liv
E. Penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pemungutan Pajak Restoran Kota Medan
Salah satu jenis pajak yang dipungut di daerah Kabupaten Kota termasuk Kota Medan adalah Pajak Restoran, sebagaimana telah ditetapkan melalui Undang
– Undang No. 28 Tahun 2009, dalam pelaksanaannya pemungutan pajak restoran diatur lebih lanjut dengan Perda No 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran.
Dengan demikian bahwa di Kota Medan memiliki potensi Objek Pajak Restoran yang cukup besar dengan melihat jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan
sebanyak 229. Bertolak pada ketentuan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa setiap nama pajak restoran dipungut pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh restoran akan dipungut pajak kepada pemilik, maka kepada restoran yang berada di wilayah Kota Medan wajib didaftar atau
mendaftarkan diri kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah selanjutnya disebut NPWPD.
NPWPD ini merupakan identitas permanen yang menjadi tanggungjawab dan kewajiban setiap wajib pajak yang bersangkutan dalam melaksanakan setiap
usahanya. Pengertian dari wajib pajak menurut Pasal 3 ayat 2 Perda No. 5 Tahun 2011 adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Selanjutnya
bagi wajib pajak yang memiliki NPWPD akan dilaksanakan pendataan terhadap kegiatan atau usahanya guna dijadikan dasar untuk menetapkan besarnya jumlah
pajak yang akan dikenakan. Pendataan yang dimaksud dilakukan baik dengan Surat Pemberitahuan selanjutnya disebut SPT yang diisi oleh wajib pajak
maupun pendataan dengan pemeriksaan lapangan. Setiap wajib pajak dan wajib
Universitas Sumatera Utara
lv pungut, diwajibkan mendaftarkan diri kepada Kantor Pelayanan Pajak
selanjutnya disebut KPP dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak selanjutya NPWP dengan cara mengisi, menandatangani dan menyampaikan
formulir pendaftaran wajib pajak kepada KPP atau tempat lain yang ditunjuk. Disini yang dimaksud dengan tempat lain yang ditunjuk itu adalah Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan. Pemungutan terhadap restoran adalah merupakan upaya penegakan hukum terhadap wajib pajak yang memenuhi atau
melanggar ketentuan tentang peraturan pajak daerah sampai batas waktu yang ditentukan dalam Surat Ketetapan Pajak selanjutnya disebut SKP. Adapun
tujuan pelaksanaan pemungutan pajak restoran di Kota Medan sebagai upaya penegakan hukum agar wajib pajak restoran tersebut segera memenuhi
kewajibannya sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku. Kegiatan pemungutan pajak tersebut dapat berupa pemungutan pasif yang
nilai dari proses surat peringatan atau surat teguran dan pemungutan aktif yang meliputi proses paksa, penyitaan, sampai lelang terhadap kekayaan wajib pajak.
Pada waktu wajib pajak restoran menerima SKP telah dicantumkan tanggal batas akhir penagihan atau pelunasan atas pajak yang terhutang. Untuk mengingatkan
wajib pajak restoran selama 7 tujuh hari sebelum masa berakhirnya batas waktu pembayaran, maka kepada wajib pajak restoran yang belum melunasi pajaknya
yang terhutang akan dikirim surat peringatan, namun bila nyatanya wajib pajak yang bersangkutan belum juga melakukan kewajibannya, belum melunasi pajak
terhutang sampai 14 empat belas hari setelah batas waktu tanggal pembayaran, maka wajib pajak tersebut akan diberikan surat teguran.2 Menurut Pasal 15 ayat
Universitas Sumatera Utara
lvi 1 Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran, menentukan
bahwa tenggang waktu atau jatuh tempo pembayaran pajak yang terhutang adalah paling lama 30 tiga puluh hari setelah saat terhutang pajak.
Adapun tata cara dari pelaksanaan pemungutan pajak restoran tersebut adalah dengan cara pemungutan pajak tidak dapat diborongkan, pajak dipungut
berdasarkan ketetapan wajib pajak atau dibayar sendiri oleh wajib pajak maksudnya disini adalah untuk menghitung atau memperhitungkan peneteapan
pajak sendiri yang terhutang, wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya dipungut menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah selanjutnya disebut
SKPD atau dokumen lain yang bersamaan. Pembayaran Pajak Daerah dalam hal ini Pajak Restoran menggunakan SPTPD yang harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap hal ini berkaitan jelas dengan Perda Nomor 5 Tahun 2011 Pasal 12 yang berbunyi : ayat 1 Setiap Wajib Pajak, wajib mengisi SPTPD; ayat 2 SPTPD
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajakatau Kuasanya; 3 Bentuk, isi dan tata cara
pengisian SPTPD ditetapkan lebih anjut dengan Peraturan Walikota. Penetapan dan Perhitungan, berikut ini adalah cara penentuan jumlah
pajak yang terhutang, awalnya petugas Dispenda Kota Medan menyerahkan SPTPD kepada wajib pajak untuk membayarkan pajak restoran mereka sendiri
selft assessment, tetapi ada beberapa wajib pajak di Kota Medan ini belum siap dengan cara membayar pajak restoran mereka sendiri selft assessment dengan
alasan mereka belum tahu pasti berapa jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh waib pajak, kemudian petugas Dispenda Kota Medan menggunakan cara official
Universitas Sumatera Utara
lvii assessment yaitu dengan cara petugas yang mendatangi langsung wajib pajak
untuk membantu menghitungkan besarnya pajak yang mereka harus bayarkan dengan cara petugas memeriksa melalui pembukuan dan struk belanja pembeli
mereka, untuk para wajib pajak restoran yang belum memiliki pembukuan ataupun struk belanja, petugas melakukan wawancara langsung kepada para wajib
pajak mengenai berapa jumlah omzet mereka per hari, kemudian omzet kotor mereka perbulan dikenakan tarif pajak restoran 10 sepuluh persen.
Adapun beberapa wajib pajak restoran yang dapat menyetorkan pajak restoran mereka sendiri setiap bulannya, tetapi kembali lagi petugas memeriksa
dari segi pembukuan dan struk belanja pembeli, berapa jumlah pajak restoran yang semestinya harus mereka bayarkan perbulannya, jika ternyata terdapat
adanya kekurangan pembayaran itulah yang dimaksud dengan pajak terhutang kemudian disebut dengan SKPS selanjutnya disebut Surat Ketetapan Pajak
Sementara, kemudian kekurangan pembayaran tersebut harus dibayar pada awal bulan berikutnya kemudian disebut dengan SKPR selanjutnya disebut Surat
Ketetapan Pajak Rampung. Terhadap restoran atau objek pajak dilakukan pendataan langsung oleh setiap team pendataan sehingga dapat diketahui data
wajib pajak dan besarnya pajak yang dikenakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalam Pasal 2 ayat 4 Perda No. 5 tahun 2011 tentang Pajak
Restoran terdapat bukan objek pajak restoran, objek pajak restoran tersebut dikecualikan dari pendaftaran dan pendataan, sehingga objek pajak restoran
tersebut tidak mempunyai NPWPD, yang dimaksud dalam pasal ini adalah : “tidak termasuk dalam objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat 1
Universitas Sumatera Utara
lviii adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya kurang
dari Rp. 400.000,- Empat Ratus Ribu Rupiah per hari”. Mengenai hal ini Kepala
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan menjelaskan bahwa wajib pajak tersebut harus terlebih dahulu didaftarkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan,
sebab didasarkan pengenaan tarif pajak restoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Perda No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran di Kota Medan, yang
menyebutkan “dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran”. Sehingga untuk mendapatkan
data wajib pajak maka dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak yang berada di wilayah Kota Medan. Pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan infomasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba untuk periode
Tahun Pajak tersebut. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, danatau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan daerah danatau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Pemeriksaan disini dilakukan oleh Petugas yang berwenang seperti Petugas Pegawai Pajak, Inspektorat, BPK, yang diperiksa disini adalah apakah pajak
restoran telah dibayar sesuai dengan semestinya kepada Dinas Pendapatan Daerah
Universitas Sumatera Utara
lix Kota Medan. Sesuai dengan Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, tujuan pemeriksaan pajak di bagi menjadi 2 yakni:
1. Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
2. Untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Keberatan adalah merupakan hak wajib restoran yang merasa bahwa pajak
yang dikenakan kepadanya tidak sesuai atau tidak seharusnya demikian. Hak untuk mengajukan keberatan tersebut disampaikan kepada Walikota Medan
melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan disertai dengan penjelasan dan alas an mengenai keberatan yang dimaksud. Keputusan Walikota Medan dapat
berupa penerimaan atau penolakan keberatan. Namun demikian pengajuan keberatan oleh wajib pajak atas pajak yang terhutang tidak menunda dan tidak
menghapus kewajibannya untuk membayar pajak yang terhutang. Keberatan adalah merupakan hak wajib restoran yang merasa bahwa pajak yang dikenakan
kepadanya tidak sesuai atau tidak seharusnya demikian. Hak untuk mengajukan keberatan tersebut disampaikan kepada Walikota Medan melalui Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan disertai dengan penjelasan dan alasan mengenai keberatan yang dimaksud.
Keputusan Walikota Medan dapat berupa penerimaan atau penolakan keberatan. Namun demikian pengajuan keberatan oleh wajib pajak atas pajak yang
terhutang tidak menunda dan tidak menghapus kewajibannya untuk membayar pajak yang terhutang. Di antara beberapa wajib pajak restoran pernah mengajukan
Universitas Sumatera Utara
lx mengajukan keberatan terhadap beban pajak yang ditanggung menurut ketentuan
Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran. Pengajuan keberatan terhadap beban pajak yang ditanggung oleh wajib pajak restoran
disampaikan kepada Walikota Medan melalui Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Menurut penjelasan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
diperoleh keterangan bahwa sebanyak 3 orang pernah mengajukan keberatan atas beban pajak yang ditanggung oleh wajib pajak restoran yaitu keberatan atas: 1
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar. 2 Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan. 3 Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar.5 Hal ini
telah diatur dalam Pasal 19 ayat 1 Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restora
n, disebutkan bahwa : “wajib pajak dapat mengajukan keberatan kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk”.
F. Penegakan Hukum terhadap Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pemungutan Pajak Restoran Kota Medan
Setiap daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap roda pemerintahan dan perekonomiannya dengan artian adanya hak untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri maka daerah berhak untuk membuat peraturan daerah. Peraturan daerah tersebut tentunya hanya berlaku dan
ditegakkan dalam wilayah masing-masing daerah dan merupakan peraturan khusus di tiap-tiap daerah, namun tertap dalam batas-batas dan pengawasan dari
pemerintahan pusat. Hal ini sejalan dengan pendapat Misdayanti bahwa Peraturan daerah tersebut harus memenuhi batas-batas kewenangan yang telah ditentukan
Universitas Sumatera Utara
lxi dengan keterikatan dalam hubungannya dengan pemerintah pusat yang
diwujudkan dalam bentuk pengawasan pencegahan, pengawasan penanggulangan dan pengawasan umum.
31
Mengenai penegakan hukum, Andi Hamzah menjelaskan bahwa proses penegakan hukum dibagi menjadi dua, yaitu tindakan represif dan tindakan
preventif. Adapun tindakan preventif disini adalah tindakan yang dilakukan sebelum dilakukannya penegakan secara repesif baik dengan cara diadakannya
negosiasi, persuasi, dan supervisi agar peraturan hukum atau syarat-syarat izin ditaati. Sedangkan tindakan represif adalah tindakan menerapkan hukum atau
instrumen sanksi ketika terjadi pelanggaran terhadap norma hukum yang berlaku, biasanya hal ini dikenal dengan istilah law enforcement atau penegakan hukum
dalam arti sempit. Kedua fase tersebut baik tindakan preventif maupun represif diartikan sebagai penegakan hukum secara luas rechthandhaving. Berdasarkan
pandangan mengenai penegakan hukum tersebut diatas maka penting untuk menerapkan tindakan baik represif maupun peventif terhadap proses penegakan
hukum Perda.
32
Peranan hukum dalam era globalisasi tidak hanya untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, akan tetapi hukum juga digunakan
sebagai sarana pembangunan nasional. Dalam era globalisasi ini peran hukum sebagai saranapembangunan nasional mendapatkan tantangan. Hukum sebagai
saranapembangunan, hukum sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan, hukum
31
Arhjayati Rahim, Penegakan Hukum Peraturan Daerah, Fakultas Syariah IAIN Sultan Amai Gorontalo Rahim, Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013
32
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005 hal 48
Universitas Sumatera Utara
lxii sebagai penegak keadilan, dan sebagai sarana pendidikan masyarakat adalah
fungsi hukumdalam kaitannya dengan pembangunan.
33
Menelaah efektifitas hokum pada dasarnya membandingkan antara realitas hukum dengan ideal hukum. Hukum semakin efektif apabila peranan yang
dijalankan oleh subyek hukum semakin mendekati apa yang telah ditentukan dalam hukum serta para subjek hukum dapat menjalankan peranan yang diatur
oleh hukum terhadapnya.
34
Jika hukum efektif berarti terjadi dampak hukum yang positif, dengan demikian hukum mencapai sasarannya dalam membimbing atau
mengubah perilaku masyarakat.
35
Penegakan hukum sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatandapat dilakukan dengan upaya preventif dan upaya refresif. Upaya
preventif menekankan pada pencegahan dengan cara mendorong subjek hukum untuk taat pada ketentuan hukum yang berlaku sehingga tidak merugikan hak dan
kepentingan orang lain. Penegakan hukum secara refresif berhubungan dengan mekanisme peradilan maupun mekanisme di luar pengadilan, yang berhubungan
dengan penetapan sanksi hukum bagi subjek hukum yang melakukan pelanggaran hukum yang merugikan kepentingan umum
36
Keberhasilan pembangunan
Pemerintah Kota
sangat ditentukan
kemampuannya dalam merealisasikan penerimaan sumber-sumber pendapatan
33
Muchsin dan Fadillah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang,2002, hal 20
34
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Binacipta, Bandung,2010, hal 12
35
Soerjono Soekanto dan Heri Tjandrasari, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Alumni, Bandung, 2003, hal 39
36
Budi Santoso, Butir-Butir Berserakan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual Desain Industri, Mandar Maju, Bandung, 2005, hal 95
Universitas Sumatera Utara
lxiii yang memberikan kontribusi terhadap total penerimaan sebagai sumber keuangan.
Salah satu sumber pendapatan yang besar dari pendapatan asli daerah Kota Medan adalah pajak restoran yang sampai saat ini masih terdapat hambatan hambatan
karena terdapat beberapa wajib pajak yang memiliki tunggakan pajak dalam jumlah besar.
Universitas Sumatera Utara
lxiv
BAB IV KENDALA DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH
C. Kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan
Daerah di Kota Medan
Sebagaimana perda-perda yang lain dalam pelaksanaan pemungutan pajak khususnya pajak restoran terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya
misalnya. Kurangnya kesadaran wajib pajak disebabkan pendataan yang yang belum optimal di masayarakat mengenai pendataan restoran-restoran mereka oleh
petugas, restoran mana yang dikenakan sebagai wajib pajak restoran yang ada di kota Medan, sehingga masih ada beberapa kalangan wajib pajak yang belum
mengerti dan bertanya-tanya mengenai ketentuan yang pasti apakah mereka harus membayarkan pajak restoran mereka atau tidak, disamping itu banyaknya restoran
yang mengalami pengurangan pengunjung, yang otomatis hal ini berdampak pada kurangnya kesadaran terhadap wajib pajak.
Alasan beban pajak yang tinggi dikarenakan jumlah pengunjungpembeli yang datang akhir-akhir ini semakin berkurang, sehingga beban pajak dirasakan
terlalu tinggi. Pajak restoran merupakan iuran atau pungutan wajib dibayar atas pelayanan yang diberikan dengan pembayaran yang sifatnya dipaksa oleh
pemerintah. Untuk wilayah Kota Medan, Pajak restoran ini dikenakan kepada badan atau orang atas pelayanan penjualan makanan danatau minuman yang
dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain dengan dipungut bayaran baik yang mencakup rumah makan, kafetaria,
Universitas Sumatera Utara
lxv kantin, warung, bar dan sejenis nya termasuk jasa bogakatering. Objek pajak
restoran adalah pelayanan yang disediakan pemilik atau pengusaha restoran dengan pembayaran. Sedangkan subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pembayaran kepada restoran sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran.
Penyusun beban pajak yang hanya sebesar 10 sepuluh persen bukan seharusnya dijadikan masalah bagi wajib pajak didalam membayar pajak mereka,
tetapi yang perlu dibenahi bagaimana usaha - usaha mereka agar para pengunjung tetap berkunjung ke tempat mereka, sehingga beban pajak restoran sebesar 10
sepuluh persen tidak dikeluhkan lagi oleh para wajib pajak restoran. Beberapa kendala yang dihadapi petugas dalam pemungutan pajak
restoran antara lain :
1. Faktor Hukum. Pasal pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pajak pajak restoran, norma hukum tersebut di atas, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administratif
dalam hal sanksi dikenakan karena kekhilafan wajib pajak. Menurut penulis kekhilafan wajib pajak diatas tidak diatur secara jelas ciri atau indikator apa
untuk dikatakan kekhilafan wajib pajak sehingga Kepala Dispenda atas nama Bupati dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif,
mengabulkan sebagaian atau seluruhnya, atau menolak permohonan wajib pajak. Ketentuan-ketentuan di atas adalah upaya untuk menghindarkan
penggunaan sanksi pidana pada tahapan aplikasi hukum dengan memberikan kewenangan kepada walikota atau pejabat yang diberi wewenang untuk
Universitas Sumatera Utara
lxvi melakukan pengurangan bahkan penghapusan terhadap kewajiban pajak wajib
pajak. Disini juga dapat dilihat orientasi Pemerintah Daerah adalah untuk masuknya uang pajak ke kas daerah karena penggunaan sanksi pidana akan
membuat hubungan negatif antara wajib pajak dengan pemerintah daerah sebagai pihak yang berkepentingan terhadap masuknya uang pajak ke Kas
Daerah. Wewenang diskresi walikota yang besar dalam pengurangan atau penghapusan pajak dapat berimplikasi pada hilangnya unsur delik pajak
sehingga menyulitkan penyidikan 2.
Masyarakat Belum adanya kesadaran dari sebagian masyarakat untuk mendaftarkan
kepemilikan restoran mereka. Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat.
37
Masyarakat yang dimaksud disini adalah wajib pajak yang menyediakan jasa penginapan dan jasa terkait lainnya
dengan memungut pajak dari subjek pajak yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Berbicara
mengenai wajib pajak berarti membicara kepatuhan dan ketaatan mereka terhadap hukum. Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam menyetor pajak. 3.
Budaya Hukum Faktor terakhir yang mempengaruhi adanya piutang pajak adalah factor
budaya hukum legal culture. Budaya hukum adalah kebiasaan orang atau sekelompok orang untuk mentaati dan mematuhi peraturan
– peraturan yang
37
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 64
Universitas Sumatera Utara
lxvii berlaku. Budaya hukum menyangkut aspek hukum positif dan aspek
perilaku.
38
Aspek perilaku adalah perilaku wajib pajak, subjek pajak, untuk mematuhi dan mentaati peraturan hukum dengan proses belajar untuk
membiasakan diri mematuhi peraturan hukum. Budaya hukum merupakan salah satu dari tiga komponen diluar substansi hukum legal substance dan
struktur hukum legal structur yang membentuk sistem hukum. Meneliti budaya hukum memberikan manfaat untuk mengkaji proses bekerjanya
hukum, memberikan informasi apakah kehadiran institusi hukum dalam masyarakat dibutuhkan, ditaati, dan memberi manfaat dalam menjawab
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Budaya hukum terkait dengan pendapat masyarakat mengenai pemahaman atas substansi hukum dan
tindakan dari struktur hukum. Pemahaman atas substansi hukum terkait obyek pajak, subjek pajak, dasar pengenaan, tarif, cara penghitungan pajak, wilayah
pemungutan pajak, masa pajak, penetapan, tata cara pembayaran, penagihan, kadaluwarsa, sanksi administratif, pembetulan, pembatalan, pengurangan
ketetapan, penghapusan, pengurangan sanksi administrative dan ketentuan pidana. Budaya hukum juga terkait pemahaman wajib terhadap hak-hak wajib
pajak .Hak- hak wajib pajak yang harus mendapatkan perlindungan dalam suatu system perpajakan seperti, hak memperoleh informasi perpajakan,
memperoleh kartu data untuk mengetahui transaksi pembayaran yang telah dilakukan atau sanksi sanksi yang mestinya harus dilakukan, melakukan
kompensasi apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak atau bunga pajak,
38
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hal 209
Universitas Sumatera Utara
lxviii mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam
SKPDKB, SKPDKBT, STPD dalam hal wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan diluar kekuasaannya, mengajukan
keberatan terhadap SKPDKB, SKPDKBT, dan SKPDLB dalam bahasa Indonesia paling lambat 3 tiga bulan sejak surat ketetapan diterbitkan. Sikap
masyarakat yang percaya ide, nilai-nilai dan harapan dari hukum dan sistem hukum diperlukan dalam pembangunan hukum di Indonesia, karena:
a. Akan menjamin peraturan perundang-undangan sesuai dengan kenyataan
yang hidup dalam masyarakat. b.
Menumbuhkan rasa bertanggungjawab atas perundang-undangan tersebutc. Menampung pengalaman, pengetahuan dan nilai-nilai yang
hidup di masyarakat sehingga peraturan tersebut memenuhi syarat peraturan perundang-undangan yang baik.
39
Berdasarkan jumlah STPD dan SKPD yang dikeluarkan pada tahun 2014 yang menunjukkan utang pajak oleh wajib pajak. Salah satu faktor yang
menyebabkan hal tersebut adalah kesadaran hukum masyarakat dengan sistem self assessment. Wajib pajak memiliki kesempatan untuk melakukan
penundaan pembayaran, melakukan penyelundupan dengan memberi informasi yang tidak benar dan wajib pajak lalai dalam memperhatikan
tanggal jatuh tempo pembayaran. Hal tersebut terjadi karena wajib pajak yang menimbulkan piutang pajak tidak memiliki pemahan isi dari Peraturan Daerah
39
Sirajuddin, Ibnu Elmi, Go Lisnawati, Reaktualisasi Cita Hukum Dalam Pembangunan Hukum, Malang: Lembaga Studi Untuk Penguatan Masyarakat Transisi, 2007, hal 182
Universitas Sumatera Utara
lxix Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran belum merasakan
manfaat dari pembayaran pajak restoran tesebut. 4.
Masih banyak para pengusaha restoran yang belum paham akan ketentuan pajak restoran yang berlaku di Kota Medan, sehingga para pengusaha tersebut
enggan membayarnya. Wajib pajak tidak mengerti cara atau sistem penghitungan pajak restoran dengan alasan restoran sehingga mereka belum
terdata oleh petugas pendata 5.
Data yang didapatkan petugas pada saat turun ke lapangan tidak sesuai dengan data yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, ada kalanya
nama pemilik restoran telah berpindah tangan sehingga membuat petugas pemungut pajak mengalami kesulitan ditambah dengan tidak ada laporan
sebelumya bahwa telah dilakukannya perpindahan kepemilikan restoran tersebut.
6. Jumlah Petugas juga merupakan hal yang mendukung dalam usaha
peningkatan penerimaan pajak. Petugas pemungutan pajak dalam hal hal ini adalah oang-orang yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan pejabat yang
berwenang untuk melakukan penagihan pemungutan terhadap Pajak Daerah di Kota Medan. Apabila petugas pajak juga tidak mencukupi untuk melakukan
pemungutan maka proses pemungutan juga akan terhambat. 7.
Sarana dan Prasarana, faktor yang mendukung dalam optimalisasi penerimaan pajak yaitu sarana dan prasarana. Agar mendapatkan hasil yang optimal
diperlukan sarana dan prasara yang cukup dalam pemungutan pajak. Untuk itu sangat penting memperhatikan sarana dan prasarana yang diperlukan, agar
Universitas Sumatera Utara
lxx petugas pajak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Sarana dan Prasarana
diyakini sangat berperan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Daerah. Sarana dan Prasarana yang merupakan faktor penunjang yang sangat penting
dalam mendukung kelancaran proses pelaksanaan pemungutan pajak daerah. Dalam hal ini kendaraan baik kendaraan roda dua motor, atau pun kendaraan
roda empat mobil sebagai alat transportasi sangat diperlukan karena letak lokasi objek pajak saling berjauhan yang apabila pelaksanaan pemungutanya
tidak dilengkapi oleh sarana tersebut maka akan menambah beban biaya pungut semakin besar. Dan ketetapan waktu pelaksanaan pemungutan tidak
sesuai dengan yang direncanakan dan dengan sendirinya akan mengurangi penerimaan pajak tersebut. Ketersediaan sarana dan prasarana sangat penting
perannya dalam pencapaian tujuan suatu usaha dalam hal ini untuk mengoptimalkan pemungutan pajak.
8. Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting.
Pengawasan dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan berjalanan sesuia dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta tidak tejadi penyimpangan ataupun penyalagunaan dan kebocoran keuangan. Tanpa pengawasan maka jalannya
pengawasan suatu organisasi tidak dapat dinilai apakah sesuai dengan rencana organiasi atau telah menyimpang dari arah yang telah ditetapkan. Untuk itu
pengawasan perlu untuk dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan suatu kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
lxxi
D. Upaya mengatasi kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan
Upaya mengatasi kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan, antara lain :
40
1. Melakukan sosialisasi kepada wajib pajak
Petugas bagian penyuluhan pajak yang didampingi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan pemuka masyarakat di Kota Medan diadakan penyuluhan
dan penjelasan tentang bagaimana pentingnya membayar pajak restoran. Seseorang dikatakan mempunyai kesadaran terhadap membayar pajak apabila
orang yang bersangkutan secara nyata melunasi hutang pajaknya, tanpa tekanan atau paksaan dari pihak lain. Meskipun sesungguhnya pengertian dari pajak itu
adalah pungutan wajib yang pelaksanaannya dapat dipaksakan kepada wajib pajak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. Kesadaran wajib pajak juga
dipengaruhi oleh pengetahuan wajib pajak tentang arti penting dari pajak dan guna pajak tersebut, untuk apa pembayaran pajak tersebut harus diwajibkan kepada
setiap wajib pajak tanpa terkecuali. Jika para wajib pajak tidak diberi penyuluhan tentang arti penting dan guna pajak, maka sudah tentu mereka akan memiliki
kesadaran untuk membayar pajak. Sosialisasi peraturan perpajakan hendaknya diikuti dengan pendekatan
persuasif dan langsung memberikan informasi kepada wajib pajak akan lebih
40
Wawancara dengan Adi selaku, Kasi Pendapatan Daerah Kota Medan, tanggal 5 Januari 2016
Universitas Sumatera Utara
lxxii efektif dalam meningkatkan kepatuhan mereka untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya. 2.
Pemberian sanksi bagi wajib pajak Sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak, apabila wajib pajak tidak
membayar kewajibannya, baik itu sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat berupa kenaikan jumlah pajak terutangnya dan berupa
bunga, serta sanksi pidana dapat berupa pidana kurungan atau penjara yang diakibatkan kealpaan atau kesengajaan. Penerapan sanksi akan lebih mudah
dilakukan apabila pembayaran dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, melalui dengan cara ini maka akan lebih mudah dapat diketahui wajib
pajak yang belum melunasi Pajak Restoran pada saat jatuh tempo pembayaran. Sanksi selalu diberikan terhadap Wajib Pajak yang terlambat membayar Pajak
Restoran, namun sampai pada saat sekarang ini sanksi yang diberikan hanya berupa sanksi administrasi saja berupa denda sebesar 2 dua persen sebulan.
Apabila sampai jatuh tempo pembayaran yang tertulis dalam SPT wajib pajak tidak melunasi hutang pajaknya maka selanjutnya dilakukan tindak penagihan
yang diawali dengan mengeluarkan surat teguran yaitu setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Jika dalam jangka waktu sebagaimana tertulis
dalam surat teguran wajib pajak juga tidak melunasi hutang pajaknya maka selanjutnya akan dikeluarkan surat paksa.
3.
Memperlus basis penerimaan
Universitas Sumatera Utara
lxxiii Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang
dilakukan oleh Pemko Medan dimulai dengan perubahan Perda dari No 12 tahun 2003 ke Perda No. 5 tahun 2011.
4.
Meningkatkan sumber daya manusia
Hal ini dibutuhkan petugas pajak yang memiliki keahlian dibidang keuangan dan pembukuan yang memadai serta memiliki kemampuan untuk dapat
mendeteksi adanya praktek pembukuan dan pelaporan yang tidak wajar dari wajib pajak. Pihak Dispenda Medan sudah mempersiapkan tenaga ahli yangdibutuhkan
dan berbagai pelatihandan pendidikan dibidang keuangandaerah khususnya pemeriksaan pajak daerah. Dan mempersiapkan petugas yang mampu bersikap
jujur dan menjunjung tinggi norma keadilan sehingga terhindar dari tindakan penyelewengan dan penyimpangan.
5.
Meningkatkan pengawasan
Pengwasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting. Pengawasan dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan dan berjalanan sesuia dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku serta tidak tejadi penyimpangan ataupun penyalagunaan
dan kebocoran keuangan. Tanpa pengawasan maka jalannya pengawasan suatu organisasi tidak dapat dinilai apakah sesuai dengan rencana organiasi atau telah
menyimpang dari arah yang telah ditetapkan. Untuk itu pengawasan perlu untuk dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam penelitian ini
pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam hal ini adalah Kepala Dinas Pendapatan dan
Universitas Sumatera Utara
lxxiv Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Medan, dalam hal memastikan dan
menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas pemungutan pajak hotel dan restoran dapat terselenggara dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau
standar yang telah ditetapkan. Terkait dengan pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran di Kota Medan pengawasan dilakukan dengan dua cara yaitu
pengawasan langsung yang dilakukan oleh pimpinan organisasi terhadap kegiatan pemungutan Pajak Hotel dan Restoran dan pengawasan tidak langsung oleh
pimpinan dengan mempelajari atau menilai laporan-laporan pelaksanaan kegiatan pemungutan pajak yang diterima baik berbentuk tertulis atau lisan. Pengawasan
yang dilakukan pihak Dipenda Medan dilakukan oleh Bagian Pengendalian dengan dibantu oleh UPT yang bertindak sebagai pelaksana dan fungsi
pengawasan langsung di wilayah kerja masing-masing. Melakukan penagihan kepada wajib pajak, namun apabila tidak di indahkan maka dilakukan lah
penertiban. 6.
Sarana dan Prasarana Faktor yang mendukung dalam optimalisasi penerimaan pajak yaitu sarana
dan prasarana. Agar mendapatkan hasil yang optimal diperlukan sarana dan prasara yang cukup dalam pemungutan pajak. Untuk itu sangat penting
memperhatikan sarana dan prasarana yang diperlukan, agar petugas pajak dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Sarana dan Prasarana diyakini sangat berperan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Daerah. Sarana dan Prasarana yang merupakan faktor
penunjang yang sangat penting dalam mendukung kelancaran proses pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
lxxv pemungutan pajak daerah. Dalam hal ini kendaraan baik kendaraan roda dua
motor, atau pun kendaraan roda empat mobil sebagai alat transportasi sangat diperlukan karena letak lokasi objek pajak saling berjauhan yang apabila
pelaksanaan pemungutanya tidak dilengkapi oleh sarana tersebut maka akan menambah beban biaya pungut semakin besar. Dan ketetapan waktu pelaksanaan
pemungutan tidak sesuai dengan yang direncanakan dan dengan sendirinya akan mengurangi penerimaan pajak tersebut. Ketersediaan sarana dan prasarana sangat
penting perannya dalam pencapaian tujuan suatu usaha dalam hal ini untuk mengoptimalkan pemungutan pajak. Dari segi sarana dan prasarana dengan
melihat sifatnya, maka pajak daerah lebih banyak membutuhkan sarana berupa formulir-formulir, surat-surat penetapan dan surat-surat lainya.
Universitas Sumatera Utara
lxxvi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan