28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pernikahan Dini dan Penyebabnya
Dalam penelitian pernikahan dini, pelaku yang berperan adalah remaja yang baru atau telah menikah dan mereka yang sekarang sudah dikategorikan dewasa
tetapi dulunya menikah di usia dini saat masih remaja. Selain itu yang menjadi objek penelitian adalah orang tua karena peran orang tua penting dalam mencegah dan
mendukung pernikahan dini pada anak. Seperti penelitian Umi Sambulah dan Faridatul 2012 yang menemukan sebab-sebab pernikahan dini dalam masyarakat,
yaitu: pertama, adanya kekhawatiran orang tua terhadap perilaku anak. Dimana
orang tua akan segera menjodohkan ataupun menikahkan anaknya terutama perempuan jika sudah menginjak besar sudah haid. Hal ini dikarenakan adanya
ketakutan orang tua apabila anaknya menjadi perawan tua dan ketakutan apabila
anaknya melakukan hal-hal yang dapat mencemari nama baik keluarga. Kedua,
kesiapan diri. Dimana adanya perasaan mandiri yang ditandai dengan sudah bisa mencari uang sendiri dan pengaruh dari berbagai film atau media yang lain menjadi
pendorong pasangan melakukan pernikahan dini.
Ketiga, mengurangi beban ekonomi keluarga. Dimana adanya kondisi
ekonomi keluarga kurang mampu menyebabkan orang tua menikahkan anaknya pada usia muda karena beban keluarga akan berkurang satu, dimana anak yang
sudah menikah akan menjadi tanggung jawab suaminya. Selain itu, anak yang sudah
menikah diharapkan dapat membantu kehidupan orang tuanya. Keempat, rendahnya
kesadaran terhadap pentingnya pendidikan. Dimana orang tua yang berpendidikan SD tidak mengetahui akibat dari pernikahan muda karena memiliki pola pikir yang
Universitas Sumatera Utara
29
sempit sehingga jika ada yang menyukai anaknya langsung dinikahkan terutama bagi anak perempuannya.
Hal ini didukung penelitian sebelumnya, Suryaningrum 2009 yang menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga,
pendidikan orang tua dan perkerjaannya terhadap anak-anak yang dinikahkan lebih dini. Dimana semakin rendah status ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan
pekerjaannya maka semakin tinggi tingkat anak-anak yang dinikahkan pada usia dini. Namun sebaliknya, semakin tinggi tingkat status ekonomi keluarga, pendidikan
orangtua dan pekerjaannya maka semakin rendah tingkat anak-anak yang dinikahkan pada usia dini. Artinya penyebab utama pernikahan dini dalam masyarakat memiliki
hubungan yang signifikan dengan status ekonomi keluarga, pekerjaan dan pendidikan orang tua yang rendah.
Adapun penelitian Juspin Landung, dkk 2009 juga menemukan selain penyebab yang diutarakan peneliti lain, salah satu penyebab pernikahan dini atau
perkawinan di usia muda adalah adanya pola pengasuhan orang tua yang tidak demokratis kepada anak sehingga anak tidak memiliki keleluasaan untuk dapat
menentukan pilihan terbaik bagi dirinya. Dimana anak saat menginjak usia remaja melakukan pernikahan dini dengan dorongan untuk melepaskan diri atau terbebas
dari pengaruh orang tua. Hal ini dari berbagai penelitian menemukan adanya kesalahan atau kekurangan
pahaman orang tua tentang masa remaja dan dewasa, dimana orang tua yang tidak menganggap penting masalah usia anak yang dinikahkan, yang terpenting sudah aqil
baliq, yaitu menstruasi bagi perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki. Dimana kebanyakan masyarakat menganggap aqil baliq merupakan tanda seseorang sudah
Universitas Sumatera Utara
30
dewasa baik bagi perempuan maupun laki-laki. Padahal aqil baliq bukanlah tanda seseorang sudah dewasa tetapi tanda seseorang memasuki masa remaja atau transisi.
Adapun anggapan masyarakat ini muncul dari adanya perspektif agama yang tidak membatasi usia seseorang untuk menikah, misalnya agama Islam yang dalam
perspektif hukumnya mengatakan bahwa pernikahan yang dilakukan pada usia remaja atau muda, bukan usia tua hukumnya sunnah atau mandub, karena tidak ada
alasan menunda-nunda pernikahan selama tetap melangkah dengan iringan niat tulus melaksanakan syariat Islam Dwi Rifiani, 2011.
2.2 Pernikahan Dini dan Disfungsinya dalam Keluarga