Pemikiran TentangKemampuan Memperhitungkan Sesuatu

20 perbuatan curang dan juga sifat dermawan yang sangat menonjol itulah jadi alasan kuat Pambudi mempercayai Pak Badi jika terpilih menjadi lurah Desa Tanggir. Pambudi juga yakin akan kemampuannya sendiri ketika dia melihat orang yang mencurigakan di dekat rumahnya. Karena mencurigakan dan penasaran, Pambudi yakin akan dapat menangkap orang yang mencurigakan itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Melalui pintu samping, Pambudi segera keluar rumah. Diawasinya pendatang yang mncurigakan itu dari balik rumpun kacapiring. Sinar bintang-bintang membantunya mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia sedang menanam sesuatu di tengah regol. Hampir saja Pambudi menyorotkan lampu senternya, tetapi urung. Pambudi ingin menangkap orang itu karena yakin mampu melakukannya. Calon lawannya kecil, tingginya hanya sampai pundak Pambudi.”Tohari, 2014:74. Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang optimis, yang mana Pambudi yakin dan percaya bahwa dia mampu untuk menangkap orang yang mencurigakan itu dikarenakan perawakan atau ciri fisiknya bertubuh kecil, tidak sampai pundak Pambudi menjadi alasan kuat bagi Pambudi untuk yakin akan kemampuannya dalam menangkap orang yang mencurigakan.

4.1.2 Pemikiran TentangKemampuan Memperhitungkan Sesuatu

Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika dihadapkan pada suatu masalah. Maksudnya adalah ketika seseorang melihat dan merasakan adanya suatu keganjilan terhadap situasi yang sedang dihadapinya, dia mampu untuk mengambil kesimpulan atas situasi yang telah dilihat atau dirasakan. Hal ini juga dirasakan oleh Pambudi. Pambudi telah merasakan adanya Universitas Sumatera Utara 21 kecurangan yang akan dilakukan oleh lurah yang baru, yaitu Pak Dirga. Pambudi sudah memprediksi bahwa kecurangan yang akan dilakukan Pak Dirga sama seperti lurah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Hati Pambudi makin lama makin resah. Pak Dirga, lurah yang baru, berbuat curang tepat seperti yang diramalkan Pambudi. Misalnya memperbesar angka susut guna memperoleh keuntungan berton-ton padi atau bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi.”Tohari, 2014:18. Kutipan di atas menggambarkan perkiraan Pambudi terhadap Pak Dirga selaku lurah yang baru ketika memimpin desanya terbukti benar. Pak Dirga melakukan kecurangan sama seperti yang dilakukan lurah-lurah sebelumnya yaitu dengan cara memperbesar angka susut untuk memperoleh keuntungan dan bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi. Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat dilihat ketika seorang perempuan tua bernama Mbok Ralem yang datang ke badan koperasi desa dengan mengajukan permohonan peminjaman padi. Pambudi mendengarkan keluhan dari perempuan tua itu mengenai penyakit yang dideritanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Sambil menunggu kedatangan kepala Desa Tanggir itu, Pambudi dan Mbok Ralem duduk di sebuah bangku panjang. Perempuan itu bercerita bahwa ia sudah tiga kali berobat kepada dukun dan sekali kepada seorang mantri kesehatan. ”Aku ingin segera sembuh, Nak. Leherku makin lama makin tercekik rasanya.” ”Ya, aku mengerti. Kukira kau memerlukan biaya yang agak banyak, sebab untuk ongkos perjalanan ke Yogya saja tidak akan cukup dengan uang dua- tiga ribu rupiah.” Tohari, 2014: 20. Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi mengusulkan agar Mbok Ralem berobat ke Rumah Sakit di Yogya untuk lebih mengetahui dan memastikan Universitas Sumatera Utara 22 penyakit apa yang dideritanya dan juga memperkirakan bahwa biaya ongkos biaya untuk perjalanan ke sana akan menghabiskan biaya yang agak banyak. Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat dilihat ketika Pambudi mengajak Mbok Ralem pergi ke Yogya untuk memeriksakan penyakit yang diderita Mbok Ralem, lalu mereka tidur di sebuah losmen yang sangat murah tarifnya. Pambudi memprediksi bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem kemungkinan besar adalah kanker dan juga mengetahui bahwa biaya penyembuhan penyakit tersebut jika memang benar kanker akan memerlukan biaya yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Mereka menginap di losmen yang amat murah tarifnya. Hampir semalaman Pambudi tidak dapat tidur. Ia tak henti-hentinya membayangkan kemungkinan yang baru dapat diketahuinya besok. Ketika melihat proses pengambilan secuil jaringan dari benjolan di leher Mbok Ralem tadi, ia membayangkan kalau itu adalah kanker. Ia pernah mendengar bahwa tidak gampang menyembuhkan kanker, dan biayanya amat besar.”Tohari, 2014: 34. Sikap Pambudi dalam memperkirakan segala sesuatu dapat dilihat ketika Pambudi kembali ke rumah sakit tempat Mbok Ralem dirawat. Lalu apa yang diperkirakan Pambudi semalam ternyata benar bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem memang penyakit kanker dan juga perkiraan Pambudi mengenai biaya pengobatan Mbok Ralem juga benar bahwa biaya yang harus disediakan sekitar lima ratus ribu rupiah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Lima ratus ribu Aku harus menjual sepedaku. Dengan demikian akan tercapai jumlah sebesar itu bila kutambah dengan uang tabungan, pikir Pambudi. Sejak semula pemuda itu telah bertekad hendak menolong Mbok Ralem sampai sembuh. Jadi jauh-jauh sebelumnya ia sudah memperkirakan akan mengeluarkan banyak uang.” Tohari, 2014:36. Universitas Sumatera Utara 23 Kutipan di atas menggambarkan id Pambudi yang berkemauan kuat untuk menolong Mbok Ralem dalam membiayai pengobatannya. Dengan mendengar biaya yang telah disebutkan oleh pihak rumah sakit, Pambudi tetap berkemauan keras untuk menolong Mbok Ralem karena Pambudi pun juga telah memprediksi bahwa biaya yang diperlukan untuk pengobatan kanker memang besar. Sikap Pambudi dalam memperhitungkan segala sesuatu dapat dilihat ketika Pambudi melihat Sanis, walaupun Sanis masih kelas 2 SMP, Pambudi memprediksi kalau semua gadis pada umumnya pasti akan menjadi dewasa begitu mendapatkan haid pertama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona. Apalagi pandangan Pambudi dibalas dengan senyuman oleh Sanis. Yang tersenyum malu-malu itu seorang gadis kecil, tidak lebih. Boleh jadi Sanis tidak memberi arti apa-apa pada senyumannya itu, tapi oleh Pambudi telah diterima selain dengan matanya, juga dengan hatinya, bahkan dengan denyut jantungnya. Pemuda itu hampir saja mengumpat dirinya, tapi tidak. Bukankah semua gadis di Tanggir ini menjadi dewasa begitu haidnya yang pertama hadir? Pikir Pambudi membela pikirannya yang mulai munafik.” Tohari, 2014:48. Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi memprediksi dengan melihat tingkah laku yang ditunjukkan Sanis, maka setiap gadis akan menjadi dewasa ketika mereka telah mendapat haid pertama. Ego Pambudi menggambarkan seorang yang munafik karena ia tidak dapat mempercayai apa yang telah dilihatnya dalam diri Sanis, seorang gadis yang masih lugu dengan penampilan dan bentuk fisik yang sudah sangat matang diusianya yang masih belia.

4.1.3 Pemikiran Tentang Perencanaan