32
ongkos perjalanan ke Yogya saja tidak cukup dengan uang dua-tiga ribu rupiah.” Tohari, 2014:20.
”Keesokan harinya pagi-pagi sekali, Mbok Ralem tampak berdua dengan Pambudi menaiki bus bermesin disel ke Yogya. Tengah hari
mereka sampai di kota tujuan dan menuju rumah sakit dengan naik andong. Tohari, 2014:32.
Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang mengusulkan Mbok Ralem harus dibawa ke rumah sakit karena setelah mendengar keluhan dari Mbok
Ralem perihal sakitnya yang tidak kunjung sembuh setelah dibawa ke dukun dan mantri kesehatan, Pambudi merasa bahwa Mbok Ralem harus dibawa ke rumah
sakit karena di situlah semua akan tahu sakit apa yang diderita Mbok Ralem kalau diperiksa di rumah sakit.
4.2 Hasil Pemikiran Modern Tokoh Utama
Dalam pemikiran modern, setiap sikap yang ditunjukkan akan mempunyai maksud dan tujuan. Maka setiap proses pemikiran modern yang ditunjukkan, akan
menunjukkan hasil. Hasil dari pemikiran modern yang ditunjukkan tokoh utama dapat dilihat sebagai berikut:
4.2.1 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Manusia
Pambudi yakin akan kemampuannya sendiri ketika dia melihat orang yang mencurigakan di dekat rumahnya. Karena mencurigakan, Pambudi yakin akan
dapat menangkap orang yang mencurigakan itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Melalui pintu samping, Pambudi segera keluar rumah. Diawasinya pendatang yang mncurigakan itu dari balik rumpun kacapiring. Sinar
bintang-bintang membantunya mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia
Universitas Sumatera Utara
33
sedang menanam sesuatu di tengah regol. Hampir saja Pambudi menyorotkan lampu senternya, tetapi urung. Pambudi ingin
menangkap orang itu karena yakin mampu melakukannya. Calon lawannya kecil, tingginya hanya sampai pundak Pambudi.” Tohari,
2014:74.
Kutipan di atas menggambarkan keyakinan Pambudi bahwa dia mampu untuk menangkap orang yang mencurigakan itu. Hasilnya, Pambudi mampu
menangkap orang itu tanpa ada kesulitan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Ketika orang itu hanya berjarak sedepa dari Pambudi, pemuda itu menangkapnya. Benar, Pambudi tidak mengalami kesukaran
menguasai orang itu. Tanpa ribut-ribut Pambudi membawanya ke dalam. Orangtuanya dibangunkan. Ibu Pambudi keluar membawa
lampu. ”Bagol” kata Pambudi hampir bersamaan dengan teriakan ayahnya.” Tohari, 2014:74-75.
Kutipan di atas menunjukkan hasil atas upaya Pambudi dalam menangkap orang yang mencurigakan itu. Tanpa adanya perlawanan berarti, Pambudi berhasil
menangkap orang yang mencurigakan itu dan hasilnya ternyata adalah Bagol, maling kambing dan ayam yang terkenal.
4.2.2 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu
Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika dihadapkan pada suatu masalah. Hal ini juga dirasakan oleh Pambudi. Pambudi
telah merasakan adanya kecurangan yang akan dilakukan oleh lurah yang baru, yaitu Pak Dirga. Pambudi sudah memprediksi bahwa kecurangan yang akan
dilakukan Pak Dirga sama seperti lurah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Hati Pambudi makin lama makin resah. Pak Dirga, lurah yang baru, berbuat curang tepat seperti yang diramalkan Pambudi. Misalnya
memperbesar angka susut guna memperoleh keuntungan berton-ton
Universitas Sumatera Utara
34
padi atau bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi.”Tohari, 2014:18.
Mengetahui sikap Pak Dirga seperti itu, Pambudi berkesimpulan dengan menandai Pak Dirga sama seperti lurah-lurah sebelumnya, yaitu lurah yang
curang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Kekalahan Pak Badi menambah rasa kecil hati pada Pambudi. Dan
benar juga, Pak Dirga sebagai lurah baru sama saja dengan yang digantikannya. Sering melanggar ketentuan-ketentuan perkoperasian
yang ia pidatokan sendiri.” Tohari, 2014:17-18.
Kutipan di atas menggambarkan kesimpulan Pambudi atas sikap yang ditunjukkan Pak Dirga selaku lurah yang baru dan membandingkannya dengan
lurah yang lama bahwa Pak Dirga dan lurah yang lama itu sama-sama berbuat curang demi kepentingan sendiri.
Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat dilihat ketika Pambudi mengajak Mbok Ralem pergi ke Yogya untuk
memeriksakan penyakit yang diderita Mbok Ralem, lalu mereka tidur di sebuah losmen yang sangat murah tarifnya. Pambudi memprediksi bahwa penyakit yang
diderita Mbok Ralem kemungkinan besar adalah kanker dan juga biaya penyembuhan penyakit tersebut jika memang benar kanker memerlukan biaya
yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Mereka menginap di losmen yang amat murah tarifnya. Hampir
semalaman Pambudi tidak dapat tidur. Ia tak henti-hentinya membayangkan kemungkinan yang baru dapat diketahuinya besok.
Ketika melihat proses pengambilan secuil jaringan dari benjolan di leher Mbok Ralem tadi, ia membayangkan kalau itu adalah kanker.
Ia pernah mendengar bahwa tidak gampang menyembuhkan kanker, dan biayanya amat besar.”Tohari, 2014: 34.
Universitas Sumatera Utara
35
Setelah membayangkan seharian, Pambudi keesokan harinya mendatangi rumah sakit itu guna melihat hasil pemeriksaan yang dilakukan sehari
sebelumnya. Setelah diterima surat pemeriksaannya, diketahui bahwa Mbok Ralem mengidap penyakit kanker. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Sebelum pukul sebelas, Pambudi telah berdiri di dekat jendela laboratorium. Surat keterangan yang ditunggu segera diterimanya. Ia
segera menemui Pak Mantri yang kemarin memeriksa Mbok Ralem dan menyerahkan surat yang baru diterimanya itu. Betul, ternyata
Mbok Ralem mengidap kanker. Pambudi mengernyitkan dahinya. Wajahnya tampak tegang.” Tohari, 2014:35.
Kutipan di atas menggambarkan hasil yang ditunjukkan oleh rumah sakit menunjukkan bahwa itu benar-benar penyakit kanker. Hal ini sejalan dengan apa
yang diperkirakan oleh Pambudi bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem yaitu kanker terbukti benar dan itu membuat Pambudi kelihatan tegang dalam
menerima kabar mengenai kanker yang diderita Mbok Ralem. Sikap Pambudi dalam memperhitungkan segala sesuatu dapat dilihat
ketika Pambudi melihat Sanis, walaupun Sanis masih kelas 2 SMP, Pambudi memprediksi kalau semua gadis pasti akan menjadi dewasa begitu mendapatkan
haid pertama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona. Apalagi
pandangan Pambudi dibalas dengan senyuman oleh Sanis. Yang tersenyum malu-malu itu seorang gadis kecil, tidak lebih. Boleh jadi
Sanis tidak memberi arti apa-apa pada senyumannya itu, tapi oleh Pambudi telah diterima selain dengan matanya, juga dengan hatinya,
bahkan dengan denyut jantungnya. Pemuda itu hampir saja mengumpat dirinya, tapi tidak. Bukankah semua gadis di Tanggir ini
menjadi dewasa begitu haidnya yang pertama hadir? Pikir Pambudi membela pikirannya yang mulai munafik.” Tohari, 2014:48.
Apa yang telah diprediksi oleh Pambudi mengenai Sanis, seorang gadis lugu dengan penampilan yang sudah matang diusianya yang masih belia, terbukti
Universitas Sumatera Utara
36
benar. Ini dapat dilihat ketika Pambudi naik sepeda pergi ke pasar, kemudian bertemu dengan Sanis di tengah perjalanan dengan berjalan kaki. Pambudi hendak
menawarkan sepadanya untuk digunakan Sanis pulang ke rumah. Ketika Pambudi hendak mengambil sepeda ke rumah Sanis setelah pulang dari pasar, ia gelisah
ketika melihat tingkah laku Sanis yang tidak seperti biasanya, seperti menyimpan sesuatu.Ketika sampai di rumah, Pambudi menyadari akan apa yang telah
dikirakan olehnya bahwa Sanis merupakan gadis yang telah beranjak dewasa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Sampai di rumahnya kembali, Pambudi baru yakin bahwa Sanis tidak marah kepadanya. Pambudi menemukan sebuah bandul pada kunci
sepedanya, sebuah biji kenari terukir rapi. Nama Sanis terpahat di situ. Rupanya hal itulah yang membuat Sanis bersikap malu-malu ketika
kutemui tadi, pikir Pambudi. Tak lama kemudian seorang anak kecil membawa sebuah majalah remaja dan menyerahkannya kepada
pemuda itu. Pambudi segera tahu, pengirimnya Sanis. Di dalam majalah itu terselip sebuah surat, singkat sekali dan diakhiri dengan
”Salam sayang”. Jadi anak gadis Pak Modin itu sama saja dengan semua gadis Tanggir. Cepat masak, matang sebelum tua, Pambudi
tersenyum.” Tohari, 2014: 72.
Kutipan di atas menggambarkan sikap Sanis yang telah dewasa baik dari segi fisik maupun sikap. Dewasa yang dimaksudkan Pambudi dalam sikap Sanis
adalah sudah mampu jatuh cinta terhadap lawan jenis. Walaupun masih gadis yang duduk di bangku SMP, Sanis ternyata juga memiliki daya tarik terhadap
lawan jenis dan itu ditunjukkan kepada Pambudi dari sikapnya yang malu-malu dikarenakan perbedaan umur yang lumayan jauh.
4.2.3 Hasil Pemikiran Tentang Perencanaan