46
dapat berdiri sendiri untuk kelangsungan keluarga tersebut, tidak bergantung lagi pada pihak lain termasuk orang tua.
d. Tinjauan masa depan atau jangkauan kedepan.
Keluarga pada umumnya menghendaki adanya keturunan yang dapat melanjutkan keturunan keluarga, disamping usia seseorang yang terbatas dimana pada suatu saat akan
mengalami kematian. Sejauh mungkin diusahakan bila orang tua telah lanjut usianya, anak-anaknya telah dapat berdiri sendiri dan tidak lagi menjadi beban orangtuanya
sehingga pandangan kedepan perlu dipertimbangkan dalam pernikahan.
e. Perbedaan perkembangan antara pria dan wanita.
Perkembangan wanita dan pria tidaklah sama. Seorang wanita yang usianya sama dengan seorang pria tidak berarti bahwa kematangan psikologisnya juga sama. Sesuai
dengan perkembangannya, pada umumnya wanita lebih dahulu mencapai kematangan daripada pria.
2.6.5. Penyebab Pernikahan Dini
Penyebab pernikahan dini tergantung pada kondisi dan kehidupan sosial masyarakatnya. UNICEF mengemukakan 2 alasan utama terjadinya pernikahan dini
early marriage: 1. Pernikahan dini sebagai sebuah strategi untuk bertahan secara ekonomi early marriage
as a strategy for economic survival. Kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan timbulnya pernikahan dini.
Ketika kemiskinan semakin tinggi, remaja putri yang dianggap menjadi beban ekonomi
Universitas Sumatera Utara
47
keluarga akan dinikahkan dengan pria lebih tua darinya dan bahkan sangat jauh jarak usianya, hal ini adalah strategi bertahan sebuah keluarga.
2. Untuk melindungi protecting girls Pernikahan dini adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa anak perempuan
yang telah menjadi istri benar-benar terlindungi, melahirkan anak yang sah, ikatan perasaan yang kuat dengan pasangan dan sebagainya. Menikahkan anak diusia muda
merupakan salah satu cara untuk mencegah anak dari perilaku seks pra-nikah. Kebanyakan masyarakat sangat menghargai nilai keperawanan dan dengan sendirinya hal
ini memunculkan sejumlah tindakan untuk melindungi anak perempuan mereka dari perilaku seksual pranikah.
Mathur, Greene, dan Malhotra 2003 dalam International Center for Research On Women ICRW, juga mengungkapkan beberapa penyebab pernikahan dini, yaitu :
1. Peran gender dan kurangnya alternatif Gender roles and a lack of alternatives Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, adalah suatu
periode ketika anak laki-laki dan anak perempuan menghadapi sejumlah tekanan yang menuntut mereka untuk menyesuaikan diri, menyelidiki, dan mengalami kehidupan
seperti yang telah budaya definisikan. Anak laki-laki pada sebagian besar masyarakat menghadapi tekanan sosial dan budaya selama masa remaja untuk berhasil di sekolah,
membuktikan seksualitasnya, ikut serta dalam olahraga dan aktivitas fisik, mengembangkan kelompok sosial dengan teman sebayanya, menunjukkan kemampuan
mereka mereka dalam menangani ekonomi keluarga dan tanggung jawab finansial. Remaja putri mengalami hal yang berlawanan, pengalaman masa remaja bagi para remaja
Universitas Sumatera Utara
48
putri di banyak negara berkembang lebih difokuskan pada masalah pernikahan, menekankan pada pekerjaan rumah tangga dan kepatuhan, serta sifat yang baik untuk
menjadi istri dan ibu. 2. Nilai virginitas dan ketakutan mengenai aktivitas seksual pranikah value of virginity
and fears about premarital sexual activity . Beberapa budaya di dunia, wanita tidak memiliki kontrol terhadap seksualitasnya,
tetapi merupakan properti bagi ayah, suami, kelurga atau kelompok etnis mereka. Oleh karena itu, keputusan untuk menikah, melakukan aktivitas seksual, biasanya anggota
keluarga yang menentukan, karena perawan atau tidaknya Ia sebelum menikah menentukan harga diri keluarga. Ketika anak perempuan mengalami menstruasi,
ketakutan akan aktivitas seksual sebelum menikah dan kehamilan menjadi perhatian utama keluarga. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa terkadang pernikahan di
usia muda terjadi sebagai solusi untuk kehamilan yang terjadi di luar pernikahan Bennet, 2001 dan Gupta, 2000.
3. Pernikahan sebagai usaha untuk menggabungkan dan transaksi marriege alliances and transactions.
Tekanan menggunakan pernikahan untuk memperkuat keluarga, kasta, atau persaudaraan yang kemudian membentuk penggabungan politik, ekonomi, dan sosial
cenderung menurunkan usia untuk menikah pada beberapa budaya Chandrasekhar, 1996 dan Hussain, 2001. Transaksi ekonomi juga menjadi bagian integral dalam proses
pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
49
4. Kemiskinan the role of poverty Kemiskinan dan tingkat ekonomi lemah juga merupakan alasan yang penting
menyebabkan pernikahan dini pada remaja putri. Remaja putri yang tinggal di keluarga yang sangat miskin, sebisa mungkin secepatnya dinikahkan untuk meringankan beban
keluarga. Menurut Sarwono 2003, pernikahan muda atau pernikahan dini banyak terjadi
pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah sehingga
menyebabkan kehamilan, yang kemudian solusi yang diambil adalah dengan menikahkan mereka. Sedangkan Sanderowitz dan Paxman dalam Sarwono, 2003 menyatakan bahwa
pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah.
Faktor penyebab lain terjadinya pernikahan muda adalah perjodohan orang tua, perjodohan ini sering terjadi akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi.
2.6.6. Konsekuensi Perkawinan Usia Muda
Mathur, Greene, dan Malhotra 2003 juga mengemukakan sejumlah konsekuensi negatif dari perkawinan usia dini atau menikah di usia muda yang mengakibatkan remaja
terutama remaja putri yang menjadi fokus penelitian serta lingkungan di sekitarnya.
1. Akibatnya dengan kesehatan Health and related outcomes
a. Melahirkan anak terlalu dini, kehamilan yang tidak diinginkan, dan aborsi yang tidak aman mempengaruhi kesehatan remaja putri.
Universitas Sumatera Utara
50
b. Kurangnya pengetahuan, informasi dan akses pelayanan. c. Tingginya tingkat kematian saat melahirkan dan abnormalitas.
d. Meningkatnya penularan penyakit seksual dan bahkan HIVAIDS. 2. Akibatnya dengan kehidupan Life outcomes
a. Berkurangnya kesempatan, keahlian dan dukungan sosial b. Berkurangnya kekuatan dalam kaitannya dengan hukum, karena keahlian, sumber-
sumber, pengetahuan, dukungan sosial yang terbatas.
3. Akibatnya dengan anak Outcomes for children
kesehatan bayi dan anak yang buruk memiliki kaitan yang cukup kuat dengan usia ibu yang terlalu muda, berkesinambungan dengan ketidakmampuan wanita muda
secara fisik dan lemahnya pelayanan kesehatan reproduktif dan sosial terhadap mereka. Anak-anak yang lahir dari ibu yang berusia di bawah 20 tahun memiliki resiko kematian
yang cukup tinggi.
4. Akibatnya dengan perkembangan development outcomes
Hal ini berkaitan dengan Millenium Develovement Goals MDGs seperti dukungan terhadap pendidikan dasar, dan pencegahan terhadap HIVAIDS. Ketika
dihubungkan dengan usia saat menikah, dengan jelas menunjukkan bahwa menikah di usia yang tepat akan dapat mencapai tujuan perkembangan, yang meliputi menyelesaikan
pendidikan, bekerja, dan memperoleh keahlian serta informasi yang berhubungan dengan peran dimasyarakat, anggota keluarga, dan konsumen sebagai bagian dari masa dewasa
yang berhasil.
Universitas Sumatera Utara
51
2.6.7 Dinamika Penyesuaian Pernikahan Remaja Putri yang Melakukan pernikahan dini
Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah mempersiapkan pernikahan dan keluarga. Persiapan pernikahan merupakan tugas perkembangan yang
paling penting dalam tahun-tahun remaja. Hal ini dikarenakan munculnya kecenderungan kawin muda dikalangan remaja yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan mereka
Hurlock, 1999. Remaja Putri yang melakukan pernikahan dini akan mengalami masa remaja yang diperpendek sehingga tugas dan ciri perkembangan mereka juga mengalami
penyesuaian Monks, 2001. Pernikahan merupakan suatu wadah dimana problema psikis dan sosial yang
penting bagi laki-laki dan wanita karena masing-masing harus berusaha ntuk melakukan penyesuaian diri dengan pasangannya dan kehidupan pernikahannya. Penyesuaian seperti
ini biasanya terjadi sangat lama dan dipengaruhi berbagai faktor psikologis, tetapi dapat dipastikan bahwa wanita mengalami banyak kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri
Ibrahim, 2002. Pernikahan adalah suatu wadah yang mengharuskan individu untuk
memberdayakan diri dalam menerima kelebihan dan kekurangan pasangan Hassan, 2005 sehingga akan membawa pada suatu kondisi pernikahan yang bahagia jika mereka
berhasil dalam melakukan penyesuaian, dan akan mengalami kegagalan jika mereka tidak berhasil. Pasangan muda yang menikah di usia remaja begitupun juga remaja putri harus
mencoba membentuk hubungan jangka panjang dibawah kondisi dimana mereka hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang diri pasangan masing-masing serta dukungan yang
rendah terhadap pernikahan sehingga memunculkan masalah Mcintyre, 2006. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
52
senada dengan yang diungkapkan Walgito 1999 dimana Pernikahan pada usia yang masih muda akan mengundang banyak masalah karena dari sisi psikologis pasangan yang
belum matang. Permasalahan-permasalahan yang sering muncul didalam penyesuaian pernikahan
adalah permasalahan yang berhubungan dengan penyesuaian terhadap pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan keluarga pasangan
Hurlock, 1999. Permasalahan-permasalahan diatas juga akan dialami oleh remaja putri yang melakukan pernikahan dini.
Hanum 1997 menyatakan bahwa perkembangan kejiwaan istri yang berusia remaja belum cukup matang dalam memasuki dunia pernikahan. Hasil penelitian
menunjukkan istri yang lebih emosional dalam menyikapi permasalahan dalam kehidupan rumah tangga dibandingkan dengan suami. Mosse dalam Uyun, 2002 menyatakan
bahwa hal itu dikarenakan perempuan lebih banyak memikul beban dalam kegiatan harian keluarga, laki-laki lebih banyak memiliki waktu untuk dirinya sendiri maupun
untuk beristirahat, sedangkan perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk keluarganya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsekuensi psikologis yang menyertai pernikahan remaja putri adalah timbulnya berbagai penyesalan. Penyesalan itu berkisar
pada masalah terputusnya studi, tidak dapat mencari penghasilan, ketidakmampuan dalam mengasuh anak yang dilahirkan secara baik dan benar, tidak dapat memperoleh
kesempatan untuk bergaul dengan orangorang diluar komunitasnya, jika dipahami lebih lanjut pada dasarnya penyesalan yang muncul tersebut lebih terarah pada hilangnya masa
remaja mereka Hanum, 1997.
Universitas Sumatera Utara
53
REMAJA
Tugas Perkembangan Remaja yang salah satunya mempersiapkan
pernikahan membina rumah tangga Hurlock,1999
Menikah Tidak Menikah
Pernikahan Dini adalah pernikahan
yang dilakukan oleh pasangan
yang berusia dibawah 18 tahun
Melanjutkan tugas perkembangan
sesuai dengan usianya usianya
Penyebab Pernikahan Dini :
Strategi bertahan secara
ekonomi Melindungi
Peran gender
dan alternatif Nilai virgintas
dan solusi aktivitas sosial
Pranikah Usaha
menggabung kan
perjodohan Kemiskinan
Dampak pernikahan Dini :
Dampak terhadap
Kesehatan Dampak dengan
Kehidupan Dampak
terhadap anak Dampak
terhadap perkembangan
Penyesuaian pernikahan
Berhasil membuat
pernikahan bahagia dan
harmonis Gagal
sehingga muncul
masalah dalam
pernikahan
Gambar 2.1 Bagan Alur Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
54
2.7 Definisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.7.1. Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari
salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep dalam suatu
penelitian disebut dengan definisi konsep. Secara sederhana definisi diartikan sebagai berikut :
Dalam hal ini, perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Dengan kata
lain, peneliti berupaya mengiring para pembaca hasil penelitian itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti, jadi definisi
konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian Siagian, 2011 : 136 - 138
Konsep merupakan suatu unsur yang paling penting dalam penelitian. Suatu konsep merupakan pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa,
objek, kondisi, situasi, dan hal-hal yang untuk merumuskan sejenis. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan
menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian Silalahi, 2009 : 112
Defenisi konsep merupakan suatu istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secar abstrak atau kejadian, kelompok atau individu yang menjadi
perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1989 : 34.
Universitas Sumatera Utara
55
Berdasarkan uraian yang terdapat pada kerangka teori, maka peneliti merumuskan konsep-konsep penelitian sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya perkawinan usia muda dikalngan
remaja seperti faktor ekonomi, pendidikan, faktor orangtua, media massa, dan faktor adat.
2. Perkawinan usia muda pada remaja merupakan bentuk interaksi antara pria dan
wanita yang sifatnya paling intim dan cenderung diperhatikan yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual yang dilakukan oleh remaja yang
masih dibawah umur atau dibawah usia, atau remaja yang pada umumnya masih dalam masa pubertas dan perubahan transisisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan secar fisik, kognitif dan perubahan sosial dan adanya penguasaan dan hak mengasuh anak, dan saling
mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan istri.
2.7.2 Definisi Operasional
Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep, dan keterkaitan konsep yang telah diterangkan. Menurut Masri Singarimbun, defenisi
operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel di ukur dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan tahu bagaimana suatu
variabel sehingga dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut Singarimbun, 1991 : 49. Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasional adalah :
Universitas Sumatera Utara
56
1. Sosial Ekonomi Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.
2. Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan
masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur.
3. Faktor orang tua Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan
laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya. 4. Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian Permisif terhadap seks.
5. Faktor adat Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan
perawan tua sehingga segera dikawinkan.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk deskriptif, yaitu menggambarkan secara tepat sifat - sifat keadaan subjek atau objek yang mencoba
menggambarkan secara terperinci tentang gejala-gejala dalam hal pernikahan usia muda. Sedangkan dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus, yaitu suatu pendekatan untuk melihat objek penelitian sebagai suatu kesatuan yang terpadu agar dapat memperoleh fakta yang meyakinkan.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena dari tahun
ke tahun jumlah remaja yang melakukan perkawinan di usia muda semakin meningkat, dan diantara mereka bahkan rela meninggalkan bangku sekolah dikarenakan ingin
menikah muda dan tidak sanggup lagi mengikuti setiap pelajaran disekolah, berdasarkan fakta tersebut disini peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
remaja tersebut melakukan pernikahan di usia mereka yang masih sangat muda.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan penelitian menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
58
a. Data Sekunder Data yang diperoleh dari berbagai informasi, dokumen dan lain-lain baik berupa
buku-buku, laporan-laporan yang relevan dalam rangka memperoleh data menyangkut permasalahan penelitian.
1. Studi Kepustakaan Library Research, yaitu Teknik pengumpulan data atau
informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, dan majalah yang ada kaitannya dengan
masalah yang diteliti. 2.
Studi Lapangan adalah pengumpulan data dengan atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-
fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Berdasarakan teknik yang digunakan dan jenis data atau informasi yang ingin
diperoleh dapat dikemukakan, bahwa upaya transformasi toritis menjadi jawaban verifikatif atas masalah penelitian hanya akan dapat dilakukan melalui studi lapangan.
b. Data Primer Pengumpulan data primer yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan cara :
- Observasi yaitu cara pengamatan langsung pada lokasi penelitian. - Wawancara mendalam yaitu mengadakan wawancara langsung dengan informan.
Wawancara dilakukan terhadap informan maupun responden yang dipilih dan dianggap dapat memberikan informasi tentang fokus masalah penelitian. Untuk
melaksanakan wawancara terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara. Namun pada situasi tertentu, wawancara sering dilakukan secara spontan, seperti
dalam pembicaraan sehari-hari tapi tetap fokus pada masalah yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
59
3.4 Teknik Penentuan Informan