Hasil Pemikiran Tentang Harga Diri

41 ”Siapa yang menyuruhmu?” tanya ayah Pambudi kepada Bagol. Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Pambudi ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol. ”Begini, kita kerja sama. Katakan terus terang siapa yang menyuruhmu dan aku berjanji akan merahasiakan segalanya. Kau aman, sebab majikanmu tidak tahu bahwa kau telah gagal. Bila kau menolak, akan kusebarkan berita bahwa kau telah mencoba mengguna-gunai kami. Pasti orang yang menyuruhmu akan segera mendengar kegagalanmu dan tak pelak lagi kau pasti akan dihukumnya”. Tohari, 2014:75-76. Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang berencana menanyai Bagol secara halus untuk mendapatkan informasi mengenai siapa yang menyuruh Bagol melakukan hal itu akhirnya kesampaian. Hasilnya Pambudi mengetahui siapa yang menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Bagol termenung sejenak, lalu mengangkat muka ke arah Pambudi. Dari sinar matanya, Pambudi tahu bahwa maling itu akhirnya setuju atas usulnya. ”Nah, katakan siapa orang itu,” desak Pambudi. “Pak Dirga,” jawab Bagol singkat.” Tohari, 2014:76. Hasil dari interogasi secara halus itu dapat diketahui bahwa yang menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu ternyata adalah Pak Dirga, lurah Desa Tanggir. Ayah Pambudi terkejut dan sadar apa artinya berselisih dengan Lurah bagi penduduk Tanggir.

4.2.4 Hasil Pemikiran Tentang Harga Diri

Sikap menghargai diri dapat terlihat dari tindakan Pambudi yang menjadikan dirinya sebagai subjek, pelaku aktif dalam setiap tindakan dan tidak menjadikan dirinya objek yang tertindas, yang hanya menerima nasib begitu saja. Pak Dirga menawarkan kerjasama kepada Pambudi dengan menggunakan uang Universitas Sumatera Utara 42 milik koperasi sebagai ganti rugi penggusuran batang pohon kelapa kepada pemilik pohon kelapa dengan membayar lebih murah untuk dijadikan pembuatan jalan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Tetapi, Pambudi langsung menolak ajakan dari Pak Dirga. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Bagaimana, Pambudi?” Yang ditanya kaget, ”Oh, Maaf, hendaknya Bapak jangan mengikutsertakan saya dalam urusan seperti itu.” ”Lho, kenapa? Kau akan mendapat banyak keuntungan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Semua orang menyenangi hal semacam itu, mengapa kau tidak? Lihat, Poyo telah lumayan hidupnya. Sekarang tiba giliranmu, ayolah” ”Tidak, Pak.” ”Mengapa?” ”Saya tidak bisa menerangkannya mengapa.” Tohari, 2014: 26. Kutipan di atas menggambarkan bahwa sikap Pambudi yang menghargai dirinya sendiri dengan menolak ajakan dari lurahnya yang merupakan orang paling tinggi kedudukannya di Desa Tanggir untuk berbuat curang. Hasilnya adalah perasaan lega yang didapatinya dengan menuruti kata hatinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Dipandangnya Pambudi lama-lama, tetapi pemuda itu tenang saja. Bahkan di dalam hatinya Pambudi merasa lega. Ia telah menuruti suara hati nuraninya untuk tidak turut melakukan kecurangan bersama Pak Dirga. Memang hanya satu yang terasa olehnya pada saat itu: Lega. Lega” Tohari, 2014: 26. Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi secara sadar dia mengikuti kata hatinya untuk tidak ikut melakukan kecurangan tersebut. Perasaan lega didapatkan setelah menolak sekaligus mampu menahan diri untuk ikut serta dalam kecurangan yang telah direncanakan oleh Pak Dirga. Universitas Sumatera Utara 43 Pambudi juga menghargai usaha Pak Barkah dalam usahanya menolong menghimpun biaya pengobatan untuk Mbok Ralem dan hendak pamit pulang ke Desa Tanggir. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Ya, anda benar, Pak Barkah. Kemanusiaan masih ada. Sekarang kami mohon diri. Sungguh, rasanya sulit bagi saya melupakan Bapak dan Kalawarta. Saya percaya, Kalawarta akan menjadi bacaan semua orang. Selamat tinggal.” Tohari, 2014:55. Sikap Pambudi yang telah menggerakkan sisi kemanusiaan di masyarakat mendapat apresiasi dari Pak Barkah. Hasilnya Pak Barkah sampai terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh Pambudi. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan seorang pemuda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apapun.” Tohari, 2014:55. Kutipan di atas menggambarkan kepribadian Pambudi telah dihargai dan diapresiasi oleh Pak Barkah sekaligus para pegawai harian Kalawarta, karena mereka jarang melihat orang seperti Pambudi dan sangat takjub akan perjuangannya yang rela menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa. Ini menunjukkan bahwa mereka saling menghargai satu sama lain.

4.2.5 Hasil Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi