunakan alat tangkap trawl.
Perbuatan yang dilakukan terdakwa adalah salah dan melanggar hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
perbuatan yang telah dilakukan terdakwa berdampak buruk karena dapat mengakibatkan hasil tangkapan ikan nelayan Indonesia menurun.
2. Surono Memberikan keterangan dibawah sumpah yang dibacakan di dalam
persidangan atas persetujuan terdakwa yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Saksi bersama Nahkoda dan ABK lainnya ditugaskan oleh pimpinannya dengan surat perintah No.:
SP.11.19.1PSDKP.3TU.2010XI2010, tanggal 19 November 2010
Universitas Sumatera Utara
Surat Perintah Gerak No.: PG.11.19.1PSDKP.3TU 2010XI2011, tanggal 19 November 2010 dengan menggunakan Kapal Hiu Macan 001
melaksanakan gelar Operasi Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dimana jabatan saksi adalah sebagai Mualim I Kapal Patroli
Hiu Macan 001, dengan Nahkoda bernama Samson, dengan ABK masing-masing bernama: Sutisna Wijaya selaku Mualim II, Handy
Juwariadi selaku Markonis, Nurhidayanto selaku KKM, Edison Valen Weyai selaku Masinis I, Suryadi selaku Masinis II, Oobet selaku Serang,
Adhi Susanto selaku Juru Mudi I, Eduardo Da Costa F selaku Juru Mudi II, Ronaldi Said selaku Oiler I, Malius Salem selaku Oiler II, Dedi selaku
Oiler III, Syafari Ardiansyah selaku Kelasi I, Iwan Kurniawan selaku Kelasi II, Suleman Bugis selaku Kelasi, Dede Suyana selaku Kelasi,
A’ang Yuli selaku Juru Masak dan Agus Arfan selaku Juru Masak. Pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010, pukul 09.20 wib di
Perairan Selat Malaka ZEEI, pada posisi 04 36’10” N- 99
35’ 50”Esaksi beserta ABK nya menangkap kapal ikan KM. PKFB 1108
berbendera Malaysia yang sedang melakukan penangkapan ikan, selanjutnya dilakukan pemeriksaan ternyata Nahkoda KM. PKFB 1108
mengaku bernama Mr. Thanongsak, umur 38 Tahun, Agama Budha, Warga negara Thailand, setelah diperiksa KM. PKFB 1108 tidak
memiliki Dokumen Perijinan Perikanan yang sah SIUP, SIPI dari Pemerintah Indonesia serta mengaku mendapat hasil tangkapan sebanyak
1.055 kg ikan campur, selanjutnya kapal beserta Nahkoda dan ABK di
Universitas Sumatera Utara
Ad Hock ke Belawan dan diserahkan kepada PPNS pada kantor Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Gabion Belawan.
Saat Kapal Patroli Hiu Macan 001 melaksanakan patroli di Perairan Indonesia Selat Malaka ZEEI, saksi melihat kapal ikan KM. PKFB
1108 sedang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap Trawl, kemudian saksi beserta ABK nya menangkapnya,
selanjutnya diperiksa ternyata kapal KM. PKFB 1108 tidak memiliki dokumen perijinan yang sah atau tanpa SIPI dan SIUP dari Pemerintah
Republik Indonesia, dan Nahkoda kapal KM. PKFB 1108 bernam Mr. Thanongsak berumur 38 tahun, beragama Budha dan
berkewarganegaraan Thailand. Petugas Patroli melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM PKFB
1108 ternyata kapal tersebut berasal dari Malaysia dan telah mendapatkan hasil tangkapan ikan lebih kurang 1.055 kg ikan campur
dengan menggunakan Trawl. Penjualan ikan hasil tangkapan KM. PKFB 1108 adalah sebesar Rp
2.095.000,- Dua Juta Sembilan Pulu Lima Ribu Rupiah. Dijadikan sebagai barang bukti.
Alat-alat kelengkapan yang ada diatas kapal ikan KM. PKFB 1108 yang ditangkap saksi beserta ABK nya adalah:
a. 1 satu unit kapal KM. PKFB 1108; b. 1 satu unit alat tangkap Trwal;
c. 1 satu unit Radio Super Star;
Universitas Sumatera Utara
d. 1 satu unit Radio UHF KENWOOD; e. 1 satu unit Kompas;
f. uang tunai Rp 2.095.000,- Dua Juta Sembilan Pulu Lima Ribu Rupiah. Dijadikan sebagai hasil penjualan ikan sebanyak 1.055 kg
ikan campur-campur. Posisi penangkapan kapal ikan KM PKFB 1108 pada koordinat
04 36’10” N- 99
35’ 50”Eadalah benar dan sudah diakui dan ditandatangani oleh Nahkoda.
Terdakwa Mr. Thanongsak, saksi masih mengenalnya dan benar orang tersebut adalah terdakwa yang ditangkap pada hari Rabu tanggal 8
Desember 2010, pukul 9.20 wib di perairan Selat Malaka ZEEI pada posisi 04
36’10” N- 99 35’ 50”E dikarenakan telah melakukan
penangkapan ikan secara ilegal tanpa dokumen Perijinan Perikanan yang sah SIUP, SIPI dari Pemerintah RI dengan menggunakan alat tangkap
Trawl. Perbuatan yang dilakukan terdakwa adalah salah dan melanggar
hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan perbuatan yang telah dilakukan terdakwa berdampak buruk karena dapat
mengakibatkan hasil tangkapan ikan nelayan Indonesia menurun. 3. Sutisna Wijaya
Memberikan keterangan dibawah sumpah yang dibacakan di dalam persidangan atas persetujuan terdakwa yang pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Saksi bersama Nahkoda dan ABK lainnya ditugaskan oleh pimpinannya dengan surat perintah No.:
SP.11.19.1PSDKP.3TU.2010XI2010, tanggal 19 November 2010 Surat Perintah Gerak No.: PG.11.19.1PSDKP.3TU 2010XI2011,
tanggal 19 November 2010 dengan menggunakan Kapal Hiu Macan 001 melaksanakan gelar Operasi Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan dimana jabatan saksi adalah sebagai Mualim I Kapal Patroli Hiu Macan 001, dengan Nahkoda bernama Samson, dengan ABK
masing-masing bernama: Sutisna Wijaya selaku Mualim II, Handy Juwariadi selaku Markonis, Nurhidayanto selaku KKM, Edison Valen
Weyai selaku Masinis I, Suryadi selaku Masinis II, Oobet selaku Serang, Adhi Susanto selaku Juru Mudi I, Eduardo Da Costa F selaku Juru Mudi
II, Ronaldi Said selaku Oiler I, Malius Salem selaku Oiler II, Dedi selaku Oiler III, Syafari Ardiansyah selaku Kelasi I, Iwan Kurniawan selaku
Kelasi II, Suleman Bugis selaku Kelasi, Dede Suyana selaku Kelasi, A’ang Yuli selaku Juru Masak dan Agus Arfan selaku Juru Masak.
Pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010, pukul 09.20 wib di Perairan Selat Malaka ZEEI, pada posisi 04
36’10” N- 99 35’
50”Esaksi beserta ABK nya menangkap kapal ikan KM. PKFB 1108 berbendera Malaysia yang sedang melakukan penangkapan ikan,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan ternyata Nahkoda KM. PKFB 1108 mengaku bernama Mr. Thanongsak, umur 38 Tahun, Agama Budha,
Warga negara Thailand, setelah diperiksa KM. PKFB 1108 tidak
Universitas Sumatera Utara
memiliki Dokumen Perijinan Perikanan yang sah SIUP, SIPI dari Pemerintah Indonesia serta mengaku mendapat hasil tangkapan sebanyak
1.055 kg ikan campur, selanjutnya kapal beserta Nahkoda dan ABK di Ad Hock ke Belawan dan diserahkan kepada PPNS pada kantor Stasiun
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Gabion Belawan. Saat Kapal Patroli Hiu Macan 001 melaksanakan patroli di Perairan
Indonesia Selat Malaka ZEEI, saksi melihat kapal ikan KM. PKFB 1108 sedang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tangkap Trawl, kemudian saksi beserta ABK nya menangkapnya, selanjutnya diperiksa ternyata kapal KM. PKFB 1108 tidak memiliki
dokumen perijinan yang sah atau tanpa SIPI dan SIUP dari Pemerintah Republik Indonesia, dan Nahkoda kapal KM. PKFB 1108 bernam Mr.
Thanongsak berumur 38 tahun, beragama Budha dan berkewarganegaraan Thailand.
Petugas Patroli melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM PKFB 1108 ternyata kapal tersebut berasal dari Malaysia dan telah
mendapatkan hasil tangkapan ikan lebih kurang 1.055 kg ikan campur dengan menggunakan Trawl.
Penjualan ikan hasil tangkapan KM. PKFB 1108 adalah sebesar Rp 2.095.000,- Dua Juta Sembilan Pulu Lima Ribu Rupiah. Dijadikan
sebagai barang bukti. Alat-alat kelengkapan yang ada diatas kapal ikan KM. PKFB 1108
yang ditangkap saksi beserta ABK nya adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. 1 satu unit kapal KM. PKFB 1108; b. 1 satu unit alat tangkap Trwal;
c. 1 satu unit Radio Super Star; d. 1 satu unit Radio UHF KENWOOD;
e. 1 satu unit Kompas; f. uang tunai Rp 2.095.000,- Dua Juta Sembilan Pulu Lima Ribu
Rupiah. Dijadikan sebagai hasil penjualan ikan sebanyak 1.055 kg ikan campur-campur.
Posisi penangkapan kapal ikan KM PKFB 1108 pada koordinat 04
36’10” N- 99 35’ 50”Eadalah benar dan sudah diakui dan
ditandatangani oleh Nahkoda. Terdakwa Mr. Thanongsak, saksi masih mengenalnya dan benar
orang tersebut adalah terdakwa yang ditangkap pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2010, pukul 9.20 wib di perairan Selat Malaka ZEEI pada
posisi 04 36’10” N- 99
35’ 50”E dikarenakan telah melakukan penangkapan ikan secara ilegal tanpa dokumen Perijinan Perikanan yang
sah SIUP, SIPI dari Pemerintah RI dengan menggunakan alat tangkap Trawl.
Perbuatan yang dilakukan terdakwa adalah salah dan melanggar hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
perbuatan yang telah dilakukan terdakwa berdampak buruk karena dapat mengakibatkan hasil tangkapan ikan nelayan Indonesia menurun.
Universitas Sumatera Utara
b. Keterangan Ahli
71
6. Badan Jaring body; Ahli Perikanan Marianus O. Brewon, S, St.Pi. Memberikan
keterangan dibawah sumpah dalam persidangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
Saksi mengerti diperiksa selaku ahli dibidang perikanan, dan saksi berstatus PNS bertugas di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan
Kampung Nelayan Indah Medan Labuhan sejak tahun 2006. Kapal penangkap ikan yang menangkap di wilayah pengelolaan
perikanan Indonesia wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan SIUP, Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI dan Surat Izin Berlayar SIB yang sah
sesuai peruntukan dan kegunaanya dari Pejabat Perikanan Indonesia. Pihak yang berwenang mengeluarkan SIUP dan SIPI adalah adalah
Kementrian Kelautan dan Perikanan RI pada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Saksi setelah mengamati kapal ikan KM. PKFB 1180, ternyata
alat penangkap ikan yang digunakannya adalah jenis Trawl dengan ciri-ciri mempunyai bagian-bagian jaring yang terdiri dari:
1. Bola Gelinding bobbin; 2. Rantai Pengejut tickler chain;
3. Tali Penarik warp; 4. Papan Pembuka Mulut Jaring otter board;
5. Sayap Jaring wing;
71
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan. Lihat: Pasal 1 angka 28 KUHAP.
Universitas Sumatera Utara
7. Kantong Jaring cod end; 8. Mulut Jaring.
Cara pengoperasaian jaring trawl yaitu dengan terlebih dahulu menurunkan bagian kntong, di ikuti bagian badan dan sayap jaring, dan
dilanjutkan dengan penurunan otter board secara perlahan, selanjutnya setelah bagian kantong, badan, sayap dan otter board telah berada pas di
dasar laut, alat tangkap tersebut ditarik dengan menggunakan kapal sambil berjalan sesuai dengan kecepatan kapal antara 3-5 knot, kemudian setelah
berlangsung selama 2-4 jam alat tangkap trawl tersebut diangkat ke atas deck kapal untuk mengeluarkan ikan hasil tangkapan, dan demikian
seterusnya sampai beberapa kali dalam satu hari satu malam. Posisi 04
36’10” N- 99 35’ 50”E setelah diplot ke peta laut dan
dikonversikan kedalam Global Position System GPS termasuk wilayah ZEEI wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.
c. Keterangan Terdakwa
72
d. Barang Bukti Terdakwa membenarkan keterangan para saksi.
73
b. 1 satu unit Radio UHF KENWOOD; 1. 1 satu unit kapal KM. PKFB 1108, dengan perlengkapan
a. 1 satu unit Radio Super Star;
72
Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. LihaT: Pasal 189 KUHAP.
73
Barang bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang twelah dilakukan penyitaan oleh penyidik untuk keperluan pemeriksaan dalam tingkat
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Lihat: Pasal 1 angka 5 Peraturan Kapolri No. 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
c. 1 satu unit Kompas; d. Uang tunai Rp 2.095.000,- Dua Juta Sembilan Pulu Lima Ribu
Rupiah. sebagai hasil penjualan ikan sebanyak 1.055 kg ikan campur-campur.
2. Ikan campur-campur 1.055 kg. 3. Alat tangkap, 1 satu unit alat tangkap trwal;
e. Pembuktian Jaksa Penuntut umum dalam pembuktian unsur-unsur tindak pidana
menyebutkan sebagai berikut: 1. Unsur ke- 1 “setiap orang”
Setiap orang adalah orang atau manusia sebagai subjek hukum yang mampu bertanggung jawab atas semua perbuatan yang telah
dilakukannya.Dalam persidangan telah diperiksa identitas diri terdakwa Mr. Thanongsak dalam kedudukannya sebagai orang atau subjek
hukum pelaku tindak pidana yang sehat jasmani dan rohani mempunyai hak dan kewajiban serta kepadanya dapat dimintakan
pertanggungjawaban atas perbuatannya melakukan tindak pidana. Berdasarkan alat bukti berupa keterangan saksi, barang bukti,
petunjuk maupun keterangan terdakwa dapat disimpulkan bahwa terdakwa Mr. Thanongsak harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dengan demikian unsur setiap orang dalam hal ini telah secara sah dan meyakinkan menurut
hukum. 2. Unsur ke- 2 “Memiliki danatau mengoperasikan kapal penangkap ikan
berbendera asing” Berdasarkan fakta-fakta hukum yang diperoleh dari keterangan
saksi- saksi Samson, Surono, dan Sutisna Wijaya, pada saat melakukan penangkapan kapal ikan KM. PFKB 1108 GT 52’20 diamana kapal
dinahkodai oleh terdakwa Mr. Thanongsak dan diketahui dari terdakwa bahwa kapal berasal dari Malaysia dan juga saksi ahli menerangkan
dengan melihat bentuk dan cat kapal dapat dengan mudah dikenal kalau berasal dari Negara Malaysia.
Terdaka Mr. Thanongsak selaku Nahkoda bertugas dan bertanggung jawab di atas kapal dalam hal:
1. Mengoperasikan kapal, 2. Menentukan arah pelayaran,
3.Memimpin ABK serta memerintahkan untuk menurunkan dan menarik alat tangkap ikan,
4. Menugaskan ABK untuk menyortir dan mencuci ikan selanjutnya memasukkan ke dalam blong, dan
5. Bertanggung jawab tewrhadap pelayaran kapal KM. PKFB 1108 dalam menangkap ikan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengakuan terdakwa dan saksi, menerangkan bahwa terdakwa selaku nahkoda atas kapal ikan KM. PFKB 1108
yang mengemudikan serta memerintahkan ABK nya untuk melakukan penangkapan ikan, dengan demikian unsur memiliki danatau
mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing di dalam perkara ini telah dapat dipenuhi.
3. Unsur ke-3: “Melakukan penangkapan ikan di ZEEI Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia”
Berdasarkan fakta-fakta hukum yang diperoleh dari keterangan saksi Samson, Surono dan Sutisna Wijaya, maka ketika tertangkap
tangan oleh kapal Patroli Hiu Macan 001301, terdakwa Mr. Thanongsak sebagai nahkoda beserta 4 orang ABK-nya dipergoki
sedang melakukan penangkapan ikan dengan kapal ikan KM. PFKB 1108 berbendera Malaysia pada posisi 04
36’10” N- 99 35’ 50”E di
perairan ZEE Indonesia Selat Malaka yang termasuk wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia, dimana posisi tersebut
telah dikaui oleh terdakwa dalam berkas perkara penyidikan serta dikuatkan oleh keterangan AHLI PERIKANAN.
Berdasarkan keterangan AHLI PERIKANAN dimana posisi penangkapan yang dilakukan oleh petugas patroli terhadap kapal ikan
KM. PFKB 1108 yaitu pada posisi 04 36’10” N- 99
35’ 50”E setelah diplotkan ke atas peta laut Indonesia posisi tersebut masuk ke dalam
wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ZEEI, dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
unsur Melakukan penangkapan ikan di ZEEI Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di dalam perkara ini telah dapat dipenuhi.
4. Unsur ke-4: “Tanpa Memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI” Terdakwa dengan kapal ikan KM. PFKB 1108 tertangkap
tangan sedang menangkap ikan tanpa Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI dari Pemerintah Indonesia di Perairan ZEE Indonesia di Selat
Malaka tepatnya pada posisi 04 36’10” N- 99
35’ 50”E, sedangkan dalam pasal 27 ayat 2 Undang-Undang 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan bahwa setiap orang yang memiliki danatau
mengopersikan kapal penangkap ikan berbendera asing yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia
wajib memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI. Kapal ikan KM. PFKB 1108 dalam kegiatannya menangkap ikan
di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ZEE Indonesia Selat Malaka tidak memiliki dokumen apapun juga termasuk
Suarat Izin Penangkapan Ikan SIPI yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut maka
unsur tidak memiliki SIPI didalam perkara ini telah dapat dipenuhi.
Universitas Sumatera Utara
5. Pertimbangan Hakim
74
74
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nialai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan ex eaquo et bono dan
megandung kepastian hukum, deasmping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim harus disikapi dengan teliti, baik dan cermat. Apabila
pertimbangan hakim tidak teliti, baik dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung.
Lihat: Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata dan Pengadilan Agama, cet v, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2004, hlm.140.
Pertimbangn hakim menyatakan perbuatan terdakwa telah diatur dan dan diancam dengan pidana Pasal 93 ayat 2 jo. Pasal 102 UU Nomor 31 tahun
2004 jo. UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
Fakta hukum yang terungkap dalam persidangan tidak adanya alasan pemaaf maupun alasan pembenar yang dapat menghapus sifat melawan hukum
dari perbuatan terdakwa, maka terdakwa mampu bertanggung jawab atas perbuatannya.
Terdakwa bersalah maka harus dijatuhi hukum pidana dan dibebani membayar biaya perkara.
Terhadap alat bukti yang diajukan dalam persidangan berupa: a.Uang tunai Rp. 74.250.000.- tujuh puluh empat juta dua ratus lima puluh
ribu rupiah sebagai hasil lelang kapal ikan KM. PKFB 1108; b.Uang tunai Rp. 2.095.000,- dua juta sembilan puluh lima ribu rupiah
sebagai hasil penjualan ikan sebanyak 1.055 kg ikan campur-campur; Sebelum menjatuhkan pidana perlu dipertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan hal-hal yang meringankan: Hal-hal yang memberatkan:
Universitas Sumatera Utara
a.Perbuatan terdakwa merugikan perekonomian Indonesia karena menangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia tanpa Surat Izin
Penangkapan Ikan SIPI dan dokumen kapal ikan lainnya; b.Perbuatan terdakwa merusak kelestarian sumberdaya perikanan Indonesia
karena menggunakan alat tangkap trawl yang merusak lingkungan; Hal-hal yang meringankan:
a.Terdakwa mengakui perbuatannya secara berterus terang kepada penyidik pada saat penyidikan;
b.Terdakwa belum pernah dihukum, dan memiliki tanggungan keluarga dengan 2 orang anak;
Ancaman dalam pasal 93 ayat 2 UU Nomor 31 tahun 2004 jo. UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan adalah berupa pidana penjara dan denda, sedangkan dalam pasal 102 ancaman pidana penjara tidak berlaku bagi kapal ikan asing yang
menangkap ikan diperairan ZEE Indonesia karena tidak mempunyai perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Indonesia, maka kepada terdakwa yang telah
dinyatakan terbukti bersalah akan dikenakan denda pembayaran sejumlah uang; Kapal ikan KM. PKFB 1108 telah digunakan oleh terdakwa untuk
melakukan kejahatan dimana hasil lelang kapal ikan tersebut telah diajukan sebagai barang bukti dipersidangan serta uang tunai hasil penangkapan ikan
yang telah dilelang merupakan hasil kejahatan, maka perlu ditetapkan agar barang bukti uang hasil lelang kapal ikan dan uang lelang hasil tangkapan ikan
dirampas untuk negara;
Universitas Sumatera Utara
Mengingat pasal 93 ayat 2 jo pasal 27 ayat 2, pasal 102 dan pasal 104 ayat 2 UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU Nomor 31
Tahun 2004 Tentang Perikanan, dan UU Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP dan peraturan perundang-undangan yang terkait;
6. Amar Putusan
75
Majelis dalam putusannya memutuskan sebagai berikut: a. Menyatakan terdakwa Mr. Thanongsak telah terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana dengan sengaja memiliki danatau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing melakukan
penangkapan ikan di ZEEI tanpa memiliki SIPI sebagimana dimaksud dalam pasal 27 ayat 2;
b. Menjatuhkan pidana berupa pidana denda sebesar Rp. 6.000.000.000,- enam milyar rupiah subsider 6 enam bulan kurungan;
c. Memerintahkan barang bukti berupa: uang tunai hasil lelang kapal ikan PKFB 1108 sebesar Rp. 74.250.000,- tujuh puluh empat juta dua ratus lima
puluh ribu rupiah, uang hasil lelang penjualan ikan tangkapan sebesar Rp. 2.095.000,- dua juta sembilanpulu lima ribu rupiah, DIRAMPAS UNTUK
NEGARA; d. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
5.000,- liama ribu rupiah.
75
Amar Putusan atau Putusan Hakm menurut Prof. Sudikno Mertokusumo adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat yang diberi wewenang itu, diucapkan dipersidangan
dan bertujuan mengahiri atau menyelesaikan suatu perkara atau suatu sengketa antara para pihak. Lihat: Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993, hlm.
158.
Universitas Sumatera Utara
B. Analisis Kasus Berdasarkan ruang lingkup berlakunya hukum pidana menurut tempat,
kasus ini merupakan sebuah bentuk penerapan yurisdiksi mengadili berdasarkan asas teritorial. Tolak pangkal pemikiran untuk penerapan asas teritorial adalah
bahwa di wilayah Indonesia, undang-undang hukum pidana Indonesia mengikat bagi siapa saja penduduk atau bukan. Dasarnya adalah bahwa setiap negara yang
berdaulatwajib memelihara sendiri ketertiban hukum dalam wilayahnya.
76
1. Setiap Orang
Asas teritorial mengajarkan bahwa bahwa hukum pidana suatu negara berlaku berlaku di wilayah negara itu sendiri. Asas ini merupakan asas pokok dan
dianggap asas yang paling tua karena dilandaskan kepada kedaulatan negara. Terdakwa Mr. Thanongsak warga negara Thailand didakwa melanggar pasal 93
ayat 2 jo. Pasal 102 UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, unsur-unsur yang terdapat dalam pasal
93 ayat 2 telah terpenuhi. Jika dianalisa, maka unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 93 ayat 2
adalah sebagai berikut:
Unsur setiap orang dalam hal ini adalah subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban berupa orang perorangan, kelompok atau badan
hukum. Berdasarkan alat bukti berupa keterangan saksi, keterangan ahli, barang bukti dan dan keterangan terdakwa dapat disimpulkan bahwa terdakwa
Mr. Thanongsak harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
76
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2012. hlm. 91.
Universitas Sumatera Utara
2. Memiliki danatau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing Berdasarkan keterangan para saksi dapat disimpulkan bahwa kapal
KM. PKFB 1108 yang dinahkodai oleh Mr. Thanongsak tidak dilengkapi dengan surat izin penangkapan ikan SIPI yang sah. Hal ini diperkuat dengan
keterangan ahli dari dinas Perikanan Marianus O. Brewon, S, St.Pi. selaku ahli dibidang perikanan, bertugas di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan
Kampung Nelayan Indah Medan Labuhan, berdasarkan fisik dari kapal KM. PKFB 1108 adalah kapal ikan asing Malasyia yang seharusnya memiliki izin
yang dikeluarkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. Per.
17MEN2006 Pasal 17 huruf a, dengan demikian unsur memiliki danatau mengeporasikan kapal penangkap ikan berbendera asing telah terbukti secara
sah dan meyakinkan menurut hukum. 3. Melakukan penangkapan ikan di ZEEI yang tidak memiliki SIPI
Terdakwa Mr. Thanongsak tertangkap tangan oleh petugas Patroli pada pada posisi 04
36’10” N- 99 35’ 50”E yang merupakan wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia ZEE Indonesia Selat Malaka dan tidak memiliki dokumen apapun juga termasuk Suarat Izin Penangkapan Ikan SIPI
yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam tuntutannya jaksa penuntut umum menuntut terdakwa dengan
tuntutan denda sebesar Rp. 6.000.000.000,- enam milyar rupiah, subsider 6 bulan penjara.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Muladi dan Barda Nawawi Arief, dalam sisitem KUHP yang sekarang berlaku, pidana denda dipandang sebagi jenis pidana pokok yang yang
p[aling ringan. Pertama, hal ini dapat dilihat dari kedudukan urutan-urutan pidana pokok di dalam pasal 10 KUHP. Dan kedua, pada umumnya pidana denda
dirumuskan sebagi pidana penjara atau kurungan. Sedikit sekali tindak pidana yang hanya diancam dengan denda. Ketiga, jumlah ancaman pidana denda
didalam KUHP pda umumnya relatif ringan.
77
Tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang hanya mencantumkan pidana denda saja merupakan ketentuan sebagaiman diatur dalam pasal 93 ayat 2 UU Tentang
Perikanan, namun pidana yang denda yang didakwakan masih terlalu rendah karena dalam pasal 93 ayat 2 UU Perikanan memberikan ancaman pidana denda
Tuntutan denda sebesar 6.000.000.000,- enanm milyar rupiah kepada terdakwa terlalu ringan dan tidak tegas, sebab dalam pasal 93 ayat 2 UU tentang
perikanan mengisyaratkan adanya kumulatif ancaman hukuman bagi pelaku tindak pidana, namun dengan adanya Pasal 102 “ketentuan pidana penjara dalam
undang-undang ini tidak berlaku bagi tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 huruf b, kecuali telah ada perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Negara yang bersangkutan”.
Penerapan sanksi pidana penjara terhadap terdakwa tidak dapat dilaksanakan disebabkan tidak ada perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan
Pemerintah Negara Thailand dalam penangkapan ikan di wilayah ZEEI.
77
Muladi dan Barda Nawawi A. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Ed.Rev. Alumni, Bandung, 1992, hlm. 177-178.
Universitas Sumatera Utara
paling banyak Rp. 20.000.000.000,.- dua puluh milyar rupiah, namun dalam dakwaanya Penuntut Umum hanya menuntut terdakwa dengan pidana denda
sebesar Rp. 6.000.000.000 enam milyar rupiah. Seharusnya jaksa penuntut umum dalam dakwaan nya mencantumkan pidana denda yang lebih tinggi atau
menjatuhkan pidana denda paling banyakmaksimal terhadap terdakwa pelaku tindak pidana perikanan. Dikaitkan dengan tujuan pemidanaan maka pidana denda
juga seharusnya dapat dirasakan sifat penderitaanya bagi mereka yang dijatuhinya.
78
Dengan adanya penegakan hukum dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penegakan hukum dalam kasus tindak pidana perikanan maka yang
diuntungkan adalah masyarakat Indonesia, sebab kekayaan alam yang terkandung dalam dinikmati hasilnya oleh warga negara Indonesia sendiri sesuai dengan Pasal
Apabila kita cermati hingga saat ini tindak pidana perikanan khusunya pencurian ikan illegal fishing masih begitu marak terjadi di wilayah
peengelolaan perikanan Indonesia, khususnya di ZEEI yang dilakukan oleh kapal- kapal berbendera asing. Seharusnya penerapan hukum pidana terhadap pelaku
tindak pidana perikanan yang dilakukan oleh warga negara asing dilakukan dengan tegas sesuai dengan tujuan pemidanaan teori relatif atau teori tujuan
beranggapan bahwa tujuan pidana ialah mengamankan masyarakat dengan jalan menjaga serta memberi rasa aman dan mempertahankan tata tertib masyarakat
atau teori yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan dan menimbulkan efek jera bagi pelaku tindak pidana perikanan di wilayah perairan Indonesia.
78
Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 60.
Universitas Sumatera Utara
33 ayat 3 UUD Tahun 1945.
79
a. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Oleh sebab itu dengan diprosesnya pelaku dengan menggunakan hukum postif yang berlaku di Indonesia oleh penegak hukum sudah
tepat, namun penerapan sanksi pidana nya harus lebih tegas terhadap pelaku tindak pidana perikanan oleh warga negara asing.
Untuk menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana perikanan hakim membuat pertimbangan-pertimbangan. Hakim dalam menjatuhkan pidana
terhadap pelaku tindak pidana perikanan menggunakan pertimbangan yang bersifat yuridis dan non-yuridis. Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah
pertimbangan hakim yang didasarkan pada fakta-fakta yang terungkap didalam Keterangan terdakwa persidangan atau faktor-faktor yang terungkap di dalam
persidangan dan oleh Undang-Undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat didalam putusan. Pertimbangan yang bersifat yuridis ialah sebagai berikut :
b. Keterangan saksi
c. Barang-barang bukti
d. Pasal-pasal dalam UU Perikanan
Disamping pertimbangan yang bersifat yuridis hakim dalam menjatuhkan putusan membuat pertimbangan yang bersifat nonyuridis. Pertimbangan non-
yuridis ialah antara lain sebagai berikut : a.
Akibat perbuatan terdakwa b.
Kondisi diri terdakwa
79
Pasal 33 ayat 3 UUD Tahun 1945: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Universitas Sumatera Utara
Setiap putusan hakim senantiasa dimuat hal-hal yang memberatkan dan meringankan pidana. Oleh karena itu, dalam putusannya Hakim juga
mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan Terdakwa. Berat ringannya pidana yang dijatuhkan tentu bagi seorang hakim
disesuaikan dengan apa yang menjadi niat, motivasi, dan akibat perbuatan si pelaku. Tiap putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada terdakwa
tentunya harus sesuai dengan pasal yang didakwakan dalam arti batas maksimal dan batas minimal sehingga hakim dianggap telah menjalankan dan menegakkan
Undang-undang dengan benar dan tepat. Putusan Majelis Hakim yang menjatuhkan pidana penjara dan pidana denda sudah tepat, karena ada juga
keyakinan Hakim, dimana Hakim juga mempertimbangkan kondisi diri Terdakwa baik secara sosiologis dan psikologis serta status sosial terdakwa.
Keputusan pidana selain merupakan pemidanaan juga merupakan dasar untuk memasyarakatkan kembali si terpidana agar di kemudian hari si terpidana
tidak melakukan kejahatan atau tindak pidana di kemudian hari sehingga dapat menjaga kelestarian sumber daya ikan. Dengan adanya pidana denda yang
dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana perikanan dapat menimbulkkan efek jera dan memberi kesadaran kepada para pihak lain agar tidak melakukan tindak
pidana perikanan di Indonesia. Disamping itu putusan Hakim juga diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku tindak pidana perikanan. Sehingga
putusan hakim yang dijatuhkan kepada terdakwa Mr Thanongsak dalam Putusan
No.12Pid.P2011PN.MDN sudah sesuai.
Universitas Sumatera Utara
78
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan