Psikologi Sastra Landasan Teori

7

2.2.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan dalam bentuk tulisan. Pendekatan psikologi memiliki tiga pendekatan yaitu: 1. pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra, 2. pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3. Pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca Endraswara, 2008:99. Objek dalam penelitian ini menekankan pada pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Menurut Sigmund Freud, ada tiga komponen kepribadian, yaitu Id yang selalu berprinsip mau memenuhi kesenangannya sendiri pleasure principle, ego yang selalu berorientasi pada kenyataan reality principle, dan super ego yang selalu berpatokan pada norma-norma yang baku moral standard. Ketiga komponen tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak menyalurkan energi naluri ke dalam energi gerak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terjadi dalam kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam kehidupan dunia fiksi. Ketiganya juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia. Psikologi dan sastra keduanya berfungsi untuk memperkaya pengalaman manusia dan keduanya juga berusaha menyadarkan manusia untuk dapat mengenal dirinya sendiri. Fenomena sastra sebagai cermin kepribadian sastra merupakan karya kreatif dari sebuah proses pemikiran untuk menyampaikan ide, pengalaman dan sistem berpikir atau teori. Universitas Sumatera Utara 8 Maka dari itu, psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dapat diterapkan dalam kajian kesusateraan. Penganalisisan karya sastra dengan kajian psikoanalisa Sigmund Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam tokoh karya sastra yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia dalam kehidupan nyata. Analisis Psikoanalisa digunakan karena tokoh-tokoh dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari kehidupan nyata sehingga mampu mewakili perwatakan manusia yang diaplikasikan dalam bentuk cerita. Kegiatan mengkaji pergolakan jiwa tokoh karya sastra perlu pengamatan yang jeli dan teliti. 2.2.2 Teori Modernisasi Modernisasi sering ditandai dengan perubahan-perubahan, baik itu dari segi lingkungan, masyarakat, kebutuhan hidup, dan juga tingkah laku. Proses modernisasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Dengan adanya proses modernisasi, maka masyarakat dapat merasakan perubahan dalam sisi kehidupannya secara bertahap setiap waktunya. Schoorl, 1980:2. Tantawi 2015:129 mengatakan bahwa modernisasi adalah perubahan nilai, yaitu dari nilai lama kepada nilai baru. Ini mengartikan bahwa nilai lama dianggap sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman sedangkan nilai baru dianggap lebih baik dan menguntungkan. Modernisasi melahirkan suatu sikap-sikap tertentu yang menandai manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang mengalami proses modernisasi ini disebut masyarakat modern. Menurut Alex Inkeles dalam Universitas Sumatera Utara 9 Weiner, 1986, modern diartikan sebagai suatu kecenderungan individu dalam bertindak dengan cara-cara tertentu. Menurut Alex Inkeles, setidaknya ada sembilan tema yang mendasari definisi-definisi bagi manusia modern yaitu: 1. Penerimaan hal-hal Baru Manusia modern memiliki kesediaan untuk menerima pengalaman baru dan keterbukaannya bagi pembaharuan dan perubahan. 2. Dunia Opini Memiliki kesanggupan untuk membentuk atau mempunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan-persoalan dan hal-hal yang timbul disekitarnya maupun di dunia luar. a. Demokratis, dalam arti sadar akan keragaman sikap dan opini disekitarnyadan tidak menutup diri dengan menyangka bahwa semua orang mempunyai pendapat yang sama dengan dirinya. b. Menerima pendapat-pendapat yang berbeda tanpa perlu tegas atau keras menolaknya karena khawatir kalau pendapat-pendapat itu akan menghancurkan pandangan-pandangan dunianya. c. Tidak menerima opini secara otokratis dan hierarkis. Manusia modern mendengarkan ide-ide dari orang yang lebih tinggi kedudukannya ataupun lebih rendah kedudukannya. Ide dari pihak manapun didengar dan dihargai sama, serta hanya dinilai berdasarkan kualitas idenya saja. 3. Konsepsi Waktu a. Manusia modern berorientasi waktu kekinian dan masa depan, bukannya masa lampau. Universitas Sumatera Utara 10 b. Manusia modern selalu tepat waktu. c.Manusia modern memiliki waktu-waktu tetap terjadwal sehingga hidupnyaterencana dan teratur. 4. Perencanaan Manusia modern menginginkan terlibat dalam perencanaan akan hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya dan organisasi, serta menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. 5. Keyakinan akan Kemampuan Manusia Manusia modern percaya bahwa siapa saja mampu belajar menguasailingkungan agar mendukung dirinya dalam mencapai tujuan. 6. KemampuanMemperhitungkan Sesuatu Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika dihadapkan pada suatu masalah. Dengandemikian makakeberhasilan dalam menyelesaikan masalah bukan tergantung dari kualitas dan karakter seseorang, tetapikarena pendekatan yang digunakan oleh manusia untuk mengarahkan. 7. Harga Diri Manusia modern adalah manusia yang menyadari akan martabat atau kedudukan,baik dirinya maupun orang lain, sehingga akan memberikan penghargaan yangsesuai dengannya. 8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Manusia modern akan lebih percaya pada hasil-hasil ilmu pengetahuan danteknologi. Universitas Sumatera Utara 11 Keadilan Manusia modern percaya bahwa ganjaran-ganjaran seharusnya diberikan sesuai dengan tindakan-tindakan, bukan karena hal-hal atau sifat-sifat yang dimiliki seseorang yang tidak ada hubungannya dengan tindakannya. Modernisasi tercipta dikarenakan adanya dorongan oleh keinginan untuk : a. Hidup praktis atau lebih nyaman. b. Meningkatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produksi. c. Mendapatkan sesuatu lebih banyak nilai tambah, lebih bermutu, lebih bagus, lebih hemattenaga, lebih baik.

2.3 Tinjauan Pustaka