Kinerja Keuangan Tinjauan Pustaka .1

19

2.1.6 Kinerja Keuangan

Menurut Kurniawan berdasarkan teori keuangan modern dikutip dari Sudarsaman 1999:246 menyatakan keputusan-keputusan manajemen ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, penerapan IFRS dalam Standar Akuntansi Keuangan akan berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan. Sehingga manajemen perusahaan harus menentukan SAK yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, baik yang memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston 2001:78 diukur dengan “menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara simultan, mengoreksi kelemahan perusahaan”. Penilaian kinerja menurut Kurniawan dikutip dari Setyasih, 2009 adalah penentuan efektifitas operasional, organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada dua macam kinerja, yakni kinerja operasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja keuangan lebih ditekankan kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan pada satu periode tertentu. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam satu periode biasanya menggunakan rasio keuangan seperti yang Universitas Sumatera Utara 20 dinyatakan oleh Brigham dan Houston, baik rasio solvabilitas, rasio aktivitas, maupun rasio profitabilitas. Dengan analisis rasio diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan keuangan perusahaan baik laporan posisi keuangan maupun laporan laba rugi komprehensif perusahaan. Lebih lanjut rasio keuangan yang digunakan dalam analisis pengaruh penerapan IFRS terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. 1. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas menurut Brigham dan Houston 2001:89 adalah “hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas profitability ratio adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi “. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Return On Asset ROA ROA merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam Universitas Sumatera Utara 21 menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal dikeluarkan dari analisis. Menurut Brigham dan Houston 2001:90 return on asset adalah “merupakan rasio laba bersih terhadap total aktiva yang digunakan untuk mengukur pengembalian atas total aktiva ROA setelah bunga dan pajak”. Lebih lanjut Riyanto 1995:335 menyatakan rate return on asset adalah “ kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor pemegang obligasi dan saham. b. Return On Equity ROE ROE merupakan bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur besarnya laba yang dihasilkan dari investasi modal yang dikeluarkan. Return on equity menurut Brigham dan Houston 2001:91 adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur pengembalian atas saham ekuitas saham biasa return on equity, atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham”. 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio solvabilitas leverage menurut Riyanto 1995:331 adalah “rasio-rasio yang dimaksudkan untuk sampai seberapa Universitas Sumatera Utara 22 jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang”. Lebih lanjut, menurut Weston dan Copelan 1992:227 “rasio-rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, yang tentu saja mengandung beberapa implikasi”. Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi sedang membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki risiko rugi yang besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio dan debt to total aset ratio. Menurut Riyanto 1995:333 debt to equity ratio “digunakan untuk mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang”. Debt to Total Asset Ratio atau yang sering disebut rasio utang debt ratio menurut Brigham dan Houston 2001:86 adalah rasio yang “mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur”. Total utang mencakup baik utang lancar maupun utang jangka panjang perusahaan. Kreditur sebagai pihak penyedia dana lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio tersebut, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam proses Universitas Sumatera Utara 23 likuidasi. Namun disisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan oleh pemegang saham. Menurut Weston dan Brigham 1993:118 “jika rasio utang terlalu tinggi, terdapat satu bahaya kurang bertanggung jawabnya pemlik. Bagian pemilik dapat menjadi begitu kecil sehingga mereka akan terdorong melakukan kegiatan spekulasi, bila hal itu berhasil, akan memberi laba yang sungguh besar kepada pemilik”.

2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1