Faktor Risiko Patogenesis Gambaran Klinis

akansemakin mudah ketika bayi sedang dalam pemberian antibiotik, kondisi imun yang buruk, dan penyakit metabolik Diabetes Melitus. 4. Nutrisi Dermatitits popok bisa merupakan tanda klinis pertama yang menunjukkan kurangnya asupan biotin dan zink pada bayi. 5. Zat iritan kimia Sabun, deterjen, dan antiseptik bisa menjadi pemicu atau meningkatkan risiko dermatitis kontak iritan.Pemakaian popok sekali pakai dengan daya serap yang baik dapat mengurangi risiko terkena dermatitis popok. 6. Antibiotik Pemberian antibitik dengan kerja obat yang luas pada bayi untuk beberapa kondisi seperti otitis media dan infeksi saluran pernapasan menunjukkan kecenderungan peningkatan insiden dermatitis kontak iritan dermatitis popok.Ini juga menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi Candida albicans. 7. Diare Produksi feses yang encer berkaitan dengan pemendekan waktu transit dan sejumlah enzim pencernaan yang tersisa di dalam feses. 8. Kelainan saluran kemih Kelainan saluran kemih menyebabkan tidak dieksresikannya urin dengan baik sehingga akan menjadi faktor predisposisi infeksi saluran kemih.

2.2.4. Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko terjadinya dermatitis popok antara lainLi, 2012 : 1. Lingkungan tempat tinggal Bayi yang tinggal di pedesaan lebih berisiko terhadap dermatitis popok dibandingkan dengan bayi yang tinggal di perkotaan. 2. Makanan padat telur Bayi yang diberikan makanan padat, seperti telur lebih berisiko mengalami dermatitis popok. Universitas Sumatera Utara 3. Frekuensi penggantian popok Bayi dengan frekuensi penggantian popok ≤ 6 kalihari lebih berisiko terkena dermatitis popok dibandingkan dengan bayi dengan frekuensi penggantian popok ≥ 6 kalihari. 4. Diare Bayi dengan frekuensi buang air besarnya lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses lunak dan cair lebih berisiko terkena dermatitis popok dibandingkan dengan bayi yang tidak terkena diare.

2.2.5. Patogenesis

Gambar 2.1. Diagram Patogenesis Dermatitis Popok Kulit bayi yang tertutup popok, berkontak dengan urin dan feses, keduanya menyebabkan peningkatan permeabilitas kulit sehingga rentan mengalami kerusakan akibat gesekan.Hal ini disebabkan oleh peningkatan pH kulit yang nantinya dapat mengaktivasi enzim pada feses bayi, sehingga menyebabkan destruksi lapisan pelindung kulit Stratum corneum.Destruksi kulit Kulit tertutup popok Kontak urin dan feses dengan kulit Meningkatkan pH kulit Permeabilitas kulit meningkat Aktivasi enzim di feses Destruksi kulit Dermatitis Popok Universitas Sumatera Utara mempermudah penetrasi iritan kimiawi dan juga bakteri seperti Candida albicans sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder Li, 2012.

2.2.6. Gambaran Klinis

Dermatitis popok ditandai dengan dermatitis kemerahan di permukaan kulit yang berkontak dengan popok dan juga kulit di sekitarnya, yaitu di bokong, daerah genital, perut bagian bawah, daerah pubis, dan paha atas. Onset munculnya gejala paling sering pada minggu ke-3 hingga minggu ke-12, dengan puncak prevalensi antara bulan ke-7 dan ke-12. Gejala yang sama ditemukan pada anak- anak dan orang dewasa dengan kelainan inkontinensia urin Serdaroglu dan Ustunbas, 2010.

2.2.7. Diagnosis Banding