Studi Semiotik Sastra Definisi dan Study Semiotik Sastra 2.4.1. Definisi Semiotik

Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda petanda sebagai artinya. Potret menandai orang yang di potret, gambar pohon menandai pohon. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausal sebab-akibat antara penanda dan pertandanya, misalnya asap menandai api, kompas menunjukkan arah mata angin, dan sebagainya. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan pertandanya, hubungannya bersifat arbitrer semau-maunya. Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. Kata “ibu” adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa Indonesia. Orang Inggris menyebutnya mother, Prancis menyebutnya la mare, dan lain sebagainya. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol. Perlu diperhatikan dalam penelitian sastra dengan pendekatan semiotik, tanda yang berupa indeksikallah yang paling banyak dicari, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat dalam pengertian luasnya. Ilmu semiotika ini banyak dipakai dalam meneliti dan menelaah berbagai hal. Sebagai suatu ilmu yang objeknya berupa tanda-tanda, semiotika dapat dipakai juga untuk melihat sesuatu yang bersifat simbolis. Bidang-bidang penerapan semiotik ini antara lain: kesusastraan, film, arsitektur, musik, sandiwara, kebudayaan, interaksi sosial, psikologi, dan media masa.

2.4.2. Studi Semiotik Sastra

Pada prinsipnya, bahasa dan sastra merupakan dua unsur yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Keduanya saling memberi dan menerima, sebagaimana yang diungkapkan Aftaruddin 1990:9 bahwa sastra suatu seni yang hidup bersama bahasa. Tanpa bahasa, sastra tak mungkin ada. Melalui bahasa ia dapat mewujudkan dirinya berupa sastra lisan Universitas Sumatera Utara maupun tertulis. Disatu pihak, sastra merupakan salah satu bentuk pengungkapan bahasa, dilain pihak biasa akan lebih terasa hidup berkat sentuhan estesis unsur-unsur sastra. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan dalam kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra pada prinsipnya adalah karya imajinatif sebagai refleksi dari realitas kehidupan manusia dalam lingkungan tertentu dan merupakan bentuk pengungkapan bahasa yang bersifat artistik. Sastra memiliki karakter dan konvensi sendiri yang membedakannya dengan bentuk- bentuk pengungkapan non sastra. Genre sastra yang sudah dikenal secara umum meliputi beragam bentuk puisi, prosa, dan karya-karya drama. Dalam perkembangan sastra modern, jenis dan ragam sastra lebih bervariasi lagi. Disamping itu, ada bentuk sastra yang bukan karya seni kreatif-imajinatif yaitu sastra sebagai bidang ilmu. Sebagai bidang keilmuan, bentuk-bentuk sastra yang lazim dikenal meliputi teori sastra, kritik sastra, sejarah sastra, dan studi sastra bandingan. Dengan demikian, sastra sesungguhnya berada diantara ilmu dan seni. Dalam pengertian ini, sastra menjadi objek pembelajaran disekolah. Sastra kreatif merupakan objek telaah, sedangkan ilmu sastra berperan sebagai pendukung atau sarana untuk memahami karya-karya sastra kreatif tersebut. Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra atau disesuaikan dengan konvensi sastra. Tentu saja karya sastra, karena bahannya bahasa yang sudah mempunyai sistem dan konvensi itu, tidaklah dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa dan artinya. Sastra mempunyai konvensi sendiri didampingi konvensi bahasa. Makna sastra ditentukan oleh konvensi sastra atau tambahan itu. Jadi, dalam sastra arti bahasa tidak lepas sama sekali dari arti bahasanya. Dalam sastra bahasa itu mendapat arti Universitas Sumatera Utara tambahan atau konotasinya. Dikemukakan Preminger dalam Pradopo 2001:73 bahwa penerangan semiotik itu memandang objek-objek sebagai parole laku tuturan dari suatu langue bahasa : sistem linguistik yang mendasari “tata bahasanya” harus dianalisis. Penelitian harus menyendirikan satuan-satuan minimal yang digunakan oleh sistem tersebut, peneliti harus menentukan kontras-kontras diantara satuan-satuan yang menghasilkan arti hubungan-hubungan paradigmatik dan aturan kombinasi yang memungkinkan satuan-satuan tersebut untuk dikelompokan bersama-sama sebagai pembentuk-pembentuk struktur yang lebih luas hubungan- hubungan sigmatik. Dikatakan selanjutnya oleh Preminger dalam Pradopo 2002:73 bahwa penerangan semiotik itu memandang bahwa studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda-tanda. Oleh karena itu penelitian harus menetukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. Dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisis tanda itu dan menentukan konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda dalam rangka sastra itu mempunyai makna. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, komik merupakan sebuah genre yang dapat mencerminkan adanya psikologi. Komik diartikan sebagai cerita bergambar yang bersifat fiksi. Ciri khas komik adalah kemampuan untuk menyampaikan permasalahan yang kompleks dan mengkreasikan sebuah dunia nyata dalam bentuk gambar. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik Zainuddin, 1992:99. Istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap kejadian dan peristiwa yang dikemukakan dalam sastra bukanlah pengalaman jiwa atas yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja Rene Wellek dalam Badrun 1983:16. Pada dasarnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi seperti novel, cerpen, komik, dan essai. Sedangkan yang bersifat non fiksi berupa puisi, lagu, dan drama. Sekarang ini banyak karya sastra yang membahas tentang tindakan ijime atau pembullyan, Pengertian Ijime dan Konsep Ijime Jepang - Istilah ijime berasal dari kata ijimeru yang memiliki arti harfiah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan menyakiti http:puramoz.blogspot.com201312pengertian-ijime-dan-konsep-ijime.html . Kata tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk menggambarkan salah satu bentuk tindakan penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang. Ijime biasanya terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku maupun korbannya. Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime biasanya terjadi secara berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya, sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya terasing dan terkucil secara sosial. Jenis karya sastra yang paling diminati pada saat ini salah satunya adalah komik. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak pada kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari koran, majalah, hingga berbentuk buku sendiri. Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang berpengaruh dalam karya sastra tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Wellek dan Warren dalam Farida, 2013:3 Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema plot, latar, penokohan, bahasa, sudut pandang cerita dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat diluar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Unsur-unsur yang dimaksud adalah kebudayaan, sosial, politik, psikologi, agama dan lain-lain. Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik ini juga terdapat dalam karya sastra fiksi berupa komik. Salah satu unsur pembangun fiksi di komik yang akan ditelaah adalah tokoh. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Dalam mendeskripsikan tokoh, pengarang Universitas Sumatera Utara memiliki kebebasan dalam menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai keinginannya, bagaimanapun perwatakan, permasalahan yang dihadapi, kondisi psikologi, dan lain-lain. Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut. Jika dibandingkan, jika dalam naskah tersebut akan dimainkan atau difilmkan, sosok tersebut membutuhkan aktor atau pemain. Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Psikologi sastra fokus pada aspek kejiwaan, artinya dengan memusatkan perhatian pada tokoh dapat mengungkap gejala-gejala psikologi baik yang tersembunyi atau yang disembunyikan oleh pengarang. Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal akan selalu menemukan masalah dalam hidupnya, dan masalah yang dihadapi memiliki jalan keluar. Dalam proses menemukan jalan keluar tersebut sering kali manusia mengalami “depresi” yang tanpa disadari sering dialami dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Lalu Aaron Beck dalam Wilkinson 1995:35 mengatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan ataupun suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan serta memelihara kondisi kesedihan tersebut sehingga tertekan merupakan penyebab utama depresi. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki pandangan negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masa depan, kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi dari pada orang yang memiliki pandangan lebih positif. Komik LIMIT karya Keiko Suenobu merupakan komik psikologis yang menceritakan tentang tokoh-tokoh yang menderita depresi. Dalam Komik LIMIT terdapat enam tokoh utama yaitu Arisa Morishige, Mizuki Konno, Haru Ichinose, Chikage Usui, Chieko Kamiya, dan Universitas Sumatera Utara Haruaki Hinata. Keenam tokoh itu mempunyai karakter serta kondisi kejiwaan yang menarik untuk diteliti dengan ilmu bantu psikoanalisis. Di sini penulis hanya menekankan pada tokoh Arisa Morishige. Arisa Morishige adalah seorang remaja yang berusia 15 tahun yang duduk di salah satu SMA di Tokyo, Jepang, disekolahnya ia adalah seorang siswi yang selalu di bully, pada saat sekolahnya mengumumkan bahwa akan ada perkemahan, maka harus ada perwakilan salah satu dari masing-masing kelas untuk mengambil nomor keberangkatan, teman sekelas Arisa sepakat bahwa perwakilan dari kelas mereka adalah Arisa. Teman sekelasnya sangat menghawatirkan mereka mendapatkan urutan terakhir karena waktunya yang berdekatan dengan jadwal ujian mereka, dan ternyata pada saat pengambilan nomor urut keberangkatan, kelas merekalah yang mendapatkan nomor urutan terakhir. Lalu karena hal tersebut Arisa menjadi bahan bully-an dikelasnya. Arisa tidak pernah melawan apapun pada saat dia dibully oleh teman-teman sekelasnya. Ternyata dibalik diamnya itu dia memendam rasa dendam yang besar kepada teman-teman sekelasnya. Lalu pada saat arisa dan teman sekelasnya dalam perjalanan menuju keperkemahan, bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan, yang selamat dari kecelakaan ini hanya enam orang lima diantara nya adalah wanita dan satu orang laki-laki, dan salah satunya adalah Arisa Morishige. Pada saat Arisa sedang mencoba menyelamatkan diri, ia mendapatkan sebuah arit. Arisa menggunakan arit itu untuk menguasai mereka semua yang selamat, Arisa menjadikan teman- temannya tersebut budaknya, dan ia juga membuat hubungan diantara mereka menjadi semakin rumit dan perpecahan di antara mereka juga semakin runcing. Arisa menjadikan dirinya sebagai penguasa dan yang lain nya sebagai budak. Walau Arisa terus menganggap dirinya sebagai Universitas Sumatera Utara penguasa diantara yang lain, tetapi kelima siswi yang selamat lainnya tidak tinggal diam, mereka juga melawan terhadap apa yang Arisa perintahkan, dan mereka juga berniat untuk merebut arit dari tangan Arisa untuk bisa bertahan hidup dan sambil terus mencari bantuan untuk bisa selamat dari kecelakaan itu. Lalu sampai satu dari mereka meninggal dunia karena tidak bisa bertahan hidup, sejak itu suasana di antara mereka semakin rumit dan yang lainnya juga mengalami banyak hambatan dan rintangan dalam bertahan hidup di dalam hutan, karena Arisa bisa menyakiti mereka kapan pun. Beban psikologis yang dirasakan Arisa bukan hanya dirasakannnya di sekolah tetapi juga dikeluarga, orang tua Arisa selalu bertengkar di rumah, ayahnya selalu memukuli ibunya, karena itu juga Arisa jadi membenci lelaki, dan pada saat setelah kecelakaan itu terjadi dia selalu mau menyingkirkan salah seorang teman lelakinya yang juga selamat. Karena Arisa menganggap apabila ada laki-laki disekelilingnya maka dia akan kalah dan dia tidak bisa menjadi penguasa diantara mereka lagi. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana psikologi tokoh utama dan apa yang menyebabkan dia mengalami beban psikologi tersebut. Untuk itu penulis membahasnya di dalam skripsi dengan judul “Analisis Psikologi Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik LIMIT Karya Keiko Suenobu”.

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Higuchi Tachibana No Sakuhin No “M To N No Shouzou”To Iu Manga Ni Okeru Shujinkouno Shinrigakutekina Bunseki

2 47 67

Otsu Ichi No “Goth” To Iu Manga Ni Okeru Shujinkou No Shinriteki Na Bunseki

1 56 62

Analisis Ijime Dalam Komik Life Karya Keiko Suenobu.Keiko Suenobu No Sakuhin No “Life” Manga No Ijime No Bunseki Ni Tsuite

4 75 76

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “1 Liter Of Tears” Karya Aya Kito Aya Kito No Sakuhin No “1 Rittoru Namida” To Iu Shosetsu Ni Okeru Shujinko No Shinrigakutekina Bunseki

4 68 81

Analisis Aspek Sosiologis Tokoh Gals Dalam Komik “Gals!” Karya Mihona Fuji = Mihona Fuji No Sakuhin No “Gals!” To Iu Manga Ni Okeru Gyaru No Shujinkou No Shakaigakuteki No Bunseki Ni Tsuite

0 59 62

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 8

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 6

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 15

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 21

Analisis Psikologis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik “Limit” Karya Keiko Suenobu Keiko Suenobu No “Limit” No Manga Ni Okeru Arisa Morishige To Iu Shuujinkou No Shinrigakutekina Bunseki

0 0 2