Fenomena Pernikahan Dini di Desa Suka Dame

82 sangat sulit untuk mencari perkerjaan apalagi yang berada di luar daerah perkotaan sehingga mereka tetap memilih tinggal di desa dan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5.2 Fenomena Pernikahan Dini di Desa Suka Dame

Tabel 5.5 Umur Responden saat Menikah Umur Laki-laki Perempuan F F 10-14 Tahun - 2 6,25 15-19 Tahun 3 37,5 30 93,75 20-24 Tahun 5 62,5 - 25-29 Tahun - - 30 Tahun - - Jumlah 8 100 32 100 Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan masih dalam usia sekolah belasan, dimana menurut UU seorang perempuan dikatakan tidak menikah dini lagi di usia 19 tahun dan laki-laki di usia 21 tahun. Dari data lapangan yang didapat bahwa di desa Suka Dame terdapat 8 orang laki-laki yang menikah di bawah umur 21 tahun, dimana 3 diantaranya 37,5 menikah di usia rentang 15-19 tahun dan 5 orang lainnya atau 62,5 menikah di umur 20 tahun. Perempuan yang menikah di rentang umur 15-19 tahun ada 30 orang atau 93,75 dan 2 orang lagi menikah di rentang umur 10-14 tahun yaitu 6,25 dari jumlah perempuan yang menikah dini. Dimana faktor-faktor pendorong laki-laki dan perempuan di desa Suka Dame menikah dini dapat dilihat sebgai berikut. Universitas Sumatera Utara 83

5.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Orang Memilih Menikah Dini di Desa Suka Dame

Tabel 5.6 Faktor-Faktor Penyebab Menikah Dini Faktor-Faktor Penyebab Laki-laki Perempuan F F Putus sekolah 2 25 10 31,25 Ingin atau sudah mandiri 4 50 11 34,375 Pengaruh teman 2 25 5 15,625 Sudah hamil - 2 6,25 Lain-lain - 4 12,5 Jumlah 8 100 32 100 Pada tabel 5.6 dapat dilihat dari 5 faktor yang terdapat berikut dengan faktor x atau lain-lain, fakor ingin atau sudah mandiri dan putus sekolah menjadi faktor terbanyak yang mempengaruhi responden memilih menikah di usia dini. Responden laki-laki ada 4 orang atau 50 dari jumlah mereka yang memilih menikah muda dikarenakan perasaan yang sudah merasa mandiri atau ingin mandiri. Adapun responden yang lainnya disebabkan karena tidak sekolah putus sekolah 2 orang atau 25 dan 2 orang lainnya 25 disebabkan karena pengaruh dari teman. Sedangkan untuk responden perempuan yang memilih menikah dini karena faktor ingin atau sudah mandiri ada 11 orang atau 34,375 , karena faktor sudah tidak sekolah atau putus sekolah ada 10 orang atau 31,25, karena faktor pengaruh teman 5 orang atau 15,625, karena faktor kecelakaan atau sudah hamil duluan ada 2 orang atau 6,25, dan karena faktor x atau lain-lain ada 4 orang atau 12,5. Pengertian ingin hidup secara mandiri adalah ketika seseorang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung lagi dengan orang lain, terutama orang tua. Dari 4 orang responden laki-laki dan 11 orang responden perempuan yang memilih menikah dini dikarenakan faktor ingin atau sudah mandiri, sebagian besar dari mereka menikah dini lebih dikarenakan faktor ingin mandiri dan bukan faktor sudah mandiri. Hal ini Universitas Sumatera Utara 84 dilihat dari mereka yang sudah menikah masih tinggal bersama orang tua walaupun sudah menikah dan untuk memenuhi kebutuhan mereka masih dibantu oleh orang tua baik dari segi ekonomi dan mengasuh anak. Faktor putus sekolah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi responden memilih menikah di usia dini. Seperti yang diketahui, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki fungsi laten yaitu memperpanjang usia remaja seseorang dimana mereka yang sekolah akan menunda masa untuk ke jenjang pernikahan. Namun karena minat anak-anak untuk sekolah di desa Suka Dame masih sangat rendah dimana banyak dari mereka akhirnya putus sekolah dan tidak melanjutkannya kembali. Adapun faktor-faktor yang menjaadi pemicu rendahnya tingkat minat untuk sekolah di desa Suka Dame, yaitu: 1. Anak-anak tidak memiliki motivasi yang mendorong mereka untuk sekolah seperti keinginan meraih masa depan dan cita-cita, dimana sebagian besar dari mereka saat ditanya akan cita-cita kebanyakan bingung dan sekolah tidak dianggap sebagai suatu yang penting bagi mereka. 2. Tidak adanya prasarana sekolah untuk jenjang SMP dan SMA dimana di desa Suka Dame hanya ada sekolah sampai ke tingkat SD, yang artinya dibeberapa kampung yang terletak paling ujung dan susah transpotasi terpaksa harus ngekost ke kota atau keluar desa jika ingin melanjutkan sekolah ke tingkat SMP dan SMA. 3. Pengaruh teman dimana kebanyakan putus sekolah terpengaruh dari temannya yang juga putus sekolah, selain itu mereka yang ngekost dan kurang perhatian dan pengawasan dari orang tua biasanya terpengaruh dengan teman-temannya yang bandel, suka merokok dan membolos Universitas Sumatera Utara 85 sehingga banyak dari mereka yang kembali pulang kampung karena berhenti sekolah atau dikeluarkan dari sekolah. Masa remaja memang merupakan masa yang labil dimana teman dianggap sebagai tempat curhat paling pas dan terkadang teman memberi sedikit banyak pengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Ini juga yang terjadi pada sebagian dari mereka yang menikah dini disebabkan pengaruh oleh teman dimana dari 32 orang responden perempuan menikah dini di desa Suka Dame 5 orang atau 15,625 dan responden laki-laki 2 orang atau 25 mengatakan bahwa mereka menikah dini karena pengaruh teman, dimana ada faktor ikut-ikutan karena melihat beberapa temannya sudah berkeluarga, dan 4 orang lainnya yang memilih faktor lain disesbabkan sudah saling suka dan tidak mau dipisahkan lagi sehingga memilih menikah untuk dapat bersatu.

5.2.2 Masa Pacaran Mereka yang Menikah Dini di Desa Suka Dame

Tabel 5.7 Masa Pacaran Sebelum Menikah Umur Laki-laki Perempuan F F Beberapa hari 2 25 6 18,75 Beberapa minggu - - Beberapa bulan 4 50 15 46,875 Setahun 2 25 8 25 Beberapa tahun - 3 9,375 Jumlah 8 100 32 100 Dari tabel 5.7 diketahui bahwa masa pengenalan atau pacaran juga menjadi faktor pasangan menikah dini, dimana sebagian besar dari mereka menjalani masa pacaran yang singkat hanya dalam beberapa bulan pacaran dan memutuskan Universitas Sumatera Utara 86 menikah. Responden laki-laki ada 4 orang atau 50 yang mejalani masa pacaran beberapa bulan kemudian menikah, parahnya 2 orang atau 25 hanya menjalani masa pacaran beberapa hari lalu memutuskan menikah, dan 2 orang lainnya 25 menjalani masa pacaran setahun lalu memutuskan menikah. Hal ini tidak jauh dengan reponden perempuan di desa Suka Dame, dimana 15 orang atau 45,875 menjalani masa pacaran beberapa bulan dan memutuskan menikah, 8 orang lainnya atau 25 memutuskan menikah setelah setahun masa pacaran, dan parahnya 6 orang atau 18,75 memutuskan menikah dengan hanya beberapa hari masa pengenalan atau pacaran sedangkan 3 orang lainnya atau 9,375 menikah setelah masa pacaran yang beberapa tahun. Dalam hal ini pernikahan usia dini juga dapat terjadi diakibatkan faktor pacaran di usia dini, dimana maksudnya mereka yang tumbuh dewasa dalam berpikir dengan cepat tidak sesuai dengan pertumbuhan fisiknya, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis dan seakan mengerti tentang cinta. Hal inilah yang sering disebut sebagai cinta monyet. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai media terutama media televise, sinetron yang menampilkan anak sekolahan SD,SMP, dan SMA yang pacaran. Selain itu, seperti yang dijelaskan di tabel bahwa masa pacaran yang singkat hanya dalam beberapa hari dan bulan pacaran memasuki pernikahan dini sedikit banyaknya mempengaruhi terjadinya pernikahan dini di desa Suka Dame. Universitas Sumatera Utara 87

5.2.3 Orang yang Menikah dini dengan cara Nangkih dan Tidak Nangkih

Tabel 5.8 Menikah Dini dengan cara Nangkih dan Tidak Nangkih Responden Laki-laki Perempuan F F Nangkih 6 75 22 68,75 Tidak nangkih 2 25 10 31,25 Jumlah 8 100 32 100 Pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar yang menikah dini melalui cara nangkih untuk dapat menikah. Seperti yang dibahas di bab sebelumnya bahwa nangkih merupakan jalan tengah mengatasi perkawinan yang mendapatkan hambatan dalam masyarakat karo. Responden laki-laki yang menikah dini dengan cara nangkih ada 6 orang atau 75 dan 2 orang lainnya atau 25 menikah dini dengan cara tidak nangkih. Sedangkan responden perempuan yang menikah dini dengan cara nangkih ada 22 orang atau 69,75 dan yang tidak dengan cara nangkih ada 10 orang atau 31,25. Hal ini menjelaskan dua hal, yaitu: pertama bahwa mereka yang menikah dini di desa Suka Dame sebagian besar memang mendapatkan hambatan dari luar dimana mereka yang menikah di usia dini dan masih sekolah tidak akan mendapatkan izin dari orang tua sehingga mereka melalui cara nangkih. Kedua adalah bahwa nangkih menjadi salah satu faktor pendorong juga yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini di desa Suka Dame, dimana nangkih menjadi cara mereka untuk menikah dan bersatu membentuk sebuah keluarga. Namun walaupun merupakan media penyelamatan untuk dapat menikah bagi sebagian besar mereka yang menikah dini, tidak semua dari mereka yang menikah dini setuju akan pernyataan yang mengatakan bahwa nangkih sebagai media penyelamat untuk dapat menikah. Dimana ada pro dan kontra mengenai nangkih Universitas Sumatera Utara 88 pada mereka yang menikah dini di desa Suka Dame. Adapun pendapat mereka dapat dilihat dari tabel berikut:

5.2.3.1 Pendapat Mereka yang Menikah Dini Tentang Nangkih

Tabel 5.9 Pendapat Responden Mengenai Nangkih Sebagai Media Penyelamat Untuk Dapat Menikah Pendapat responden Laki-laki Perempuan F F Sangat setuju 1 12,5 2 6,25 Setuju 6 75 18 56,25 Kurang setuju 1 12,5 9 28,125 Tidak setuju - 3 9,375 Jumlah 8 100 32 100 Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa 6 orang atau 75 laki-laki yang menikah dini di desa Suka Dame setuju bahwa nangkih dikatakan sebagai media penyelamat agar mereka dapat menikah dan mendapat izin dari orang tua, 1 orang atau 12,5 mengatakan sangat setuju, dan 1 orang atau 12,5 memilih untuk tidak setuju. Perempuan yang menikah dini paling banyak memilih setuju , dimana 18 orang atau 56,25 memilih setuju jika nangkih dikatakan sebagai media penyelamat agar mereka dapat menikah, 9 orang atau 28,125 memilih kurang setuju, 3 orang atau 9,375 memilih tidak setuju dan 2 orang atau 6,25 memilih sangat setuju dengan penyataan tersebut. Sebagian besar dari mereka yang menikah dini setuju jika nangkih dikatakan sebagai media penyelamatan agar dapat menikah dengan alasan bahwa kalau sudah nangkih orang tua pasti setuju dan dapat bersatu dalam artian dapat menikah karena jika nangkih mau tidak mau orang tua setuju akan pernikahan mereka. Itulah alasan Universitas Sumatera Utara 89 kebanyakan dari mereka setuju jika nangkih dikatakan sebagai media penyelamat agar mereka dapat dengan segera menikah dan direstui oleh orang tua.seperti yang dikatakan oleh Friska br.Ginting 21 tahun: “Saya setuju nangkih dikatakan sebagai media penyelamatan agar dapat segera menikah damendapat izin orang tua karena dengan cara nangkih lah orang tua mau-tidak mau akan setuju dengan pernikahan kita.” Rasmiati br.Sitepu 18 tahun: “Saya setuju nangkih sebagi alat penyelamat untuk dapat segera menikah karena kalau kita sudah nangkih orang tua pasti sudah setuju dengan pernikahan kita.” Walaupun begitu ada juga yang kurang dan tidak setuju jika nangkih dkatakan sebagai media penyelamatan agar mereka dapat menikah dan dapat restu dari orang tua dengan alasan bahwa pernikahan secara nangkih sebetulnya tidak bagus dan akan susah bahagia karena akan membawa kehidupan yang makin sukar karena akan membawa karma akibat tidak menghormati orang tua dimana mereka menikah tanpa meminta izin dari orang tua terlebih dahulu. Seperti yang dikatakan oleh Elita Wati 26 tahun: “Saya kurang setuju nangkih dikatakan sebagai media penyelamat agar dapat segera menikah dan mendapatkan izin dari orang tua karena itu bukan jalan yang terbaik seharusnya dilakukan dengan meminta restu orang tua. Itu adalah suatu hal yang sangat kita inginkan untuk membangun rumah tangga yang sakral.” R. Sinulingga 28 Tahun: “Pernikahan dengan cara nangkih tidak akan bagus karena akan membawa kepada kehidupan rumah tangga yang makin sukar.” Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa benar nangkih merupakan media penyelamat agar mereka dapat segera menikah dan mendapat restu dari orang tua Universitas Sumatera Utara 90 tetapi nangkih memiliki makna yang tidak bagus dalam artian lebih mengarah ke arah negatif dan tidak di anjurkan untuk dilakukan sebagai cara untuk menikah.

5.2.3.2 Penyebab Orang Menikah Dini dengan Cara Nangkih di Desa Suka Dame

Tabel 5.10 Penyebab Responden Melakukan Nangkih Penyebab Laki-laki Perempuan F F Sudah menemukan PRLK idaman 2 33,33 9 40,90909 Tidak direstui orang tua 2 33,33 8 36,36364 Karena kecelakaan sudah hamil - 2 9,09091 Karena ingin menikah muda 1 16,67 2 9,09091 Lain-lain 1 16,67 1 4,54545 Jumlah 6 100 22 100 Seperti yang diketahui dari tabel sebelumnya dari 8 laki-laki yang menikah dini 6 diantaranya melakukan nangkih dan dari 32 orang perempuan yang menikah dini 22 orang di antaranya juga melakukan nangkih sehingga bila dijumlahkan dari 40 orang yang menikah dini di desa Suka Dame dengan usia perkawinan di bawah 10 tahun, 30 orang diantaranya melakukan nangkih. Adapun penyebab mereka melakukan nangkih disebabkan sudah mendapatkan perempuan atau laki-laki idaman dan tidak mendapt restu dari orang tua. Dimana 2 orang atau 33,33 laki- laki menikah dini memilih menikah dengan cara nangkih karena sudah menemukan perempuan idaman yang menjadi pendamping hidup, 2 orang atau 33,33 memilih karena tidak mendapat restu dari orang tua, 1 orang atau 16,67 memilih karena ingin menikah di usia muda dan 1 orang atau 16,67 memilih lain-lain yang artinya ada alasan lain yaitu karena dia tidak sadar dimana sudah terlanjur membawa anak Universitas Sumatera Utara 91 orang nangkih dan terpaksa menikahinya walaupun rumah tangganya hanya bertahan dalam waktu yang pendek. Adapun perempuan yang menikah dini memilih menikah dengan cara nangkih 9 orang atau 40,90909 memilih karena sudah menemukan pria idaman yang menjadi pendamping hidup, 8 orang atau 36,36364 memilih melakukan pernikahan dengan cara nangkih karena tidak mendapat restu dari orang tua mereka, 2 orang atau 9,09091 memilih karena kecelakaan dan sudah berisi, dimana telah hamil di luar nikah, 2 orang lainnya atau 9,09091 memilih karena ingin meikah muda, dan 1 orang atau 4,54545 memilih alasan x atau lain-lain sebagai alasan dimana dia melakukan nangkih agar proses pernikahan cepat terlaksana karena terhalang faktor biaya. Dari hal ini disimpulkan bahwa dari semua faktor yang ada, faktor telah mendapatkan pria atau wanita idaman merupakan faktor penyebab paling besar. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri mereka yang melakukan nangkih memang didasari perasaan suka sama suka satu dengan yang lainnya karena tidak mungkin mereka mau melakukan nangkih tanpa didasari rasa suka terlebih dahulu. Selain itu faktor orang tua yang tidak setuju menjadikan nangkih sebagai jalan pintas agar mereka mendapatkan restu dari orang tua. Dan hal yang menarik bahwa di antara mereka juga ada yang memilih melakukan cara nangkih karena ingin menikah muda, dimana hal ini menjelaskan bahwa dari sebagian mereka yang melakukan pernikahan dini karena didasari ingin menikah muda tetapi karena takut dihalangi akhirnya mereka juga melakukan nangkih sebagai jalan pintasnya. Universitas Sumatera Utara 92

5.2.3.3 Reaksi Orang tua Mengetahui Anaknya Melakukan Nangkih

Tabel 5.11 Reaksi Orang tua Mengetahui Anaknya Nangkih Reaksi Laki-laki Perempuan F F Terkejut 4 66,67 3 13,63636 Marah - 7 31,81818 Kecewa 2 33,33 6 27,27273 Biasa saja - 1 4,54545 Menangis - 5 22,72727 Jumlah 6 100 22 100 Dari tabel 5.11 dapat diketahui bahwa untuk orang tua dari pihak laki-laki sebagian besar bereaksi terkejut mengetahui anaknya melakukan nangkih yaitu ada 4 orang atau 66,67 sedangkan 2 orang atau 33,33 kecewa ketika mengetahui anaknya membawa nangkih anak perempuan orang. Sedangkan untuk orang tua dari pihak perempuan bereaksi marah ketika mengetahui anak perempuannya melakukan nangkih yaitu ada 7 orang atau 31,81818, 6 orang atau 27,27273 orang tua bereaksi kecewa mengetahui anaknya nangkih, 5 orang atau 22,72727 menangis anaknya melakukan nangkih, 3 orang atau 13,63636 terkejut mengetahui anaknya nangkih dan 1 orang atau 4,54545 ternyata bereaksi biasa saja mengetahui anaknya melakukan nangkih. Reaksi kecewa, terkejut, marah dan menangis menunjukkan bahwa sebenarnya orang tua khususnya orang tua dari mereka yang menikah dini di desa Suka Dame melarang anaknya melakukan nangkih, dimana nangkih yang mereka lakukan adalah nangkih yang tidak diketahui orang tuanya. Dan memang betul nangkih dikatakan sebagai sesuatu yang menyimpang karena nangkih dijadikan alat untuk memberontak dan mewujudkan keinginan individu yang tidak sesuai dengan harapan kelompoknya dalam hal ini, keluarga khususnya orang tua. Universitas Sumatera Utara 93

5.2.3.4 Perasaan Mereka yang Nangkih Saat Pertama Kali Bertemu Orang tua Setelah Melakukan Nangkih

Tabel 5.12 Perasaan Pertama Kali Bertemu Orang tua Setelah Nangkih Perasaan responden Laki-laki Perempuan F F Takut - 5 22,27273 Merasa bersalah 5 83,33 11 50 Sedih - 4 18,18182 Biasa saja 1 16,67 1 4,54545 Merasa menang - 1 4,54545 Jumlah 6 100 22 100 Pada tabel 5.12 diketahui bahwa sebagian besar dari mereka merasa bersalah saat pertama kali bertemu orang tua setelah melakukan nangkih. laki-laki yang melakukan nangkih 5 orang diantaranya atau 83,33 merasa bersalah saat pertama kali beretemu orang tua setelah melakukan nangkih dan 1 orang atau 16,67 merasa biasa saja saat bertemu orang tua setelah melakukan nangkih. Sedangkan perempuan yang melakukan nangkih 11 orang diantaranya atau 50 juga merasa bersalah ketika pertama kali bertemu kembali dengan orang tua setelah nangkih, 5 orang atau 22,27273 merasa takut saat pertama bertemu, 4 orang atau 18,18182 merasa sedih, 1 orang atau 4,54545 merasa biasa saja dan 1 orang atau 4,54545 merasa menang. Perasaan bersalah yang paling banyak dirasakan responden ketika pertama kali bertemu dengan orang tua mereka setelah melakukan nangkih. Perasaan bersalah ini muncul karena mereka merasa nangkih merupakan kesalahan bagi kedua orang tua mereka, dimana mereka berarti melawan atau memberontak dari orang tua tetapi itu Universitas Sumatera Utara 94 dianggap mereka sebagai jalan terbaik untuk mereka yang saling mencintai dapat bersatu Selain itu, sebagian besar dari mereka juga merasa bersalah karena secara usia mereka belum berumur dalam artian belum seharusnya untuk menikah, masih muda untuk menikah dan masih sekolah, sehingga mereka merasa telah mengecewakan orang tua karena tidak mewujudkan keinginannya, melanggar aturan dan nasehatnya ada 5 orang merasa takut karena merasa orang tuanya marah dan mungkin akan memarahinya bahkan tidak menerima dirinya lagi sebagai anak. Sedangkan 1 orang atau 16,67 merasa biasa saja karena sudah merasa pantas untuk menikah dan memilih cara nangkih karena dianggap jalan terbaik untuk dapat menikah. Dan 1 orang lagi merasa menang karena alasannya menikah adalah ingin mandiri dan lepas dari aturan orang tuanya yang dianggap sangat cerewet sehingga ketika bebas dia merasa menang dari orang tuanya karena bisa bebas dari orang tuanya dan menjalani kehidupan sendiri.

5.2.3.5 Penyebab Orang tua Tidak Menyetujui Anaknya Menikah Sehingga Melakukan Nangkih

Tabel 5. 13 Penyebab Orang tua Tidak Setuju Menikah Penyebab Laki-laki Perempuan F F Perbedaan ekonomi keluarga 2 33,33 5 22,72727 Perbedaan status di masyarakat - 2 9.09091 Usia sekolah dan dini untuk menikah 3 50 13 59,09091 Perbedaan agama - 1 4,54545 Lain-lain 1 16,67 1 4,54545 Jumlah 6 100 22 100 Universitas Sumatera Utara 95 Seperti yang diketahui nangkih dalam masyarakat karo terdapat 3 versi yaitu nangkih karena terhambat biaya, tidak direstui orang tua dan nangkih yang diserasikan atau dinangkih-nangkihkan, di antara 3 versi tersebut karena tidak direstui orang tua lah yang paling banyak dijumpai pada masyarakat karo di desa Suka Dame, khususnya pada mereka yang menikah dini. Adapun dari tabel 5.13 di ketahui bahwa alasan paling banyak orang tua tidak menyetujui anaknya menikah sehingga anaknya melakukan nangkih adalah karena masih berada pada usia sekolah dan sangat muda untuk menikah. Orang tua pihak laki-laki yang tidak setuju anaknya menikah karena usia yang masih dini dan sekolah ada 3 orang atau 50. Selain itu alasan lain karena perbedaan ekonomi keluarga ada 2 orang atau 33,33 dan karena lain-lain 1 orang atau 16,67. Sedangkan orang tua dari pihak perempuan ada 13 orang atau 59,09091 yang tidak merestui anaknya menikah karena masih sekolah dan usia dini untuk menikah, 5 orang atau 22,72727 orang tua pihak perempuan tidak merestui karena perbedaan ekonomi, 2 orang tua lainnya atau 9,09091 tidak merestui karena perbedaan status dalam masyarakat, 1 orang atau 4,54545 tidak merestui kaarena perbedaan agama dan 1 orang atau 4,54545 karena ada alasan lain. Dari semua faktor penyebab orang tua tidak merestui anaknya menikah dini faktor masih sekolah dan usia dini atau terlalu muda menjadi faktor paling besar dari alasan orang tuanya tidak menyetujui anaknya menikah sehingga anaknya melakukan nangkih. Bapak Salim Ginting 45 tahun mengatakan bahwa: “Kebanyakan mereka yang menikah dini memang melakukan nangkih karena kalau mereka meminta izin orang tua kemungkinan besar tidak dikasih karena belum siap umur dan masih labil” Universitas Sumatera Utara 96 Dari uraian data dan ungkapan dari beliau tersebut menjelaskan bahwa memang mereka yang menikah dini tidak direstui orang tua karena pertimbangan umur dari mereka yang dianggap belum cukup dan masih labil. Ini merupakan faktor penyebab orang tua tidak meberi izin atau menyetujuinya namun jika mereka melakukan dengan cara nangkih orang tua terpaksa menyetujuinya walaupun dalam hati mereka merasa marah, sedih, kecewa dan menangis. 5.2.4 Kehidupan Ekonomi Orang yang Menikah Dini di Desa Suka Dame Berdasarkan Pendapatan Dalam Satu Bulan Tabel 5.14 Kehidupan Ekonomi Berdasarkan Pendapatan per Bulan PendapatanRp Laki-laki Perempuan F F 500ribu 2 25 9 28,125 5002ribu - 1juta 2 25 11 34,375 1juta - 2juta 4 50 10 31,25 2juta - 3juta - 1 3,125 3juta - 1 3,125 Jumlah 8 100 32 100 Pada tabel 5.14 diketahui bahwa untuk laki-laki menikah dini paling banyak memiliki pendapatan keluarganya dalam sebulan di kisaran Rp.1juta- 2juta per bulannya yaitu ada 4 orang atau 50, 2 orang lainnya memiliki pendapatan kisaran Rp.500ribu- 1juta dalam satu bulan, 2 orang lainnya atau 25 berpendapatan sebulannya di bawah Rp.500ribu. Sedangkan perempuan yang menikah dini mengaku bahwa pendapatan keluarga di kisaran Rp. 500ribu- 1juta yaitu sebanyak 11 orang atau 34,375 dari jumlah keseluruhan, 10 orang atau 31,25 memiliki Universitas Sumatera Utara 97 pendapatan keluarga kisaran 1juta-2juta, 9 orang atau 28,125 memiliki pendapatan keluarga kisaran Rp 500ribu, 1 orang atau 3,125 memiliki pendapatan kisaran Rp. 2juta- 3juta, dan 1 orang lainnya atau 3,125 memiliki pendapatan keluarga Rp. 3juta. Pendapatan keluarga maksudnya adalah pendapatan dari kedua pihak baik itu laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri, jika si perempuan juga ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Dilihat dari segi pendapatan mereka yang menikah dini dalam sebulannya, maka kehidupan ekonominya berada di bawah garis kemiskinan karena tidak memenuhi pendapatan UMR , dimana mereka hanya akan mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara pas-pasan. Hal ini menyimpulkan bahwa mereka yang menikah dini memang belum mapan dalam memenuhi kebutuhan ekenominya sehingga mereka harus hidup secara sederhana. Adapun kebutuhan ekonomi mereka terpenuhi dengan pendapatan yang mereka dapat dalam satu bulannya dapat dilihat dalam tabel berikut:

5.2.4.1 Kecukupan Pendapatan Untuk Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Keluarga

Tabel 5.15 Kecukupan Pendapatan Untuk Kebutuhan Ekonomi Keluarga Kebutuhan Ekonomi Laki-laki Perempuan F F Cukup - 4 12,5 Pas-pasan 6 75 25 78,125 Tidak cukup 2 25 3 9,375 Sangat tidak cukup - - Lebih dari cukup - - Jumlah 8 100 32 100 Universitas Sumatera Utara 98 Dari pendapatan yang mereka dapatkan 6 orang laki-laki yang menikah dini atau 75 mengakui bahwa pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, dan 2 orang lainnya mengaku dengan pendapatan keluarga mereka yang dimiliki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Adapun untuk perempuan yang menikah dini 25 orang atau 78,125 juga mengakui bahwa dengan pendapatan mereka hanya pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka, 4 orang atau 12,5 mengatakan dengan pendapatan mereka cukup dalam memenuhi kebutahan sehari-hari, 3 orang atau 9,375 mengatakan pendapatan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Adapun kategori pas-pasan adalah jika pendapatan keluarga mereka dalam satu bulan dengan pengeluaran mereka dalam satu bulan sama besarnya yaitu pas dan terkadang di paskan sehingga mereka yang berpendapatan pas-pasan biasanya tidak memiliki tabungan atau uang berlebih. Untuk kategori cukup adalah bila pendapatan dalam satu bulan dengan pengeluaran dalam satu bulannya lebih besar pendapatan sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan terkadang berlebih sedikit sehingga dapat disimpankan atau dibelikan yang lain. Sedangkan kategori tidak cukup bila pendapatan mereka dalam satu bulan dan pengeluaran dalam satu bulan lebih besar pengeluarannya, sehingga sering responden gali lobang tutup lobang dengan meminjam uang atau meminta bantuan dari orang tua, dimana mereka yang berpendapatan tidak cukup ini biasanya masih sangat bergantung dari orang tua mereka, dan mereka belum bisa mandiri. Universitas Sumatera Utara 99 5.2.5 Kehidupan Pernikahan Orang yang Menikah Dini di Desa Suka Dame Dilihat Dari Frekuensi Berantam Dalam Sebulan Tabel 5.16 Frekuensi Terjadi Percecokan atau Berantam Dalam Sebulan Frekuesi berantam Laki-laki Perempuan F F 0 bulan 1 12,5 7 21,875 1-3x bulan 3 37,5 16 50 4-10x bulan 2 25 4 12,5 11-20x bulan 1 12,5 1 3,125 20-30x bulan 1 12,5 4 12,5 Jumlah 8 100 32 100 Dari tabel 5.16 dapat diketahui bahwa dari frekuensi berantam paling banyak yang terjadi pada mereka yang menikah dini yaitu 1-3x dalam sebulan. Laki-laki yang menikah dini mengaku berantam 1-3x sebulan ada 3 orang atau 37,5 , 4-10x sebulan ada 2 orang atau 25, berantam 11-20x sebulan ada 1 orang atau 12,55, 20- 30x sebulan ada 1 orang atau 12,5, dan tidak pernah berantam atau 0x per bulan ada 1 orang atau 12,5. Sedangkan perempuan yang menikah dini mengaku berantam 1-3x dalam satu bulan ada 16 orang atau 50, responden yang berantam 4- 10x dalam sebulan ada 4 orang atau 12,5, yang berantam 11-20x sebulan ada 1 orang 3,125, 21-30x dalam sebulan ada 4 orang atau 12,5, dan yang tidak pernah berantam ada 7 orang atau 21,875 dari perempuan yang menikah dini. Dilihat dari frekuensinya, mereka yang menikah dini frekunsi terjadi percecokan atau berantam di dalam rumah tangga termasuk kategori jarang yaitu 1- 3x sebulan. Bahkan ada yang mengatakan tidak pernah berantam atau 0 x per bulan tetapi ada juga yang mengatakan berantam sangat sering dan hampir setiap hari Universitas Sumatera Utara 100 namun lebih banyak yang jarang berantam hal ini disebabkan pernikahan mereka yang memang didasari rasa suka sama suka atau saling mencintai. Adapun hal-hal yang menjadi penyebab pemicu terjadinya pertengkaran atau percecokan antar pasangan di dalam rumah tangga mereka yang menikah dini dapat dilihat dalam tabel berikut.

5.2.5.1 Hal yang Menjadi Pemicu Terjadinya Pertengakaran di Dalam Rumah Tangga

Tabel 5.17 Pemicu Terjadi Percecokan dalam Rumah Tangga Pemicu Laki-laki Perempuan F F Kebutuhan ekonomi 4 50 11 34,375 Komunikasi antar pasangan 1 12,5 5 15,625 Mengasuh anak - 5 15,625 Ada campur tangan orang tua 2 25 6 18,75 Lain-lain 1 12,5 5 15,625 Jumlah 8 100 32 100 Pada tabel 5.17 diketahui bahwa pemicu paling besar terjadi pertengkaran dalam rumah tangga adalah kebutuhan ekonomi. Hal ini senada dengan pendapatan yang hanya pas-pasan untuk mereka memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari yang pas-pasan bahkan ada yang tidak mencukupi. Dari 8 orang laki-lak yang menikah dinii, 4 orang diantaranya atau 50 mengatakan bahwa kebutuhan ekonomi sebagai pemicu paling besar pertengkaran rumah tangga, 1 orang atau 12,5 mengatakan komunikasi antar pasangan sebagai pemicu pertengkaran dalam rumah tangga, 2 orang lainnya atau 25 mengatakan ada campur tangan dari orang tua menjadi Universitas Sumatera Utara 101 pemicu rumah tangga, dan 1 orang atau 12,5 karena faktor lain-lain. Adapun dari 32 orang perempuan yang menikah dini, 11 orang atau 34,375 mengatakan faktor kebutuhan ekonomi sebagai pemicu pertengkaran antar pasangan, 5 orang atau 15,625 mengatakan kamunikasi antar pasangan sebagai pemicu pertengkaran, 5 orang atau 15,625 lainnya mengatakan mengasuh anak yang menjasi pemicu pertengkaran dimana anak yang bandel dan susah diatur sehingga orang tuanya ikut berantam karena salah satu pasangan memukul anaknya dan pasangan yang lain merasa tidak suka dan membela anak. Sedangkan 6 orang lainnya atau 18,75 mengatakan adanya campur tangan orang tua menjadi pemicu terjadi pertengkaran dalam rumah tangga, dimana banyak orang tua yang tetap mengatur anaknya walaupun anaknya sudah menikah sehingga pasangannya merasa tidak suka dan terjadilah perdebatan hingga berujung ke percecokan danberantan. Adapun penyebab orang tua ikut campur yang pertama disebabkan mereka yang masih muda saat menikah dan dianggap orang tua belum dewasa dan siap untuk berumah tangga, dan yang kedua adalah kebanyakan dari mereka yang menikah tinggal serumah bersama dengan orang tua sehingga sedikit banyaknya kehidupan mereka diatur oleh orang tua mereka. Adapun 5 orang lainnya atau 15,625 mengatakan bahwa faktor lain-lain sebagai pemicu terjadinya pertengkaran, dimana faktor lain-lain itu adalah faktor cemburu kepada pasangan jika terlalu dekat dengan perempuan lain dan fakror cemburu dimana sering membandingkan pasangan dengan orang lain yang dianggap lebih baik dari pasangan sendiri. Adapun dalam pernikahan dapat dikatakan wajar bahwa terjadi pertengakaran dalam rumah tangga, tdak hanya mereka yang menikah dini saja tetapi mereka yang menikah di usia ideal. Namun yang terpenting adalah langkah yang diambil jika Universitas Sumatera Utara 102 terjadi pertengkaran dalam rumah tangga yang tidak diinginkan. Adapun mereka yang menikah dini di desa Suka Dame mengambil langkah sebagai solusi dapat dilihat sebagai berikut.

5.2.5.2 Langkah yang Diambil Sebagai Solusi Jika Terjadi Pertengkaran di Dalam Rumah Tangga

Tabel 5.18 Langkah Sebagai Solusi Jika Terjadi Pertengkaran Langkah yang diambil Laki-laki Perempuan F F Mengalah dengan pasangan 4 50 12 37,5 Mencoba menyelesaikan bersama 3 37,5 16 50 Menceritakan kepada saudara atau teman - 2 6,25 Minggat atau pergi dari rumah 1 12,5 1 3,125 Lain-lain - 1 3,125 Jumlah 8 100 32 100 Dari tabel 5.18 diketahui dari segala pertengkaran yang terjadi, kebanyakan rmereka yang menikah dini memilih mencoba menyelesaikan bersama dan mengalah pada pasangan sebagai solusinya. Responden laki-laki ada 4 orang atau 50 memilih mengalah pada pasangan, 3 orang atau 37,5 memilih mencoba menyelesaikan secara bersama sebagai solusi, dan 1 orang atau 12,5 memilih minggat atau pergi dari rumah sebagai langkah atau solusi ketika terjadi pertengkaran. Adapun responden perempuan yang menikah dini memilih menyelesaikan bersama sebagai solusi ketika terjadi pertengkaran ada 16 orang atau 50, selain itu yang memilih mengalah sebagai jalan keluar ada 12 orang atau 37,5, menceritakan kepada saudara atau teman sebagai jalan keluar ada 2 orang atau 6,25 dan 1 orang lainnya atau 3,125 memilih minggat atau pergi dari rumah dan 1 orang atau 3,125 memilih lain-lain sebagai solusi. Universitas Sumatera Utara 103 Berdasarkan pemilihan yang dilakukan baik laki-laki maupun perempuan yang menikah dini di desa Suka Dame, penulis melihat ada proses pembelajaran ke arah dewasa yang dilakukan oleh mereka walaupun tidak secara signifikan, dimana mereka mencoba menyelesaikan permasalahan mereka secara bersama dengan mencoba membicarakannya untuk mencapai titik terang. Sebagian juga memilih bersikap dewasa dengan mencoba mengalah kepada pasangan dan mencoba mengerti sifat dan karakter dari pasangan sehingga jika berantam tidak belarut-larut hingga menjadi permasalahan, tetapi coba ditenangkan dan dianggap hal yang wajar sebagai bumbu dalam pernikahan. Namun ada juga yang bertidak kurang dewasa dengan mengambil langkah minggat dari rumah sebagai solusinya.

5.2.5.3 Keharmonisan Kehidupan Pernikahan Orang yang Menikah Dini di Desa Suka Dame

Tabel 5.19 Keharmonisan Rumah Tangga yang Menikah Dini Kehidupan pernikahan Laki-laki Perempuan F F Sangat harmonis - 8 25 Harmonis 3 37,5 14 43,75 Kurang harmonis 4 50 10 31,25 Tidak harmonis - - Sangat tidak harmonis 1 12,5 - Jumlah 8 100 32 100 Pada tabel 5.19 bahwa laki-laki yang menikah dini lebih banyak mengatakan bahwa pernikahannya kurang harmonis yaitu ada 4 orang atau 50, yang mengatakan bahwa pernikahannya harmonis ada 3 orang atau 37,5 dan 1 orang lainnya atau 12,5 mengatakan bahwa kehidupan pernikahan atau rumah tangganya Universitas Sumatera Utara 104 sangat tidak harmonis sehingga berujung pada perpisahan atau perceraian. Sedangkan perempuan yang menikah dini lebih banyak mengatakan bahwa kehidupan pernikahannya termasuk dalam kategori harmonis, yaitu ada 14 orang yaitu 43,755, kurang harmonis 10 orang atau 31,25, dan sangat harmonis ada 8 orang atau 25. Dari permasalahan yang terjadi dalam pernikahan telah dianggap biasa oleh kaum perempuan sebagai bumbu-bumbu dari pernikahan, bahkan seperti yang diketahui bahwa ada di antara mereka yang mengatakan bahwa jarang bahkan tidak pernah berantam dalam satu bulan. Hal ini menjadi dasar kebanyakan mereka mengatakan bahwa kehidupan pernikahan mereka termasuk harmonis, terutama perempuannya yang menikah dini, walaupun ada juga yang mengatakan kurang harmonis yaitu ada 10 oang atau 31,25 dari total perempuannya. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dituliskan dalam tinjauan pustaka bahwa pernikahan mampu membentuk keluarga yang harmoni, namun juga dapat membentuk keluarga yang berantakan dan disfungsi keluarga. Mereka yang kurang harmonis bisa berimbas pada anaknya yang bisa jadi fungsi dalam keluarga tidak berjalan dengan baik, yaitu fungsi sosialisasi dan afeksi. Adapun sebagian besar perempuan yang menikah dini di desa Suka Dame mengatakan kehidupan rumah tangganya harmonis. Walau begitu, mereka mengaku bahwa ada perasaan menyesal menikah muda sering menghantui mereka seperti yang dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini. Universitas Sumatera Utara 105

5.2.5.4 Perasaan Menyesal Orang yang Menikah Dini Karena Memilih Menikah Dini

Tabel 5. 20 Perasaan Menyesal Responden yang Memilih Menikah Dini Perasaan menyesal Laki-laki Perempuan F F Tidak pernah 2 25 12 37,5 Kadang-kadang 4 50 15 46,875 Sering 2 25 5 15,625 Jumlah 8 100 32 100 Seperti yang terlihat di tabel 5.20 bahwa kebanyakan mereka yang menikah dini mengatakan bahwa rasa menyesal menikah di usia dini juga muncul dimana perasaan ini muncul kadang-kadang yang artinya perasaan menyesal ada namun munculnya kadang-kadang. Responden laki-laki yang mengatakan kadang-kadang perasaan menyesal muncul ada 4 orang atau 50, 2 orang atau 25 mengatakan tidak pernah muncul perasaan menyesal, dan 2 orang lainnya mengatakan bawa perasaan menyesal itu sering muncul. Sedangkan responden perempuan juga paling banyak mengatakan bahwa perasaan menyesal ada yang muncul kadang-kadang, yaitu ada 15 orang atau 46,875, yang mengatakan tidak pernah merasa menyesal ada 12 orang atau 37,5 dan yang mengatakan sering ada 5 orang atau 15,625 dari jumlah semuanya. Mereka yang menikah dini yang mengatakan tidak pernah merasa menyesal dengan pernikahannya adalah mereka yang merasa pernikahannya yang harmonis dan tidak pernah berantam dan juga mereka yang tetap merasa bahagia dengan kehidupan keluarganya serta keinginan untuk mempertahankan pernikahan yaitu pernikahan sekali seumur hidup, dimana laki-laki ada 2 orang dan perempuan ada 12 orang. Sedangkan responden yang mengatakan perasaan menyesal yang muncul Universitas Sumatera Utara 106 kadang-kadang paling banyak ada 4 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, dimana perasaan menyesal ini muncul karena pertama faktor ekonomi,dimana tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga sebagai pemicu besar terjadinya pertengkaran di dalam rumah tangga; yang kedua karena adanya perasaan emosi melihat tingkah laku dari pasangannya, dimana mereka yang menikah dini adalah mereka yang masih belum dewasa dan labil dimana terkadang hal yang kecil bisa menjadi masalah besar; yang ketiga adalah karena adanya perasaan iri jika melihat teman yang sukses dalam studinya dan berkerja serta masih bebas menikmati masa mudanya. Adapun mereka yang menikah dini sering merasa menyesal terhadap pernikahannya ada 2 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, dimana alasannya utamanya mereka merasa menyesal adalah karena mereka merasa sering berantam dan kurang harmonis di dalam rumah tangga, dimana perjalanan pernikahan mereka tidak sesuai dengan harapan mereka sebelum menikah, sehingga sering merasa menyesal ditambah melihat teman yang belum menikah masih bebas bergaul dengan siapa saja dan menikmati masa mudanya dan tidak terbebani pekerjaan seperti mereka yang harus mengurus anak dan suaminya.

5.2.6 Pandangan Orang yang Menikah Dini Terhadap Usia Menikah Ideal

Tabel 5.21 Reaksi Responden Jika Anaknya Memilih Menikah Dini Seperti Dirinya Reaksi Laki-laki Perempuan F F Mendukung sepenuh hati 2 25 1 3,125 Melarang 4 50 26 81,25 Biasa saja 2 25 4 12,5 Lain-lain - 1 3,125 Jumlah 8 100 32 100 Universitas Sumatera Utara 107 Adapun pandangan mereka yang menikah dini dapat dilihat dari reaksi mereka jika posisi mereka dihadapkan sebagai orang tua yang anaknya ingin menikah muda. Hal yang mengesankan bahwa kebanyakan dari mereka akan melarang jika anaknya mengikuti jejak mereka yang menikah di usia dini atau muda. Responden laki-laki 4 orang atau 50 memilih melarang anaknya jika memilih menikah muda, 2 orang atau 25 akan mendukung anaknya yang mengikuti jejaknya menikah muda dengan sepenuh hati, dan 2 orang lainnya atau 25 mengatakan akan biasa saja dimana hal ini dianggap sebagai hal yang wajar mengingat bahwa dia sebagai orang tua juga menikah muda. Sedangkan untuk perempuan yang menikah dini hampir semuanya yaitu 26 orang atau 81,25 dari total yang ada memilih melarang anaknya jika anaknya kelak mengikuti jejaknya menikah di usia dini, 1 orang lainnya atau 3,1255 akan mendukung sepenuh hati jika anaknya memilih menikah dini, 4 orang atau 12,5 akan bereaksi biasa saja sebagai bentuk pasrah, dan 1 orang lainnya atau 3,125 akan memilih lain-lain yaitu dimana dia akan memasehati anak terlebih dahulu tetapi keputusan tetap diberikan kepada anak. Alasan yang menjadi banyak dari mereka yang melarang anaknya menikah di usia muda adalah yang pertama karena mereka yang menikah muda belum bisa mandiri dan belum mapan dalam membangun dan membina sebuah rumah tangga, kendala ekonomi menjadi satu penghambat mereka dalam membangun keharmonisan rumah tangga, dimana mereka yang menikah dini berpenghasilan rendah. Seperti salah satu nya diutarakan oleh Pinta Robah Br. Karo 21 tahun: “Saya melarang anak saya menikah dini karena belum mapan dan banyak rintangan yang dihadapi dalam membangun kehidupan rumah tangga.” Universitas Sumatera Utara 108 Yang kedua mereka tidak mau anaknya sama seperti dia yang menikah muda dimana banyak diantara mereka yang merasa menyesal di usia muda karena mereka merasa belum siap menjalaninya yang mana jika mereka melihat temannya yang belum menikah masih bebas menjalani kehidupannya yang muda dengan jalan-jalan dan kumpul-kumpul bareng dengan teman yang lain, ada kecemburuan di mata mereka terhadap temannya yang masih bebas, sedangkan mereka yang menikah dini sudah tidak bebas lagi dimana ada peran dan tanggung jawab yang dijalaninya yaitu mengurus anak dan suaminya. Seperti yang diungkapkan Susan Marheni br. Tarigan 17 tahun : “Saya akan melarang anak saya jika memilih menikah muda seperti saya karena saya tidak ingin anak saya merasakan hal yang sama seperi saya. Saya sering merasa menyesal menikah muda karena cemburu melihat teman yang lain masih bebas.” Yang ketiga adalah mulai adanya kesadaran mereka terhadap pendidikan dimana mereka yang dulu lebih memilih menikah daripada melanjutkan pendidikan, ingin anaknya tidak memilih jalan mereka yang menikah muda dimana ada harapan dari mereka, seperti yang diutarakan oleh Leydi Sartika 16 tahun: “Saya melarang anak saya untuk mengikuti jejak menikah dini karena saya berharap kalau saya tidak tamat SMK mudah-mudahan anak saya jangan sampai seperti itu kalau bisa tamat SMA.” Hal ini menyimpulkan bahwa menikah dini dirasakan sendiri oleh sebagian besar dari mereka yang menikah dini sebagai suatu hal yang rumit dimana lebih banyak kesulitan yang dihadapi sehingga mereka memilih melarang anaknya untuk menikah dini. Universitas Sumatera Utara 109

5.2.6.1 Umur Ideal Bagi Seseorang Untuk Menikah

Tabel 5.22 Pandangan Responden Mengenai Umur Ideal Untuk Menikah Umur Ideal Laki-laki Perempuan F F 10-14 tahun - - 15-19 tahun - - 20-24 tahun 4 50 19 59,375 25-29 tahun 4 50 13 40,625 30 tahun - - Jumlah 8 100 32 100 Adapun dari tabel berikut diketahui, menurut mereka yang menikah dini bahwa umur ideal bagi seseorang untuk menikah terutama anak mereka nantinya berada di kisaran 20-29 tahun. Laki-laki yang menikah dini memilih umur ideal untuk menikah 20-24 tahun ada 4 orang atau 50 dan yang memilih umur ideal menikah 25-29 tahun ada 4 orang juga atau 50. Sedangkan perempuan yang menikah dini memilih umur ideal untuk menikah umur 20-24 tahun ada 19 orang atau 59,375 dan yang memilih umur ideal 25-29 tahun ada 13 orang atau 40,625. Alasan dari mereka yang menikah muda mengatakan umur 20-24 dan 25-29 tahun adalah umur ideal yang menikah, yang pertama karena di umur tersebut sudah dianggap dewasa mentalnya yang sudah melewati masa puber dan labil dan secara biologis sudah matang dalam reproduksi sehingga sudah dewasa secara fisik. Seperti yang dituliskan Rosa Erlina br. Keliat 21 tahun: “Menurut saya umur 20 tahun ke atas sudah dikatakan sangat pas untuk berumah tangga karena sudah dewasa dalam berpikir dan reproduksinya sudah matang menurut biologi.” Kedua adalah karena di umur tersebut dianggap sudah mapan untuk menikah secara materi karena biasanya di umur tersebut sudah memiliki pekerjaaan yang Universitas Sumatera Utara 110 tetap dan sudah mandiri dimana sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri sehingga dianggap sudah siap untuk menikah. Seperti yang diutarakan Rasmita Sari br. Sitepu 18 tahun: “Menurut saya umur ideal menikah adalah umur 21-24 tahun karena sudah cukup dewasa dan berkerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dan sudah mandiri.” Ketiga, adanya harapan dari responden yang menikah dini sebagai orang tua agar anaknya tidak serperti dia dan menyelesaikan sekolahnya, seperti yang diutarakan Lestari br.Bangun 21 tahun: “Umur 25-29 tahun merupakan umur yang ideal menurut saya untuk menikah karena saya ingin sebelum menikah anak saya menyelesaikan sekolahnya dan siap untuk mencapai cita-citanya.” Hal ini menyimpulkan bahwa responden yang memilih menikah muda juga menyadari pilihannya salah sehinnga tidak ingin anaknya mengikuti jejaknya dimana mereka menginginkan anaknya untu menikah di umur kisaran 20 sampai 29 tahun. Dimana umur tersebut ideal dan pas bagi mereka untuk seseorang dapat mernikah dan berumah tangga.

5.2.7 Makna Pernikahan Bagi Orang yang Menikah Dini di Desa Suka Dame

Dalam sosiologi dikatakan bahwa pernikahan baik itu dilakukan si usia muda merupakan suatu upaya untuk menyatukan dua keluarga besar pemersatu dua keluarga, dimana terbentuknya pranata sosial yaitu keluarga yang mempertemukan beberapa individu dari dua keluarga berbeda dalam satu jalinan hubungan. Makna dari nilai sebuah pernikahan bisa berbeda bagi setiap individunya tergantung bagaimana cara mereka memaknai pernikahan tersebut. Seperti yang diketahui dari Universitas Sumatera Utara 111 tabel dari 8 orang laki-laki dan 32 orang perempuan yang menikah dini terdapat 6 orang laki-laki dan 22 responden perempuan yang melakukan pernikahan dini dengan cara nangkih, yang artinya ada 2 responden laki-laki dan 10 responden perempuan yang melakukan pernikahan dini tanpa nangkih. Adapun makna nilai pernikahan bagi responden laki-laki yang melakukan nangkih dan tidak intinya sama saja, yaitu pernikahan merupakan tanda bahwa seseorang sudah memiliki pasangan hidup pendamping hidup, dimana pernikahan memiliki nilai bahwa telah ada ikatan kuat dalam pasangan dan status dalam masyarakat. sedangkan untuk responden perempuan makna nila sebuah pernikahan bagi mereka adalah yang pertama pernikahan merupakan sesuatu yang sangat berharga sehingga pernikahan dimaknai sebagai sebuah hubungan yang harus dijaga seperti yang dikatakan oleh Rasmita 18 tahun: “Pernikahan adalah sebuah hubungan yang harus dijaga dan sekali seumur hidup, jangan sampai terjadi perceraian” Hal senada juga dikatakan oleh Dina 24 tahun: “Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting karena hanya sekali seumur hidup” Kedua, pernikahan dimaknai sebagai tanda bahwa mereka tidak sendiri lagi dan sudah memiliki pasangan hidup, dimana tandanya memiliki kehidupan yang baru dari sebelum menikah dan banyak hal yang dapat dilakukan seperti dikatakan oleh Elita Wati 26 tahun: “Maknanya saya bisa saling bertukar pikiran, saling sayang- menyayangi, sifat saya berubah semakin dewasa dan saya ingin mandiri untuk bertanggung jawab atas keluarga.” Ketiga, pernikahan dimaknai sebagai suatu yang membanggakan dan layak dilakukan karena sudah sewajarnya, dimana ada permikiran yang berbeda dari para Universitas Sumatera Utara 112 responden atau informan terutama perempuan yang menikah dini di desa Suka Dame. Mereka memaknai pernikahan sebagai ajang pamer yang bisa dibanggakan bahwa mereka yang menikah dini sebagai tanda bahwa mereka cepat laku karena mereka cantik dan banyak yang mau dengan mereka, sedangkan yang tidak menikah dianggap tidak laku karena jelek. Oleh sebab itu, beberapa responden memilih menikah dini disebabkan oleh anggapan tersebut dan pengaruh dari temannya. Seperti yang dikatakan oleh Sarniti 19 tahun: “Pernikahan adalah sesuatu yang membanggakan dalam hidup karena tandanya sebagai perempuan sudah laku dan sudah memiliki pasangan hidup.” Triyani 19 tahun: “Pernikahan merupakan suatu dilema yang tidak dapat dihentikan, artinya walaupun dilarang untuk menikah dini tetapi tetap banyak yang melakukan” Keempat pernikahan dimaknai sebagai sebuah mimpi buruk seperti yang dikatakan oleh R. Sinulinngga 28 tahun, diman ia mengatakan bahwa pernikahan sebagai suatu mimpi buruk karena pernikahannya tidak berjalan seperti yang dibayangkannya. Kerhidupan rumah tangganya semakin sukar dan mereka sering berantam bahkan hal kecil menjadi sebuah permasalahan. Pernikahannya tetap bertahan sampai sekarang disebabkan oleh ada sikap pasrah dari mereka dimana hal ini dianggap sudah sebagai jalan hidupnya dan tetap dijalani saja. Hal senada diutarakan oleh beberapa responden dimana ada penyesalan dari mereka yang menikah dini karena sebenarnya mereka di usia muda belum siap memegang peran dan tanggung jawab yang besar. Di Usia mereka yang muda saat menikah mereka hanya memikirkan bagian yang senangnya tanpa memikirkan hal-hal sulit yang mereka jalani setelah menikah, yang disadari mereka setelah mereka menikah. Universitas Sumatera Utara 113 Makna pernikahan ini dijadikan sebagai acuan yang melatarbelakangi responden dalam bertindak, penulis melihat bahwa ada perbedaan antara makna pernikahan sebelum menikah dengan sesudah menikah. Dimana sebenarnya mereka yang menikah dini sebelum menikah, mereka belum mengerti benar makna pernikahan bagi mereka sendiri bahkan sesudah mereka menikah mereka juga masih bingung saat ditanya tentang makna pernikahannya. Mereka hanya ingin menjalani pernikahannya dan menjaga pernikahannya agar tetap bertahan walaupun banyak lika-liku yang mereka jalani di dalam kehidupan keluarganya, dan anak menjadi salah satu alat untuk mempertahankan rumah tangganya dimana nilai pernikahan dianggap sebagai suatu yang berharga, dan juga karena ada status yang ingin mereka pertahankan. Mereka tidak mau menyandang gelar janda atau duda sehingga mereka berusaha mempertahankan rumah tangganya. Beberapa reponden pernikahan dini memaknai pernikahan sebagai sebuah proses pembelajaran hidup untuk menjadi seseorang yang lebih dewasa dan bertanggung jawab. Seperti yang dikatakan Erni br. Ginting 26 tahun bahwa: “Makna pernikahan akan datang dengan sendirinya dalam hidup, jikalau peran kita dalam keluarga dapat kita jalankan dengan baik, sehingga perlu jalani peran keluarga dengan penuh tanggung jawab.” Leydi Sartika 16 tahun: “Dengan pernikahan membuat saya merasa terlindungi karena ada pasangan yang melindungi saya. Perasaan saya setelah menikah menjadi semakin dewasa dan menjadi wanita yang sempurna.” Hal ini disadari mereka setelah mereka menikah, peran yang ada dimaknai mereka sesuai dengan status mereka di dalam keluarga. Responden perempuan sebagai seorang istri merasa sudah dapat menjalankan peramnnya sebagai seorang yang sudah menikah dan mempunyai anak jika mereka sudah bisa menjadi seorang Universitas Sumatera Utara 114 istri yang baik untuk suami dan ibu yang baik untuk anak. Kategori seorang istri dan ibu yang baik menurut mereka adalah patuh kepada suami, berlajar menjadi ibu rumah tangga yang bertanggung jawab dalam mengurus anak dan suami, bersikap lebih dewasa, mampu menghadapi masalah yang datang menerpa keluarga. Patuh kepada suami disini yang penulis lihat adalah suami sebagai kepala keluarga yang membuat keputusan, jadi perempuan harus menghormati keputusan suami dalam keluarga. Bertanggung jawab dalam mengurus anak dan suami maksudnya di sini yang penulis lihat bahwa perempuan yang mengurus segala urusan di rumah dan laki-laki yang mencari nafkah. Hal ini sangat bias gender, namun dianggap wajar oleh perempuan di desa Suka Dame karena dalam budaya karo yang mengandung budaya patriarkhat juga mengajar hal tersebut. Sehingga beberapa dari mereka yang ikut berkerja dan membantu suaminya di ladang untuk memnuhi kebutuhan ekonomi keluarga, tetap mejalani perannya dalam mengerjakan pekerjaan rumah sendirian seperti memasak, menyuci dan mengurus anak yang masih kecil. Ketika menjalani peran tersebut tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar dari mereka mengakui mengalami banyak kesulitan dalam menjalani perannya tersebut terutama di awal pernikahannya. Seperti yang dikatakan oleh Pinta Robah br. Karo 21 tahun: “Pada awalnya agak kaku dalam menjalani peran yang ada tetapi setelah beberapa lama akhirnya sudah terbiasa. Hal ini saya dapat pembelajaran dari kebiasaan dan ajaran dari orang tua dan teman-teman lainnya yang sudah menikah.” Hal senada Yeni 18 tahun: “Menjalani peran sebagai seorang istri dan ibu lumayan rumit, tetapi saya harus tetap menjalani peran saya sebagai orang tua. Walaupun saya sendiri sebenarnya masih diperhatikan orang tua saya.” Universitas Sumatera Utara 115 Permasalahan yang terjadi karena mereka sendiri sebenarnya belum siap menjalani peran tersebut karena usia mereka yang masih muda dan pemahaman mereka terhadap urusan rumah tangga terutama dalam mengurus anak belum cukup sehingga untuk mengatasinya salah satu solusi yang paling ampuh bagi mereka adalah dengan bergabung dengan orang yang lebih tua dan lebih berpengalaman untuk dimintai ajaran dan nasehatnya. Universitas Sumatera Utara 116 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan