Berdasarkan uraian di atas, alur dalam komik “LIMIT” adalah komik yang menggunakan alur maju, karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam komik tersebut dimulai saat tokoh Arisa
Morishige duduk dibangku SMA dan kerap kali mengalami pembullyan hingga saat terjadinya
kecelakaan dan Arisa melakukan pembalasan dendam terhada teman-temannya.
c. Latar setting
Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa Aminuddin, 2000:94. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan
tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:216.
Keadaan masyarakat pada komik LIMIT ini adalah keadaan masyarakat yang tidak perduli akan lingkungan dan suka membagi-bagi kelas kelas masyarakat antara si pintar dengan
si bodoh dan antara si cantik dengan si jelek. Keadaan masyarakat disini mengatakan bahwa yang jelek dan bodoh merupakan orang yang tidak berguna dan tidak diinginkan.
d. Penokohan
Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut Aminuddin, 2000:92. Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya
berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat,
moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan pengarang menyajikan cerita rekaan atau fiksinya tercermin melalui pengungkapan setiap unsur cerita tersebut. Rupa, pribadi dan watak sang tokoh harus tergambar
sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh khalayak ramai. Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara berikut ini:
1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut wajah, kepala, rambut dan ukuran tubuh.
2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya. 3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.
4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan pekarangan rumah tokoh.
5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain, misalnya tokoh yang dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka menolong.
6. Pengarang menciptakan percakapan dialog antartokoh tentang pribadi tokoh lain, misalnya tokoh utama.
Penokohan dalam komik “LIMIT” adalah tokoh utama yang jelek, bodoh, dan kerap kali mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari para teman-teman sekelasnya. Terdapat enam
tokoh dalam komik ini yaitu Arisa Morishige, Mizuki Konno, Haru Ichinose, Chieko Kamiya, Chikage Usui dan Haruaki Hinata, sedangkan tokoh tambahan lainnya Sakura Himezawa ratu
kelas.
Universitas Sumatera Utara
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut Aminuddin, 2000:96. Dengan kata lain posisi pengarang menepatkan dirinya dalam cerita
tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:
1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.
2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut
sudut pandang orang pertama pasif. 3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang menceritakan orang
lain dalam segala hal. Dalam hal ini, sudut pandang Keiko Suenobu dalam komik “LIMIT” hanya sebagai
seorang pengarang yang menceritakan orang lain dalam segala hal. Keiko Suenobu sebagai pengarang yang hanya menjadi pengamat yang berada diluar cerita.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra Nurgiyantoro
1995:23. Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar sastra yang mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup
pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama.
Unsur ini mencangkup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat dan tema. Selain unsur-unsur yang datang dari luar diri
Universitas Sumatera Utara
pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra
2.1.2. Setting Cerita Komik LIMIT
Menurut Soemardjo 1988:75-76 setting dalam cerita bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat
dengan karakter, tema dan suasana cerita. Dalam suatu cerita yang baik, setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita. Jadi jelas bahwa pemilihan setting dapat membentuk
tema dan plot tertentu. Latar memberikan pijakan cerita secara pasti dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan
kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya
imajinasinya, disamping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuan tentang latar. Unsur latar dapat dibedakan yaitu latar tempat, dan latar waktu.
Unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya Nurgiyantoro,1995:227.
1.Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat
Universitas Sumatera Utara
dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau tidak bertentangan dengan
sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca seolah-
olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi yaitu di tempat dan waktu seperti yang diceritakan. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam komik “LIMIT” adalah di
Tokyo. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di tempat-tempat seperti di sekolah, di bus, di hutan dan di rumah.
2. Latar Waktu
Menurur Nurgiyantoro 1995:230, latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Latar waktu dalam
komik “LIMIT” ini dilihat dari tokoh Arisa Morisige dimasa SMA.
2.2. Budaya Ijime Dalam Masyarakat Jepang
Kata ijimeru artinya adalah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan menyakiti
http:puramoz.blogspot.com201312pengertian-ijime-dan-konsep-ijime.html . Kata
tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk menggambarkan salah satu bentuk tindakan penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Ijime biasanya terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku maupun korbannya.
Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime biasanya terjadi secara
berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun
tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya, sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya
terasing dan terkucil secara sosial. Para sosiolog Jepang secara sederhana mendefinisikan ijime sebagai tindakan
penganiayaan yang terjadi di dalam kelompok masyarakat Jepang. Definisi inilah yang membuat masyarakat sering menyamakan ijime dengan tindakan bullying yang kerap terjadi di negara-
negara barat. Kata bullying, yang juga memiliki arti sebagai tindakan menganiaya, tidak memberikan batasan yang jelas mengenai bentuk penganiayaan yang dilakukan sehingga
tindakan bullying di negara-negara barat umumnya mengacu pada segala bentuk tindakan yang bertujuan untuk menyiksa fisik korban.
Definisi ijime
yang dikemukakan oleh Morita schoolcounselorindonesis.blogspot.com.es201111konsep-seputar-bullying-oleh-
esyaanesty.html?m=1 memberikan penekanan pada ide posisi dominan yang berkaitan erat dengan interaksi di dalam satu grup yang sama. Hal ini berarti korban dan pelaku memiliki
hubungan kekerabatan yang dekat. Korban ijime bisa saja orang-orang yang berada dalam kelas yang sama, lingkungan pekerjaan yang sama, bahkan tidak jarang masih merupakan anggota
Universitas Sumatera Utara
keluarga si pelaku. Yang menjadi perbedaan yang mencolok antara korban dan pelaku adalah pelaku memiliki posisi yang lebih berkuasa dibandingkan korban. Dominasi kekuasaan itu
seolah-olah membuat si pelaku berhak untuk melakukan ijime terhadap orang lain yang tidak disukainya.
Hal kedua yang membedakan ijime dengan bullying adalah sasaran utama dari tindakan ijime bukanlah fisik melainkan mental korban. Inilah yang menjadi karakteristik dari ijime di
Jepang. Tujuan dari tindakan ijime adalah untuk menjatuhkan mental korban, membuat korban merasa rendah diri dan tidak pantas berada di dalam suatu kelompok yang sama dengan si pelaku.
Taki 2001:56 menyatakan bahwa berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti Jepang banyak disebutkan bahwa ijime dapat terjadi kapanpun, di sekolah manapun, dan di antara anak-
anak manapun. Survey tersebut menyatakan bahwa ijime tidak dipertimbangkan sebagai tingkah laku spesifik seorang anak yang “luar biasa” dengan latar belakang yang problematik tetapi
sebagai seorang anak yang biasa. Yang melakukan ijime bukan hanya anak-anak yang memiliki latar belakang yang
berbeda namun anak-anak biasa yang dengan latar belakang baik dan tidak pernah mendapat perlakuan tidak baik pun bisa melakukan ijime.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Biografi Pengarang