Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Manufaktur Di Indonesia Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik

(1)

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA MELAKUKAN PERGANTIAN

KANTOR AKUNTAN PUBLIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: Dita Dwi Lestari NIM: 109082000133

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Dita Dwi Lestari

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Oktober 1990

3. Alamat : Gg. Moch Ali I Dalam No. 27 RT 008/003 Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat 10540

4. Telepon : 08989330629

5. Email : ditadwiles@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN 03 Mangunreja 1997-2002 2. SDN 01 Tanah Tinggi 2002-2003 3. SMP Negeri 77 Jakarta 2003-2006 4. SMA Negeri 77 Jakarta 2006-2009 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-2016

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Wakil Ketua PMR SMA Negeri 77 Jakarta periode 2007-2008

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.

2. Think Acct 2009, “To Be Happy In Community Of Accounting”, 2009 3. Seminar Nasional oleh Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif

Hidayatullah, “Peran Asuransi dalam Era Globalisasi”, 20 Mei 2010. 4. Seminar oleh Dirjen Pajak: Potret Perpajakan Indonesia Menuju


(7)

vii

5. Seminar Umum: Bongkar Skandal Century Menuju Indonesia Tanpa Korupsi 2012.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Ending Sukarna

2. Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 02 Mei 1960

3. Ibu : Suhaeti

4. Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 20 Januari 1965

5. Alamat : Gg. Moch Ali I Dalam No. 27 RT 008/003 Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat 10540 6. Telepon : (021) 42884460


(8)

viii ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE MANUFACTURE COMPANY IN INDONESIA TO CHANGE THE AUDIT

FIRM

The purpose of this research is to examine the effect of change in management, size of audit firm, growth rate of the company, and audit fee on the change the audit firm. This research the sample of manufacture companies which listed on the Indonesia Stock Exchange during 2009-2014 period. Sampling determining is done by using purposive sampling method. This research has 145 samples from 29 companies with 5 years observation This research used logistic regression to test the hyphotesis.

The result of this research show change in management, size of audit firm, growth rate of the company, and audit fee no significantly influence to change of audit firm.

Keyword: change of audit firm, change in management, growth rate of the company, and audit fee.


(9)

ix ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA MELAKUKAN

PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pergantian manajemen, ukuran KAP, tingkat pertumbuhan perusahaan dan fee audit terhadap pergantian KAP. Penelitia ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2014. Sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini memiliki 145 sampel dari 29 perusahaan dengan pengamatan 5 tahun. Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian manajemen, ukuran KAP, tingkat pertumbuhan perusahaan dan fee audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP.

Kata kunci: Pergantian KAP, pergantian manajemen, ukuran KAP, tingkat pertumbuhan perusahaan dan fee audit.


(10)

x

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA MELAKUKAN PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK”, dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan teladan, beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan, doa, motivasi dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kakakku Tedy Suharyadi yang telah memberikan dukungan, nasihat dan motivasi untuk kesuksesan penulis.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Faakultas Ekonomi dan Bisnis Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Fitri Damayanti, SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian dan kesabaran, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.


(11)

xi

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan dalam proses pembuatan skripsi, Okky, Alpin, Ayu yang sama-sama berjuang untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas dorongan semangatnya.

9. Teman-teman seangkatan Neni, Desi, Uny, Tya dan Januar yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan ide dan masukannya kepada penulis. 10. Keluarga Threewinsinergi, khususnya kepada Kak Dewi, Kak Dwi, Kak

Faisal, Kak Fatma, Kak Dyna, Kak Winda, Kak Risna dan Wika yang telah memberikan bantuan, saran dan masukannya kepada penulis. Terimakasih atas doa dan dukungannya.

11. Teman-teman Akun D Angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua persahabatan, doa, dan motivasinya.

12. Kepada segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang ikut membantu kelancaran pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan, maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2016


(12)

xii

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar………xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15


(13)

xiii

1. Pengertian Audit... 15

2. Pergantian Kantor Akuntan Publik………. 16

3. Pergantian Manajemen ... 18

4. Ukuran KAP……….……20

5. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan ... 22

6. Fee Audit ... 23

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 26

1. Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Pergantian KAP ... 26

2. Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Pergantian KAP ... 27

3. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pergantian KAP ……….……….30

4. Pengaruh Fee Audit Terhadap Pergantian KAP ... 31

C. Penelitian Terdahulu ... 33

D. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

D. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 41

1. Statistik Deskriptif ... 41

2. Pengujian Hipotesis ... 42

E. Operasional Variabel ... 46


(14)

xiv

2. Variabel Independen ... 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 51

2. Deskripsi Sampel Penelitian……….………53

B. Analisis dan Pembahasan ... 53

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 54

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 55

a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)…55 b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square)……….57

c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi...………....57

d. Hasil Uji Multikolonieritas………....58

e. Hasil Matriks Klasifikasi………...58

f. Hasil Uji Regresi Logistik………..…60

BAB V PENUTUP………....65

A. Kesimpulan………....65

B. Implikasi ………...…....66

C. Saran………..….67

DAFTAR PUSTAKA...………...….69


(15)

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Kasus……….…. 4

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………... 34

3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya……… 49

4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria………. 52

4.2 Statistik Deskriptif……… 54

4.3 Menilai Keseluruhan Model………. 56

4.4 Koefisien Determinasi……….. 57

4.5 Menguji Kelayakan Model Regresi………. 58

4.6 Hasil Uji Multikolinieritas………... 58

4.7 Matriks Klasifikasi………... 59

4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik………... 60


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Sampel………. 73 2 Hasil Output SPSS ……….. 88


(18)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Profesi akuntan publik semakin berkembang karena kebutuhan perusahaan publik yang membutuhkan jasa akuntan publik untuk menilai laporan keuangannya. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan perusahaan publik untuk menyajikan laporan keuangan secara wajar. Laporan keuangan merupakan suatu media utama untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar entitas. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban dan penyampaian informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, eksternal maupun internal (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wijaya, 2013). Disinilah pentingnya sistem pelaporan akuntansi dan auditing dalam proses pemenuhan kontrak sosial perusahaan dengan pihak

stakeholders (Wijaya, 2013). Keandalan laporan keuangan sangat dibutuhkan

oleh pihak stakeholder karena berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Kinerja dari suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya dan oleh karena itu, manajemen perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Namun, laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan bisa berpotensi adanya unsur kepentingan pribadi, sementara pihak di luar entitas membutuhkan informasi laporan keuangan yang dapat diandalkan. Auditor


(19)

2 sebagai pihak yang menyediakan fungsi audit diharapkan mampu menjembatani kepentingan dari pihak manajemen maupun pihak stakeholder.

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan, auditor harus memiliki objektivitas dalam menyatakan kewajaran laporan keuangan tersebut. Objektivitas dipengaruhi oleh independensi yang merupakan keadaan yang bebas dari pengaruh perusahaan klien. Melalui standar audit, seorang auditor diwajibkan bersikap independen, dalam arti tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaannya bertujuan untuk kepentingan mayarakat umum. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum mengatur persyaratan pribadi auditor. Kelompok standar ini mengatur keahlian dan pelatihan teknis yang harus dipenuhi agar seseorang memenuhi syarat untuk melakukan audit, sikap mental independen yang harus dipertahankan oleh auditor dalam segala hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan perikatannya, dan keharusan auditor menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (Mulyadi, 2002 dalam Rapina, et al, 2010).

Selain standar audit, akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Prinsip-prinsip ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas,


(20)

3 objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis (Simamora, 2002 dalam Rapina et al, 2010).

Berkenaan dengan profesionalismenya tersebut sebagai seorang auditor, pada satu sisi muncul berbagai keraguan mengenai independensi tersebut yaitu, apakah hubungan kerja yang panjang antara KAP dan klien kemungkinan menciptakan suatu ancaman terhadap hubungan yang terjalin diantara mereka sehingga dapat mempengaruhi objektivitas dan independensi KAP. Menurut Divianto (2011) independensi auditor adalah kunci utama dari profesi audit, termasuk untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Menurut Badjuri (2011) independensi mencakup dua aspek yaitu independensi dalam fakta (in fact) dan independensi dalam penampilan (in appearance). Independensi in fact merupakan kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit. Sedangkan independensi in appearance adalah independensi yang dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya. Ada beberapa kasus yang terjadi karena lunturnya independensi auditor. Auditor mungkin saja tidak menemukan bahkan mengabaikan kesalahan saji material, baik itu merupakan suatu kecurangan maupun kekeliruan. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan audit (audit failure), di mana auditor tidak dapat menemukan kesalahan salah saji material dalam laporan keuangan yang di auditnya, sehingga berdampak pada terjadinya kesalahan dalam memberikan opini terhadap laporan keuangan. Karena kelalaian tersebut, auditor mungkin saja


(21)

4 dapat dituntut secara hukum, terlebih jika kesalahan tersebut murni milik auditor.

Berikut merupakan kasus-kasus perusahaan yang memiliki hubungan dengan auditornya yang disajikan dalam tabel 1.1 ini:

Tabel 1.1 Kasus

No. Nama Perusahaan Kasus

1. Enron Corporation Laporan keuangan Enron Corporation sebelumnya dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh Kantor Akuntan Arthur Anderson, salah satu KAP dalam jajaran Big Four, namun pada tanggal 2 Desember 2001 dinyatakan pailit. Kepailitan tersebut salah satunya karena KAP Arthur Andersen memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultasi bisnis (Santoso, 2002 dalam Trisnaningsih 2007).

2. PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Persero

Terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh KAP S. Manan. Menurut komisaris PT KAI, seharusnya perusahaan BUMN tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 63 miliar, namun dilaporkan memperoleh keuntungan (Sagara dan Jalil, 2013). Sumber: dari berbagai referensi


(22)

5

No. Nama Perusahaan Kasus

3. PT Great River Internasional, Tbk.

Auditor investigasi dari BAPEPAM menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan aset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan PT Great River Internasional, Tbk tahun 2003 yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Sebelumnya PT Great River Internasional, Tbk. Diaudit oleh KAP Justinus Aditya Sidharta dan menyatakan KAP Justinus Aditya Sidharta menjadi tersangka karena telah salah dalam mengaudit perusahaan PT Great River Internasional, Tbk (Hutabarat, 2012).

4. PT Kimia Farma, Tbk. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 miliar, dan laporan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar.


(23)

6

No. Nama Perusahaan Kasus

4. PT Kimia Farma, Tbk. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan (Sagara dan Jalil, 2013)

Sumber: dari berbagai referensi

Pembatasan tenure (masa perikatan audit) merupakan usaha untuk mencegah auditor terlalu dekat berinteraksi dengan klien sehingga menggangu independensi auditor. Salah satu anjuran adalah ketentuan pergantian KAP secara wajib (mandatory) yang dilandasi alasan teoritis bahwa penerapan pergantian auditor dan KAP secara wajib diharapkan akan meningkatkan independensi baik secara penampilan maupun secara fakta (Giri, 2010). Pembatasan tenure auditor merupakan usaha untuk mencegah auditor terlalu dekat berinteraksi dengan klien sehingga mengganggu independensinya (Giri, 2010). Menurut Wijayanti (2011) kritik terhadap independensi tersebut tidak bisa dilepaskan pula dari fakta perbandingan jumlah Kantor Akuntan Publik dengan jumlah perusahaan yang diaudit. Jumlah kantor akuntan selalu lebih kecil daripada jumlah perusahaan yang meminta jasa audit. Kantor akuntan sendiri memiliki perbedaan kualitas antara kantor akuntan yang satu dengan kantor akuntan yang lain sehingga perusahaan akan cenderung memilih kantor akuntan yang mempunyai kualitas auditor yang baik. Selain itu, ada kecenderungan pula bahwa perusahaan hanya akan memilih kantor akuntan


(24)

7 yang sepakat dengan pilihan metode akuntansi tertentu. Kesimpulannya, hubungan antara klien dengan auditor memang secara alami akan terjadi dan sangat besar kemungkinan akan terjalin dalam jangka waktu yang panjang.

Di lain pihak sebenarnya auditor tidak keberatan untuk melayani klien dalam waktu yang lama, namun karena adanya kecenderungan yang akan membuat hubungan yang “merasa nyaman” antara auditor dengan klien dapat mengancam independensi auditor dalam melakukan tugas auditnya, maka perlu adanya pembatasan dalam masa perikatan audit. Dalam hal ini, perusahaan diberikan pilihan, apakah akan tetap menggunakan KAP yang lama atau melakukan pergantian KAP (auditor switching).

Pergantian KAP ini dapat dibedakan menjadi pergantian secara wajib

(mandatory) dan pergantian secara sukarela (voluntary). Pergantian terjadi

secara mandatory (wajib), seperti yang terjadi di Indonesia, hal itu terjadi karena adanya peraturan yang mewajibkan.

Pergantian wajib dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Pergantian wajib dlakukan sesuai dengan KMK-359/KMK.06/2003 tentang Jasa Akuntan Publik (merupakan perubahan atas KMK-423/KMK.06/2002 yang berlaku sejak tanggal 30 September 2002), yang isinya antara lain menyebutkan akuntan publik yang menandatangani laporan audit hanya boleh menangani perusahaan yang sama paling lama 3 (tiga) tahun. Sedangkan KAP dibatasi paling lama 5 (lima) tahun. Peraturan ini berlaku sejak tanggal 21 Agustus 2003. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan PMK-17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik


(25)

8 yang berlaku sejak tanggal 5 Februari 2008. Perubahannya ada 2 yaitu, pemberian jasa audit umum oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun berturut-turut dan oleh akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut pada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1), serta KAP dan akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum kepada klien tersebut (pasal 3 ayat 2 dan 3).

Mulai tahun 2008, menurut PMK-17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, perusahaan diwajibkan melakukan pergantian KAP setelah enam tahun menerima penugasan jasa audit dari suatu KAP. Sedangkan pergantian sukarela dilakukan apabila klien mengganti auditornya, ketika tidak ada peraturan yang mewajibkannya untuk melakukan pergantian auditor (Susan dan Trisnawati, 2011). Jika pergantian auditor terjadi secara voluntary (sukarela), maka faktor-faktor penyebab dapat berasal dari sisi klien (misalnya kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial

Public Offering, dan sebagainya) dan dari sisi auditor (misalnya fee audit,

kualitas audit, dan sebagainya).

Fenomena mengenai pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) memang sangat menarik untuk dikaji, hal ini dikarenakan banyak faktor yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian auditor atau KAP dengan hasil penelitian yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor klien maupun faktor yang berasal dari auditor. Bukti empiris menunjukkan, bahwa perusahaan yang melakukan penggantian


(26)

9 KAP secara sukarela disebabkan karena KAP yang terdahulu bertindak konservatif dan tidak sejalan dengan kepentingan manajemen perusahaan, sehingga perusahaan melakukan penggantian KAP secara sukarela. Pergantian KAP disebabkan karena perusahaan ingin mencari KAP yang dapat memenuhi kepentingannya. Menurut Sinarwati (2010), jika terjadi pergantian KAP oleh perusahaan di luar ketentuan peraturan yang telah ditetapkan maka akan menimbulkan pertanyaan bahkan kecurigaan dari investor sehingga penting untuk diketahui faktor penyebabnya.

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Susan dan Trisnawati (2011) yang menguji 5 faktor (pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan, ukuran KAP dan presentase perubahan ROA) yang dianggap berpengaruh terhadap pergantian KAP pada perusahaan manufaktur di Indonesia periode tahun 2004-2009 dan hasilnya variabel pergantian manajemen dan ukuran KAP yang berpengaruh secara signifikan terhadap pergantan KAP, sedangkan opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan dan presentase perubahan ROA tidak berpengaruh.

Penelitian yang dilakukan oleh Divianto (2011) menguji ukuran KAP dan opini auditor terhadap pergantian KAP. Penelitian ini memberikan bukti bahwa opini audit berpengaruh terhadap pergantian KAP, sedangkan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP.

Penelitian yang dilakukan oleh Aprillia (2013) menguji variabel pergantian manajemen, kepemilikan publik (yang diproksikan dengan persentase saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat), kesulitan


(27)

10 keuangan perusahaan dan ukuran KAP. Hasilnya hanya variabel ukuran KAP saja yang berpengaruh terhadap pergantain KAP, sedangkan variabel pergantian manajemen, kepemilikan publik dan kesulitan keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP.

Penelitian yang dilakukan oleh Kawijaya dan Juniarti (2002) menggunakan variabel opini wajar dengan pengecualian, merger, pergantian manajemen dan ekspansi. Hasilnya tidak ada yang signifikan dari variabel yang diuji.

Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan Wilsya (2009) menyatakan bahwa tipe KAP dan pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan total asset) berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan pergantian KAP. Sedangkan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan perubahan sales, perubahan MVE dan perubahan income) dan masalah keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor di Indonesia.

Penelitian Pratini dan Astika (2013) yang menguji variabel opini auditor, ukuran KAP, pergantian manajemen dan kesulitan keuangan perusahaan. Dengan hasil penelitian pergantian manajemen dan kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergantian auditor di perusahaan manufaktur, sedangkan opini auditor dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor di perusahaan manufaktur.

Penelitian yang dilakukan Suyono, et al., (2011) menyatakan kondisi keuangan klien, tingkat persaingan di antara perusahaan audit dan masa


(28)

11 perikatan audit berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP, sedangkan fee audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena pertama, pergantian KAP yang terjadi di Indonesia diindikasikan oleh adanya perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pergantian KAP secara wajib, bukan karena adanya suatu aturan yang mengaharuskan untuk melakukan pergantian KAP, melainkan karena adanya maksud dan kepentingan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pergantian KAP. Semakin tidak independen seorang auditor, maka kualitas audit akan semakin rendah. Kedua, beberapa peneliti telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian KAP dan memiliki hasil empiris yang berbeda-beda. Penelitian ini mengacu dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Susan dan Trisnawati (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel Penelitian sebelumnya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian KAP, dimana variabel independennya yaitu pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan, ukuran KAP dan presentase perubahan ROA. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti mengambil 2 variabel yang signifikan saja yaitu pergantian manajemen dan ukuran KAP dan menambahkan 2 variabel yaitu tingkat pertumbuhan perusahaan dan fee audit.

2. Objek dalam penelitian ini adalah sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2014, sedangkan


(29)

12 penelitian sebelumnya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama periode 2004-2009.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Manufaktur di Indonesia Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pergantian manajemen berpengaruh terhadap pergantian kantor akuntan publik pada sektor manufaktur di Indonesia?

2. Apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap pergantian kantor akuntan publik pada sektor manufaktur di Indonesia?

3. Apakah tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pergantian kantor akuntan publik pada sektor manufaktur di Indonesia?

4. Apakah fee audit berpengaruh terhadap pergantian kantor akuntan publik pada sektor manufaktur di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang:


(30)

13 a. Pengaruh pergantian manajemen terhadap pergantian kantor akuntan

publik pada sektor manufaktur di Indonesia.

b. Pengaruh ukuran KAP terhadap pergantian kantor akuntan publik pada sektor manufaktur di Indonesia.

c. Pengaruh tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap pergantian kantor akuntan publik pada sektor manufaktur di Indonesia.

d. Pengaruh fee audit terhadap pergantian kantor akuntan publik pada sektor manufaktur di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Secara Praktis

1. Bagi Profesi Akuntan Publik

Menjadi bahan informasi pada profesi akuntan publik tentang praktik pergantian KAP yang dilakukan perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Menjadi bahan informasi bagi perusahaan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pergantian KAP.

b. Secara Teoritis


(31)

14 1. Bagi Akademisi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan wawasan terhadap pengembangan pengauditan khususnya mengenai pergantian KAP.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai pembahasan pergantian KAP.


(32)

15

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pengertian Audit

Pengertian audit menurut Boynton et. al., (2001) adalah proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbecke, 2006 dalam Yohanes, 2012). Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan audit sebagai proses sistematis dengan serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisir yang memiliki perencanaan audit dan perumusan strategi audit. Agar tujuan audit tercapai, perencanaan dan perumusan strategi membutuhkan banyak pengambilan keputusan pada saat prosedur pemilihan bukti audit dilakukan. Pengumpulan bukti


(33)

16 mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penyampaian hasil audit dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). Pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor dan kantor pelayanan pajak.

2. Pergantian Kantor Akuntan Publik

Pergantian kantor akuntan publik adalah perpindahan auditor atau KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Pergantian KAP tersebut muncul karena adanya kewajiban rotasi audit. Pergantian KAP tersebut dapat bersifat mandatory (wajib) ataupun voluntary (sukarela) (Widowati dan Mukodim, 2012). Aturan mengenai perpindahan KAP secara wajib telah ditetapkan oleh banyak negara. Hal tersebut dipelopori oleh regulator pemerintahan Amerika yang membuat The Sarbanas Oxley Act (SOX) yang memuat aturan mengenai wajibnya perusahaan melakukan pergantian KAP. Perpindahan KAP dapat pula terjadi karena voluntary (sukarela). Perpindahan KAP secara sukarela ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari klien maupun dari pihak auditor atau KAP. Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian


(34)

17 utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya jika pergantian secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor (Pelu dan Kuswanto, 2012).

Pada pergantian secara wajib, yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan. Peraturan-peraturan pada kewajiban rotasi auditor merupakan peraturan yang mengatur tentang pembatasan audit yaitu audit

tenure dan auditor switching sekarang ini di Indonesia. Peraturan

mengenai hal tersebut terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Pasal 4 ayat 1) Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu, dan ayat 2) Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang berkenaan dengan hal tersebut, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 17/PMK.01/2008 pasal 3 dapat disimpulkan bahwa tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang lain.

Peraturan ini merupakan perbaharuan dari Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” yaitu bahwa pemberian jasa audit umum atas


(35)

18 laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tahun berturut-turut. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” dikeluarkan atas perbaharuan dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 pasal 4.

Apabila suatu KAP diminta untuk mengaudit laporan keuangan sebuah perusahaan, hal pertama yang harus dipahami KAP adalah memahami lingkungan bisnis perusahaan klien serta risiko audit klien. Pemahaman dua faktor tersebut harus dilakukan oleh KAP yang baru dimana jika tidak dilakukan maka konsekuensinya adalah meningkatnya kegagalan audit. 3. Pergantian Manajemen

Istilah manajemen menunjuk pada kelompok perorangan yang secara aktif merencanakan, melakukan koordinasi, serta mengendalikan jalannya operasi transaksi klien. Dalam konteks auditing, manajemen menunjuk pada para pejabat perusahaan, pengawas, dan personel kunci sebagai penyelia (supervisor). Pergantian manajemen perusahaan terjadi jika perusahaan mengubah jajaran dewan direksinya. Pergantian manajemen disebabkan karena pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri atau keputusan rapat umum pemegang saham, sehingga pemegang saham harus melakukan pergantian manajemen yang baru yaitu direktur utama atau

Chief Executive Officer (CEO). Dengan adanya CEO yang baru


(36)

19 dalam bidang akuntansi,keuangan dan pemilihan sebuah KAP (Pratini dan Astika, 2013).

Pergantian manajemen dapat menyebabkan adanya pergantian KAP oleh pihak manajemen yang baru. Hal ini disebabkan karena adanya pergantian manajemen dalam perusahaan tentunya akan diikuti dengan adanya perubahan kebijakan. Pihak manajemen yang baru akan membuat kebijakan yang sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka (Pelu dan Kuswanto, 2012). Menurut kajian pustaka, manajemen perusahaan ingin mempengaruhi pilihan keputusan auditor dan memiliki motivasi mengganti auditor untuk mengejar kepentingan diri mereka sendiri. Dengan perubahan dalam pengelola perusahaan dan Direktur, manajer baru dapat memilih untuk beralih auditor karena mereka memiliki hubungan kerja yang lebih disukai dengan auditor tertentu (Williams, 1988 dalam Chadegani, et al 2011) atau mereka mencari auditor yang lebih akomodatif dengan pilihan mereka dan penerapan kebijakan Akuntansi (Schwartz & Menon, 1985 dalam Chadegani, et al, 2011). Wibowo (2012) dalam Dwiyanti dan Sabeni (2014) menyatakan bahwa masuknya orang baru, CEO atau manajer, dapat dipakai sebagai tanda bahwa cara lama perlu berubah. Dengan adanya pergantian pada manajemen, dapat terjadi perubahan akibat penerbitan kebijakan-kebijakan, salah satunya pergantian KAP.

Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya. Manajemen akan memerlukan auditor yang lebih


(37)

20 berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditornya (Joher et al., 2000 dalam Susan dan Trisnawati, 2011).

4. Ukuran KAP

Salah satu peran Kantor Akuntan Publik (KAP) pada perusahaan adalah untuk memberikan jasa atestasi atas laporan keuangan perusahaan. Pemberian opini oleh auditor atas laporan keuangan perusahaan meliputi kewajaran penyajian laporan keuangan berdasarkan Prinsip Akuntansi yang berlaku umum. Opini yang dikeluarkan oleh auditor akan menambah keyakinan pihak yang berkepentingan atas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kualitas audit yang dilaksanakan oleh akuntan publik dapat dinilai dari ukuran KAP yang melaksanakan proses audit. KAP besar atau

KAP Big Four dipandang akan melaksanakan proses audit dengan lebih

berkualitas jika dibandingkan dengan KAP kecil atau KAP Non-Big Four (Ginting dan Fransisca, 2014).

Ukuran KAP juga mempengaruhi kualitas audit yang berdampak pada terjadinya pergantian auditor. Ukuran dari KAP digolongkan dalam Big Four dan Non Big Four. KAP Big Four dianggap lebih mampu meningkatkan indepedensi dibandingkan KAP yang kecil dan KAP Non Big Four diaggap memiliki tingkat independensi lebih rendah daripada

KAP Big Four. Klien cenderung berpindah KAP ke Big Four untuk


(38)

21 Ukuran KAP bisa dilihat dari beberapa hal yang berkaitan dengan KAP tersebut, misalnya number of client dan sales revenue dari KAP tersebut (Beatty 1989 dalam Divianto, 2011). Namun banyak pula peneliti yang menggunakan dikotomi brand name KAP yang sudah dikenal luas sebagai pembedaan ukuran KAP, sedangkan istilah ukuran KAP sering diganti dengan klasifikasi KAP (Divianto, 2011). Reputasi KAP Big Four signal kredibilitas dan menciptakan nilai lebih bagi perusahaan di mata pemegang saham dan kredibilitas auditor mungkin mengambil alih pentingnya penemuan kecurangan perusahaan (Weiner, 2012).

Beberapa penelitian yang menggunakan ukuran KAP sebagai proksi kualitas audit ternyata berhasil membuktikan secara empiris bahwa terdapat perbedaan kualitas antara KAP berukuran besar (Big four

accounting firms) dengan KAP berukuran kecil (non big four accounting

firms). Hal ini mengindikasikan bahwa KAP Big Four lebih profesional

dibandingkan dengan KAP Non Big Four.

Adapun KAP dan auditor yang termasuk dalam kelompok The Big Four yaitu:

a) Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Hans

Tuanakotta Mustofa & Halim; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman Bing Satrio & Rekan.

b) Ernst & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio, Sarwoko &


(39)

22

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan

Siddharta Siddharta & Widjaja.

d) PricewaterhouseCoopers (PwC) yang berafiliasi dengan Haryanto

Sahari & Rekan.

KAP non big four adalah semua KAP selain big four.

5. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan adalah sebuah skala untuk mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Ginting dan Suryana, 2014). Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan tingkat penjualan perusahaan. Karena penjualan merupakan aktivitas utama perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Tingkat pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu hal yang perlu dipertimbangan bagi investor untuk membuat keputusan terhadap investasinya. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tidak mengalami stagnancy. (Wijaya, 2013).

Pada umumnya, ukuran yang menjadi sinyal bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan atau company growth adalah ukuran finansial seperti adanya peningkatan jumlah aset, jumlah pendapatan, dan jumlah karyawan (Gunady dan Mangoting, 2013). Menurut Ratnawati (2007) dalam Gunady dan Mangoting (2013), pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan adalah tingkat dimana penjualan perusahaan dapat tumbuh


(40)

23 tergantung pada bagaimana dukungan aset terhadap peningkatan penjualan dengan cara mengurangkan penjualan bersih sekarang dengan penjualan bersih tahun sebelumnya dibagi dengan total aset.

Ketika pertumbuhan perusahaan tinggi, maka auditor akan cenderung mempertahankan KAP daripada pertumbuhan perusahaan yang rendah. Hal ini dikarenakan ketika bisnis terus bertumbuh, permintaan untuk independensi yang lebih tinggi dan perusahaan audit yang berkualitas untuk mengurangi biaya keagenan serta memberikan layanan non-audit yang dibutuhkan untuk meningkatkan perluasan perusahaan. Altman (1968) dalam Dewi (2011) mengemukakan bahwa perusahaan dengan

negative growth mengindikasikan kecendurungan yang lebih besar kearah

kebangkrutan sehingga perusahaan yang mengalami penurunan pada penjualan maka akan terjadi penurunan pula pada labanya.

Ketika sebuah perusahaan mengalami pertumbuhan yang baik, sangat dimungkinkan perusahaan memilih Kantor Akuntan Publik yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya demi menaikkan reputasi perusahaan di mata pihak eksternal. Perusahaan akan mengganti Kantor Akuntan Publik jika perusahaan menganggap Kantor Akuntan Publik yang lama tidak dapat memenuhi tuntutan yang ada.

6. Fee Audit

Fee audit adalah imbalan berupa sejumlah uang tertentu yang diperoleh akuntan ataupun KAP dari kliennya atas jasa audit yang diberikan dengan dasar pembebanan, waktu dan biaya yang digunakan


(41)

24 akuntan dalam menjalankan keahliannya. Fee audit merupakan hal yang tak kalah pentingnya dalam penerimaan penugasan. Selain itu bagaimana proses penentuan fee audit juga penting bagi auditor yang bekerja di KAP, terutama dalam menangani klien. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung oleh risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan, dan pertimbangan profesional lainnya. Auditor tidak diperkenankan untuk mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee audit yang dapat berdampak merusak citra profesi auditor.

Ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan fee audit (Halim 2008 dalam Amilin dan Desfiandi 2009), antara lain: (1) per diem basis,

(2) flat atau kontrak basis dan (3) maksimum fee basis. Penjelasannya

adalah sebagai berikut:

a. Per diem basis

Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor. Pertama kali audit fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu audit yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee audit per jam untuk tiap tingkatan staf tertentu dapat berbeda-beda. b. Flat atau kontrak basis

Pada cara ini audit fee dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselelesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian.


(42)

25

c. Maksimum fee basis

Cara ini menggunakan gabungan dari kedua cara di atas. Pertama kali tentukan tarif per jam, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ngulur waktu sehingga menambah jam atau waktu kerja.

Seorang auditor tentunya bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai sesuai dengan tugas audit yang dijalankannya. Oleh karena itu, penentuan fee audit harus disepakati bersama terlebih dahulu oleh klien dan auditor tersebut. Pengurangan fee audit telah diidentifikasi dalam penelitian sebelumnya sebagai alasan utama dalam pergantian KAP. Eichenseher dan Shields (1983) dalam Chadegani et.al (2011) menemukan bahwa fee audit dan hubungan kerja yang baik merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan auditor yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tentunya dihadapkan dengan hal-hal yang dapat memicu terjadinya kenaikan fee audit. Ketika fee audit melampaui batas tolerasni yang ditetapkan perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee audit yang lebih rendah meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Saat manajer merasa tidak nyaman dengan fee audit yang mereka bayarkan, mereka akan mencoba untuk melakukan pergantian KAP,


(43)

26 sehingga dapat menemukan penawaran yang lebih baik dengan fee audit yang mereka tawarkan.

B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Pergantian KAP

Pergantian manajemen terjadi apabila perusahaan mengubah jajaran dewan direksinya. Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Selain itu pergantian manajemen juga disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri sehingga pemegang saham harus mengontrak atau mengganti manajemen baru yaitu direktur utama atau CEO (Chief

Executive Officer). Berubahnya struktur manajemen merupakan hal yang

biasa terjadi, terutama untuk perusahaan-perusahaan go public. Perubahan manajemen ini seperti perubahan dewan direksi, financial controller dan direktur manajemen, serta perubahan pada struktur komite audit (Ismail et al., 2008 dalam Wijaya 2013). Dengan adanya perubahan dalam struktur jajaran dewan direksi, baik direktur maupun komisaris tidak menutup kemungkinan perusahaan akan melakukan pergantian KAP karena setiap manajemen memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing. Oleh sebab itu, perusahaan akan cenderung untuk mencari KAP yang sesuai dengan kebijakan-kebijakan manajemennya.


(44)

27 Schwartz dan Menon (1985) dalam Chadegani et.al. (2011) serta Pratini dan Astika (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP nya karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan.

Berdasarkan penelitian tersebut bahwa jika terjadi pergantian CEO di dalam perusahaan, maka pihak CEO akan memilih KAP yang sesuai dengan kebijakannya. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Aprilia (2013), Susan dan Trisnawati (2011), Wijayani dan Juniarti (2011) serta Sinarwati (2010) berhasil membuktikan bahwa pergantian manajemen berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007), Chadegani et.al. (2011) serta Suparlan dan Andayani (2010) tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara pergantian manajemen dengan pergantian KAP. Berdasarkan hasil berbeda tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Pergantian manajemen berpengaruh terhadap pergantian KAP. 2. Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Pergantian KAP

Manajemen dan perusahaan akan mencari KAP yang bereputasi tinggi karena investor dan para pihak yang menggunakan laporan keuangan lebih percaya pada hasil audit yang dikeluarkan oleh KAP yang mempunyai reputasi. Hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya para investor dan para pemakai laporan keuangan menjadikan reputasi auditor sebagai indikator kredibilitas laporan keuangan. Adanya faktor expertise


(45)

28 itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar (Mardiyah, 2002 dalam Divianto, 2011). Selain itu adanya persepsi bahwa semakin mahal biaya jasa sebuah kantor akuntan publik maka akan semakin baik dan profesional pula pelayanannya, yang kemudian hal tersebut akan menentukan kesuksesan perusahaan klien. KAP yang besar (Big Four) biasanya sudah memiliki reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis, dan cara mereka mempertahankan reputasinya adalah dengan cara mempertahankan independensi, sehingga image mereka di mata para pemakai laporan keuangan tetap terjaga baik. KAP yang lebih besar juga sering dipandang lebih dapat mempertahankan independensi dibandingkan KAP kecil, karena KAP besar menyediakan layanan untuk klien dalam jumlah yang besar, sehingga dapat mengurangi ketergantungan mereka terhadap klien tertentu sehingga jika perusaan sudah menggunakan KAP besar maka kecenderungan untuk melakukan penggantian KAP kecil kemungkinannya. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2013) serta Damayanti dan Sudarma (2007) menemukan bukti bahwa ukuran KAP berpengaruh signifiikan terhadap pergantian KAP. Adanya faktor

expertise KAP akan menentukan perubahan audit sehingga perusahaan

akan lebih memilih KAP Big Four untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata pelaku pasar.

Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Susan dan Trisnawati (2011), yang menguji variabel ukuran KAP sebagai


(46)

29 faktor yang mepengaruhi pergantian KAP. Dan hasilnya ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Perusahaan akan lebih memilih KAP yang kredibilitasnya tinggi karena dianggap lebih profesional dalam penugasannya.

Penelitian Prastiwi dan Wilsya (2009) yang mengukur ukuran KAP dengan mengidentifikasikannya dengan variabel tipe KAP. Variabel tipe KAP didefinisikan sebagai besar kecilnya KAP yang mengaudit perusahaan. KAP besar adalah KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four, sedangkan KAP kecil adalah KAP yang tidak berafiliasi dengan

KAP Big Four. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan

Wilsya (2009) perusahaan yang bekerja sama dengan Big Four menurunkan kemungkinan perpindahan auditor dibandingkan perusahaan yang bekerja sama dengan Non Big Four. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chadegani et al., (2011), Wijayani dan Juniarti (2011) serta Juhantari dan Ramini (2013). Ukuran KAP dapat menentukan kualitas jasa yang diberikan. KAP besar atau dalam penelitian ini disebut KAP Big Four cenderung lebih banyak pengalaman audit dibandingkan KAP kecil atau KAP Non Big Four.

KAP Big Four cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam

melakukan audit dan menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP Non Big Four. Sehingga untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dan untuk menarik minat investor,


(47)

30 perusahaaan akan menggunakan jasa audit dari KAP besar. Hal inilah yang menjadi dasar perusahaan yang sudah menggunakan KAP Big Four tidak berpindah ke KAP Non Big Four. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Pratini dan Astika (2013) tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh ukuran KAP terhadap pergantian KAP. Berdasarkan peryataan beragam di atas, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

Ha2: Ukuran KAP berpengaruh terhadap pergantian KAP.

3. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pergantian KAP

Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kualitas baik industrinya maupun kualitas baik kegiatan ekonominya secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992). Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan tingkat penjualan perusahaan. Karena penjualan merupakan aktivitas utama perusahaan.

Ketika pertumbuhan perusahaan tinggi, maka auditor akan cenderung mempertahankan KAP daripada pertumbuhan perusahaan yang rendah. Hal ini dikarenakan ketika bisnis terus bertumbuh, permintaan untuk independensi yang lebih tinggi dan perusahaan audit yang berkualitas untuk mengurangi biaya keagenan serta memberikan layanan non-audit yang dibutuhkan untuk meningkatkan perluasan perusahaan. Altman (1968) dalam Dewi (2011) mengemukakan bahwa perusahaan dengan


(48)

31 kebangkrutan sehingga perusahaan yang mengalami penurunan pada penjualan maka akan terjadi penurunan pula pada labanya. Apabila manajemen tidak segera melakukan tindakan untuk memperbaikinya, kemungkinan perusahaan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan klien yang memiliki rasio pertumbuhan pemjualan yang negatif cenderung untuk melakukan pergantian KAP. Berdasarkan argumen diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan melakukan pergantian KAP bagi klien yang pertumbuhannya besar lebih rendah dibandingkan dengan klien yang pertumbuhannya kecil. Berdasarkan dari argumen tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: Tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pergantian KAP.

4. Pengaruh Fee Audit Terhadap Pergantian KAP

Pengurangan fee audit telah diidentifikasi dalam penelitian sebelumnya sebagai alasan utama dalam pergantian KAP. Menurut Eichenseher dan Shields (1983) dalam Chadegani et.al (2011) menemukan bahwa fee audit dan hubungan kerja yang baik merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan auditor yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tentunya dihadapkan dengan hal-hal yang dapat memicu terjadinya kenaikan fee audit. Ketika fee audit melampaui batas toleransi yang ditetapkan perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee audit yang lebih rendah meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan


(49)

32 perusahaan. Saat manajer merasa tidak nyaman dengan fee audit yang mereka bayarkan, mereka akan mencoba untuk melakukan pergantian KAP, sehingga dapat menemukan penawaran yang lebih baik dengan fee audit yang mereka tawarkan.

Auditor menetapkan fee audit yang sesuai dan wajar dengan mempertimbangkan tugas yang akan dikerjakan, apakah dalam pelaksanaannya membutuhkan biaya yang tinggi, tingkat kesulitan, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses auditnya. Dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh fee audit yang relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya fee audit dan dapat mendorong perusahaan untuk berpindah kepada KAP yang lain (Schwartz dan Menon, 1985 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Chadegani et al., (2011) menemukan bahwa fee audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP di Malaysia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007), Ginting dan Fransisca (2014) membuktikan bahwa fee audit berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Berdasarakan penelitian-penelitian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


(50)

33 C. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1


(51)

34

Tabel 2.1

No Peneliti

(tahun) Judul Penelitian

Metodologi penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Kawijaya dan Juniarti (2002) Faktor-faktor yang Mendorong Perpindahan Auditor (Auditor Switch) pada Perusahaan-perusahaan di Surabaya dan

Sidoarjo

Variabel pergantian manajemen, auditor switch

Variabel qualified audit

opinion, merger, ekspansi.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan kuesioner, responden yang menjadi subjek penelitian adalah perusahaan yang ada di Jawa Timur, terutama yang

berdomisili di Surabaya dan Sidoarjo, sedangkan peneliti menggunakan objek

penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa qualified opinion, merger, management

changes, dan ekspansi

merupakan faktor yang

signifikan dalam memprediksi perpindahan KAP (auditor

switch) yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian.

2 Damayanti dan Sudarma (2007) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik

Variabel pergantian manajemen, ukuran KAP, fee audit.

Variabel peneliti terdahulu menggunakan presentasi perubahan ROA, kesulitan keuangan, dan opini audit. Objek penelitian pada

perusahaan go public di BEJ.

Variabel fee audit dan ukuran KAP yang mempunyai

pengaruh terhadap perusahaan publik di Indonesia berpindah KAP.


(52)

35 Sumber: diolah dari berbagai referensi

No Peneliti

(tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3 Chadegani et, al (2011)

The Determinant Factor of Auditor Switch Among

Companies Listed on

Tehran Stock Exchange

Variabel pergantian manajemen, ukuran KAP, audit fee

Variabel peneliti terdahulu menggunakan variabel opini audit Qualified, financial

distress, ukuran perusahaan

klien.

Hanya ukuran KAP secara signifikan berhubungan dengan auditor switch di TSE.

4 Susan dan Trisnawati (2011)

Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Perusahaan Melakukan Auditor Switch

Variabel pergantian manajemen dan ukuran KAP

Variabel pertumbuhan perusahaan dan fee audit

Pergantian manajemen dan ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switch.

5 Suyono, et al,. (2013)

Determinant Factors

Affecting the Auditor

Switching: An Indonesian Case

Variabel ukuran KAP Variabel peneliti terdahulu menggunakan variabel tingkat persaingan diantara perusahaan audit, dan masa

perikatan audit,

menggunakan metode survey dengan menyebarkan kuesioner.

Kondisi keuangan klien, tingkat persaingan diantara perusahaan audit dan masa perikatan audit berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.


(53)

36

(tahun) Persamaan Perbedaan

6 Putra (2014)

Pengaruh Financial

Distress, Rentabilitas,

Pertumbuhan

Perusahaan, dan Opini Audit pada Pergantian Auditor Variabel pertumbuhan perusahaan, teknik analisis data menggunakan regresi logistik Peneliti terdahulu menggunakan variabel financial distress, perubahan rentabilitas dan opini audit.

Sedangkan peneliti menggunakan variabel pergantian manajemen, ukuran KAP, dan fee audit.

Financial distress, Perubahan

rentabilitas, Tingkat pertumbuhan perusahaan klien tidak berpengaruh pada pergantian auditor dan Opini audit berpengaruh signifikan pada pergantian auditor.

7 Ginting dan Fransisca (2014) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Malaysia

Variabel ukuran KAP, tingkat pertumbuhan perusahaan klien, fee

audit, sampel

perusahaan maufaktur

Peneliti terdahulu menggunakan variabel ukuran perusahaan klien, opini audit.

Secara parsial, hanya fee audit yang berpengaruh terhadap pergantian KAP untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia untuk periode 2008 sampai 2012. Sedangkan ukuran KAP, ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, fee audit dan opini audit tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP


(54)

37 Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Faktor-faktor tersebut yaitu pergantian manajemen, ukuran KAP, tingkat pertumbuhan perusahaan, dan fee audit yang dianggap dapat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pergantian KAP. Penelitian ini menguji pengaruh pergantian manajemen (X1), ukuran KAP (X2), tingkat pertumbuhan perusahaan (X3), serta fee audit (X4) terhadap pergantian KAP(Y).

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang mengangkat tentang pengaruh yang terjadi pada pergantian KAP dapat disederhanakan dalam bentuk kerangka berpikir sebagai berikut:


(55)

38 Skema Kerangka Penelitian

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Manufaktur di Indonesia Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik”

Variabel Independen Variabel Dependen

Metode Analis: Regresi Logistik

Adanya tingkat kedekatan antara auditor dengan klien yang menyebabkan skandal keuangan

Basis Teori: Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang pembatasan praktik jasa akuntan publik yang diperbaharui dengan

dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi dan Saran Pergantian Manajemen (X1)

Ukuran KAP (X2) Tingkat Pertumbuhan

Perusahaan (X3)

Fee Audit (X4)

kkPppp Pergantian KAP (Y)


(56)

39 A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua varabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel independen yaitu pergantian manajemen, ukuran KAP, tingkat pertumbuhan perusahaan dan fee audit terhadap variabel dependen yaitu pergantian kantor akuntan publik dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan periode 2009-2014.

B. Metode Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel bertujuan

(purposive sampling) dan teknik berdasarkan pertimbangan (judgment

sampling), yaitu merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang

informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro dan Supomo 2002). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2014. Sektor manufaktur dipilih karena perusahaan manufaktur lebih banyak terdaftar di BEI dan perusahaan manufaktur umunya sudah menggambarkan keseluruhan


(57)

40 dari sektor perusahaan lainnya. Penelitian ini mengambil objek pada faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan manufaktur berpindah KAP yang terdaftar di BEI. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode

proposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2014. 2. Terdaftar sebelum 1 Januari 2009.

3. Perusahaan tidak keluar (delisting) selama periode penelitian dari tahun 2009-2014.

4. Perusahaan menerbitkan informasi keuangan lengkap berupa informasi nama CEO, nama KAP dan total penjualan bersih serta laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2009-2014.

5. Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang pelaporan. 6. Perusahaan yang mengganti KAP selama periode 2009-2014.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2009-2014, yaitu dengan penelusuran secara manual dan komputer. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan pengumpulan data sekunder dan observasi di Bursa Efek Indonesia dari situs resmi BEI www.idx.co.id.


(58)

41 D. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pengujian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik

(logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dummy

(melakukan pergantian KAP dan tidak melakukan pergantian KAP). Asumsi

normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan

campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (logistic

regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya.

Jadi logistic regression umumnya dipakai jika asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi (Ghozali, 2011).

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), maksimum minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang


(59)

42 berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian (Ghozali, 2011).

2. Pengujian Hipotesis

Menurut Ghozali (2011) pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistic (logistic regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non-metrik (nominal). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:

a. Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif didukung.

b. Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak didukung.

Analisis yang digunakan dalam penggunaan logistic regression sebagai pengujian terhadap hipotesis, yaitu:

a. Model Fit Test

Menurut Ghozali (2011) langkah pertama adalah menilai overall fit

model terhadap data. Beberapa test statistik diberikan untuk menilai

hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0: Model yang dihipotesiskan dengan data


(60)

43 Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi – 2LogL. Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. b. Koefisien Determinasi (Negalkerke R Square)

Menurut Imam Ghozali (2011) Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple

regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan niai

maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Negelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.


(61)

44 c. Menilai Kelayakan Model Regresi

Menurut Ghozali (2011) kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan perbedaan antara model data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit Model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

d. Uji Multikolinieritas

Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat diantara variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama dengan nol.


(62)

45 e. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan.

f. Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diujikan menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara probabilitas (sig) dengan tingkat signifikan (α). Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut:

CHANGES = βo + β1CEO + β2KAP + β3GROWTH + β4FEE + ε

Keterangan:

CHANGES = pergantian KAP

βo = konstanta

β1-β4 = koefisien regresi CEO = pergantian manajemen KAP = ukuran KAP

GROWTH = tingkat pertumbuhan perusahaan FEE = fee audit


(63)

46 E. Operasional Variabel

Pada bagian ini akan dijelaskan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pergantian KAP. Variabel pergantian KAP menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien mengganti auditornya, maka diberikan nilai 1, sedangkan jika perusahaan klien tidak mengganti auditornya, maka diberikan nilai 0 (Susan dan Trisnawati, 2011).

2. Variabel Independen

Variabel Independen (variabel bebas) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan Supomo, 2002). Variabel independen dalam pemelitian ini adalah pergantian manajemen, ukuran KAP, tingkat pertumbuhan perusahaan dan fee audit. Adapun penjelasan variabel-variabel tersebut sebagai berikut:

a) Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang terutama disebabkan oleh keputusan rapat umum pemegang saham dan direksi berhenti karena kemauan sendiri. Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya. Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditornya (Joher et


(64)

47 al., 2000 dalam Susan dan Trisnawati, 2011). Pengukuran variabel ini sebelumnya telah dilakukan oleh Susan dan Trisnawati (2011). Variabel pergantian manajemen menggunakan variabel dummy. Jika terdapat pergantian direksi dalam perusahaan maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika tidak terdapat pergantian direksi dalam perusahaan, maka diberikan nilai 0.

b) Ukuran KAP

Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan The

Big Four dan KAP yang tidak berafiliasi dengan The Big Four. Variabel

ukuran KAP menggunakan variabel dummy. Jika sebuah perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika sebuah perusahaan diaudit oleh KAP non Big Four, maka diberikan nilai 0 (Susan dan Trisnawati, 2011). Adapun kategori KAP Big Four di Indonesia, yaitu: 1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP

Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.

2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.

3. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko, & Sanjadja.

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio & Rekan (Divianto, 2011).


(65)

48 c) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan difokuskan pada rasio pertumbuhan penjualan karena pertumbuhan penjualan perusahaan menunjukkan pertumbuhan kekuatan perusahaan dalam operasinya (Ginting dan Fransisca, 2014). Pertumbuhan penjualan menandakan perusahaan memiliki kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan klien yang mempunyai tingkat rasio pertumbuhan penjualan positif menandakan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Sehingga ketika bisnis terus bertumbuh, akan berdampak pada peningkatan kebutuhan terhadap perusahaan audit independen untuk mengurangi biaya agensi dan peningkatan kebutuhan terhadap jasa non-audit dalam perluasan perusahaannya. Hal ini berarti jika penjualan perusahaan terus tumbuh, akibatnya perusahaan klien dapat mempertahankan auditor meskipun membutuhkan audit fee yang tinggi dan berarti perusahaan yang pertumbuhannya tinggi akan lebih rendah melakukan pergantian KAP. Variabel pertumbuhan perusahaan klien dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rasio pertumbuhan perusahaan klien yaitu penjualan bersih sekarang dikurangi dengan penjualan bersih tahun lalu, kemudian dibagi penjualan bersih tahun lalu (Ginting dan Fransisca, 2014).

d) Fee Audit

Fee audit merupakan besarnya biaya yang dibayar oleh perusahaan kepada auditor atas jasa mengaudit laporan keuangannya. Variabel fee


(66)

49 audit menggunakan variabel dummy. Jika klien melakukan change class atau perpindahan kelas Kantor Akuntan Publik (KAP), maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika klien tidak melakukan perpindahan kelas (change

class) Kantor Akuntan Publik (KAP), maka diberikan nilai 0 (Ginting dan

Fransisca, 2014).

Variabel dan skala pegukuran yang terdapat dalam penelitian disajikan secara ringkas dalam tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya

No. Variabel Indikator

Skala Pengukuran 1 Pergantian KAP

(Susan dan Trisnawati, 2011)

Variabel dummy, diberikan nilai 1 jika perusahaan melakukan pergantian KAP, nilai 0 jika tidak melakukan pergantian KAP

Nominal

2 Pergantian Manajemen (Susan dan Trisnawati, 2011)

Variabel dummy, diberikan nilai 1 jika perusahaan mengganti direktur utama (CEO), dan 0 perusahaan tidak mengganti direktur utama (CEO)

Nominal


(67)

50

No. Variabel Indikator Skala

Pengukuran 3 Ukuran KAP

(Susan dan Trisnawati, 2011)

Variabel dummy, jika perusahaan diaudit oleh KAP

Big Four maka diberikan nilai

1, jika perusahaan diaudit oleh KAP Non Big Four maka diberikan nilai 0.

Nominal

4 Tingkat Pertumbuhan Perusahaan (Ginting dan Fransisca, 2014)

∆S = Net Salest– Net Salest-1 Net Salest-1

Rasio

5 Fee Audit (Ginting dan Fransisca, 2014)

Variabel dummy, jika klien Melakukan perpindahan kelas

(change class) KAP dari big

four ke non big four maupun

dari nonbig four ke bigfour maka diberikan nilai 1, jika klien tidak melakukan perpindahan kelas (change

class) KAP maka

diberikan nilai 0.

Nominal


(68)

51

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2009-2014. Perusahaan - perusahaan tersebut telah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2009 dan selama periode tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Industri manufaktur dipilih karena merupakan industri yang memiliki jumlah perusahaan yang paling banyak terdaftar di BEI dibandingkan jenis industri lain. Fokus penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari pergantian manajemen, ukuran KAP, tingkat pertumbuhan perusahaan dan fee audit terhadap pergantian KAP dalam industri manufaktur.

Alasan peneliti menggunakan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan mulai dari tahun 2009-2014 adalah karena pada rentang waktu 2009-2014 merupakan data perusahaan yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan industri manufaktur yang berkaitan dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang jasa akuntan publik. Peraturan terbaru menyebutkan bahwa pemberian jasa


(69)

52 audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Namun, dalam analisa statistik peneliti hanya menggunakan data lima tahun (2010-2014) karena ada beberapa variabel yang membutuhkan data dari tahun sebelumnya (t-1), yaitu variabel tingkat pertumbuhan perusahaan, fee audit dan pergantian KAP, sehingga untuk tahun 2009 tidak dimasukkan dalam analisis statistik karena beberapa data yang dibutuhkan dari tahun 2009 tidak dipakai. Data tahun 2009 hanya untuk melengkapi data tahun 2010.

Tabel 4.1

Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria

No. Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria Jumlah

1. Jumlah perusahaan yang listing di BEI tahun 2009-2014 139

2. Terdaftar sebelum 1 Januari 2009 121

3. Perusahaan delisting selama 2009-2014 1 4. Data lengkap perusahaan tidak ditemukan oleh peneliti 45 5. Perusahaan menggunakan US Dollar sebagai mata uang

pelaporan

8

6. Jumlah perusahaan yang tidak mengganti KAP 38 Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 29

Tahun pengamatan 5

Jumlah sampel total selama periode penelitian 145 Jumlah perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2014 berjumlah 139 perusahaan. Sumber: data diolah


(1)

95

Block 6.728 4 .151

Model 6.728 4 .151

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 177.395a .045 .063

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


(2)

96

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

CHANGES = 0 CHANGES = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 13 11.943 2 3.057 15

2 13 11.536 2 3.464 15

3 8 10.691 7 4.309 15

4 7 10.217 8 4.783 15

5 10 9.962 5 5.038 15

6 11 9.821 4 5.179 15

7 9 9.723 6 5.277 15

8 11 9.557 4 5.443 15

9 10 9.226 5 5.774 15


(3)

97

Observed 0 1 Correct

Step 1 CHANGES 0 97 0 100.0

1 45 3 6.3

Overall Percentage 69.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a CEO .065 .496 .017 1 .896 1.067

KAP -.616 .480 1.647 1 .199 .540

GROWTH .772 .545 2.003 1 .157 2.163

FEE 22.519 40192.969 .000 1 1.000 6.026E9

Constant -.736 .222 10.964 1 .001 .479


(4)

98

Correlation Matrix

Constant CEO KAP GROWTH FEE

Step 1 Constant 1.000 -.243 -.342 -.306 .000

CEO -.243 1.000 -.136 -.239 .000

KAP -.342 -.136 1.000 .045 .000

GROWTH -.306 -.239 .045 1.000 .000

FEE .000 .000 .000 .000 1.000

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

32 + +

I I

I I

F I I


(5)

99

U I 1 I

E 16 + 01 +

N I 011 I

C I 1 1010 I

Y I 0 1 1000 I

8 + 001 1 0000 +

I 000 1010000 1 I

I 0001 0010000100 1 I

I 0 10 00000 00000000000000 100 00 1 1 1I

Predicted ---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1

Group:

0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1

The Cut Value is .50 Symbols: 0 - 0

1 - 1


(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Period

1 7 18

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN DI INDONESIA UNTUK MELAKUKAN PERGANTIAN KANTOR Analisis faktor yang mempengaruhi perusahaan Di indonesia untuk melakukan pergantian kantor akuntan publik (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaf

0 2 17

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN DI INDONESIA UNTUK MELAKUKAN PERGANTIAN KANTOR Analisis faktor yang mempengaruhi perusahaan Di indonesia untuk melakukan pergantian kantor akuntan publik (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaf

0 4 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesi

0 2 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 4 17

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia).

0 2 17

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia).

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.

0 0 13

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.

0 1 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.

0 1 17