15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Audit
Pengertian audit menurut Boynton et. al., 2001 adalah proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan
kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi
tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan Arens dan Loebbecke, 2006 dalam Yohanes, 2012. Auditing harus dilaksanakan
oleh seseorang yang kompeten dan independen. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan audit sebagai proses
sistematis dengan serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisir yang memiliki perencanaan audit dan
perumusan strategi audit. Agar tujuan audit tercapai, perencanaan dan perumusan strategi membutuhkan banyak pengambilan keputusan pada
saat prosedur pemilihan bukti audit dilakukan. Pengumpulan bukti
16 mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti
tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penyampaian hasil audit dilakukan
secara tertulis dalam bentuk laporan audit audit report. Pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi
keuangan seperti pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor dan kantor pelayanan pajak.
2. Pergantian Kantor Akuntan Publik
Pergantian kantor akuntan publik adalah perpindahan auditor atau KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Pergantian KAP tersebut
muncul karena adanya kewajiban rotasi audit. Pergantian KAP tersebut dapat bersifat mandatory wajib ataupun voluntary sukarela Widowati
dan Mukodim, 2012. Aturan mengenai perpindahan KAP secara wajib telah ditetapkan oleh banyak negara. Hal tersebut dipelopori oleh regulator
pemerintahan Amerika yang membuat The Sarbanas Oxley Act SOX yang memuat aturan mengenai wajibnya perusahaan melakukan pergantian
KAP. Perpindahan KAP dapat pula terjadi karena voluntary sukarela. Perpindahan KAP secara sukarela ini dapat dipicu oleh beberapa faktor,
baik yang berasal dari klien maupun dari pihak auditor atau KAP. Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas
dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian
17 utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya jika pergantian secara wajib,
perhatian utama beralih kepada auditor Pelu dan Kuswanto, 2012. Pada pergantian secara wajib, yang terjadi adalah pemisahan paksa
oleh peraturan. Peraturan-peraturan pada kewajiban rotasi auditor merupakan peraturan yang mengatur tentang pembatasan audit yaitu audit
tenure dan auditor switching sekarang ini di Indonesia. Peraturan mengenai hal tersebut terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2011 Pasal 4 ayat 1 Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik danatau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk
tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu, dan ayat 2 Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas
informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang berkenaan dengan hal tersebut, yaitu Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: 17PMK.012008 pasal 3 dapat disimpulkan bahwa tentang pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling
lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak
memberikan jasa audit kepada klien yang lain. Peraturan ini merupakan perbaharuan dari Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 359KMK.062003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” yaitu bahwa pemberian jasa audit umum atas
18 laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama
untuk 5 tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tahun berturut-turut. Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 359KMK.062003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” dikeluarkan atas perbaharuan dari Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 423KMK.062002 pasal 4. Apabila suatu KAP diminta untuk mengaudit laporan keuangan sebuah
perusahaan, hal pertama yang harus dipahami KAP adalah memahami lingkungan bisnis perusahaan klien serta risiko audit klien. Pemahaman
dua faktor tersebut harus dilakukan oleh KAP yang baru dimana jika tidak dilakukan maka konsekuensinya adalah meningkatnya kegagalan audit.
3. Pergantian Manajemen