Gambaran Pemikiran Modern Tokoh Utama Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Analisis Psikologi Sastra

(1)

LAMPIRAN

Sinopsis Novel Di Kaki Bukit Cibalak

Pambudi adalah seorang pemuda berusia 24 tahun pada awalnya bekerja di koperasi desa, tetapi Pambudi paham betul bagaimana teman kerjanya Poyo bisa hidup lebih makmur daripada dia, karena Poyo bekerja sama dengan Pak lurah yang baru. Pak Dirga adalah nama lurah itu sama dengan lurah-lurah sebelumnya, seorang lurah yang curang demi keuntungan diri sendiri. Pambudi sangat berbeda prinsip dengan Pak Dirga yang menyebabkan akhirnya Pambudi mundur dari koperasi. Walau sekarang menjadi pengangguran hati Pambudi jauh lebih tentram. Pambudi dengan ketulusannya menolong seorang tetangga yang sakit. Dengan uang tabungannya Pambudi bertekad menolong mbok Ralem berobat ke Yogyakarta. Pambudi yang khawatir menduga bahwa mbok Ralem mengidap kanker sudah memperkirakan untuk mencari dana bantuan.

Karena kecakapannya Pambudi pergi ke sebuah harian lokal, Kalawarta. Dan bersyukurlah bahwa Pak Barkah bersedia membantu niat baik Pambudi. Lewat meminta bantuan di koran itu pada akhirnya mbok Ralem dapat berobat sampai sembuh dan mendapat sisa uang untuk memperbaiki hidupnya dengan 2 orang anak yang kekurangan gizi.

Nama Pambudi menjadi pembicaraan di masyarakat desa Tanggir. Hal ini membuat Pak Dirga marah karena mendapat teguran dari Pak Bupati, Pak Dirga merasa perbuatan Pambudi dapat memperburuk citranya di mata masyarakat. Pak Dirga berencana ingin menyingkirkan Pambudi dari Desa Tanggir. Cara pertama yang di tempuh Pak Dirga adalah mendatangi seorang dukun unuk mengguna-gunai Pambudi. Celakanya rencana jahat Pak Dirga gagal dilaksanakan oleh orang suruhannya.

Orang tua Pambudi yang tahu bahwa ternyata lurah desa memusuhi anaknya meminta Pambudi untuk meninggalkan desa Tanggir. Akhirnya Pambudi memilih untuk mencoba menetap di Yogyakarta, di sinilah Pambudi menumpang hidup di tempat sahabatnya yang bernama Topo. Pambudi akhirnya atas saran


(2)

Topo memilih kembali untuk bersekolah sambil bekerja. Atas bantuan Topo maka Pambudi bekerja di sebuah toko arloji milik nyonya Wibawa.

Pambudi mengenal seorang gadis bernama Mulyani, anak perempuan nyonya Wibawa. Pambudi sendiri saat itu sudah mencintai seorang gadis bernama Sanis. Tetapi Sanis malah mencintai seorang camat bernama Bambang Sumbodo, tetapi Bambang malah sangat menghormati Pambudi yang di matanya memiliki pribadi yang utuh dan berani bertindak menurut hati nuraninya. Bambang tidak percaya bahwa Pambudi adalah seorang yang mengorupsi uang koperasi sebesar 125.000 seperti fitnah yang tersebar di desa Tanggir seiring dengan perginya Pambudi ke Yogyakarta. Pambudi yang sangat giat belajar dan bekerja akhirnya memutuskan berhenti bekerja di toko nyonya Wibawa. Mulyani sangat kehilangan Pambudi yang sudah sangat dekat dengannya. Pambudi akhirnya bekerja di koran Kalawarta menggantikan seorang pegawai yang sedang bertugas. Pambudi melalui persuratkabaran meneruskan perlawanan terhadap kelicikan Pak Dirga.

Sebelum itu ternyata Pak Dirga telah berbuat sesuatu yang sangat membuat hati Pambudi hancur. Pak Dirga telah memperistri gadis yang sangat dicintai oleh Pambudi, Pak Dirga yang hobi bergonta-ganti istri menikahi Sanis yang berusia 15 tahun. Pambudi menulis artikel-artikel yang memuat fakta tentang keadaan desa Tanggir. Bagaimanakah kelicikan-kelicikan yang dilakukan oleh lurah desa Tanggir. Berita yang di tulis oleh Pambudi membuat posisi Pak Camat berbahaya, dia bakal mendapat teguran dari Bupati bahkan Gubernur. Akhirnya demi menyelamatkan dirinya dan para atasannya, dibuatlah suatu arena perjudian untuk menjebak Pak Dirga yang hobi bermain judi. Akhirnya Pak Dirga tertangkap, dengan begini masyarakat hanya mengetahui bahwa Pak Dirga dipecat karena tertangkap bermain judi.

Akhirnya Pambudi dapat menyelamatkan desa Tanggir dari kelicikan Pak Dirga. Pambudi kembali ke desanya saat sudah lulus sabagai sarjana muda, sayang ayah Pambudi tidak sempat melihat ijazah Pambudi, ayah meninggal terjatuh di dekat sumur. Pambudi menerima dengan ikhlas kematian ayahnya. Pambudi juga sudah tidak lagi berminat pada Sanis padahal Sanis sudah menjadi


(3)

Pambudi akhirnya tidak bisa terus menerus munafik bahwa dia ternyata telah lama tertarik pada Mulyani. Perasaan mereka berdua sama dan akhirnya Pambudi menerima Mulyani sebagai kekasihnya.


(4)

Biografi Pengarang

Ahmad Tohari, (lahir di Tinggarjaya, Jatilawa

berkebangsaan monumentalnya, Ronggeng Dukuh Paruk, sudah diterbitkan dalam berbagai bahasa dan diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari. Ia pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, dimuat di berbagai media massa. Ia juga menjadi pembicara di berbagai diskusi/seminar kebudayaan.

Dalam dunia jurnalistik, Ahmad Tohari pernah menjadi staf redaktur harian Merdeka, majalah Keluarga dan majalah Amanah, semuanya di Dalam karier kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupa telah melahirka antara lain trilogi Ronggeng Dukuh Paruk telah terbit dalam edisi mengikuti International Writing Programme di Iowa City, memperoleh penghargaan The Fellow of The University of Iowa.


(5)

Ronggeng Dukuh Paruk, novel yang diterbitkan tahun 1982 berkisah tentang pergulatan penari tayub di dusun kecil, Dukuh Paruk pada masa pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap kekiri-kirian oleh pemerintah Orde Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Hingga akhirnya Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan akhirnya terbebas dari intimidasi dan jerat hukum.

Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Dancer oleh Rene T.A. Lysloff. Trilogi ini juga difilmkan oleh sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari apresiasi yang tinggi terhadap para pembuat film Sang Penari, dan berujar ini akan jadi dokumentasi visual yang menarik versi rakyat, bukan versi kota sebagaimana dalam film-film sebelumnya. Pada bulan Desember 2011, Ahmad Tohari mengungkapkan bahwa dirinya berencana untuk melanjutkan Triloginya menjadi Tetralogi dengan membuat satu novel lagi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak Zaidan,dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. Adi, Astoto. 2010. ”Masyarakat Miskin Dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak

karya Ahmad Tohari: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra” (Skripsi) Online. Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah, dan Penerapannya. Yokyakarta: Med Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Sarjidu. 2004. Dasar dan Teknik Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka

Pelajar.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Schoorl, J. 1980. Modernisasi (Diterjemahkan oleh R.G Soekadijo). Jakarta: Gramedia.

Siagian, Sondang. 1994. Modernisasi Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta. Sumadi, Suryabrata. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sutopo, Bakti. 2008. ”Beberapa Jejak Kelisanan Dalam Novel Di Kaki Bukit

Cibalak Karya Ahmad Tohari: Perspektif Walter J.

Ong”

Tantawi, Isma.2014. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media.

Tantawi, Isma. 2015. Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Medan: Yayasan Al-Hayat.

Tohari, Ahmad. 2014. Di Kaki Bukit Cibalak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(7)

Utami, Ayuatma Nirmala dkk. 2014. ”Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra”. BASASTRA Jurnal

Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya

(Online

Weiner, Myron. 1986.Modernisasi: Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini berfungsi mendeskripsikan watak tokoh dalam novel secara sistematis dan akurat dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, yakni pendekatandalam menganalisis karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segikejiwaan karya sastra.

3.2 Bahan Analisis

Sumber data yang dianalisis diambil dari novelkarya Ahmad Tohari, yaitu:

Judul : Di Kaki Bukit Cibalak

Tahun terbit : 2014 (cetakan keempat)

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Jenis : Novel

Ukuran : 20 cm

Tebal : 176 halaman


(9)

Gambar Sampul : Bagian depan mobil yang diduduki oleh sepasang kekasih

dengan gambar sampul di posisi vertikal.

Sumber data yang dipaparkan merupakan data sebenarnya yang dianalisis sebagai data utama. Dalam penelitian ini juga diperlukan data sekunder, yaitu buku-buku sastra, artikel internet, dan sebagainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perpustakaan. Studi perpustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan buku sebagai objek penelitian sekaligus menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun elektronik.

Studi perpustakaan memliki dua metode untuk memperoleh data, yaitu metode heuristik dan metode hermeneutik. Metode heuristikmerupakan metode dengan membaca karya sastra berdasarkan struktur bahasanya. Hal-hal yang perlu dipahami dalam novel adalah konvensi-konvensi bahasanya yang digunakan pengarang dalam menyampaikan pesan. Kemudian dilanjutkan dengan metode hermeneutik. Metode hermeneutikmerupakan metode yang digunakan dalam meneliti novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yaitu dengan membaca novel tersebut kemudian memahami konvensi-konvensi yang berlaku, terutama konvensi sastra yang terkandung dalam novel tersebut (Tantawi, 2014:61).


(10)

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.Analisis deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada terlebih dahulu kemudian disusun secara sistematis lewat pembacaan berulang-ulang.Dalam analisis deskriptif ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang dibahas. Analisis tersebut didasari oleh teori-teori pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori psikologi sastra dan teori modernisasi. Penelitian difokuskan pada data yang berupa kalimat dari pernyataan-pernyataan tokoh, peristiwa, dan gambaran latar yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.


(11)

BAB IV

GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN DAN HASIL PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA

4.1 Gambaran Pemikiran Modern pada Tokoh Utama

Pemikiran modern adalah proses berpikir dan bertindak dengan cara-cara tertentu mengikuti arus perkembangan zaman. Gambaran pemikiran modern yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah gambaran pemikiran modern tokoh utama dalam novel Di Kaki Bukit Cibalakkarya Ahmad Tohari dengan menggunakan teori psikoanalisa Sigmund Freud. Tokoh utama yang terdapat dalam novel ini adalah Pambudi. Tokoh Pambudi yang mendominasi keseluruhan isi cerita dan diutamakan penceritaannya oleh pengarang. Isi dalam novel ini menceritakan permasalahan kehidupan Pambudidimulai dari prinsip Pambudi untuk memajukan desanya dengan cara mengabdikan diri kepada masyarakat melalui bekerja di badan usaha koperasi dengan tujuan memberikan kemudahan pada masyarakat kurang mampu agar kehidupan masyarakat di desanya sejahtera. Tetapi, keinginan Pambudi tersebut selalu mendapat hambatan, terutama dari lurahnya sendiri. Karena niatnya tidak tercapai dan selalu bertentangan dengan lurahnya, maka Pambudi memilih jalan sendiri dengan pergi dari desanya dan pergi ke kota untuk mengungkap segala kecurangan yang dilakukan lurah di desanya.

Berpikir modern melahirkan suatu sikap-sikap tertentu yang menandai manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang mengalami proses ini disebut masyarakat modern. Menurut Alex Inkeles (dalam Weiner, 1986), modern


(12)

diartikan sebagai suatu kecenderungan individu dalam bertindak dengan cara-cara tertentu. Menurut Alex Inkeles, setidaknya ada sembilan tema yang mendasari definisi-definisi bagi manusia modern yaitu:

1. Penerimaan hal-hal Baru 2. Dunia Opini

3. Konsepsi Waktu 4. Perencanaan

5. Keyakinan akan Kemampuan Manusia 6. Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu 7. Harga Diri

8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 9. Keadilan

Dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak, terdapat lima ciri-ciri manusia modern di dalam tokoh Pambudi, yaitu:

1. Pemikiran tentang perencanaan

2. Pemikiran tentang keyakinan akan kemampuan manusia

3. Pemikiran tentang kemampuan memperhitungkan segala sesuatu 4. Pemikiran tentang harga diri

5. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi

Berpikir modern pasti akan selalu diikuti oleh tingkah laku atau perbuatan dalam diri manusia. Tingkah laku manusia merupakan interaksi antara id, ego, dan super ego. Freud (dalam Suryabrata, 1982:44) menjelaskan hubungan ketiga


(13)

telah dibawa sejak dilahirkan. Ego berfungsi mengendalikan dan mengatur tindakan yang dilakukan dengan berlandaskan asas kenyataan. Super ego merupakan unsur moral dan hukum kepribadian manusia. Berdasarkan penjelasan ketiga sistem tersebut, pembahasan mengenai perilaku Pambudi dalam berpikir modern lebih mendetail akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.

4.1.1 Pemikiran TentangKemampuan Manusia

Sikap yakin dan percaya merupakan sikap yang secara sadar dimiliki oleh orang modern. Kesadaran (ego) adalah merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadaryang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinyadan tidak akan berubah walaupun berada di lingkungan yang berbeda-beda.

Seperti halnya Pambudi, dia sebenarnya yakin dan sadar akan kemampuan Pak Badi jika Pak Badi yang memimpin desanya. Alasan kenapa Pambudi lebih memilih Pak Badi menjadi lurah desa yang baru karena Pambudi yakin bahwa Pak Badi orang yang sangat jujur dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dalam memajukan desanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Maka ketika terjadi pergantian lurah, Pambudi menjagoi Pak Badi. Ia yakin, orang sejujur Pak Badi mempunyai rasa tanggung jawab dan ingin memajukan desanya, oleh karena itu tidak akan seenaknya menjual padi milik rakyat Tanggir.” (Tohari, 2014:17-18).


(14)

perbuatan curang dan juga sifat dermawan yang sangat menonjol itulah jadi alasan kuat Pambudi mempercayai Pak Badi jika terpilih menjadi lurah Desa Tanggir.

Pambudi juga yakin akan kemampuannya sendiri ketika dia melihat orang yang mencurigakan di dekat rumahnya. Karena mencurigakan dan penasaran, Pambudi yakin akan dapat menangkap orang yang mencurigakan itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Melalui pintu samping, Pambudi segera keluar rumah. Diawasinya pendatang yang mncurigakan itu dari balik rumpun kacapiring. Sinar bintang-bintang membantunya mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia sedang menanam sesuatu di tengah regol. Hampir saja Pambudi menyorotkan lampu senternya, tetapi urung. Pambudi ingin menangkap orang itu karena yakin mampu melakukannya. Calon lawannya kecil, tingginya hanya sampai pundak Pambudi.”(Tohari, 2014:74).

Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang optimis, yang mana Pambudi yakin dan percaya bahwa dia mampu untuk menangkap orang yang mencurigakan itu dikarenakan perawakan atau ciri fisiknya bertubuh kecil, tidak sampai pundak Pambudi menjadi alasan kuat bagi Pambudi untuk yakin akan kemampuannya dalam menangkap orang yang mencurigakan.

4.1.2 Pemikiran TentangKemampuan Memperhitungkan Sesuatu

Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika dihadapkan pada suatu masalah. Maksudnya adalah ketika seseorang melihat dan merasakan adanya suatu keganjilan terhadap situasi yang sedang dihadapinya, dia mampu untuk mengambil kesimpulan atas situasi yang telah dilihat atau dirasakan. Hal ini juga dirasakan oleh Pambudi. Pambudi telah merasakan adanya


(15)

kecurangan yang akan dilakukan oleh lurah yang baru, yaitu Pak Dirga. Pambudi sudah memprediksi bahwa kecurangan yang akan dilakukan Pak Dirga sama seperti lurah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hati Pambudi makin lama makin resah. Pak Dirga, lurah yang baru, berbuat curang tepat seperti yang diramalkan Pambudi. Misalnya memperbesar angka susut guna memperoleh keuntungan berton-ton padi atau bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi.”(Tohari, 2014:18).

Kutipan di atas menggambarkan perkiraan Pambudi terhadap Pak Dirga selaku lurah yang baru ketika memimpin desanya terbukti benar. Pak Dirga melakukan kecurangan sama seperti yang dilakukan lurah-lurah sebelumnya yaitu dengan cara memperbesar angka susut untuk memperoleh keuntungan dan bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi.

Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat dilihat ketika seorang perempuan tua bernama Mbok Ralem yang datang ke badan koperasi desa dengan mengajukan permohonan peminjaman padi. Pambudi mendengarkan keluhan dari perempuan tua itu mengenai penyakit yang dideritanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Sambil menunggu kedatangan kepala Desa Tanggir itu, Pambudi dan Mbok Ralem duduk di sebuah bangku panjang. Perempuan itu bercerita bahwa ia sudah tiga kali berobat kepada dukun dan sekali kepada seorang mantri kesehatan. ”Aku ingin segera sembuh, Nak. Leherku makin lama makin tercekik rasanya.” ”Ya, aku mengerti. Kukira kau memerlukan biaya yang agak banyak, sebab untuk ongkos perjalanan ke Yogya saja tidak akan cukup dengan uang dua-tiga ribu rupiah.” (Tohari, 2014: 20).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi mengusulkan agar Mbok Ralem berobat ke Rumah Sakit di Yogya untuk lebih mengetahui dan memastikan


(16)

penyakit apa yang dideritanya dan juga memperkirakan bahwa biaya ongkos biaya untuk perjalanan ke sana akan menghabiskan biaya yang agak banyak.

Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat dilihat ketika Pambudi mengajak Mbok Ralem pergi ke Yogya untuk memeriksakan penyakit yang diderita Mbok Ralem, lalu mereka tidur di sebuah losmen yang sangat murah tarifnya. Pambudi memprediksi bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem kemungkinan besar adalah kanker dan juga mengetahui bahwa biaya penyembuhan penyakit tersebut jika memang benar kanker akan memerlukan biaya yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Mereka menginap di losmen yang amat murah tarifnya. Hampir semalaman Pambudi tidak dapat tidur. Ia tak henti-hentinya membayangkan kemungkinan yang baru dapat diketahuinya besok. Ketika melihat proses pengambilan secuil jaringan dari benjolan di leher Mbok Ralem tadi, ia membayangkan kalau itu adalah kanker. Ia pernah mendengar bahwa tidak gampang menyembuhkan kanker, dan biayanya amat besar.”(Tohari, 2014: 34).

Sikap Pambudi dalam memperkirakan segala sesuatu dapat dilihat ketika Pambudi kembali ke rumah sakit tempat Mbok Ralem dirawat. Lalu apa yang diperkirakan Pambudi semalam ternyata benar bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem memang penyakit kanker dan juga perkiraan Pambudi mengenai biaya pengobatan Mbok Ralem juga benar bahwa biaya yang harus disediakan sekitar lima ratus ribu rupiah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Lima ratus ribu! Aku harus menjual sepedaku. Dengan demikian akan tercapai jumlah sebesar itu bila kutambah dengan uang tabungan, pikir Pambudi. Sejak semula pemuda itu telah bertekad hendak menolong Mbok Ralem sampai sembuh. Jadi jauh-jauh sebelumnya ia sudah memperkirakan akan mengeluarkan banyak uang.” (Tohari, 2014:36).


(17)

Kutipan di atas menggambarkan id Pambudi yang berkemauan kuat untuk menolong Mbok Ralem dalam membiayai pengobatannya. Dengan mendengar biaya yang telah disebutkan oleh pihak rumah sakit, Pambudi tetap berkemauan keras untuk menolong Mbok Ralem karena Pambudi pun juga telah memprediksi bahwa biaya yang diperlukan untuk pengobatan kanker memang besar.

Sikap Pambudi dalam memperhitungkan segala sesuatu dapat dilihat ketika Pambudi melihat Sanis, walaupun Sanis masih kelas 2 SMP, Pambudi memprediksi kalau semua gadis pada umumnya pasti akan menjadi dewasa begitu mendapatkan haid pertama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona. Apalagi pandangan Pambudi dibalas dengan senyuman oleh Sanis. Yang tersenyum malu-malu itu seorang gadis kecil, tidak lebih. Boleh jadi Sanis tidak memberi arti apa-apa pada senyumannya itu, tapi oleh Pambudi telah diterima selain dengan matanya, juga dengan hatinya, bahkan dengan denyut jantungnya. Pemuda itu hampir saja mengumpat dirinya, tapi tidak. Bukankah semua gadis di Tanggir ini menjadi dewasa begitu haidnya yang pertama hadir? Pikir Pambudi membela pikirannya yang mulai munafik.” (Tohari, 2014:48).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi memprediksi dengan melihat tingkah laku yang ditunjukkan Sanis, maka setiap gadis akan menjadi dewasa ketika mereka telah mendapat haid pertama. Ego Pambudi menggambarkan seorang yang munafik karena ia tidak dapat mempercayai apa yang telah dilihatnya dalam diri Sanis, seorang gadis yang masih lugu dengan penampilan dan bentuk fisik yang sudah sangat matang diusianya yang masih belia.


(18)

Setiap individu pasti memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya. Ketika individu tersebut telah menetapkan tujuan yang akan dicapai, maka dibutuhkan suatu rencana dalam prosesnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sondang P. Siagian (1994:108) mendefinisikan perencanaan adalah sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Maka rencana perlu dirancang agar segala proses tindakan sesuai dengan yang diharapkan.

Seperti halnya Pambudi, selama bekerja di badan koperasi desa, sebenarnya Pambudi telah berencana untuk mengembangkan koperasi desa menjadi badan usaha yang dapat dipercaya sehingga masyarakat Desa Tanggir dapat hidup sejahtera. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Aneh, pikir Pambudi, aku hanya ingin bekerja menurut ukuran yang wajar. Mengembangkan lumbung koperasi untuk kebaikan bersama. Memang aku akan memperoleh keuntungan pribadi bila tujuanku berhasil. Mungkin pendapatan pribadiku akan naik. Dan siapa yang akan mengutukku bila aku dibayar karena tenaga yang telah kuberikan kepada koperasi? Bukan hanya aku yang akan beruntung bila lumbung koperasi Desa Tanggir menjadi badan usaha yang bonafide. Tidak, aku tidak berlebih-lebihan dalam bercita-cita ini.” (Tohari, 2014:19).

Keinginan kuat Pambudi yang masih didominasi oleh id dikarenakan tujuan dari mengembangkan koperasi desa akan memperoleh keuntungan pribadi. Tetapi Pambudi berpikir bukan hanya dia saja yang akan beruntung, tetapi masyarakat Desa Tanggir juga akan beruntung apabila proses mengembangkan koperasi yang direncanakan Pambudi berjalan dengan semestinya.


(19)

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi telah siap mencari dana untuk menambah biaya pengobatan Mbok Ralem dengan bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa, mengingat biaya yang dibutuhkan dalam pengobatan penyakit kanker yang diderita Mbok Ralem sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa yang akan dibuatnya menjadi modal dalam mengumpulkan dana.” (Tohari, 2014: 36).

Kutipan di atas menggambarkan perencanaan Pambudi dalam mencari dana tambahan untuk biaya pengobatan Mbok Ralem dengan menggunakan pasfoto dan fotokopi surat miskin dari desa. Karena Pambudi berpikir hanya itulah satu-satunya cara yang bisa digunakan untuk menghimpun dana tambahan untuk biaya operasi Mbok Ralem.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi merencanakan untuk menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Pambudi merasa bahwa mengumpulkan sumbangan melebihi keperluan. Usul itu sangat dihargai oleh Pak Barkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Pambudi yang sudah datang kembali dari Tanggir, kemudian berembuk dengan Pak Barkah. Keduanya merasa gembira dan yakin usahanya bakal berhasil. Bahkan Pambudi sudah mengusulkan untuk menentukan kapan ”Dompet Mbok Ralem” ditutup. Usul itu sangat dihargai oleh pemilik harian Kalawarta itu. Menurut Pak Barkah, tidaklah terpuji mengumpulkan sumbangan masyarakat melebihi keperluan.” (Tohari, 2014:44).


(20)

Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang sangat optimis, yang mana Pambudi dan Pak Barkah merasa yakin akan usaha mereka dalam mengumpulkan dana untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Pambudi juga merasa harus menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Alasan Pambudi untuk menutupnya adalah sama dengan apa yang dipikirkan dan diucapkan oleh Pak Barkah. Hal ini semakin dipertegas oleh pernyataan Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Ya, kita hanya memerlukan suatu jumlah tertentu. Kurang sedikit akan lebih baik daripada terlalu banyak lebihnya,” sambung Pambudi pula.” (Tohari, 2014:45).

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi ingin sembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Tetapi, Pambudi telah merencanakan hal yang lain selain sembahyang Jumat, yaitu untuk melihat Sanis yang kebetulan rumahnya dekat dengan surau tempat Pambudi akan bersembahyang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin hingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis.” (Tohari, 2014:47).

Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang sangat antusias untuk melihat Sanis setelah selesai bersembahyang Jumat. Keinginan kuat dari Superego membuat Pambudi sampai tidak peduli dengan pahalanya yang berkurang sekalipun hanya demi melihat Sanis seperti yang telah dia rencanakan.


(21)

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi dan ayahnya menginterogasi seorang pencuri bernama Bagol. Ketika ayah Pambudi menginterogasi Bagol, Bagol tidak mau menjawabnya atau bungkam. Tetapi, Pambudi penasaran karena Bagol terlihat menyembunyikan sesuatu, maka Pambudi merencanakan untuk menanyai Bagol secara halus demi mendapatkan informasi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Siapa yang menyuruhmu?” tanya ayah Pambudi kepada Bagol. Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Pambudi ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol. ”Begini, kita kerja sama. Katakan terus terang siapa yang menyuruhmu dan aku berjanji akan merahasiakan segalanya. Kau aman, sebab majikanmu tidak tahu bahwa kau telah gagal. Bila kau menolak, akan kusebarkan berita bahwa kau telah mencoba mengguna-gunai kami. Pasti orang yang menyuruhmu akan segera mendengar kegagalanmu dan tak pelak lagi kau pasti akan dihukumnya”. Bagol termenung sejenak, lalu mengangkat muka ke arah Pambudi. Dari sinar matanya, Pambudi tahu bahwa maling itu akhirnya setuju atas usulnya.” (Tohari, 2014:75-76).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang berencana menanyai Bagol secara halus untuk mendapatkan informasi mengenai siapa yang menyuruh Bagol melakukan hal itu, yaitu mengguna-gunai rumah keluarga Pambudi. Dari proses interogasi secara baik-baik, dapat dilihat bahwa Bagol akhirnya mau mengakui siapa yang menyuruhnya atas dasar pertimbangan hukuman yang akan terjadi pada dirinya jika dia masih terus bungkam.


(22)

4.1.4 Pemikiran Tentang Harga Diri

Menghargai diri sendiri merupakan suatu sikap menghormati dan menjaga diri sendiri, tidak membiarkannya terlantar dan menjadi beban orang lain, serta tidak membiarkannya diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain. Menghargai diri adalah ketika kita memiliki perasaan untuk bisa menerima apa yang kita miliki. Dengan menghargai apa yang dimiliki maka kita bisa memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang kita rencanakan sebelumnya. Pada dasarnya orang bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya jika mereka mampu untuk menerima dan menghargai dirinya saat ini. Namun, menghargai diri sendiri bukan sekedar mementingkan diri sendiri, melainkan bentuk penghargaan kita kepada lingkungan dimana kita berada.

Menghormati diri bukanlah tentang apa yang kita lakukan, tapi siapa kita. Ini adalah tentang perasaan dihargai. Ini adalah tentang mampu untuk berdiri tegak dan merasa bangga pada diri kita sendiri hanya karena kita ada. Ini adalah tentang mencintai diri sendiri untuk diri kita sendiri.Sikap menghargai diri dapat terlihat dari tindakan Pambudi yang menjadikan dirinya sebagai subjek, pelaku aktif dalam setiap tindakan dan tidak menjadikan dirinya objek yang tertindas, yang hanya menerima nasib begitu saja. Pak Dirga menawarkan kerjasama kepada Pambudi dengan menggunakan uang milik koperasi sebagai ganti rugi penggusuran batang pohon kelapa kepada pemilik pohon kelapa dengan membayar lebih murah untuk dijadikan pembuatan jalan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Tetapi, Pambudi langsung menolak ajakan dari Pak Dirga. Hal


(23)

”Bagaimana, Pambudi?” Yang ditanya kaget, ”Oh, Maaf, hendaknya Bapak jangan mengikutsertakan saya dalam urusan seperti itu.” ”Lho, kenapa? Kau akan mendapat banyak keuntungan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Semua orang menyenangi hal semacam itu, mengapa kau tidak? Lihat, Poyo telah lumayan hidupnya. Sekarang tiba giliranmu, ayolah!” ”Tidak, Pak.” ”Mengapa?” ”Saya tidak bisa menerangkannya mengapa.” (Tohari, 2014: 26).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa ego Pambudi yang menghargai dirinya sendiri dengan menolak ajakan dari lurahnya yang merupakan orang paling tinggi kedudukannya di Desa Tanggir untuk berbuat curang.

Setelah Pambudi menolak ajakan Pak Dirga untuk berbuat curang, hati Pambudi seakan lapang dan tidak ada kegundahan hati atas apa yang telah dia katakan tadi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Dipandangnya Pambudi lama-lama, tetapi pemuda itu tenang saja. Bahkan di dalam hatinya Pambudi merasa lega. Ia telah menuruti suara hati nuraninya untuk tidak turut melakukan kecurangan bersama Pak Dirga. Memang hanya satu yang terasa olehnya pada saat itu: Lega. Lega!” (Tohari, 2014: 26).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi secara sadar dia mengikuti kata hatinya untuk tidak ikut melakukan kecurangan tersebut. Superego Pambudi digambarkan dalam perasaan lega telah menolak sekaligus mampu menahan diri untuk ikut serta dalam kecurangan yang telah direncanakan oleh Pak Dirga.

Pambudi juga menghargai usaha Pak Barkah dalam usahanya menolong menghimpun biaya pengobatan untuk Mbok Ralem dan hendak pamit pulang ke Desa Tanggir. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:


(24)

”Ya, anda benar, Pak Barkah. Kemanusiaan masih ada. Sekarang kami mohon diri. Sungguh, rasanya sulit bagi saya melupakan Bapak dan Kalawarta. Saya percaya, Kalawarta akan menjadi bacaan semua orang. Selamat tinggal.” (Tohari, 2014:55).

Sikap Pambudi mendapat apresiasi dari Pak Barkah. Bahkan Pak Barkah sampai terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh Pambudi. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan seorang pemuda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apapun.” (Tohari, 2014:55).

Kutipan di atas menggambarkan kepribadian Pambudi telah dihargai dan diapresiasi oleh Pak Barkah sekaligus para pegawai harian Kalawarta, karena mereka jarang melihat orang seperti Pambudi dan sangat takjub akan perjuangannya yang rela menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa. Ini menunjukkan bahwa mereka saling menghargai satu sama lain.

4.1.5 Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengikuti perkembangan. Teknologi diartikan sebagai cara memproduksi dan memakai sesuatu yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam melangsungkan hidupnya (Tantawi, 2015:93). Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat akan semakin mengetahui dan akan lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi dikarenakan sesuatu yang


(25)

dihasilkan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil yang nyata dan dapat diterima oleh akal pikiran manusia dan juga sudah teruji kebenarannya.

Pambudi juga percaya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu ketika pemimpin redaksi harian Kalawarta, yaitu Pak Barkah menunjukkan naskah iklan yang dimohonkan oleh Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Naskah iklan itu selesai dibuat oleh Pak Barkah, kemudian diperlihatkan kepada Pambudi. ”Bagaimana, Dik Pambudi?” ”Wah, Bapak jangan meminta persetujuan saya. Tentang iklan saya tidak tahu apa-apa, meskipun setiap saat saya mendengarnya dari radio dan televisi.” (Tohari, 2014:39)

Kutipan di atas menggambarkan Pambudi percaya bahwa media iklan dapat memberikan informasi kepada masyarakat walaupun Pambudi tidak begitu paham mengenai iklan dan juga pernah mendengannya melalui radio dan televisi, tetapi dia percaya media iklan itu dapat menyampaikan maksud dan tujuan dari pemohon.

Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi juga dirasakan Pambudi ketika ia mendengar keluhan Mbok Ralem perihal sakitnya yang mengatakan bahwa Mbok Ralem sudah berobat tiga kali kepada dukun dan sekali kepada mantri kesehatan. Tetapi Pambudi lantas mengajak Mbok Ralem untuk pergi ke rumah sakit di Yogya untuk mengetahui sakit apa yang dideritanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Perempuan itu bercerita bahwa ia sudah tiga kali berobatkepada dukun dan sekali kepada seorang mantri kesehatan. ”Aku ingin segera sembuh, Nak. Leherku makin lama makin tercekik rasanya.” ”Ya, aku


(26)

ongkos perjalanan ke Yogya saja tidak cukup dengan uang dua-tiga ribu rupiah.” (Tohari, 2014:20).

”Keesokan harinya pagi-pagi sekali, Mbok Ralem tampak berdua dengan Pambudi menaiki bus bermesin disel ke Yogya. Tengah hari mereka sampai di kota tujuan dan menuju rumah sakit dengan naik andong. (Tohari, 2014:32).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang mengusulkan Mbok Ralem harus dibawa ke rumah sakit karena setelah mendengar keluhan dari Mbok Ralem perihal sakitnya yang tidak kunjung sembuh setelah dibawa ke dukun dan mantri kesehatan, Pambudi merasa bahwa Mbok Ralem harus dibawa ke rumah sakit karena di situlah semua akan tahu sakit apa yang diderita Mbok Ralem kalau diperiksa di rumah sakit.

4.2 Hasil Pemikiran Modern Tokoh Utama

Dalam pemikiran modern, setiap sikap yang ditunjukkan akan mempunyai maksud dan tujuan. Maka setiap proses pemikiran modern yang ditunjukkan, akan menunjukkan hasil. Hasil dari pemikiran modern yang ditunjukkan tokoh utama dapat dilihat sebagai berikut:

4.2.1 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Manusia

Pambudi yakin akan kemampuannya sendiri ketika dia melihat orang yang mencurigakan di dekat rumahnya. Karena mencurigakan, Pambudi yakin akan dapat menangkap orang yang mencurigakan itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Melalui pintu samping, Pambudi segera keluar rumah. Diawasinya pendatang yang mncurigakan itu dari balik rumpun kacapiring. Sinar bintang-bintang membantunya mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia


(27)

sedang menanam sesuatu di tengah regol. Hampir saja Pambudi menyorotkan lampu senternya, tetapi urung. Pambudi ingin menangkap orang itu karena yakin mampu melakukannya. Calon lawannya kecil, tingginya hanya sampai pundak Pambudi.” (Tohari, 2014:74).

Kutipan di atas menggambarkan keyakinan Pambudi bahwa dia mampu untuk menangkap orang yang mencurigakan itu. Hasilnya, Pambudi mampu menangkap orang itu tanpa ada kesulitan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Ketika orang itu hanya berjarak sedepa dari Pambudi, pemuda itu menangkapnya. Benar, Pambudi tidak mengalami kesukaran menguasai orang itu. Tanpa ribut-ribut Pambudi membawanya ke dalam. Orangtuanya dibangunkan. Ibu Pambudi keluar membawa lampu. ”Bagol!” kata Pambudi hampir bersamaan dengan teriakan ayahnya.” (Tohari, 2014:74-75).

Kutipan di atas menunjukkan hasil atas upaya Pambudi dalam menangkap orang yang mencurigakan itu. Tanpa adanya perlawanan berarti, Pambudi berhasil menangkap orang yang mencurigakan itu dan hasilnya ternyata adalah Bagol, maling kambing dan ayam yang terkenal.

4.2.2 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu

Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika dihadapkan pada suatu masalah. Hal ini juga dirasakan oleh Pambudi. Pambudi telah merasakan adanya kecurangan yang akan dilakukan oleh lurah yang baru, yaitu Pak Dirga. Pambudi sudah memprediksi bahwa kecurangan yang akan dilakukan Pak Dirga sama seperti lurah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hati Pambudi makin lama makin resah. Pak Dirga, lurah yang baru, berbuat curang tepat seperti yang diramalkan Pambudi. Misalnya


(28)

padi atau bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi.”(Tohari, 2014:18).

Mengetahui sikap Pak Dirga seperti itu, Pambudi berkesimpulan dengan menandai Pak Dirga sama seperti lurah-lurah sebelumnya, yaitu lurah yang curang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Kekalahan Pak Badi menambah rasa kecil hati pada Pambudi. Dan benar juga, Pak Dirga sebagai lurah baru sama saja dengan yang digantikannya. Sering melanggar ketentuan-ketentuan perkoperasian yang ia pidatokan sendiri.” (Tohari, 2014:17-18).

Kutipan di atas menggambarkan kesimpulan Pambudi atas sikap yang ditunjukkan Pak Dirga selaku lurah yang baru dan membandingkannya dengan lurah yang lama bahwa Pak Dirga dan lurah yang lama itu sama-sama berbuat curang demi kepentingan sendiri.

Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat dilihat ketika Pambudi mengajak Mbok Ralem pergi ke Yogya untuk memeriksakan penyakit yang diderita Mbok Ralem, lalu mereka tidur di sebuah losmen yang sangat murah tarifnya. Pambudi memprediksi bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem kemungkinan besar adalah kanker dan juga biaya penyembuhan penyakit tersebut jika memang benar kanker memerlukan biaya yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Mereka menginap di losmen yang amat murah tarifnya. Hampir semalaman Pambudi tidak dapat tidur. Ia tak henti-hentinya membayangkan kemungkinan yang baru dapat diketahuinya besok. Ketika melihat proses pengambilan secuil jaringan dari benjolan di leher Mbok Ralem tadi, ia membayangkan kalau itu adalah kanker. Ia pernah mendengar bahwa tidak gampang menyembuhkan kanker, dan biayanya amat besar.”(Tohari, 2014: 34).


(29)

Setelah membayangkan seharian, Pambudi keesokan harinya mendatangi rumah sakit itu guna melihat hasil pemeriksaan yang dilakukan sehari sebelumnya. Setelah diterima surat pemeriksaannya, diketahui bahwa Mbok Ralem mengidap penyakit kanker. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Sebelum pukul sebelas, Pambudi telah berdiri di dekat jendela laboratorium. Surat keterangan yang ditunggu segera diterimanya. Ia segera menemui Pak Mantri yang kemarin memeriksa Mbok Ralem dan menyerahkan surat yang baru diterimanya itu. Betul, ternyata Mbok Ralem mengidap kanker. Pambudi mengernyitkan dahinya. Wajahnya tampak tegang.” (Tohari, 2014:35).

Kutipan di atas menggambarkan hasil yang ditunjukkan oleh rumah sakit menunjukkan bahwa itu benar-benar penyakit kanker. Hal ini sejalan dengan apa yang diperkirakan oleh Pambudi bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem yaitu kanker terbukti benar dan itu membuat Pambudi kelihatan tegang dalam menerima kabar mengenai kanker yang diderita Mbok Ralem.

Sikap Pambudi dalam memperhitungkan segala sesuatu dapat dilihat ketika Pambudi melihat Sanis, walaupun Sanis masih kelas 2 SMP, Pambudi memprediksi kalau semua gadis pasti akan menjadi dewasa begitu mendapatkan haid pertama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona. Apalagi pandangan Pambudi dibalas dengan senyuman oleh Sanis. Yang tersenyum malu-malu itu seorang gadis kecil, tidak lebih. Boleh jadi Sanis tidak memberi arti apa-apa pada senyumannya itu, tapi oleh Pambudi telah diterima selain dengan matanya, juga dengan hatinya, bahkan dengan denyut jantungnya. Pemuda itu hampir saja mengumpat dirinya, tapi tidak. Bukankah semua gadis di Tanggir ini menjadi dewasa begitu haidnya yang pertama hadir? Pikir Pambudi membela pikirannya yang mulai munafik.” (Tohari, 2014:48).

Apa yang telah diprediksi oleh Pambudi mengenai Sanis, seorang gadis lugu dengan penampilan yang sudah matang diusianya yang masih belia, terbukti


(30)

benar. Ini dapat dilihat ketika Pambudi naik sepeda pergi ke pasar, kemudian bertemu dengan Sanis di tengah perjalanan dengan berjalan kaki. Pambudi hendak menawarkan sepadanya untuk digunakan Sanis pulang ke rumah. Ketika Pambudi hendak mengambil sepeda ke rumah Sanis setelah pulang dari pasar, ia gelisah ketika melihat tingkah laku Sanis yang tidak seperti biasanya, seperti menyimpan sesuatu.Ketika sampai di rumah, Pambudi menyadari akan apa yang telah dikirakan olehnya bahwa Sanis merupakan gadis yang telah beranjak dewasa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Sampai di rumahnya kembali, Pambudi baru yakin bahwa Sanis tidak marah kepadanya. Pambudi menemukan sebuah bandul pada kunci sepedanya, sebuah biji kenari terukir rapi. Nama Sanis terpahat di situ. Rupanya hal itulah yang membuat Sanis bersikap malu-malu ketika kutemui tadi, pikir Pambudi. Tak lama kemudian seorang anak kecil membawa sebuah majalah remaja dan menyerahkannya kepada pemuda itu. Pambudi segera tahu, pengirimnya Sanis. Di dalam majalah itu terselip sebuah surat, singkat sekali dan diakhiri dengan ”Salam sayang”. Jadi anak gadis Pak Modin itu sama saja dengan semua gadis Tanggir. Cepat masak, matang sebelum tua, Pambudi tersenyum.” (Tohari, 2014: 72).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Sanis yang telah dewasa baik dari segi fisik maupun sikap. Dewasa yang dimaksudkan Pambudi dalam sikap Sanis adalah sudah mampu jatuh cinta terhadap lawan jenis. Walaupun masih gadis yang duduk di bangku SMP, Sanis ternyata juga memiliki daya tarik terhadap lawan jenis dan itu ditunjukkan kepada Pambudi dari sikapnya yang malu-malu dikarenakan perbedaan umur yang lumayan jauh.

4.2.3 Hasil Pemikiran Tentang Perencanaan


(31)

menjadi badan usaha yang dapat dipercaya sehingga masyarakat Desa Tanggir dapat hidup sejahtera. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Aneh, pikir Pambudi, aku hanya ingin bekerja menurut ukuran yang wajar. Mengembangkan lumbung koperasi untuk kebaikan bersama. Memang aku akan memperoleh keuntungan pribadi bila tujuanku berhasil. Mungkin pendapatan pribadiku akan naik. Dan siapa yang akan mengutukku bila aku dibayar karena tenaga yang telah kuberikan kepada koperasi? Bukan hanya aku yang akan beruntung bila lumbung koperasi Desa Tanggir menjadi badan usaha yang bonafide. Tidak, aku tidak berlebih-lebihan dalam bercita-cita ini. Koperasi untuk kepentingan bersama, tetapi alangkah sulit mengusahakan kemajuannya.” (Tohari, 2014:19).

Tapi apa daya, rencana yang diinginkan Pambudi untuk menjalankan itu terhambat. Hasilnya, Pambudi mengundurkan diri dari badan usaha koperasi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Karena menemui jalan buntu, Pambudi mulai berpikir untuk mencari pekerjaan lain.” (Tohari, 2014:19).

”Pada hari berikutnya Pambudi tidak berangkat kerja. Selesai sembahyang subuh ia bernyanyi kecil. Pambudi tidak dapat mengatakan mengapa di pagi hari itu ia merasa begitu tenteram. Padahal tadi malam ia telah menulis surat kepada Pak Dirga, Pambudi menyatakan pengunduran diri dari kepengurusan lumbung koperasi desa.” (Tohari, 2014:27).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pambudi akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya di lumbung koperasi desa disebabkan rencana Pambudi untuk membuat koperasi menjadi badan usaha yang dapat dipercaya tidak berjalan.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi telah siap mencari dana untuk menambah biaya pengobatan Mbok Ralem dengan


(32)

bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa yang akan dibuatnya menjadi modal dalam mengumpulkan dana.” (Tohari, 2014: 36).

Kutipan di atas menggambarkan perencanaan Pambudi dalam mencari dana tambahan untuk biaya pengobatan Mbok Ralem dengan menggunakan pasfoto dan fotokopi surat miskin dari desa. Kemudian Pambudi menemui pemilik harian Kalawarta dengan bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa serta biaya empat puluh ribu rupiah untuk dibuatkan iklan untuk meminta pertolongan biaya. Hasilnya akan dicetak keesokan harinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Harian Kalawarta memasang iklan yang dipesan Pambudi pada halaman pertama. Hal itu menunjukkan minat Pak Barkah terhadap usaha yang sedang dilakukan oleh anak muda dari Tanggir itu. Ternyata iklan itu diberi ukuran yang cukup besar. Foto Mbok Ralem dengan tonjolan di sisi lehernya tampak jelas. Begitu juga kedua surat keterangan yang ikut tercetak dalam iklan itu.” (Tohari, 2014:43).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa iklan yang dipesan oleh Pambudi di harian Kalawarta telah dipajang. Ini merupakan hasil dari usaha Pambudi untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada seseorang yang butuh pertolongan dana untuk pembiayaan sakit kanker yang dideritanya. Hal itu juga membuat Pak Barkah selaku pemimpin redaksi memuat iklan tersebut dengan ukuran besar untuk menarik minat pembaca dan tergerak hatinya untuk menolong sesamanya secara ikhlas.


(33)

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi merencanakan untuk menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Pambudi merasa bahwa mengumpulkan sumbangan melebihi keperluan. Usul itu sangat dihargai oleh Pak Barkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Pambudi yang sudah datang kembali dari Tanggir, kemudian berembuk dengan Pak Barkah. Keduanya merasa gembira dan yakin usahanya bakal berhasil. Bahkan Pambudi sudah mengusulkan untuk menentukan kapan ”Dompet Mbok Ralem” ditutup. Usul itu sangat dihargai oleh pemilik harian Kalawarta itu. Menurut Pak Barkah, tidaklah terpuji mengumpulkan sumbangan masyarakat melebihi keperluan.” (Tohari, 2014:44).

Alasan Pambudi untuk menutupnya adalah sama dengan apa yang dipikirkan dan diucapkan oleh Pak Barkah. Hal ini semakin dipertegas oleh pernyataan Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Ya, kita hanya memerlukan suatu jumlah tertentu. Kurang sedikit akan lebih baik daripada terlalu banyak lebihnya,” sambung Pambudi pula.” (Tohari, 2014:45).

Ketika rencana tersebut akan dijalankan, malah melebihi apa yang diharapkan. Hasilnya dana yang telah terkumpul datang terus menerus. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Namun keinginan kedua orang itu untuk membatasi sumbangan sampai pada jumlah yang patut, tidak terlaksana. Pada hari kesepuluh datang kiriman cek bernilai seratus ribu rupiah. Penymbangnya menyembunyikan nama dan alamatnya. Pada hari itu ”Dompet Mbok Ralem” dinyatakan ditutup. Wesel yang terlanjur diposkan oleh pengirimnya masih berdatangan sampai lima hari kemudian. Berdua Pambudi, Pak Barkah menghitung uang yang masuk, Rp2.162.350,00.” (Tohari, 2014:45).

Kutipan di atas menggambarkan rencana Pambudi untuk menutup penggalangan dana itu dengan tujuan jumlah yang diperlukan hanya sampai pada


(34)

batas yang ditentukan, tidak terlaksana. Hasilnya sumbangan yang dari awal hanya diperlukan sekitar Rp500.000,00, tetapi dari sumbangan yang terkumpul sebesar Rp2.162.350,00. Walaupun berlebih, tetapi Pambudi akan tetap memberikan sisanya untuk Mbok Ralem.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi ingin sembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Tetapi, Pambudi telah merencanakan untuk melihat Sanis. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin hingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis.” (Tohari, 2014:47).

Rencana Pambudi untuk bertemu dengan Sanis akhirnya kesampaian. Hasilnya mereka bertemu dan berbincang-bincang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Satu per satu jemaah surau itu bangkit dan pulang. Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona, sampai dikejutkan oleh sapaan Sanis. ”Mampir, Kak,” kata Sanis yang terdengar bagaikan suara getaran dawai di telinga Pambudi. ”Terima kasih. Lain kali sajalah, siang ini aku harus kembali ke Yogya.” (Tohari, 2014:48).

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi dan ayahnya menginterogasi seorang pencuri bernama Bagol. Ketika ayah Pambudi menginterogasi Bagol, Bagol tidak mau menjawabnya atau bungkam. Tetapi, Pambudi penasaran karena Bagol terlihat menyembunyikan sesuatu, maka Pambudi merencanakan untuk menanyai Bagol secara halus demi mendapatkan informasi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:


(35)

”Siapa yang menyuruhmu?” tanya ayah Pambudi kepada Bagol. Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Pambudi ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol. ”Begini, kita kerja sama. Katakan terus terang siapa yang menyuruhmu dan aku berjanji akan merahasiakan segalanya. Kau aman, sebab majikanmu tidak tahu bahwa kau telah gagal. Bila kau menolak, akan kusebarkan berita bahwa kau telah mencoba mengguna-gunai kami. Pasti orang yang menyuruhmu akan segera mendengar kegagalanmu dan tak pelak lagi kau pasti akan dihukumnya”. (Tohari, 2014:75-76).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang berencana menanyai Bagol secara halus untuk mendapatkan informasi mengenai siapa yang menyuruh Bagol melakukan hal itu akhirnya kesampaian. Hasilnya Pambudi mengetahui siapa yang menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Bagol termenung sejenak, lalu mengangkat muka ke arah Pambudi. Dari sinar matanya, Pambudi tahu bahwa maling itu akhirnya setuju atas usulnya. ”Nah, katakan siapa orang itu,” desak Pambudi. “Pak Dirga,” jawab Bagol singkat.” (Tohari, 2014:76).

Hasil dari interogasi secara halus itu dapat diketahui bahwa yang menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu ternyata adalah Pak Dirga, lurah Desa Tanggir. Ayah Pambudi terkejut dan sadar apa artinya berselisih dengan Lurah bagi penduduk Tanggir.

4.2.4 Hasil Pemikiran Tentang Harga Diri

Sikap menghargai diri dapat terlihat dari tindakan Pambudi yang menjadikan dirinya sebagai subjek, pelaku aktif dalam setiap tindakan dan tidak menjadikan dirinya objek yang tertindas, yang hanya menerima nasib begitu saja. Pak Dirga menawarkan kerjasama kepada Pambudi dengan menggunakan uang


(36)

milik koperasi sebagai ganti rugi penggusuran batang pohon kelapa kepada pemilik pohon kelapa dengan membayar lebih murah untuk dijadikan pembuatan jalan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Tetapi, Pambudi langsung menolak ajakan dari Pak Dirga. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Bagaimana, Pambudi?” Yang ditanya kaget, ”Oh, Maaf, hendaknya Bapak jangan mengikutsertakan saya dalam urusan seperti itu.” ”Lho, kenapa? Kau akan mendapat banyak keuntungan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Semua orang menyenangi hal semacam itu, mengapa kau tidak? Lihat, Poyo telah lumayan hidupnya. Sekarang tiba giliranmu, ayolah!” ”Tidak, Pak.” ”Mengapa?” ”Saya tidak bisa menerangkannya mengapa.” (Tohari, 2014: 26).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa sikap Pambudi yang menghargai dirinya sendiri dengan menolak ajakan dari lurahnya yang merupakan orang paling tinggi kedudukannya di Desa Tanggir untuk berbuat curang. Hasilnya adalah perasaan lega yang didapatinya dengan menuruti kata hatinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Dipandangnya Pambudi lama-lama, tetapi pemuda itu tenang saja. Bahkan di dalam hatinya Pambudi merasa lega. Ia telah menuruti suara hati nuraninya untuk tidak turut melakukan kecurangan bersama Pak Dirga. Memang hanya satu yang terasa olehnya pada saat itu: Lega. Lega!” (Tohari, 2014: 26).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi secara sadar dia mengikuti kata hatinya untuk tidak ikut melakukan kecurangan tersebut. Perasaan lega didapatkan setelah menolak sekaligus mampu menahan diri untuk ikut serta dalam kecurangan yang telah direncanakan oleh Pak Dirga.


(37)

Pambudi juga menghargai usaha Pak Barkah dalam usahanya menolong menghimpun biaya pengobatan untuk Mbok Ralem dan hendak pamit pulang ke Desa Tanggir. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Ya, anda benar, Pak Barkah. Kemanusiaan masih ada. Sekarang kami mohon diri. Sungguh, rasanya sulit bagi saya melupakan Bapak dan Kalawarta. Saya percaya, Kalawarta akan menjadi bacaan semua orang. Selamat tinggal.” (Tohari, 2014:55).

Sikap Pambudi yang telah menggerakkan sisi kemanusiaan di masyarakat mendapat apresiasi dari Pak Barkah. Hasilnya Pak Barkah sampai terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh Pambudi. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan seorang pemuda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apapun.” (Tohari, 2014:55).

Kutipan di atas menggambarkan kepribadian Pambudi telah dihargai dan diapresiasi oleh Pak Barkah sekaligus para pegawai harian Kalawarta, karena mereka jarang melihat orang seperti Pambudi dan sangat takjub akan perjuangannya yang rela menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa. Ini menunjukkan bahwa mereka saling menghargai satu sama lain.

4.2.5 Hasil Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengikuti perkembangan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan


(38)

teknologi, masyarakat akan semakin mengetahui dan akan lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi dikarenakan sesuatu yang dihasilkan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil yang nyata dan dapat diterima oleh akal pikiran manusia dan juga sudah teruji kebenarannya.

Pambudi juga percaya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu ketika pemimpin redaksi harian Kalawarta, yaitu Pak Barkah menunjukkan naskah iklan yang dimohonkan oleh Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Naskah iklan itu selesai dibuat oleh Pak Barkah, kemudian diperlihatkan kepada Pambudi. ”Bagaimana, Dik Pambudi?” ”Wah, Bapak jangan meminta persetujuan saya. Tentang iklan saya tidak tahu apa-apa, meskipun setiap saat saya mendengarnya dari radio dan televisi.” (Tohari, 2014:39).

Kutipan di atas menggambarkan Pambudi percaya bahwa media iklan dapat memberikan informasi kepada masyarakat walaupun Pambudi tidak begitu paham mengenai iklan dan juga pernah mendengannya melalui radio dan televisi, tetapi dia percaya media iklan itu dapat menyampaikan maksud dan tujuan dari pemohon.

Setelah permohonan pembuatan iklan telah dibuat, hasilnya harian Kalawarta makin banyak dicari dan dibaca oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Harian Kalawarta bertambah laris, paling tidak dalam lingkungan rumah sakit Yogya, terutama di rumah sakit yang merawat Mbok Ralem. Dari direktur sampai para dokter, para perawat, dan para pegawi lainnya, semuanya membaca Kalawarta.” (Tohari, 2014:49).


(39)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa iklan yang dipasang Pambudi di harian Kalawarta itu jadi makin laris dan makin sering dibaca oleh masyarakat, terutama di kalangan rumah sakit di mana Mbok Ralem dirawat


(40)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka gambaran pemikiran modern yang terdapat dalam tokoh Pambudi sebagai berikut:

1. Pemikiran tentang kemampuan manusia 2. Pemikiran tentang memperhitungkan sesuatu 3. Pemikiran tentangperencanaan

4. Pemikiran tentang harga diri

5. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi

Hasil pemikiran modern yang ditunjukkan oleh tokoh Pambudi yaitu:

1. Hasil pemikiran tentang kemampuan manusia

Hasilnya adalah Pambudi yakin pada kemampuan diri sendiri, yaitu mampu menangkap seseorang yang mencurigakan dan itu adalah Bagol, pencuri yang terkenal di desanya.

2. Hasil pemikiran tentang memperhitungkan sesuatu

a. Pambudi menyamakan Pak Dirga dengan lurah sebelumnya, yaitu pembohong karena selalu melanggar akan pidato yang telah diucapkannya sendiri.


(41)

c. Perkiraan Pambudi mengenai kedewasaan dalam tingkah laku Sanis yang masih gadis terbukti benar, yaitu sudah mampu menykai lawan jenis.

3. Hasil pemikiran tentangperencanaan

a. Pambudi berhasil mengiklankan pas foto dan surat keterangan tidak mampu di Harian Kalawarta untuk menghimpun bantuan dana dari masyarakat.

b. Pambudi berhasil mengumpulkan dana dari para donatur dan dermawan dari rencana dengan mengiklankan pas foto dan surat keterangan tidak mampu di harian Kalawarta sebesar Rp2.162.350,00. c. Pambudi mengundurkan diri dari pekerjaannya di lumbung koperasi

disebabkan rencananya untuk membuat koperasi menjadi badan usaha yang dapat dipercaya tidak berjalan.

d. Pambudi mengetahui siapa yang telah menyuruh Bagol untuk mengguna-gunai keluarga Pambudi dan hasilnya adalah Pak Dirga, lurah desanya sendiri.

4. Hasil pemikiran tentang harga diri

a. Pambudi mampu menolak secara tegas bahwa Pambudi tidak ingin ikut campur dalam urusan berbuat curang yang direncanakan lurahnya. b. Pambudi mendapat apresiasi dari pimpinan dan staf harian Kalawarta


(42)

5. Hasil pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi

iklan yang dimohonkan oleh Pambudi kepada harian Kalawarta menjadi laris dibaca oleh kalangan masyarakat khususnya Kota Yogya yang akhirnya membuat masyarakat tahu mengenai Mbok Ralem.

5.2 Saran

Kajian ini terbatas karena hanya membahas gambaran pemikiran modern dan hasil yang didapatkan dari pemikiran modern yang ditunjukkan oleh tokoh Pambudi dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Oleh karena itu, peneliti berikutnya perlu mengembangkan agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai pemikiran modern dengan menggunakan teori Sigmund Freud dengan aspek id, ego dan superego. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan pada kalangan pelajar dan juga mahasiswa mengenai pemikiran modern.


(43)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut:

2.1.1 Novel

Menurut Abdul Rozak, Zaidan,dkk. (2007:136) novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan; mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik lisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Novel dibuat berdasarkan hasil rekayasa imajinasi pengarang atau berdasarkan kehidupan nyata seseorang yang diangkat untuk dapat dijadikan sebagai sebuah cerita.

2.1.2 Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2000:85). Tokoh utama merupakan pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran penting atau utama. Tokoh senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman karya sastra. Karya sastra yang dimaksud dapat


(44)

berupa novel dan cerpen. Tokoh dalam karya sastra selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.

2.1.3 Gambaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gambaran adalah uraian, keterangan, atau penjelasan terhadap sesuatu hal.

2.1.4 Pemikiran Modern

Menurut Alex Inkeles (dalam Weiner, 1986:88), pemikiran modern adalah proses berpikir dan bertindak dengan cara-cara tertentu mengikuti arus perkembangan zaman. Berpikir modern berarti menerima segala bentuk perubahan dari mulai proses berpikir dan bertindak sesuai perkembangan zaman.

2.1.5 Psikologi

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara umum, psikologi berarti ilmu jiwa. Gardner (dalam Sarwono, 2010:6) mengartikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.

2.2 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori psikologi sastra dan teori modernisasi sebagai alat yang digunakan dalam menganalisis data penelitian.


(45)

2.2.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan dalam bentuk tulisan. Pendekatan psikologi memiliki tiga pendekatan yaitu: 1. pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra, 2. pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3. Pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca (Endraswara, 2008:99). Objek dalam penelitian ini menekankan pada pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu.

Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Menurut Sigmund Freud, ada tiga komponen kepribadian, yaitu Id yang selalu berprinsip mau memenuhi kesenangannya sendiri (pleasure principle), ego yang selalu berorientasi pada kenyataan (reality principle), dan super ego yang selalu berpatokan pada norma-norma yang baku (moral standard). Ketiga komponen tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak menyalurkan energi naluri ke dalam energi gerak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terjadi dalam kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam kehidupan dunia fiksi. Ketiganya juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.

Psikologi dan sastra keduanya berfungsi untuk memperkaya pengalaman manusia dan keduanya juga berusaha menyadarkan manusia untuk dapat mengenal dirinya sendiri. Fenomena sastra sebagai cermin kepribadian sastra merupakan karya kreatif dari sebuah proses pemikiran untuk menyampaikan ide, pengalaman dan sistem berpikir atau teori.


(46)

Maka dari itu, psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dapat diterapkan dalam kajian kesusateraan. Penganalisisan karya sastra dengan kajian psikoanalisa Sigmund Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam tokoh karya sastra yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia dalam kehidupan nyata. Analisis Psikoanalisa digunakan karena tokoh-tokoh dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari kehidupan nyata sehingga mampu mewakili perwatakan manusia yang diaplikasikan dalam bentuk cerita. Kegiatan mengkaji pergolakan jiwa tokoh karya sastra perlu pengamatan yang jeli dan teliti.

2.2.2 Teori Modernisasi

Modernisasi sering ditandai dengan perubahan-perubahan, baik itu dari segi lingkungan, masyarakat, kebutuhan hidup, dan juga tingkah laku. Proses modernisasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Dengan adanya proses modernisasi, maka masyarakat dapat merasakan perubahan dalam sisi kehidupannya secara bertahap setiap waktunya. (Schoorl, 1980:2).

Tantawi (2015:129) mengatakan bahwa modernisasi adalah perubahan nilai, yaitu dari nilai lama kepada nilai baru. Ini mengartikan bahwa nilai lama dianggap sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman sedangkan nilai baru dianggap lebih baik dan menguntungkan.

Modernisasi melahirkan suatu sikap-sikap tertentu yang menandai manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang mengalami proses


(47)

Weiner, 1986), modern diartikan sebagai suatu kecenderungan individu dalam bertindak dengan cara-cara tertentu. Menurut Alex Inkeles, setidaknya ada sembilan tema yang mendasari definisi-definisi bagi manusia modern yaitu:

1. Penerimaan hal-hal Baru

Manusia modern memiliki kesediaan untuk menerima pengalaman baru dan keterbukaannya bagi pembaharuan dan perubahan.

2. Dunia Opini

Memiliki kesanggupan untuk membentuk atau mempunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan-persoalan dan hal-hal yang timbul disekitarnya maupun di dunia luar.

a. Demokratis, dalam arti sadar akan keragaman sikap dan opini disekitarnyadan tidak menutup diri dengan menyangka bahwa semua orang mempunyai pendapat yang sama dengan dirinya.

b. Menerima pendapat-pendapat yang berbeda tanpa perlu tegas atau keras menolaknya karena khawatir kalau pendapat-pendapat itu akan menghancurkan pandangan-pandangan dunianya.

c. Tidak menerima opini secara otokratis dan hierarkis. Manusia modern mendengarkan ide-ide dari orang yang lebih tinggi kedudukannya ataupun lebih rendah kedudukannya. Ide dari pihak manapun didengar dan dihargai sama, serta hanya dinilai berdasarkan kualitas idenya saja.

3. Konsepsi Waktu

a. Manusia modern berorientasi waktu kekinian dan masa depan, bukannya masa lampau.


(48)

b. Manusia modern selalu tepat waktu.

c.Manusia modern memiliki waktu-waktu tetap (terjadwal) sehingga hidupnyaterencana dan teratur.

4. Perencanaan

Manusia modern menginginkan terlibat dalam perencanaan akan hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya dan organisasi, serta menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar.

5. Keyakinan akan Kemampuan Manusia

Manusia modern percaya bahwa siapa saja mampu belajar menguasailingkungan agar mendukung dirinya dalam mencapai tujuan. 6. KemampuanMemperhitungkan Sesuatu

Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika dihadapkan pada suatu masalah. Dengandemikian makakeberhasilan dalam menyelesaikan masalah bukan tergantung dari kualitas dan karakter seseorang, tetapikarena pendekatan yang digunakan oleh manusia untuk mengarahkan.

7. Harga Diri

Manusia modern adalah manusia yang menyadari akan martabat atau kedudukan,baik dirinya maupun orang lain, sehingga akan memberikan penghargaan yangsesuai dengannya.

8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Manusia modern akan lebih percaya pada hasil-hasil ilmu pengetahuan danteknologi.


(49)

Keadilan

Manusia modern percaya bahwa ganjaran-ganjaran seharusnya diberikan sesuai dengan tindakan-tindakan, bukan karena hal-hal atau sifat-sifat yang dimiliki seseorang yang tidak ada hubungannya dengan tindakannya.

Modernisasi tercipta dikarenakan adanya dorongan oleh keinginan untuk : a. Hidup praktis atau lebih nyaman.

b. Meningkatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produksi.

c. Mendapatkan sesuatu lebih banyak (nilai tambah), lebih bermutu, lebih bagus, lebih hemattenaga, lebih baik.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi menggunakan teori yang berbeda, sedangkan dengan teori psikologi sastra belum pernah dikaji sebelumnya. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut.

Ayuatma Nirmala Utami, dkk. (2014) dalam jurnalnya yang berjudul ”Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra” membahas tentang kehidupan masyarakat di Desa Tanggir dengan segala permasalahannya yang cukup kompleks. Kesimpulan dalam novel ini adalah


(50)

seiring berkembangnya zaman, masuk dan menyatunya budaya luar dengan budaya Indonesia, Jawa, maupun Banyumas, banyak mempengaruhi perubahan sosial masyarakat. Keterlibatan Pambudi dalam pemerintahan desa Tanggir menjadikannya tokoh yang sangat berpengaruh dalam cerita. Sanis juga dianggap menarik karena karakternya sebagai gadis desa yang cantik, lugu, dan kisah cintanya dengan Pambudi yang berumur jauh diatasnya, serta nasibnya yang menjadi korban poligami Pak Dirga. Selain itu, muncul pula beberapa perubahan sosial di Tanggir. Masyarakat mulai berubah menjadi lebih konsumtif yang kemudian meluas menjadi permasalahan politik. Cerita tentang politik dianggap sangat menarik, politik merupakan satu hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan.

Astoto Adi (2010) mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul ”Masyarakat Miskin Dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin dikategorikan dalam kelompok para petani, pemungut sampah, pengumpul gabah dan kuli bangunan. Keterbatasan lapangan kerja menjadi faktor utama masyarakat desa Tanggir memilih pekerjaan tersebut menjadi pekerjaan tetap mereka sehari-hari.

Bakti Sutopo (2008) dalam jurnalnya yang berjudul ”Beberapa Jejak Kelisanan Dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Perspektif Walter J. Ong” membahas tentang sastra tulis yang dipengaruhi oleh tradisi lisan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dihasilkan dalam budaya tulis yang mendapatkan pengaruh unsur


(51)

persaingan), homeostatis (penyeimbang), konservatif (bersifat tradisional), kopius (berlebihan), beralur episodik (secara alami) dan terdapat ajaran moral.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra belum pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian yang akan diteliti adalah tentang pemikiran modern tokoh utama dan yang membedakan penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah teoriyang digunakan dalam menganalisis objek yang akan diteliti, yaitu novel Di Kaki Bukit Cibalak. Dengan demikian, keaslian atau kebenaran penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.


(52)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran. Sebuah karya sastra tercipta akibat adanya hubungan antar tokoh dalam cerita dan situasi sosial pada zaman karya sastra itu diciptakan. Perilaku tokoh dalam setiap cerita sangat berbeda-beda, sehingga dari setiap cerita yang disampaikan dapat menggambarkansifat-sifat tokoh dalam cerita.

Pada hakikatnya karya sastra adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra dilatarbelakangioleh adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (Sarjidu, 2004:2).

Sastra merupakan sebuah gambaran tingkah laku manusia yang dideskripsikan dalam bentuk tulisan. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berdasarkan dari pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, atauyang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sastra menghasilkan karya seni dan beraneka ragam, salah satunya yaitu novel.

Modernisasi juga bagian dari proses perubahan tingkah laku manusia. Modernisasi melahirkan suatu sikap-sikap tertentu yang menandai manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang mengalami proses modernisasi ini


(53)

disebut masyarakat modern.Seringkali pembaca dikaburkan oleh cara pengarang dalam menyampaikan maksudnya, salah satunya melalui tokoh yang memiliki perilaku beragam. Pemikiran-pemikiran yang timbul membuat perilaku tokoh menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang dihadapi.

Ahmad Tohari menggambarkan tokoh Pambudi dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak, yaitu ketika menghadapi persoalan-persoalan di desanya, yaitu desa Tanggir. Mulai dari permasalahan lumbung koperasi desa yang tidak dijalankan dengan semestinya, sampai Pambudi menolong Mbok Ralem yang mengidap penyakit kanker dengan membuat penggalangan dana melalui iklan di harian Kalawarta yang mana membuat berita tentang iklan itu sampai membuat pemerintah memberi peringatan kepada kepala desa Tanggir yang tidak mau tahu akan masyarakatnya yang sedang menderita sampai-sampai hanya masyarakat biasa seperti Pambudi yang sudi menolongnya.

Penulis tertarik menganalisis pemikiran modern tokoh utamadalam novel Di Kaki Bukit Cibalakdisebabkan oleh penulis ingin meneliti dan mengetahui lebih dalam novel ini dari tinjauan psikologi sastra. NovelDi Kaki Bukit Cibalakbelum pernah dianalisis secara psikologi sastra. Penulis menganalisisnya terbatas hanya pada naskahnya saja, sehingga penelitian ini akan membahas tentang gambaran pemikiran modern tokoh utama pada novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.


(54)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, masalah pokok yang akan dibicarakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah gambaran pemikiran modern pada tokoh utama dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari?

2. Apa saja hasil dari pemikiran modern yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari?

1.3 Batasan Masalah

Batasan perlu dilakukan agar ruang lingkup penelitian masalah terarah dan jelas sesuai dengan tujuan. Batasan masalah dalam penelitian ini menekankan pada pengungkapan gambaran pemikiran modern tokoh utama dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan gambaran pemikiran modern tokoh utama dalam novelDi Kaki Bukit Cibalakkarya Ahmad Tohari.

2. Mengungkap hasil dari pemikiran modern dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.


(55)

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini memberi manfaat:

1. Bidang Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan, masukan, serta gambaran yang lebih luas mengenai pentingnya pemikiran modern, bukan hanya dalam dunia fiksi, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya, terutama dalam menganalisis pemikiran modern yang tercermin dari perilaku tokoh dalam karya sastra.

2. Bidang Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang pemikiran modern yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karyaAhmad Tohari.

b. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca untuk memahami dan menikmati novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.


(56)

GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI: ANALISIS

PSIKOLOGI SASTRA

Oleh: Doni Syahputra

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Karya sastra merupakan hasilkreatifitaspengarang. Dalam karya sastra, termasuk novel dapat tergambar kepribadian tokoh cerita, khususnya tokoh utama. Pengarang menulis sebuah karya bukan hanya sekedar untuk menimbulkan perasaan senang kepada pembaca dan pendengar, tetapi juga ingin menyampaikan sebuah pesan tentang pemahaman dan pandangan terhadap kejadian dan aksi para tokoh karya sastra tersebut. Gambaran pemikiran modern dapat dideskripsikan dengan menggunakan tinjauan psikologis astra yakni teori Sigmund Freud.Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pemikiran modern tokoh Pambudi. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, yaitu memperoleh data melalui buku-buku. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif, yaitu tahap mengklasifikasikan data dan menyajikan data. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa gambaran pemikiran modern pada tokoh Pambudi terdiri atas yakin akan kemampuan manusia, perhitungan, perencanaan, hargadiri, dan percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tampak pada cara Pambudi dalam menyikapi suatu masalah dan caranya untuk mengatasi masalah itu. Hasil pemikiran modern juga berkaitan dengan kelima pemikiran modern yang terdapat pada tokoh Pambudi.


(57)

GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA

DALAMNOVELDI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD

TOHARI: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI

DONI SYAHPUTRA

110701052

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(58)

(59)

PERNYATAAN

GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI: ANALISIS

PSIKOLOGI SASTRA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah murni, benar-benar hasil karya sendiri, tidak pernah diajukan sebelumnya untuk meraih gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi lain, dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, Maret 2016

Doni Syahputra


(60)

GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI: ANALISIS

PSIKOLOGI SASTRA

Oleh: Doni Syahputra

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Karya sastra merupakan hasilkreatifitaspengarang. Dalam karya sastra, termasuk novel dapat tergambar kepribadian tokoh cerita, khususnya tokoh utama. Pengarang menulis sebuah karya bukan hanya sekedar untuk menimbulkan perasaan senang kepada pembaca dan pendengar, tetapi juga ingin menyampaikan sebuah pesan tentang pemahaman dan pandangan terhadap kejadian dan aksi para tokoh karya sastra tersebut. Gambaran pemikiran modern dapat dideskripsikan dengan menggunakan tinjauan psikologis astra yakni teori Sigmund Freud.Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pemikiran modern tokoh Pambudi. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, yaitu memperoleh data melalui buku-buku. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif, yaitu tahap mengklasifikasikan data dan menyajikan data. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa gambaran pemikiran modern pada tokoh Pambudi terdiri atas yakin akan kemampuan manusia, perhitungan, perencanaan, hargadiri, dan percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tampak pada cara Pambudi dalam menyikapi suatu masalah dan caranya untuk mengatasi masalah itu. Hasil pemikiran modern juga berkaitan dengan kelima pemikiran modern yang terdapat pada tokoh Pambudi.


(61)

PRAKATA

Pujisyukurkepada Allah S.W.T. yang

telahmemberikanbegitubanyakberkahkepadapenulissehinggaakhirnyadapat

menyelesaikan skripsi ini. SegalaanugerahdariAllah S.W.T. yangtelahmenuntundanmenguatkanpenulisdalammenghadapisegalakendaladalam

menyelesaikanstudi di Universitas Sumatera Utara.

Skripsiiniditulissebagaisyaratuntukmemperolehgelarsarjana di DepartemenSastra Indonesia FakultasIlmuBudaya USU. Adapun judul skripsi ini

adalah ”Gambaran Pemikiran Modern Tokoh Utama Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Analisis Psikolog iSastra”. Saatmelewati proses penyelesaianskripsiini,

penulisbanyakmenemukankesulitantetapipenulisjugabanyakmendapatbantuanberu padukungan, nasihat, perhatian, bimbingan, danjugadoa. Untukitudengansegalakerendahanhatipenulismengucapkanterimakasihkepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum., sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Rosmayati sebagai Wakil Rektor I, Dr. dr. Muhammad Fidel Ganis Siregar sebagai Wakil Rektor II, Drs. Mahyuddin K. M. Nasution, M.IT, Ph.D sebagai Wakil Rektor III, Prof. Dr. Bustami Syam sebagai Wakil Rektor IV, dan Ir. Luhut Sihombing sebagai Wakil Rektor V, terima kasih atas kesempatan dan fasilitas yang telah penulis gunakan selama kuliah di Universitas Sumatera Utara. 2. Dr. SyahronLubis, M.A., sebagaiDekanFakultasIlmuBudaya, Prof. M.


(62)

SyamsulTarigansebagaiPembantuDekan II, dan Drs. Yuddi Adrian Mulia, M.A. sebagaiPembantuDekan III di Fakultas Ilmu Budaya USU. 3. Prof. Dr. IkhwanuddinNasution, M.Si., sebagaiketuaDepartemenSastra

Indonesia dan Drs. HarisSutanLubis, M.S.P., sebagaisekretarisDepartemenSastra Indonesia, FakultasIlmuBudaya USU

yang telahmemberikanbanyakinspirasiselamamenjadimahasiswa di DepartemenSastra Indonesia.

4. Drs. IsmaTantawi, M.A., sebagaidosenpembimbing I dan Drs. HarisSutanLubis, M.S.P., sebagaidosenpembimbing II penulis yang senantiasamembimbingdanmemberikanmasukankepadapenulisdalammen yelesaikanskripsiini.

5. Alm. Dra. Keristiana, M.Hum.,sebagaidosenpembimbing akedemik (PA)

semasa hidupnya senantiasamembimbingdanmemberikanmasukankepadapenulisselamame

ngikutiperkuliahan di DepartemenSastra Indonesia FakultasIlmuBudaya USU.

6. BapakdanIbupengajar di DepartemenSastra Indonesia

FakultasIlmuBudaya USU yang senantiasadengantulusmemberikanbimbingandanpengajaranselamapenuli

smengikutiperkuliahan.

7. Orangtua paling sempurnadalamhiduppenulisyaituAlm. Suyardi, S.E danSuriani yang telahmembesarkandanmendukunglewatperbuatan, materidandoaterhadappenulissampaisaatini.


(1)

PRAKATA

Pujisyukurkepada Allah S.W.T. yang

telahmemberikanbegitubanyakberkahkepadapenulissehinggaakhirnyadapat

menyelesaikan skripsi ini. SegalaanugerahdariAllah S.W.T. yangtelahmenuntundanmenguatkanpenulisdalammenghadapisegalakendaladalam

menyelesaikanstudi di Universitas Sumatera Utara.

Skripsiiniditulissebagaisyaratuntukmemperolehgelarsarjana di DepartemenSastra Indonesia FakultasIlmuBudaya USU. Adapun judul skripsi ini

adalah ”Gambaran Pemikiran Modern Tokoh Utama Novel Di Kaki Bukit

Cibalak Karya Ahmad Tohari: Analisis Psikolog iSastra”. Saatmelewati proses

penyelesaianskripsiini,

penulisbanyakmenemukankesulitantetapipenulisjugabanyakmendapatbantuanberu padukungan, nasihat, perhatian, bimbingan, danjugadoa. Untukitudengansegalakerendahanhatipenulismengucapkanterimakasihkepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum., sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Rosmayati sebagai Wakil Rektor I, Dr. dr. Muhammad Fidel Ganis Siregar sebagai Wakil Rektor II, Drs. Mahyuddin K. M. Nasution, M.IT, Ph.D sebagai Wakil Rektor III, Prof. Dr. Bustami Syam sebagai Wakil Rektor IV, dan Ir. Luhut Sihombing sebagai Wakil Rektor V, terima kasih atas kesempatan dan fasilitas yang telah penulis gunakan selama kuliah di Universitas Sumatera Utara. 2. Dr. SyahronLubis, M.A., sebagaiDekanFakultasIlmuBudaya, Prof. M.


(2)

SyamsulTarigansebagaiPembantuDekan II, dan Drs. Yuddi Adrian Mulia, M.A. sebagaiPembantuDekan III di Fakultas Ilmu Budaya USU. 3. Prof. Dr. IkhwanuddinNasution, M.Si., sebagaiketuaDepartemenSastra

Indonesia dan Drs. HarisSutanLubis, M.S.P., sebagaisekretarisDepartemenSastra Indonesia, FakultasIlmuBudaya USU

yang telahmemberikanbanyakinspirasiselamamenjadimahasiswa di DepartemenSastra Indonesia.

4. Drs. IsmaTantawi, M.A., sebagaidosenpembimbing I dan Drs. HarisSutanLubis, M.S.P., sebagaidosenpembimbing II penulis yang senantiasamembimbingdanmemberikanmasukankepadapenulisdalammen yelesaikanskripsiini.

5. Alm. Dra. Keristiana, M.Hum.,sebagaidosenpembimbing akedemik (PA)

semasa hidupnya senantiasamembimbingdanmemberikanmasukankepadapenulisselamame

ngikutiperkuliahan di DepartemenSastra Indonesia FakultasIlmuBudaya USU.

6. BapakdanIbupengajar di DepartemenSastra Indonesia

FakultasIlmuBudaya USU yang senantiasadengantulusmemberikanbimbingandanpengajaranselamapenuli

smengikutiperkuliahan.

7. Orangtua paling sempurnadalamhiduppenulisyaituAlm. Suyardi, S.E danSuriani yang telahmembesarkandanmendukunglewatperbuatan, materidandoaterhadappenulissampaisaatini.


(3)

Terimakasihjugakepadasaudara-saudarapenulisyaituDiniRahayu,

BriptuDickyPurwanto, DidiHarionodanDessy Indah Rizkyataskasihsayangdanperhatiannya yang tidakpernahberhenti.

8. TerimakasihbuatmahasiswaSastra Indonesia angkatan 011 yang telahberjuang bersamamelaluiberbagaimacamtantangandari semester pertama, terimakasihataspengalamandanpembelajaranberharga yang penulisdapatkanselamaini.

9. Berbagaipihak yang tidakdapatpenulissebutkansatu per satu yang telahmendukungpenulissehinggaskripsiinibisadiselesaikan.

Akhir kata, penulismenyadarikripsiinimasihjauhdarikesempurnaan.Olehkarenaitu,

penulismengharapkankritikdan saran daripembaca yang sifatnyamembangun agar

lebihbaiklagipadamasa yang akandatang. Semogaskripsiinidapatmenambahwawasan dan pengetahuan pembaca.

Medan, Maret 2016

Doni Syahputra 110701052


(4)

DAFTAR ISI LEMBAR BIMBINGAN

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA .. 4

2.1 Konsep ... 4

2.1.1 Novel ... 4

2.1.2 Tokoh ... 4

2.1.3 Gambaran ... 4

2.1.4 Pemikiran Modern ... 5

2.1.5 Psikologi ... 5


(5)

2.2.1 Psikologi Sastra ... 5

2.2.2 Teori Modernisasi ... 6

2.3 Tinjauan Pustaka ... 9

BAB III METODE PENELITIAN ... 11

3.1 Metode Penelitian ... 11

3.2 Bahan Analisis ... 11

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 12

3.4 Teknik Analisis Data ... 12

BAB IV GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN DAN HASIL PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA ... 17

4.1 Gambaran Pemikiran Modern pada Tokoh Utama ... 17

4.1.1 Pemikiran Tentang Kemampuan Manusia ... 19

4.1.2 Pemikiran Tentang Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu ... 20

4.1.3 Pemikiran Tentang Perencanaan ... 23

4.1.4 Pemikiran Tentang Harga Diri ... 27

4.1.5 Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .... 30

4.2 Hasil Pemikiran Modern Tokoh Utama ... 32

4.2.1 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Manusia ... 32

4.2.2 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu ... 33


(6)

4.2.3 Hasil Pemikiran Tentang Perencanaan ... 36

4.2.4 Hasil Pemikiran Tentang Harga Diri ... 41

4.2.5 Hasil Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi43 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Simpulan ... 45

5.2 Saran... ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 50

1. Sinopsis ... 50